Akuntansi
Biaya
Bahan Baku: Pengendalian,
Perhitungan Biaya, dan
Perencanaan
10
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 84031 Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI
Abstract Kompetensi
Bahan Baku merupakan komponen Mahasiswa dapat memahami dan
utama produksi yang memiliki nilai menerapkan bagaimana konsep
investasi signifikan dan material pada pengendalian dan perencanaan Bahan
neraca, sehingga perlu pengendalian Baku.
dan perencanaan yang baik agar tidak
terjadi permasalah kelebihan atau
kekurangan persediaan. Aspek
pengendalian dan perencanaan biaya
Bahan Baku antara lain: sistem
pengendalian internal, dan model
kuantitatif untuk melakukan
penghitungan Economic Order
Quantity, Reorder Point, dan Waktu
Pemesan.
Pendahuluan
Dalam perusahaan manufaktur, bahan baku (material) dibedakan menjadi dua, yaitu: bahan baku (direct
material) dan bahan baku pembantu (indirect material). Bahan baku (direct material) merupakan bahan yang
membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku ini dapat diidentifikasikan langsung pada produk
atau pesanan tertentu sebagai komponen utama produk dengan nilai yang relatif besar. Misalnya kayu atau
rotan dalam perusahaan mebeler. Biaya yang timbul akibat pemakaian bahan baku disebut biaya bahan baku.
Bahan baku pembantu (indirect material) merupakan bahan yang dipakai dalam proses produksi yang tidak
dapat diidentifikasikan secara langsung pada produk jadi dan memiliki nilai yang relatif kecil. Contoh bahan
baku pembantu, misalnya dalam perusahaan mebeler adalah minyak pelitur. Biaya bahan baku pembantu
merupakan bagian dari unsur biaya overhead pabrik.
Manajemen persediaan yang efektif adalah penting dalam penyediaan pelayanan yang baik bagi konsumen,
yaitu untuk melakukan proses produksi yang efisien dan untuk mengendalikan investasi dalam persediaan.
Dasar pertimbangannya adalah bahwa komponen persediaan akan selalu menimbulkan biaya-biaya
tambahan, sehingga perlu dilakukan efisiensi penggunaan bahan baku yang bertujuan untuk mereduksi
terjadinya biaya-biaya. Selain itu, persediaan memiliki porsi investasi yang memiliki nilai signifikan dan
material pada neraca. Manajemen bahan baku yang berhasil memerlukan pengembangan sistem yang
melibatkan peramalan penjualan, pembelian, penerimaan, penyimpanan, produksi, dan pengantaran yang
baik.
a) Untuk setiap produk atau variasi produk, bagian produksi menentukan rute (routing) untuk setiap
produk, yang merupakan urutan operasi yang akan dilakukan, dan sekaligus menentukan daftar bahan
baku yang diperlukan (bill of material), yang merupakan daftar kebutuhan bahan baku untuk setiap
langkah dalam urutan operasi tersebut.
b) Anggaran produksi (production budget) menyediakan rencana utama darimana rincian mengenai
kebutuhan bahan baku dikembangkan.
c) Surat permintaan pembelian (purchase requisition) menginformasikan agen pembelian mengenai
jumlah dan jenis bahan baku yang dibutuhkan.
d) Surat pesanan pembelian (purchase order) merupakan kontrak atas jumlah yang harus dikirimkan.
e) Laporan penerimaan barang (receiving report) mengesahkan jumlah yang diterima dan mungkin juga
melaporkan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu.
Biasanya perusahaan atau organisasi besar memiliki departemen pembelian yang berfungsi melakukan
kualitas bahan baku yang dibeli yaitu telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan dengan
harga yang murah dan diterima tepat waktu. Ada tiga dokumen yang digunakan dalam pembelian bahan baku
yaitu:
a) Surat permintaan pembelian (purchase requisition) yaitu permintaan tertulis kepada bagian pembelian
untuk membeli bahan yang diperlukan.
b) Surat pesanan pembelian (purchase order) yaitu permintaan tertulis kepada pemasok untuk
mengirimkan bahan yang dipesan pada tanggal tertentu.
c) Laporan penerimaan barang (receiving report) yaitu laporan tertulis yang dibuat pada saat bahan
diterima.
