Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN SEMENTARA MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

“UJI EFEKTIVITAS PENGAWET”

Di susun oleh :

Nama : Siti Amanah Tunggal Putri


Nim : 34210394

Kelas : A/DF/II

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

DIII FARMASI STIKES SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2022

UJI EFEKTIVITAS PENGAWET


I. TUJUAN
1. Memahami megenai zat antimikroba sebagai pengawet untuk produk pangan dan atau
sediaanfarmasi
2. Mampu melakukan uji pengawet antimikroba khususnya terhadap sediaan
farmasi berdasarkan Farmakope Indonesia.

II. PENDAHULUAN
Apa itu Pengawet? Pengawet adalah zat antimikroba yang digunakan
untuk menurunkan kemampuan mikroba tumbuh di dalam sediaan obat.
Terdapat berbagai tipe pengawet yaitu sintetik dan pengawet alami.
Contoh pengawet sintetik yang sering digunakan dalam formulasi obat
adalah paraben (metil paraben dan propil paraben). Metil paraben dikenal
dengan nama dagang nipagin sedangkan propil paraben dikenal dengan
nama nipasol. Nipagin dan nipasol merupakan senyawa fenolik, stabil di
udara, sensitif terhadap pemaparan cahaya, tahan terhadap panas dan
dingin termasuk uap sterilisasi, stabilitas menurun dengan meningkatnya
pH yang dapat menyebabkan hidrolisis. Mekanisme kerja senyawa fenolik
adalah dengan menghilangkan permebilitas membran sehingga isi
sitoplasma keluar dan menghambat sistem transport elekrolit yang lebih
efektif terhadap kapang dan khamir dibandingkan terhadap bakteri, serta
lebih efektif menghambat bakteri Gram posistif dibandingkan dengan
bakteri Gram negatif. Efikasi / efektivitas pengawet antimikroba dari
sediaan farmasi harus ditetapkan dalam pengembangan obat. Sediaan
farmasi seperti sediaan injeksi, tetes mata dan sirup diformulasi pada obat
dengan penambahan penawet. Penambahan pengawet yang tepat pada
sediaan farmasi harus dilakukan untuk mencegah adanya pertumbuhan
mikroba pada sediaan farmasi. Kontaminasi mikroba ini sangat penting
terkait dengan keamanan obat, jangan sampai obat yang diberikan malah
menimbulkan infeksi penyakit. Pengujian efektivitas pengawet ini
dilakukan selama pengembangan produk farmasi dan dilakukan
monitoring selama produksi komersial obat. Pengujian ini tidak ditujukan
untuk tujuan kontrol rutin. Pengawet biasa dipertimbangkan sebagai zat
aktif dalam mencegah pertumbuhan mirkoba sehingga potensinya harus
dimonitoring selama pembuatan produk. Kadar pengawet dideteksi
dengan metode HPLC sebelum rilis produk dan diperiksa rutin selama uji
stabilitas. Akan tetapi pengujian kdar secara kimia (misal dengan HPLC)
tidak selalu berkorelasi dengan aktivitas antimikroba di formulasi obat.
Oleh karena itu uji ekfektivitas bakteri dengan inkubasi harus tetap
dilakuakn selama formulasi dan uji stabilitas. Di USP sendiri diatur dalam
USP <51> Antimicrobial Preservative Efficacy Dalam formula harus dicari
kadar pengawet dimana kadar tersebut efektif terhadap mikroba dan
disatu sisi tidak toksik untuk pasien. Tes efikasi antimikroba harus
dilakukan pada berbagai dosis di sediaan parenteral, sediaan mata,
hidung, oral dan sediaan kulit. Pengawet yang ditambahakan seharusnya
stabil selama penyimpanan sesuai dengan waktu kadaluarsa. Pengujian
dilakukan pada sediaan obat yang masih dalam kemasan asli. Pengujian
efektivitas mikroba antar lain dimulai dari preparasi sampel dari kemasan
asli, inokulasi sampel pada mikroorganisme yang sesuai, penyimpanan
sampel pada sushu yang sesuai, pengambilan sampel dari wasah pada
interval waktu yang telah ditentukan dan menghitung jumlah bakteri.
Pengawet dinyatakan efektif bila tidak ada pertumbuhan mikroba pada
sampel yang telah diinkubasi dengan mikroba.Jenis mikroorganisme yang
digunakan dalam pengujian antimikroba sebaiknya dipilih yang dapat
mewakili di lingkungan tempat obat tersebut diproduksi, distribusi dan
disimpan. Namun, dalam pengujian harus dilengkapi dengan strain atau
spesies lain, terutama yang mungkin ditemukan dalam kondisi di bawah
produk tertentu dibuat atau digunakan, atau yang mungkin menawarkan
tantangan khusus untuk jenis produk yang diuji. Tantangan strain tunggal
(bukan kultur campuran) harus digunakan di seluruh pengujian. Uji
tantangan efektivitas mikroba dilakukan pada kondisi “worst case” atau
“accidental” untuk melihat efektivitas pengawet dalam kondisi
tertentu.Uji Efektivitas mikroba dapat menggunakan mikroba sebagai
berikut:
Candida albicans: jamur yang umum ditemukan dilingkungan
Pseudomonas aeruginosa : bakteri gram negatif aerobik yang ditemukan
umum di tanan dan air
Staphylococus aureus : bakteri gram positif, ditemukan di kulit
Aspergillus niger : jamur yang sering ditemukan di lingkungan lembab
Escherichia coli : bakteri gram negatif anaerobik fakultatif yang ditemukan
pada feses
Untuk mencegah adanya perubahan fenotip (ciri fisik bakteri) selama
penggunaa, mikroba yang digunakan tidak boleh lebih dari 5 kali turunan
dari kultur aslinya. Kultur yang baru ditumbuhkan pada media yang baru.
Dalam penumbuhan bakteri media yang digunakan sudah dilakukan test
pertumbuhan media (growth promotion test).

III. ALAT DAN BAHAN


BAHAN
1. Sampel ( tetes mata, hidug, telinga)
2. Mikroba uji
3. Media SCDA (Soybean Casein Digest Agar)
4. Korek api
5. Alkohol 70%
6. Akuades steril

ALAT
1. Ikubator
2. Cawan petri steril
3. Pipet ukur
4. Mikropipet
5. Blue tip/ Yellow tip
6. Tabung reaksi
7. Bunsen+ spiritus
8. Rak tabung

IV. CARA KERJA

Siapkan Alat dan Bahan

Ambil 20 ml sampel da masukkan ke dalam masing-masing 5 tabung


tertutup.

Inokulasi masing-masing wadah dengan menggunakan suspensi mikroba


uji menggunakan perbandingan 0,10 ml inokulum setara dengan 20 ml
volume sampel Campurkan

Campurkan. Di samping itu, tetapkan juga jumlah awal mikroba uji yang
dimasukkan ke dalam sediaan dengan menggunakan metodeme metode
pengenceran

da penuangan pada cawan (jumlah awal mikroba uji dalam sediaan


segera setelah inokulasi adalah 100.000-1.000.000 cfu/ml

Inkubasikan wadah yang telah diinokulasi pada suhu 20-25°C. Kemudian


lakukan pengamatan pada hari ke 1, 2, 3, 4, 7, 14, 21 dan 28 setelah
inokulasi.

Setelah itu tetapkan jumlah mikroba variabel pada tiap selang waktu
tersebut dengan metode lempeng agar. Hitung perubahan kadar dalam
persen tiap mikroba uji selama pengujian berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai