Anda di halaman 1dari 10

Majalah Ilmiah Biologi Biosfera : A Scientific Journal DOI: 10.20884/1.mib.2021.38.1.

800
Vol 38, No 1 Januari 2021 : 1-10

Implikasi Pemanfaatan Lahan Terhadap Tingkat Keanekaragaman Jenis


Tanaman Di Kawasan Kabupaten Kuningan Jawa Barat
Kristiyanto1 dan Andrianto Kusumoarto2
¹Progam Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA, Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta
²Program Studi Pendidikan Biologi, Faktultas Teknik, Matematika dan IPA, Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta
Email: kristiyanto94@gmail.com

Abstract
The plant diversity has become of one indicated maintained, preserved and it has impact to environmental quality, and
of course has value to human wellbeing dimension, which it has used to a demand of living the human. Beside of plant
diversity has key a role of important in preserving of natural system condition by sustainable. Therefore aim this study
to know how the plant diversity (H’), therefor methods which is used to vegetation analyses, by the plotting of sample
area is 20x20 m, which are 3 subdistrict in Kuningan district area as representative of research samples methods. This
result of research has inventories at least ±43 plants species in all area research, in which every area has had difference
of index plant diversity level, in which Kadugede subdistrict area has highest level, than one the other subdistrict area,
which is value H’= 2.30, and the lower of diversity index value is Cimahi H’= 1.49 and Ciawegebang H’= 1.14 level.
Preserving and maintaining of plant diversity is one of all ways or strategies to increasing of quality ecosystem or
carrying capacity and its conservation goals of sustainable developing in urban or rural area.
Keyword: Environmental quality, Human, Plant diversity, Wellbeing

Abstrak
Tingkat diversitas tanaman yang tinggi, menjadi salah satu indikasi yang menunjukkan tindakan, yang
merepresentasikan adanya pelestarian, yang telah dilakukan dan hal ini memiliki pengaruh terhadap kualitas
lingkungan, serta tentunya kualitas atau kesejahterahan masyarakat, dimana sebagian besar hidupnya diambil dari
kekayaan tersebut. Di samping itu, tingkat diversitas tanaman memiliki peran penting, dalam menjaga dan melesatrikan
sistem alam secara baik dan berkelanjutan, adapun tujuan dalam penelitian ini, untuk mengetahui tingkat
keanekaragaman (H’) tanaman, sedangkan metode yang digunakan dengan menggunakan analisis vegetasi, dengan
ukuran plot 20x20 m pada lokasi yang telah ditentukan, ada 3 area yang menjadi titik pengamatan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini, menunjukkan telah ditemukan ±43 jeni tanaman, tetapi disetiap masing-masing area memiliki
tingkat keanekaragaman tanaman yang berbeda-beda, dimana Kadugede memiliki tingkat diversitas yang tinggi,
dibanding area lainnya, yaitu H’= 2.30, sedangkan yang paling rendah yaitu Cimahi H’= 1.49 dan Ciawegebang H’=
1.14. Melestarikan dan menjaga tingkat keanekaragaman spesies tanaman (plant diversity) menjadi salah satu strategi,
dalam meningkatkan kualitas ekosistem atau kapabilitas ekosistem, hal ini, merupakan bagian dari tujuan konservasi
dalam membangun pola atau model pembangunan berkelanjutan, baik kawasan di pedesaan maupun perkotaan.
Kata kunci: Kualitas lingkungan, Keanekaragaman tanaman, Manusia, Kesejahterahan

Pendahuluan ekologi (Jants et al, 2015). Oleh karena itu,


dominansi aktivitas masyarakat tersebut, tentunya
Kawasan Indonesia memiliki flora dan fauna berdampak besar terhadap eksistensi (tumbuh
yang sangat tinggi, dimana Damayanti et al, (2008) kembang) suatu jenis tumbuhan, di kawasan
menyebutkan bahwa jumlah spesies tumbuhan tertentu, baik secara terpusat maupun distributif,
±38,000, dengan ±55% merupakan spesies sehingga diversitas penggunaan lahan (Land use
endemik, dengan demikian nilai kekayaan alam ini, change) berpengaruh pada diversitas tanaman di
Indonesia menempati no. 5 dunia sebagai kawasan dalamnya (Katharina, 2017), juga tipe tanah (Ali et
yang menyimpan potensi kekayaan flora, yang al, 2016). Beberapa indikator atau variabel ini,
tinggi tetapi menjadi peluangan dan tantangan secara langsung maupun tidak langsung,
dalam pengeolaan serta pemanfaatannya (Gerard, disamping dominansi manusia dalam mengubah
2006; Kristina Von Rintelen et al, 2017), di sisi lain lahan (land use change), tentunya perlu adanya
Daniel Francis Richard Cleary and Devantier L penanganan secara komprehensif dan terintegrasi,
(2017) Indonesia juga dihadapkan dengan dalam merestorasi maupun mengkonservasi suatu
ancaman kekayaan hayati (biodiversitas), akibat kawasan (zona) yang berbasis “Plant diversity”.
aktivitas masyarakat dan lainnya. Kekayaan alam Di pihak lain, menghilangnya tingkat
(Plant diversity) tersebut, kini dihadapkan dengan keanekaragaman flora atau spesies tanaman
berbagai aspek, yang mengarah pada degradasi tertentu (Loss of flora diversity), menjadi tantangan
(kepunahan), dimana Thuiller et al (2005) lokal maupun global yang harus di respon secara
menyebutkan, bahwa aspek iklim (climate change) dinamis, dimana aspektopogeografis (climate
salah satu diantara penyebab punahnya jenis atau disturbance ect) perlu menjadi perhatian, karena
spesies tanaman, disamping masih banyak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
aktivitas masyarakat (Anthropogenic) dalam eksistensi (distribusi) suatu populasi maupun
mengubah penggunaan lahan (land use), yang komunitas spesies tumbuhan didalamnya (Levy et
tidak sesuai dengan kaidah-kaidah atau prinsip al, 2016), dimana suhu dan kelembaban memiliki