Surat permintaan pembelian diajukan oleh bagian gudang kepada bagian pembelian apabila persediaan
bahan baku yang ada di gudang sudah mencapai jumlah pada tingkat minimum pemesanan kembali (Reorder
Point). Electronic Data Interchange (EDI) juga biasa dilakukan dalam melakukan pembelian bahan baku, yaitu
pertukaran data (informasi) transaksi antara komputer suatu perusahaan dengan komputer perusahaan lain
(pemasok) yang bertujuan mencapai lingkungan bisnis tanpa kertas (paperless).
Penerimaan
Beberapa hal yang dilakukan dalam departemen penerimaan terkait pembelian bahan baku adalah: 1)
membongkar bahan baku yang masuk; 2) membandingkan jumlah yang diterima dengan daftar shipping; 3)
mencocokkan bahan baku yang diterima dengan deskripsi purchase order; 4) membuat laporan penerimaan;
5) memberitahukan kepada Departemen Pembelian jika terdapat perbedaan dan kerusakan termasuk ke
Departemen Pengantaran yang terjadi selama dalam perjalanan; 6) mengatur pemeriksaan jika diperlukan; 7)
mengirimkan bahan baku ke Bagian Gudang.
Laporan penerimaan menunjukkan nomor pesanan pembelian (purchase order), nomor akun yang akan
dibebankan, nama pemasok, rincian tentang transportasi, jumlah dan jenis barang, serta catatan mengenai
persetujuan atau penolakan serta alasannya atas kiriman bahan baku.
Proses ini penting dalam pengendalian persediaan, karena proses tersebut memverfikasi bahwa barang telah
diterima sesuai dengan pesanan dan pembayaran dapat dilakukan. Faktur dan salinan purchase order
2017 Akuntansi Biaya Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI http://www.mercubuana.ac.id
disimpan di Departemen Akuntansi. Saat laporan penerimaan dan pemeriksaan diterima, laporan penerimaan;
purchase order dan faktur dibandingkan dalam hal jenis bahan baku, jumlah, harga, diskon, persyaratan
kredit, instruksi pengiriman, dan persyaratan lainnya. Jika sesuai, klerek faktur memberikan persetujuan dan
melampirkan faktur tersebut ke pesanan pembelian dan laporan penerimaan untuk membuat voucher. Data
voucher dijurnal dan diposting ke buku pembantu sehingga dapat dimasukkan ke jurnal pembayaran kas
sesuai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Transaksi pembelian memengaruhi akun pengendalian dan
akun pembantu. Dampak transaksi pembelian terhadap akun dapat dilihat dalam tabel berikut.
Harga faktur pemasok dan beban transportasi adalah biaya pembelian bahan baku yang paling tampak. Biaya
yang tidak tampak adalah biaya akuisisi, yaitu biaya dalam melakukan pembelian, penerimaan,
pembongkaran, pemeriksaan, asuransi, penyimpanan dan akuntansi. Biaya akuisisi memerlukan usaha yang
biayanya lebih besar dari manfaat yang diperoleh, sehingga diklasifikasikan sebagai overhead.
Diskon pembelian. Biasanya tidak dicatat dalam catatan akuntansi apapun. Hanya diperlakukan sebagai
pengurangan saja, yaitu harga yang dibayar ke pemasok dicatat setelah diskon.
a) Jika beban angkut dimasukkan ke debit ke bahan baku di buku besar, maka beban angkut dapat
ditambahkan secara proporsional ke setiap catatan pembantu bahan baku dari setiap item.
b) Membebankan semua beban angkut pembelian ke akun beban angkut pembelian dan mencatat harga
faktur sebagai biaya bahan baku. Saat bahan baku akan diproduksi, tarif beban angkut pembelian
yang dibebankan akan ditambahkan ke biaya per unit dari nilai yang tercantum dalam kartu catatan
pembantu bahan baku. Jumlah ini akan didebitkan pada barang dalam proses atau pengendali
overhead pabrik, dan kreditnya ke beban angkut pembelian.
c) Memasukan semua beban angkut pembelian di periode tersebut dalam menghitung tarif overhead
pabrik pada periode yang sama. Jadi beban angkut pembelian menjadi akun buku pembantu dari
pengendalian overhead pabrik. Untuk bahan baku atau perlengkapan yang digunakan oleh
departemen pemasaran dan administrasi beban angkut pembelian dibebankan ke beban pemasaran
atau beban administrasi.
Biaya akuisisi yang dibebankan. Jika bahan baku memasukkan biaya akuisisi, dapat dilakukan dengan
menentukan tarif pembebanan dapat ditambahkan ke setiap faktur dan setiap item, daripada membebankan
biaya ke overhead pabrik. Dapat digunakan tarif tunggal atau yang terpisah untuk setiap kelas biaya.
