Anda di halaman 1dari 21

PANCASILA SEBAGAI SISTEM

FILSAFAT

Oleh: Aditya pratama(03201121)


Dosen: Dr.Yuniarti Munaf, M.Pd,Kons

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN


INSTINTUT SENI INDONESIA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung ataupun

tidak langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia .

Gelombang besar kekuatan internasional dan transnasional melalui globalisasi

telah mengancam, bahkan mengasai eksistensi Negara-negara kebangsaan,

termasuk Indonesia. Akibat yang langsung terlihat adalah terjadinya pergeseran

nilai-nilai dalam kehidupan kebangsaan karena adanya perbenturan

kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme. Permasalahan

kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia menjadi semakin kompleks dan rumit

manakala ancaman internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi yang lain

muncul masalah internal, yaitu maraknya tunttan rakyat, yang secara objektif

mengalami suatu kehidupan yang jauh dari kesejahteraan dan keadilan sosial.

Paradoks antara kekuasaan global dengan kekuasaan nasional ditambah komplik

internal seperti gambaran di atas, mengakibatkan suatu tarik menarik kepentingan

yang secara langsung mengancam jati diri bangsa. Nilai-nilai baru yang masuk, baik

secara sujektif maupun objektif, serta terjadinya pergeseran nilai di tengah

masyarakat yang pada akhirnya mengancam-prinsip-prinsip hidup berbangsa

masyarakat Indonesia. Prinsip dasar yang telah ditemukan oleh peletak dasar (The

founding fathers) Negara Indonesia yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu

prinsip dasar filsafat bernegara, itulah pancasila. Dengan pemahaman demikian,


maka pancasila sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia saat ini mengalami

ancaman dengan munculnya nilai nilai baru dari luar dan pergeseran nilai-nilai

yang terjadi Secara ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat suatu bangsa,

senantiasan memeliki suatu pandangan hidup atau filsaat hidup masing-masing,

yang berbeda dengan bangsa lain didunia. Inilah yang disebut sebagai local genius

(kecerdasan/kreatifitas lokal) dan sekaligus sebagai local wisdom (kearifan local)

bangsa. Dengan demikian, bangsa Indonesia tidak mungkin memiliki kesamaan

pandangan hidup dan filsafat hidup dengan bangsa lain.

Ketika para pendiri Negara Indonesia menyiapkan berdirinya Negara Indonesi

merdeka, mereka sadar sepenuhnya untuk menjawab suatu pertanyaan yang

fundamental “di atas dasar apakah Negara Indonesia merdeka ini didirikan?”

jawaban atas pertanyaan mendasar ini akan selalu menjadi dasar dan tolak ukur

utama bangsa ini meng-Indonesia. Dengan kata lain, jati diri bangsa selalu bertolak

ukur pada nilai-nilai pancasila sebagai filsafat bangsa. Pancasila yang terdiri atas

lima sila pada hakikatnya merupakan sistim filsafat. Pemahaman demikian

memerlukan pengkajian lebih lanjut menyangkut aspek ontology, epistemology,

dan aksiologi dari kelima sila pancasila.

1.2    Tujuan

Adapun Tujuan Umum dan Khusus dari pembuatan makalah ini yaitu:

1.    Agar kami mendapatkan nilai dari tugas Dosen mata kuliah

2.      mengetahui aspek dari isi pencasila sebagai filsafat

1.3  Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:

a.        Guna menambah wawasan para mahasiswa mengenai materi yang dibahas

dalam makalah ini.

b.        Mengembangkan agar kami bisa mengetahui tujuan khusus pancasila

c.        Meningkatkan keterampilan para mahasiswa dalam membuat makalah dengan

benar

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Filsafat

Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata yang berasal dari bahasa

Yunani, yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu philo, philos, philein, yang

mempunyai arti cinta/ pecinta/ mencintai dan sophia yang berarti

kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara harafiah istilah filsafat

adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki. Berfilsafat berarti berpikir

sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara metodik, sistematik,

menyeluruh dan universal untuk mencari hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat

adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha mencari kebijaksanaandan

cinta akan kebijakan. Kata filsafat untuk pertama kali digunakan oleh Phythagoras (582

– 496 SM). Dia adalah seorang ahli pikir dan pelopor matematika yang menganggap

bahwa intisari dan hakikat dari semesta ini adalah bilangan. Namun demikian,

banyaknya pengertian filsafat sebagaimana yang diketahui sekarang ini adalah


sebanyak tafsiran para filsuf itu sendiri. Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk

berfilsafat yaitu :

1. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan asal dari

filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki.

2. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang akan menuntun

pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang

kemudian tidak disangsikan lagi.

3. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya

sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya.

Kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa diluar yang terbatas pasti ada

sesuatu yang tdak terbatas.

Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses

dan filsafat dalam arti produk. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat

sebagai ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup. Disamping itu, dikenal pula

filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.

Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai

pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu berarti Pancasila mempunyai

fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan

perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.

Pancasila adalah dasar Filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi

disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam UUD 1945,

dundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama dengan

UUD 1945.
Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila adalah landasan

filosofis yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-

norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan

paling sesuai sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bentuk Filsafat Pancasila sendiri digolongkan sebagai berikut :

1.     Bersifat religius yang berarti dalam hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenal

adanya kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran religius)

dan sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan manusia.

2.  Memiliki arti praktis yang berarti dalam proses pemahamannya tidak sekedar

mencari kebenaran dan kebijaksanaan, serta hasrat ingin tahu, tapi hasil pemikiran

yang berwujud filsafat pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-

hari (way of life / weltanschaung) agar mencapai kebahagiaan lahir dan bathin

(Pancasilais).

2.1.1. Obyek Filsafat

Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni (tidak terikat langsung

dengan suatu obyek), yang mendalam dan daya pikir subyek manusia dalam memahami

segala sesuatu untuk mencari kebenaran. Berpikir aktif dalam mencari kebenaran

adalah potensi dan fungsi kepribadian manusia. Ajaran filsafat merupakan hasil

pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang kesemestaan, secara mendasar

(fundamental dan hakiki). Filsafat sebagai hasil pemikiran pemikir (filsuf) merupakan

suatu ajaran atau sistem nilai, baik berwujud pandangan hidup (filsafat hidup) maupun

sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat atau bangsa dan negara. Filsafat

demikian, telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu tata nilai yang melembaga
sebagai suatu paham (isme) seperti kapitalisme, komunisme, fasisme dan sebagainya

yang cukup mempengaruhi kehidupan bangsa dan negara modern. Filsafat sebagai

kegiatan olah pikir manusia menyelidik obyek yang tidak terbatas yang ditinjau dari

dari sudut isi atau substansinya dapat dibedakan menjadi :

a. obyek material filsafat : yaitu obyek pembahasan filsafat yang mencakup segala sesuatu

baik yang bersifat material kongkrit seperti manusia, alam, benda, binatang dan lain-

lain, maupun sesuatu yang bersifat abstrak spiritual seperti nilai-nilai, ide-ide, ideologi,

moral, pandangan hidup dan lain sebagainya.

b. obyek formal filsafat : cara memandang seorang peneliti terhadap objek

material tersebut.

Suatu obyek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang yang

berbeda. Oleh karena itu, terdapat berbagai macam sudut pandang filsafat yang

merupakan cabang-cabang filsafat. Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah :

a..Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis yang

meliputi bidang : ontologi (membicarakan teori sifat dasar dan ragam (kenyataan),

kosmologi (membicarakan tentang teori umum mengenai proses kenyataan, dan

antropologi.

b. Epistemologi, adalah pikiran-pikiran dengan hakikat pengetahuan atau kebenaran.

c. Metodologi, adalah ilmu yang membicarakan cara/jalan untuk memperoleh

pengetahuan.

d. Logika, á dalah membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dapat mengambil

kesimpulan yang benar.

e. Etika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku manusia tentang baik-

buruk

f. Estetika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan hakikat keindahan kejelekan.


2.1.2. Aliran-Aliran Filsafat

Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga sekarang adalah sebagai

berikut :

a. Aliran Materialisme, aliran ini mengajarkan bahwa hakikat realitas kesemestaan,

termasuk mahluk hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas itu ditentukan oleh

materi (misalnya benda ekonomi, makanan) dan terikat pada hukum alam, yaitu hukum

sebab-akibat (hukum kausalitas) yang bersifat objektif.

b. Aliran Idealisme/Spiritualisme, aliran ini mengajarkan bahwa ide dan spirit manusia

yang menentukan hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia sadar atas realitas

dirinya dan kesemestaan karena ada akal budi dan kesadaran rohani manusia yang

tidak sadar atau mati sama sekali tidak menyadari dirinya apalagi realitas kesemestaan.