1
Implikasi Pemanfaatan Lahan Terhadap … Kristiyanto dan Kusumoarto

implikasi besar terhadap keberagaman suatu Metode


spesies tumbuhan (endemik maupun non endemik)
atau menurut Todd dan Bittman (2016) Lokasi Penelitian, Ada 3 lokasi/titik
mengungkapkan bahwa keberagaman suatu pengamatan (Kecamatan) yang dijadikan obyek
kondisi geografis dapat merefleksikan adanya penelitian, yaitu di Kecamatan Kadugede dengan
keberagaman spesies tumbuhan. Oleh karena itu, jumlah plot 8 dengan titik kooradinat 07º02’47,0”
memahami distribusi spesies tumbuhan, dapat Bujur Timur dan 108º26’30,7” Lintang Selatan,
dianalisis dengan melihat dinamika hubungan Kecamatan Cimahi sebanyak 1 plot dengan titik
spesies-lingkungan (Antonoine, G, and
koordinat 06º57’42,6” Bujur Timur dan 108º40’55,0”
Zimmermann, 2000), satu diantaranya dengan
mengembangkan pola atau model ekologi, secara Lintang Selatan, dan Kecamatan Ciawigebang
quantitatif dapat melihat akurasi pola distribusi sebanyak plot 3 dengan titik koordinat 06º55’03,2”
spesies di suatu kawasan tertentu, secara baik dan Bujur Timur dan 108º30’12,0” Lintang Selatan (lihat
tepat. gambar 1), dimana lokasi ini dianggap representatif
Keberadaan suatu spesies tumbuhan (Plant dijadikan sebagai obyek penelitian, karena memiliki
diversity), memiliki nilai-nilai ekologi yang penting karakteristik (bentang lahan, tipe penggunaan
bagi lingkungan (ecosystem functioning) maupun
masyarakat sekitarnya (Lindsay A, 2016; J. P. lahan, dan tipe tanah) yang berbeda-beda.
Grime, 1998), dan hal ini secara implikatif dapat Kawasan Kabupaten Kuningan masih menyimpan
berdampak positif, satu diantaranya dapat potensi flora yang tinggi, dimana 30,79%
mendukung dalam mencapai pembangunan yang merupakan kawasan hutan, sehingga penting
ekologis, sehingga perlu adanya pengelolaan yang untuk dilakukan inventarisasi, terkait dengan
sinergis dan konservatif, disamping dapat diversitas jenis tanaman di dalamnya, hal ini untuk
memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat
melihat seberapa jauh implikasi pembangunan
didalamnya, secara baik dan berkelanjutan. Hal
tersebut, dapat dilihat bagaimana situasi dan yang telah bangun oleh masyarakat setempat
kondisi suatu kawasan di Kabupaten Kuningan, terhadap tingkat keanekaragaman flora.
Jawa Barat yang secara topogeografis merupakan Pengambilan Data dan Analisis, Adapun
kawasan yang berdataran landai, hingga teknik pengambilan data dalam penelitian ini,
perbukitan (curam) dengan potensi keragaman dilakukan dengan pendekatan random stratified
tingkat flora (Plant diversity), yang begitu beragam. sampling, dimana pemilihan area penelitian
Adapun di pihak lain, dominansi aktivitas
memiliki karakteristik yang berbeda-beda, yang
masyarakat (Anthropogenic) dalam memanfaatkan
lahan untuk mengembangan lahan pertanian, berdasar pada kondisi atau tatanan ekologi-
perkebunan, maupun pertambangan (Land use lingkungan, pola pengelolaan, tipe penggunaan
change) terjadi secara massif dan destruktif, lahan, dan ketinggian lokasi. Secara quantitative
sehingga meninggalkan jejak ekologis yang teknik analisis data yang digunakan, dengan
degradatif, terutama rentan dengan bencana banjir menggunakan apa yang diimplementasikan dan
atau tergenang air (M Rogger et al, 2017). dikembangkan dengan berbagai penelitian yang
Oleh karena itu, mengidentifikasi dan
menganalisis tingkat keragaman tumbuhan di telah dilakukan, seperti Maguran (1998 dan 2004),
kawasan Kabupaten Kuningan Jawa Barat, Hafizah Nahlunnisa et al (2016), Ence Rachman
menjadi penting untuk mengetahui implikasi dan Hani Aditya (2017), dimana pendekatan
aktivitas masyarakat (Anthropogenic) dalam analisisnya menggunakan parameter indeks
mempengaruhi keanekaragaman maupun keanekaragaman (𝐻′ ), dengan rumus Shannon–
distribusi spesies tumbuhan, disamping jenis Wiener:
kegiatan masyarakat yang telah dan sedang
(a) H’= -∑ Pi ln(Pi), dimana Pi = (ni/N)
dilakukan. Oleh karena itu, memonitoring dan
mengevalusi suatu pola pengelolaan lahan menjadi Sedangkan INP [Indeks Nilai Penting] (Indriyanto,
penting atau dalam istilahnya “Land management” 2012),
(Yacine Kouba et al, 2015), dalam menjaga dan
(b) INP = KR + FR + CR
melestarikan kekayaan alam, terutama pada
tingkat keanekaragaman tumbuhan (Plant INP = KR-I + FR-i + CR-i
diversity), karena hal ini menjadi indikator alam Kemudian hasil analisis tersebut (diatas),
yang menyangkut stabilitas sistem ekologi
dapat digunakan untuk melihat sejauh mana peran
(Ekosistem) di dalamnya, disamping sebagai
parameter dalam pengembangan pola atau kontribusinya, terhadap stabilitas sistem
pembangunan yang berkelanjutan, baik secara ekologi (ekosistem) di dalamnya (interaksi biotik
sosial, ekonomi, maupun ekologi. maupun abiotik), disamping sebagai instrument
untuk mengevaluasi pola pemanfaatan potensi
sumber daya lahan yang telah dan akan berjalan.

2
Majalah Ilmiah Biologi Biosfera : A Scientific Journal DOI: 10.20884/1.mib.2021.38.1.800
Vol 38, No 1 Januari 2021 : 1-10

8 plot
3 plot

1 plot

Gambar 1. Lokasi Obyek Penelitian, di Kawasan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat


Sumber: www.Google.com. 2019
Adapun secara qualitative, sebagai data nilai penting (INP) yang diperoleh dari KR
pendukung dalam penelitian ini, dengan (a) Direct (Kerapatan relatif), FR (Frekuensi relatif) dan DR
observation, dan (b) In depth interview, dengan (Dominansi relatif) pada ke-3 Kecamatan obyek
beberapa masyarakat yang dijumpai dan instansi- penelitian memiliki nilai (INP) yang berbeda-beda
instansi terkait. Kedua data tersebut (quantitative (Nurlita, 2014) dan lihat tabel 2, hal ini secara
dan qualitative), menjadi bahan narasi dalam empiris lebih banyak disebabkan oleh aspek
penelitian ini, kemudian di deskripsikan secara “Anthropogenic” (Li, 2010), satu diantaranya
analitik yang kemudian dikembangkan menjadi banyak masyarakat telah mengubah lahan ekologi
“Rekomendasi” bagi pemerintah setempat maupun (konservasi) menjadi lahan ekonomi (Land use
masyarakat sekitarnya dalam mengembangkan change) baik dikembangkan sebagai lahan
zonasi “kesesuaian habitat” untuk pertanian, perkebunan, maupun peternakan, tetapi
kembangtumbuhnya tumbuhan secara ekologis yang lebih terlihat dan memiliki dampak serius
dan berkelanjutan. terhadap lingkungan sekitar, terlihat maraknya
kegiatan pertambangan golongan C, yang semakin
Hasil dan Pembahasan massif dan destruktif, hal ini dapat dilihat pada
Mengacu pada hasil kuantitatif, terkait gambar 1.
dengan nilai indeks keragaman tanaman maupun

3
Implikasi Pemanfaatan Lahan Terhadap … Kristiyanto dan Kusumoarto

a b
Gambar 2. Jenis Kegiatan Pertambangan (a. Pertambangan Batu Kapur; b. Pertambangan Pasir dan
Batu)

Ilustrasi gambar (a dan b) diatas bagian dari Clarence L, 2001; Md. Mizanur R et al, 2009), hal
aktivitas masyarakat, dalam mengeruk atau ini dapat dilihat pada sub alinea berikutnya.
mengeksploitasi potensi sumber daya lahan secara
tidak ekologis, walaupun dipihak lain menganggap A. Indeks Keanekaragaman Jenis Tanaman
bahwa kegiatan ini, mampu berkontribusi dalam Pada ke-3 Kecamatan yang menjadi obyek
meningkatkan atau menambah lapangan penelitian, ditemukan sebanyak ±43 jenis tanaman,
pekerjaan. Oleh karena itu, menurut Bappeda dimana jenis tanaman ini lebih didominasi dengan
Kabupaten Kuningan (2012) mengungkapkan jenis tanaman Tectona grandis (Jati), yang
bahwa seharusnya ±30,79% merupakan kawasan terdistribusi secara merata dari 3 Kecamatan,
hutan yang harus dijaga dan dilestarikan, kini walaupun begitu memiliki tingkat keragaman jenis
luasan areal tersebut dihadapkan dengan tanaman yang berbeda (H’). Ada beberapa jenis
permasalahan degradasi akibat aktivitas tanaman yang tumbuh dan berkembang dengan
pertambangan, yang secara akumulasi dapat baik, hal ini dapat diasumsikan secara deskriptif
merusak sistem ekologi didalamnya. Oleh karena sangat berkaitan dengan tipe penggunaan lahan
itu, istilah “Loss of flora diversity” salah satu isu (land use) dan jenis tanaman yang sengaja
yang merepresentasikan, bagaimana sistem dibududayakan oleh masyarakat, yang memiliki
ekologi (ekosistem) telah terganggu akibat nilai ekonomi, seperti jenis Tectona grandis,
akumulasi tindakan atau aktivitas masyarakat Swietenia mahagoni, dan Bambusa sp. Jenis
(Anthropogenic), yang menghilangkan tingkat tanaman tersebut, selain mudah ditanam dan
keanekaragaman tanaman (H’), yang secara diperdagangan, dapat juga digunakan bahan untuk
kuantitatif maupun kualitatif (David Tilman and rumah, kayu bakar, dan sebagainya.

H'
2,5
2
1,5
1 H'

0,5
0
Kadugede Cimahi Ciawigebang

Gambar 3. Indeks Tingkat Keanekaragaman (H’) Jenis Tanaman

4
Majalah Ilmiah Biologi Biosfera : A Scientific Journal DOI: 10.20884/1.mib.2021.38.1.800
Vol 38, No 1 Januari 2021 : 1-10

Pengelolaan dan pemanfaatan lahan, belum dikembangkan secara konservatif, yang secara
memperhatikan potensi kondisi lahan/habitat suatu empiris selama ini, masih mengacu pada aspek
tanaman tertentu, (kesesuaian lahan) secara ekonomi semata, sehingga secara akumulatif
seksama, dimana mengesampingkan aspek berdampak pada siklus kehidupan tanaman
ekologi dalam mengelola dan mengembangkan (tingkat keanekaragaman maupun distribusi
kawasan ekonomi, telah berpengaruh terhadap tanaman). Oleh karena itu, mengoptimalisasi
tingkat keanekaragaman tumbuhan (Indeks) lihat kesesuaian jenis tanaman berdasarkan habitat
tabel 1, disamping distribusinya, dimana disetiap (Suitable habitat) menjadi penting, dalam rangka
area atau plot (pengamatan) menunjukkan nilai meningkatkan roda perekonomian masyarakat
indeks yang berbeda-beda, lihat tabel 2, 3, dan 4, dalam memanfaatkan lahan secara berkelanjutan,
inilah satu diantara implikasi atau dampak yang tanpa harus mengorbankan aspek ekologi lahan,
timbul akibat pola pengelolaan dan pemanfaatan
potensi lahan oleh masyarakat, yang selama ini B. Indeks Nilai Penting (INP) Jenis Tanaman
tidak ekologis atau bijak. Mengacu pada hasil penelitian, yang secara
Secara akumulasi mengacu pada hasil tabel kuantitatif (pada tabel 2, 3, dan 4), dimana
1, dapat diilustrasikan bagaimana beragamnya persebaran dengan dominansi jenis tanaman,
jenis tanaman (tingkat keanekaragaman tanaman disebabkan oleh aspek alam yang ditandai dengan
[H’]) yang terdapat di setiap area penelitian, dengan karakteristik tingkat topogeografis yang beragam
nilai indeksyang berbeda, hal ini dapat dilihat dari dari tingkat landau sampai curam lihat gambar 2,
hasil kuantitatif, yaitu dengan menggunakan kriteria yang tentunya berdampak pada jenis maupun
Maqurran (1998 dan 2004), diperoleh bahwa Area persebaran jenis tanaman didalamnya, disamping
Kadugede H’=2,30 termasuk dalam kategori aspek manusia yang telah mengelola dengan jenis
sedang, sedangkan area Cimahi H’= 1.49 dan tanaman ekonomi, seperti Saccharum offcinarum
Ciawegebang H’= 1.14 termasuk dalam kategori L, Melaleuca leucadendra dan sejenis tanaman
rendah. pertanian lainnya. Pola pengelolaan dan
Rerata tingkat keanekaragaman tanaman, pemanfaatan lahan (gambar 2) yang tidak
ke-3 Kecamatan Kabupaten Kuningan, memiliki mengendahkan aspek ekologi, secara tidak
rerata tingkat keanekaragaman tanaman (Plant langsung dapat mengubah tatanan vegetasi, yang
diversity) dalam kategori rendah-sedang, secara akumulatif dapat mengarah pada
fenomena ekologi (tanaman) ini tentunya dapat kerentanan (fenomena ekologi), seperti (a) tanah
menjadi evaluasi bersama antara masyarakat dan longsor (b) adanya fenomena invasif spesies, (c)
instansi-instansi terkait, dalam hal atau pola dapat mengarah pada kerentanan (konflik) sosial
pengelolaan dan pe manfaatan potensi sumber dan ekonomi.
daya lahan yang perlu diciptakan dan