Perhitungan biaya persediaan untuk pajak penghasilan. Menurut ketentuan perpajakan mengharuskan
ketentuan kapitalisasi yang seragam atas beberapa biaya tertentu ke dalam nilai persediaan. Biaya tenaga
kerja yang melakukan pengerjaan kembali, bahan baku sisa dan barang rusak, pembelian bahan baku,
pergudangan dan penanganan administrasi pabrik, gaji karyawan kantor yang berhubungan dengan jasa
produksi serta kelebihan biaya penyusutan di luar nilai yang dihitung untuk pelaporan keuangan, sekarang
harus dikapitalisasi ke persediaan untuk tujuan tertentu seperti laporan keuangan, dengan pengecualian biaya
penyusutan dan kondisi di mana tenaga kerja yang melakukan pengerjaan kembali, bahan baku sisa dan
barang rusak mewakili kerugian produksi.
Dalam akuntansi ada dua sistem pencatatan bahan baku yaitu sistem pencatatan fisik (physical) dan sistem
pencatatan perpetual. Jika arus bahan baku relatif kecil masih bisa menggunakan sistem pencatatan fisik
karena jumlah barang relatif tidak banyak dan mutasi persediaan juga tidak tinggi sehingga pimpinan
perusahaan masih mampu melakukan pengendalian persediaan. Dalam perusahaan dengan arus bahan baku
yang relatif tinggi sistem pencatatan perpetual lebih banyak digunakan dengan tujuan untuk mempermudah
pengendalian persediaan. Pimpinan perusahaan dapat setiap saat melihat jumlah barang yang ada di gudang
lewat catatan pembukuan. Dalam sistem pencatatan fisik semua pembelian dicatat dalam rekening pembelian
sedangkan dalam sistem pencatatan perpetual semua pembelian dicatat dalam rekening persediaan.
Dalam penyimpanan bahan baku pada gudang, dibituhkan penyimpanan yang sesuai dan keamanan yang
terjamin. Sehingga dapat dipastikan pengeluaran gudang berjalan sesuai dengan aturan yang ada, yaitu
sesuai dengan bukti permintaan dan pengeluaran bahan baku.
Formulir/dokumen terkait sistem pengeluaran dan pencatatan bahan baku, adalah sebagai berikut:
1. Bukti permintaan bahan baku, sebagai otorisasi bagi petugas gudang untuk mengeluarkan bahan
baku. Bukti permintaan tersebut dibuat oleh klerek, kepala departemen, supervisor, pemimpin
kelompok, atau ekspedisi dari bagian pengendalian produksi. Digunakan untuk mengeluarkan bahan
baku dari gudang dan dijadikan dokumen sumber untuk pencatatan di buku pembantu bahan baku di
bagian pengeluaran, bagian BBL dari kartu biaya pesanan, bagian BBL dari laporan biaya produksi
departemental, dan kertas kerja analisis overhead departemental. Semua penarikan menghasilkan
ikhtisar jurnal kredit ke bahan baku dan debit ke BDP, pengendalian overhead pabrik, beban
pemasaran, atau beban administrasi.
2. Pemrosesan data elektronik (EDP). Bukti permintaan bahan baku merupakan informasi permintaan
bahan baku yang dimasukkan dan dikirimkan secara elektronik. Sistem menghasilkan ikhtisar bahan
baku sesuai kebutuhan dan memperbaharui buku pembantu dan akun buku besar secara otomatis.
3. Daftar bahan baku yang diperlukan (bill of materials). Daftar ini memuat semua bahan baku yang
diperlukan untuk suatu suatu pesanan atau production run tertentu. Daftar ini dapat menghemat waktu
dan mengurangi kesalahan karena berguna sebagai copy master dari bukti permintaan bahan baku
untuk produk tersebut. Melalui proses EDP, cetakan daftar bahan baku yang diperlukan didapat, selain
itu memproses informasi secara internal, dan memperbaharui semua catatan akuntansi secara
otomatis.
Model Kuantitatif
Persediaan berfungsi sebagai pengaman antara produksi dengan konsumsi barang persediaan ada dalam
berbagai bentuk bahan baku menunggu untuk diproses, produk atau yang separuh selesai, dan persediaan
barang jadi di pabrik, di perjalanan, di titik distribusi gudang, dan di gerai ritel.
Perencanaan bahan baku berhubungan dengan dua faktor fundamental, yaitu jumlah dan waktu pembelian.
Penentuan berapa banyak dan kapan akan dibeli melibatkan dua jenis biaya yang saling berlawanan, yaitu
biaya penyimpangan persediaan (cost of carrying inventory) dan biaya karena tidak menyimpan cukup
persediaan. Karakteristik biaya yang saling berlawanan diilustrasikan dalam tabel berikut:
Economic Order Quantity (EOQ) merupakan jumlah persediaan yang harus dipesan pada suatu saat dengan
tujuan untuk mengurangi biaya persediaan tahunan. Jika perusahaan membeli bahan baku dalam jumlah
besar sehingga frekuensi pemesanan rendah, biaya penyimpangan persediaan menjadi tinggi karena
investasi yang cukup besar dalam persediaan. Jika bahan baku dibeli dalam jumlah kecil, frekuensi pesanan
tinggi dan mengakibatkan biaya pemesanan yang tinggi. Beberapa elemen yang memengaruhi EOQ adalah:
a) harga beli dan ongkos angkut; b) biaya pemesanan (ordering cost), merupakan biaya yang terjadi dalam
rangka melaksanakan kegiatan pemesanan bahan; c) biaya penyimpanan (carrying cost), merupakan biaya
yang terjadi dalam rangka melaksanakan kegiatan penyimpanan bahan, antara lain: biaya sewa, gudang,
biaya asuransi bahan, biaya administrasi gudang serta biaya atas rusak dan usangnya bahan; d) Kebutuhan
bahan baku selama setahun. Kalkulasi differensial memungkinkan perhitungan EOQ dengan rumus berikut.
EOQ=
√ 2 x RU x CO
CU x CC
RU
=Frekuensi pembelian per tahun
EOQ
RU X CO
=Biaya pesanan per tahun
EOQ
EOQ
=Rata−rata jumlah unit dalam persediaan pada setiap waktu
2
RU X CO CU X CC X EOQ
+ =Total biaya per tahun dari biaya pemesanan dan penyimpanan persediaan , disebut seba
EOQ 2
Dimana:
RU = Required unit (kebutuhan bahan baku setahun)
CO = Cost per order (biaya pemesanan per pesanan)
CU = Cost per unit (harga beli bahan baku per unit)
CC = Carrying cost (biaya penyimpanan dan biasanya dinyatakan dalam persentase)
Diskon Pembelian. Diskon pembelian merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi jumlah
pemesanan yang dapat merubah perhitungan EOQ. Diskon penjualan biasanya diberikan dalam kuantitas
besar, hal ini akan menyebabkan biaya per unit yang lebih rendah, frekuensi pemesanan berkurang, namun
juga akan meningkatkan nilai investasi dalam persediaan.
Ilustrasi: RU = 3.600 unit; CU = $1 tanpa diskon; CC = 20%; CO = $10. Berdasarkan data ini, kita bisa
menghitung nilai EOQ sebagai berikut:
EOQ=
√ CU x CC √
2 x RU x CO = 2 x 3.600 x 10 = 600 unit
1 x 20 %
Berdasarkan perhitungan di atas kita akan melihat bagaimana tingkat diskon dapat memengaruhi pergerakan
biaya-biaya. Berikut ini dapat kita lihat ilustrasi pergeseran biaya-biaya dari tiap tingkatan diskon.
Biaya persediaan adalah total keseluruhan biaya, yaitu biaya bahan baku, pemesanan, dan penyimpanan.
Berdasarkan penghitungan biaya pada titik diskon, maka kita dapat melihat perbandingan titik pemesanan
pada EOQ yaitu pada titik 600 unit dengan titik biaya paling minimal pada titik 900 unit, maka perusahaan
dapat membuat pertimbangan/judgement ekonomi pada titik pemesanan 900 unit akan dilakukan pemesanan.
Rumus EOQ dapat digunakan untuk menghitung jumlah optimum dari suatu production runs, dalam kasus ini
biaya per pesanan mewakili estimasi dari biaya persiapan (setup cost), dan biaya per unit bahan baku
mewakili biaya produksi variabel per unit. Ilustrasi: Biaya set up $62; Biaya produksi variabel $2; Kebutuhan
produksi per tahun 6.000 unit; Cost Carrying 20%. Hitunglah titik optimum production Runs dengan
menggunakan rumus EOQ!