Tipe Dataran curam

Tipe Dataran landai

a b
Gambar 2. Karakteristik topogeografis satu diantara kawasan titik pengamatan (a) dataran landai (b)
dataran curam

5
Implikasi Pemanfaatan Lahan Terhadap … Kristiyanto dan Kusumoarto

Melihat bagimana kondisi lahan di kawasan atau masih bergantung atau pada potensi sumber
Kabupaten Kuningan, dengan mengacu pada daya lahan sekitarnya, dimana bentuk
gambar 2 dan tabel 3, tentunya dapat kebergantungan ini, seperti area pengembangan
merepresentasikan bagaimana tingkat untuk perkebunan, pertanian, dan pertambangan
keragamanan jenis tanaman yang ada di maupun peternakan.
dalamnya, disamping pola pengelolaan dan Adanya spesifikasi jenis tanaman atau
pemanfaatan yang tidak ekologis atau eksploitatif dominansi suatu jenis tanaman di suatu area
(lihat gambar 1). Fenomena tersebut, secara tertentu (ke-3 area penelitian), yang disebabkan
akumulatif dan pasti terjadi, baik secara kuantitatif oleh berbagai hal, seperti yang telah diuraikan pada
maupun kualitatif dapat mengarah pada proses alinea sebelumnya, dimana mengubah suatu lahan
degradasi potensi sumber daya lahan, dimana ekologis menjadi lahan ekonomi (land use change)
lahan menjadi tidak produktif (Andrianto dkk, 2018). (Katharina Gerstner et al, 2014), tentunya dapat
Perubahan penggunaan lahan ini (Land use berimplikasi yang mengarah pada hilangnya
change) dengan implikasi, yang ditimbulkan kini keragaman jenis tanaman (loss of plant diversity)
dan kedepan (P. Poschlod et al, 2005). Hal ini dapat atau secara tidak langsung telah mengubah fungsi
menjadi masalah besar terhadap keberlanjutan tatanan ekologi menjadi lebih tidak stabil atau
suatu masyarakat, disamping berdampak pada rentan dengan bencana, bilamana pola
keberagaman hayati (biodiveristas), yang tentunya pemanfaatannya tidak ekologis.
juga berdampak pada masyarakat, yang sangat

Tabel 2. Indeks Nilai Penting (INP) di Area Kadugede

No Nama Lokal Nama ilmiah ƩIndividu INP


1 Cengkeh Syzygium aromaticum 51 50.7961
2 kopi Coffea canephora 18 24.13245
3 afrika Maesopsis eminii 14 17.28462
4 kelapa Cocos nucifera 10 26.29831
5 nangka Artocarpus heterophylla 2 11.55596
6 mangga Mangifera indica 2 8.0938
7 sengon Albizia chinensis 11 22.33394
8 pinus Pinus merkusii 3 11.37581
9 mahoni Swietenia mahagoni 22 28.64533
10 jati Tectona grandis 7 12.90962
11 aren Arenga pinnata 1 22.28362
12 jeruk Citrus sp. 4 10.55153
13 petai lamtoro Leucaena leucocephala 6 14.61957
14 durian Durio zibethinus 1 13.58796
15 sawo Manilkara zapota 1 8.596014
16 mindi Melia azedarach 2 8.576892
17 pala Myristica fragrans 5 8.358494

6
Majalah Ilmiah Biologi Biosfera : A Scientific Journal DOI: 10.20884/1.mib.2021.38.1.800
Vol 38, No 1 Januari 2021 : 1-10

Tabel 3. Indeks Nilai Penting (INP) di Area Cimahi


No Nama Lokal Nama ilmiah ƩIndividu INP
1 Mangga Mangifera indica 1 24.00176
2 nangka Artocarpus heterophylla 1 27.31668
3 Jati Tectona grandis 7 47.52428
4 palem kipas Livistona Chinensis 1 27.31668
5 Palem kuning Chrysalidocarpus lutescens 1 25.29089
6 kelapa Cocos nucifera 1 34.68316
7 randu Ceiba pentandra 16 76.45446
8 Jeruk Citrus sp. 5 37.4121

Tabel 4. Indeks Nilai Penting (INP) di Area Ciawigebang


No Nama Lokal Nama ilmiah ƩIndividu INP
1 sono keling Dalbergia latifolia 7 32.32316
2 trembesi Samanea saman 6 74.94141
3 cheri Prunus avium 3 68.27474
4 cemara Casuarina junghuniana 7 32.30633
5 Pete lamtoro Leucaena leucocephala 1 10.6135
6 Kayu putih Melaleuca leucadendra 21 71.73695

Secara kuantitatif, dominansi jenis C. Restorasi dan Konservasi Sumber Daya


tanaman dari 3 Kecamatan Kabupaten Kuningan, Lahan
Jawa Barat yang tersirat pada tabeldiatas, secara Mengelola dan memanfaatkan potensi
langsung memperlihatkan indeks nilai penting sumber daya lahan, secara konservatif dan
(INP), dimana indek nilai penting (INP) dari ke-3 ekologis, tidaklah mudah dilakukan oleh sebagian
area ini, memiliki dominansi jenis tanaman yang besar masyarakat, hal ini yang telah terbangun di
berbeda-beda, dimana area Kadugede nilai INP kawasan Kabupaten kuningan, Jawa Barat (lihat
nya 50.7961 (Syzygium aromaticum), Cimahi INP gambar 1), menurut Forest Isbell et al (2011)
nya 76.45446 (Ceiba pentandra), dan Ciawe bahwasanya untuk mencapai suatu bentuk
gebang INP nya 74.94141 (Samanea saman). ekosistem yang stabil dengan fungsinya (ecological
Indek nilai yang berbeda ini, menurut Alam (2014) function), yang mengarah pada bentuk atau
didalam Halim Wicaksono, dkk (2015) langkah konservasi, satu diantaranya dapat dilihat
menggambarkan adanya suatu proses pengusaan dari aspek tingkat keanekaragaman jenis
atau kompetisi antar jenis-jenis tanaman lainnya, tumbuhan (H’), yang ada didalamnya, hal ini
kemudian menurut Anibal Pauchard dan Alaback menurut Douglas et al (1994) bahwa pendekatan
(2003) juga menyebutkan invasi suatu spesies evaluasi untuk mengevaluasi kompleksitas
(alient species) akibat adanya variasi kondisi fisik permasalahan yang muncul, dalam rangka
lingkungan (elevation, land use, and landscape) menciptakan dan membangun kawasan konservasi
yang menyebabkan munculnya dominansi suatu yang mengarah pada pelestarian keanekaragaman
jenis spesies tanaman tertentu. Hal ini, sesuai jenis tumbuhan menjadi sebuah langkah strategis
dengan apa yang terjadi di kawasan Kabupaten dan penting yang harus di respon secara bersama-
Kuningan, introduksi suatu jenis tanaman yang sama dan sinergis.
sengaja di budidayakan dan menjadi jenis tanaman Mengimplementasikan dengan optimal
yang dominan lihat gambar 2, bisa menjadi jenis kesesuaian habitat untuk jenis tumbuhan, bagian
tumbuhan invasif bagi tanaman endemik, walaupun dari respon atas adanya proses degradasi lahan,
merupakan jenis tanaman yang memiliki nilai bahkan secara empiris menjadi fenomena ekologi
ekonomi tinggi bagi masyarakat sekitar. yang mengarah pada kerusakan lahan, tentunya ini
menjadi perhatian semua pihak, tak terkecuali
masyarakat di dalamnya, dimana akumulasi
aktivitas masyarakat dalam memanfaatkan lahan
(Anthropogenic), secara tidak langsung telah