Rumus EOQ membahas masalah kuantitas dalam perencanaan persediaan, dalam menentukan waktu
pemesanan dikendalikan oleh tiga faktor: 1) Waktu yang diperlukan untuk pengantaran; 2) Tingkat
penggunaan persediaan; 3) Persediaan pengaman.
Menentukan titik pemesanan akan relatif sederhana apabila prediksi yang tepat tersedia atas tingkat
penggunaan dan waktu tunggu (lead time), yaitu interval waktu antara saat pemesanan dilakukan dan saat
bahan baku tersedia di pabrik untuk produksi. Untuk kebanyakan item persediaan, ada variasi di salah satu
atau kedua faktor tersebut, seperti: 1) Jika waktu tunggu atau tingkat penggunaan di bawah perkiraan selama
periode pemesanan, bahan baku yang baru tiba sebelum persediaan yang ada habis digunakan, sehingga
menambah biaya penyimpangan bahan baku; 2) Jika waktu tunggu atau tingkat penggunaan di atas
2017 Akuntansi Biaya Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI http://www.mercubuana.ac.id
perkiraan, akan terjadi kehabisan persediaan, beserta biaya-biayanya, termasuk kehilangan pelanggan; 3)
Jika waktu tunggu dan tingkat penggunaan rata-rata atau normal digunakan untuk menentukan titik
pemesanan, kehabisan persediaan bisa diharapkan untuk terjadi pada setiap pesanan.
Suatu perusahaan menggunakan satu item yang dipesan 10 kali per tahun, biaya dari satu kali kehabisan
persediaan adalah sebesar $30, biaya penyimpanan sebesar $0,50 per tahun per unit, dan berbagai
probabilitas terjadinya kehabisan persediaan berikut diestimasikan untuk berbagai tingkat persediaan
pengaman:
Pembelian dilakukan apabila persediaan bahan baku yang ada di gudang sudah mencapai jumlah pada
tingkat minimum pemesanan kembali (Reorder Point), yang dirumuskan sebagai berikut:
Perencanaan kebutuhan bahan baku (materials requirements planning-MRP) adalah simulasi komputer untuk
mengelola kebutuhan bahan bau berdasarkan daftar bahan baku yang diperlukan dari setiap produk, status
persediaan, dan proses produksi jadwal utama dari item-item yang akan diproduksi dan tanggal jatuh
temponya dimasukan ke dalam komputer, yang kemudian mengakses daftar bahan bau yang diperlukan, dan
yang sudah dipesan.
Pengendalian bahan baku harus memenuhi dua kebutuhan yang saling berlawanan, yaitu: 1) Menjaga
persediaan dalam jumlah dan variasi yang mencukupi untuk operasi secara efisien; 2) Menjaga tingkat
persediaan yang menguntungkan secara finansial.
Tujuan dasar pengendalian bahan baku adalah kemampuan untuk melakukan pemesanan pada waktu yang
sesuai dengan sumber terbaik untuk memperoleh jumlah yang tepat pada harga dan kualitas yang tepat.
Pengendalian persediaan yang efektif sebaiknya: 1) Menyediakan pasokan bahan baku yang diperlukan untuk
operasi yang efisien dan tidak terganggu; 2) Menyediakan cukup persediaan dalam periode dimana pasokan
kecil dan mengantisipasi perubahan harga; 3) Menyimpan bahan baku dengan waktu penanganan dan biaya
minimum dan melindungi bahan baku tersebut dari kerugian akibat kebakaran; 4) Meminimalkan item yang
tidak aktif, kelebihan, usang dengan melaporkan perubahan produk yang memepengaruhi bahan baku; 5)
Memastikan persediaan yang cukup untuk pengiriman segera ke pelanggan; 6) Menjaga agar jumlah modal
yang diinvestasikan dalam persediaan berada di tingkat yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan
rencana manajemen.
Metode ini berbeda dalam hal pemeliharaan dan biaya yang dikeluarkan. Item-item yang kritis dan memiliki
nilai tinggi memerlukan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan item yang nilainya lebih rendah.
Misalnya untuk item yang lebih rendah,persediaan pengaman dan pesanan dalam jumlah besar sehingga
mencukupi untk tiga sampai enam bulan adalah umum, karena biaya penyimpanan biasanya rendah dan
risiko keusangan dapat diabaikan. Berikut adalah metode pengandalian bahan baku:
Metode minimum-maksimum (min-max method) didasarkan pada pernyataan bahwa jumlah dari sebagian
besar item persediaan berada pada kisaran batas tertentu. Maksimum jumlah untuk setiap item ditetapkan.