7
Implikasi Pemanfaatan Lahan Terhadap … Kristiyanto dan Kusumoarto

mengubah tatanan vegetasi dan berimplikasi yang terlihat pada gambar 1, secara akumulatif
terhadap siklus hidup tumbuhan (flora diversity), dapat merusak lahan (Jose Barbedo et al, 2015).
sehingga perlu adanya sebuah strategi yang baik,
yang mengarah pada tindakan restorasi lahan, Simpulan dan Saran
dimana menurut A, D, Bradshaw (1977) Secara kuantitatif hasil penelitian ini,
mengungkapkan, bahwa proses restorasi mencoba menunjukkan bahwa dari ke-12 area (Kecamatan)
(teknis maupun non teknis) mengembalikan fungsi yang dijadikan obyek penelitian, dimana area
ekologi pada kondisi semula, tentunya hal ini (Kecamatan) Kadugede H’=2,30 dalam kategori
tergantung bagaimana masyarakat menyikapi dan sedang, sedangkan area Cimahi H’= 1.03 dan
mengimplementasikannya. Hal tersebut, Ciawegebang H’= 1.14 dalam kategori
berkorelasi dengan adanya sikap atau peran rendah.Adapun indek nilai penting (INP) dari ke-12
partisipasi masyarakat dan instansi-instansi terkait, area ini, memiliki dominansi jenis tanaman yang
dalam memuluskan langkah-langkah untuk berbeda-beda, dimana area Kadugede nilai INP
menjaga dan melestarikan suatu kawasan secara nya 50.7961 (Syzygium aromaticum), Cimahi INP
konservatif maupun ekologis (Craig R Groves et al, nya 76.45446 (Ceiba pentandra), dan Ciawe
2002; Kerrie A Wilson et al, 2007), sehingga secara gebang INP nya 74.94141 (Samanea saman),
tidak langsung juga mengarah pada peningkatan sehingga secara kuantitatif maupun kualitatif hasil
“ecosystem services” (Jane Carter Ingram et al, penelitian ini, menunjukkan bahwa kawasan
2012), hal ini berbeda dengan apa yang terjadi di Kabupaten Kuningan, perlu mendapat perhatian
Kawasan Kabupaten Kuningan, dimana sebagian secara ekologis maupun non ekologis, satu
masyarakatnya banyak memanfaatkan lahan diantaranya dengan mengoptimalisasikan
secara eksploitatif, contoh empirisnya dapat dilihat kesesuaian lahan untuk budidaya jenis tanaman
pada gambar 1. Oleh karena itu, menjaga dan tertentu (tanaman ekologi dan tanaman ekonomi),
melestarikan suatu kawasan sangat dibutuhkan agar terbangun kawasan konservasi. Oleh karena
dalam mencapai kawasan konservasi, disamping itu, hal ini merupakan saran yang perlu ditindak
perlu adanya ketegasan dan komitmen semua lanjutididalam penelitian ini, dimana perlu adanya
pihak untuk mewujudkannya, menurut Maria sebuah evaluasi bersama,secara kolaboratif dan
Contanza Torri (2011), untuk mencapainya salah sinergis,dalam rangka mengelola dan
satunya dengan membatasi dalam pengelolaan memanfaatkan potensi sumber daya lahan, dengan
dan pemanfaatan sumber daya alam. tidak mengorban aspek ekologi dalam
Tingkat keragaman jenis tumbuhan (Plant pembangunannya.
diversity index), dengan pola distribusinya tentunya
dapat menjadi karakter ekologi, yang Ucapan Terima Kasih
mengilustrasikan dinamika atau siklus sistem Penulis mengucapkan terima kasih kepada
ekologi (ekosistem) di kawasan tertentu, hal ini pihak-pihak yang telah membantu dalam penelitian
dapat dilihat bagaimana situasi dan kondisi ekologi ini, seperti Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
kawasan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat yang Daerah (BPLHD) Kabupaten Kuningan yang telah
memfasilitasi dan Tim peneliti, yang telah banyak
begitu dinamis. Pada gambar 1, memperlihatkan
melengkapi maupun mengkritisi substansi dalam
bagaimana aktivitas masyarakat (Anthropogenic) naskah ini
dalam memanfaatkan potensi sumber daya lahan
secara massif dan destruktif (Stefan Zerbe, 1998), Daftar Referensi
yang secara akumulatif mengarah pada proses
kerusakan lahan, disamping dapat memicu Alam, Taufan. 2014. Optimasi Pengelolaan Sistem
Agroforestri Cengkeh, Kakao dan
problematika permasalahan ekologis maupun non
Kapulaga di Pegunungan Menoreh. Tesis.
ekologis di dalamnya. Pada ranah non ekologis, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
pengelolaan maupun pemanfaatan sumber daya
lahan, lebih bersifat individu atau kelompok dengan Bradshaw, D, A. 1977. Conservation problems in
the future. Proceedings of the Royal
berpegang pada kedekatan maupun “Power”, pada
Society of London. Series B, Biological
pusaran kekuasaan dalam mendapatkan perijinan Sciences, Vol. 197, No.1126, A Discussion
untuk mengelola dan memanfaatkannya maupun on the Scientific Aspects of Nature
sistem kebijakan (Policy) yang diciptakan dan Conservation in Great Britain (4), pp. 77-96.
dibangun, dalam rangka mewujudkan kegiatan Barbedo, Jose et al. 2015. Policy dimension of land-
melakukan pertambangan (golongan C), seperti use change in peri-urban floodplains: the

8
Majalah Ilmiah Biologi Biosfera : A Scientific Journal DOI: 10.20884/1.mib.2021.38.1.800
Vol 38, No 1 Januari 2021 : 1-10

case of paraty. Ecology and Society, 20 (1), Levy, E et al. 2016. Contrasting Influences of
pp. 1-10. Geographic Range and Distribution of
Population on Patterns of Genetic Diversity
Chafjiri, S, N, Ali et al. 2016. Distribution of Plant
in Two Sympatric Pilbara Acacias. PLOS
Species and Their Relation to Soil
ONE, (21), pp. 1-18.
Properties in Protected and Degraded
Stands of Quercus Macranthera in Li, Li. 2010. Impact of human activities on
Northern Iran. Ecologia Balkanica, 8 (2), vegetation diversity in agricultural
pp. 53-63. ecosystems: evidence from fengqiu county,
China. J. Resour. Eco, 1 (4), pp. 353-380.
Cleary, R, F, Daniel, Devantier, L. 2017. Indonesia:
treats to the country’s biodiversity. Maguran, A, E. 1998. Ecological diversity and its
measurement. Princeton, NJ: Princeton
Damayanti, K, E et al. 2011. Indonesia Tropical
University Press.
Medicinal Plants Diversity: Problems and
Challenges in Identification. International Maguran, A, E. 2004. Measuring biological
Workshop “Linking Biodiversity and diversity. Malden: Blackwell Publishing.
Computer Vision Technology to Enhance
Nahlunnisa, Hafizah, Zuhud, M, A, E. Santosa, Y.
Sustainable Utilization of Indonesian
2016. Keanekaragaman spesies tumbuhan
Tropical Medicinal Plants", Bogor, August
di areal konservasi tinggi (NKT)
11.
perkebunan kelapa sawit Provinsi Riau.
Gerstner, Katharina. 2017. The Global Distribution Media Konservasi, 21 (1), pp. 91-98.
of Plant Species Richness in a Human-
Pauchard, A, dan Alaback, B, P. 2013. Influence of
Dominated World. Frontiers of
elevation, land use, and landscape context
Biogeography, 9 (1), pp. 1-7.
on patterns of alien plant invasions along
Gerstner, K, et al. 2014. Effects of land use on plant roadsides in protected areas of South-
diversity – A global meta-analysis. Journal Central Chile. Conservation Biology, 18,
Applied Ecology, 51, pp. 1690-1700. (1), pp. 238-248.
Grime, P, J. 1998. Benefits of plant diversity to Persoon, A, G and Weerd, V, M. 2006. Biodiversity
ecosystem: Immediate, filter, and founder and Natural Resources Management in
effects. Journal of Ecology, (86), pp. 902- Insular Southeast Asia. Island Studies
910. Journal, 1 (1), pp. 81-108.
Groves, R, Craig et al. 2002. Planning for Poschlod, P, Bakker, P, J dan Kahmen, S. 2005.
biodiversity conservation: putting Changing land use and its impact on
conservation science into practice. biodiversity. Basic and Applied Ecology,
BioScience, 52 (6), pp. 499-512. (6), pp. 93-98.
Guisan, A, and Zimmermann, E, N. 2000. Predictive Rahman, M, Md, Nishat, A, and Vacik, H. 2009.
Habitat Distribution Models in Ecology. Anthropogenic disturbances and plant
Ecological Modelling (135), pp. 147-186. diversity of the Madhupur Sal forests
(Shorea robusta C.F. Gaertn) of
Indriyanto. 2012. Ekologi Hutan. Penerbit Bumi
Bangladesh. International Journal of
Aksara, Jakarta.
Biodiversity Science and Management, 5
Ingram, Carter, Jane, Redford, H, K, Watson, M, E, (3), pp. 162-173.
J. 2012. Applying ecosystem services
Rachman, Encep, Hani, A. 2017. Potensi
approaches for biodiversity conservation:
keanekaragaman jenis vegetasi untuk
benefits and challenges. SAPIENS, 5 (1),
pengembangan ekowisata di cagar alam
pp. 1-11.
Situ Panjali. Jurnal WASIAN, 4 (1), pp. 1-
Isbell, Forest et al. 2011. High plant diversity is 10.
needed to maintain ecosystem services.
Rintelen, V, Kristina, Arida, E, Hauser, C. 2017. A
Nature, 477 (8), pp. 199-202.
review of biodiversity-related issues and
Kusumoarto, A, Kristiyanto, dan Hermantyo. 2018. challenges in megadiverse Indonesia and
Identifikasi kerusakan lahan untuk produksi other Southeast Asian countries. RIO
biomassa. Jurnal Pendidikan Sains, 6 (2), (Research Ideas and Outcomes), (11), pp.
pp. 166-181. 1-16.
Kouba, Y, Gracia, M, F, Frutos, D, A, dan Alados, Rogger, M et al. 2017. Land use change impacts on
L, C. 2015. Effects of previous land-use on floods at the catchment scale: Challenges
plant species composition and diversity in and opportunities for future research.
Mediterranean forests. PLOS ONE, (23), Water Resour, Res, (53), pp. 5209-5219.
pp. 1-15.

9
Implikasi Pemanfaatan Lahan Terhadap … Kristiyanto dan Kusumoarto

SM, Jants et al. 2015. Future Habitat Loss and Wicaksono, H, Putra Susila, T, E, dan Muhartini,
Extinctions Driven by Land use Change in Sri. 2015. Kesesuaian tanaman ganyong
Biodiversity Hotspots Under Four (Canna indica L.), Suweg (Amorphophallus
Scenarios of Climate Change Mitigation. paeoniifolius (Dennst.) Nicolson), dan Ubi
Conser. Biology, 4 (29), pp. 1122-1131. Kayu (Manihot esculenta Crantz) pada
agroforestri perbukitan menoreh.
Schemske, W, D et al. 1994. Evaluating
Vegetalika, 4(1), pp. 87-101.
approaches to the conservation of rare and
endangered plants. Ecology, 75 (3), pp. Wahyuni, I, N. 2014. Korelasi indeks nilai penting
584-606. terhadap biomassa pohon. Makalah ini
disampaikan dalam Seminar Rehabilitasi
Thuiller, W et al. 2005. Climate Change Threats to
dan Restorasi Kawasan Hutan
Plant Diversity in Europe. PNAS, 102(7),
Menyongsong 50 Tahun Sulawesi Utara,
pp. 8245-8250.
diselenggarakan oleh Balai Penelitian
Tilman, D and Lehman, Clerence. 2001. Human- Kehutanan Manado. Manado, 9 Oktober
caused environmental change: Impacts 2014.
onplant diversity and evolution. PNAS,
Wilson, A, Kerrie et al. 2007. Conserving
98(10), pp. 5433-5440.
biodiversity efficiently: what to do, where,
Torri, C, M. 2011. Conservation approaches and and when. PLOS BIOLOGY, 5 (9), pp.
development of local communities in India: 1850-1861.
debates, challenges and future
Zerbe, Stefen. 1998. Potential natural vegetation:
perspective. International Journal of
Validity and applicability in landscape
Environmental Sciences, 1(5), pp. 871-883.
planning and nature conservation. Applied
Vegetation Science, 1 (2), pp. 165-172

10

Anda mungkin juga menyukai