Tingkat minimum sudah memasukkan margin pengaman yang diperlukan untuk mencegah terjadinya
kehabisan persediaan selama siklus pemesanan kembali tingkat minimum menjadi titik pemesanan dan
jumlah pesanan adalah selisih antara tingkat minimum dengan tingkat maksimum. Metode ini didasarkan pada
observasi fisik atau dapat dimasukan ke dalam sistem akuntansi. Titik pemesanan telah dicapai diilustrasikan
oleh metode dua tempat (two-bin method). Dalam metode ini, setiap item persediaan yang mencukupi untuk
memenuhi tempat, tumpukan, atau kumpulan. Tempat pertama berisi persediaan yang mencukupi untuk
memenuhi penggunaan yang terjadi dengan penempatan pesanan berikutnya.
Pengendalian selektif. Disebut juga rencana ABC, signifikan biaya dari setiap item dievaluasi. Item
diklasifikasikan pada 3 kelompok, yaitu: item penting yang nilainya tinggi berada pada tingkat pengendalian
yang peling ketat; Item yang nilainya menengah, berada pada tingkat pengendalian yang moderat; item lain-
lain yang tidak penting dikendalikan dengan menggunakan pengendalian fisik yang sederhana, seperti metode
dua tempat.
Pengendalian dilakukan oleh manajemen dengan memastikan penumpukan persediaan tidak berkelanjutan
karena kebijakan pemesanan sekarang. Setelah itu baru mengambil langkah untuk mengeluarkan persediaan
tersebut. Bahan baku yang usang biasanya terjadi bila suatu produk dirancang ulang atau dihentikan
produksinya. Penjualan dengan segera atas persediaan tersebut dengan menerima tawaran pertama yang
wajar sering kali merupakan kebijakan yang terbaik.
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out/FIFO). Metode ini beranggapan bahwa bahan
yang dibeli (masuk) lebih awal dipakai (keluar) lebih awal pula. Metode ini lebih menekankan pada arus
biayanya dan bukan pada arus bahan secara fisik. Penekanan ini berarti bahwa secara fisik dapat terjadi
bahan yang dibeli lebih awal tidak dipakai lebih awal, tetapi dalam penentuan harga pokoknya bahan yang
dipakai berpedoman pada bahan yang masuk pertama keluar pertama.
2017 Akuntansi Biaya Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Metode Rata-Rata (Average). Dalam sistem pencatatan periodik, metode rata-rata yang digunakan adalah
metode rata-rata tertimbang (weighted average). Dalam sistem pencatatan perpetual, metode rata-rata yang
digunakan disebut dengan metode rata-rata bergerak (moving average). Dalam metode ini harga pokok per
satuan bahan yang ada dalam persediaan di gudang ditentukan dengan membagi jumlah harga pokok semua
bahan yang dibeli dengan jumlah kuantitasnya. Harga pokok persediaan bahan yang ada di gudang hanya
ada satu harga pokok, yang dapat berubah setiap ada pembelian jika ada diskon pembelian dan atau terdapat
ongkos angkut yang dibebankan ke persediaan.
Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out). Metode ini membebankan biaya dari pembelian
yang paling terakhir dalam persediaan ke setiap bahan baku yang dikeluarkan ke produksi. Metode ini
merupakan pendekatan biaya yang paling berarti untuk dikaitkan dengan pendapatan dalam menghitung laba.
Metode LIFO pada umumnya tidak praktis digunakan oleh perusahaan yang memiliki sejumlah besar jenis
item persediaan dan yang merubah bauran persediaan secara berkala. Penggunaan metode ini dapat
memastikan likuidasi biaya dari lapisan dasar LIFO dan kelebihan maupun kerugian LIFO. Akibatnya banyak
perusahaan yang menggunakan LIFO nilai dolar untuk laporan keuangan dan pajak penghasilan. Metode ini
mengurangi biaya administasi LIFO. Selain itu penghematan pajak penghasilan dalam periode dimana harga
naik akan lebih tinggi.
Daftar Pustaka
Carter, William K. 2012. Cost Accounting. Edisi 14 Buku 1. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Kristanto dan Dewi. 2013. Akuntansi Biaya. Penerbit In Media. Diunduh dari ResearchGate
https://www.researchgate.net/publication/305730602