Jadi hakikat diri dan kenyataan kesemestaan ialah akal budi (ide dan spirit)

c. Aliran Realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua aliran diatas adalah

bertentangan, tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis). Sesungguhnya, realitas

kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda (materi) semata-mata. Kehidupan

seperti tampak pada tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia mereka hidup

berkembang biak, kemudian tua dan akhirnya mati. Pastilah realitas demikian lebih

daripada sekadar materi. Oleh karenanya, realitas adalah panduan benda (materi dan

jasmaniah) dengan yang non materi (spiritual, jiwa, dan rohaniah). Khusus pada

manusia tampak dalam gejala daya pikir, cipta, dan budi. Jadi menurut aliran ini, realitas

merupakan sintesis antara jasmaniah-rohaniah, materi dan nonmateri.

2.2. Pancasila sebagai sestem filsafat

2.2.1. Pancasila Sebagai Jati diri Bangsa Indonesia

Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai dengan

konteksnya, misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai


dasar filsafat negara Republik Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia.

Seluruh kedudukan dan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri

secara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokan maka akan kembali pada dua

kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat negara dan pandangan

hidup bangsa Indonesia. Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system)

yang merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang

sejarah, yang berakar dari unsur-unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara

keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari

proses terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses yang disebut kausa materialisme

karena nilai-nilai dalam Pancasila sudah ada dan hidup sejak jaman dulu yang tercermin

dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan yang diyakini kebenarannya itu menimbulkan

tekad bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan dalam sikap dan tingkah laku serta

perbuatannya. Di sisi lain, pandangan itu menjadi motor penggerak bagi tindakan dan

perbuatan dalam mencapai tujuannya. Dari pandangan inilah maka dapat diketahui cita-

cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan kejiwaan apa saja yang akan coba diwujudkan

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Satu pertanyaan yang

sangat fundamental disadari sepenuhnya oleh para pendiri negara Republik Indonesia

adalah :”di atas dasar apakah Negara Indonesia didirikan” ketika mereka bersidang

untuk pertama kali di lembaga BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna hidup bagi

bangsa Indonesia harus ditemukan dalam budaya dan peradaban bangsa Indonesia

sendiri yang merupakan perwujudan dan pengejawantahan nilai-nilai yang dimiliki,

diyakini dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang masa dalam

sejarah perkembangan dan pertumbuhan bangsa sejak lahirnya.

Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan


dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik. Mereka menciptakan

tata nilai yang mendukung tata kehidupan sosial dan tata kehidupan kerohanian bangsa

yang memberi corak, watak dan ciri masyarakat dan bangsa Indonesia yang

membedakannya dengan masyarakat dan bangsa lainnya. Kenyataan yang demikian itu

merupakan suatu kenyataan objektif yang merupakan jatidiri bangsa Indonesia.

Jadi nilai-nilai Pancasila itu diungkapkan dan dirumuskan dari sumber nilai

utama yaitu :

a. nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan abadi dari Tuhan Yang Maha

Esa yang tercermin dalam inti kesamaan ajaranajaran agama dalam kitab suci

b. nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari dari nilai-nilai yang

luhur budaya masyarkat (inti kesatuan adat-istiadat yang baik) yang tersebar di seluruh

nusantara.

2.2.2. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu

sistem filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling

berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan

merupakan suatu kesatuan yang utuh. Lazimnya sistem memiliki

ciri-ciri sebagai berikut :

a. suatu kesatuan bagian-bagian

b. bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri

c. saling berhubungan dan saling ketergantungan

d. kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem)

e. terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.

Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas sendirisendiri,

fungsi sendiri-sendiri namun demikian secara keseluruhan adalah suatu kesatuan yang
sistematis dengan tujuan (bersama) suatu masyarakat yang adil dan makmur

berdasarkan Pancasila.

2.2.3. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis

Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan peradaban,

dalam arti, setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari kesatuan Pancasila.

Oleh karena itu, Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal, dengan

akibat setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas dari sila-sila lainnya. Di

samping itu, di antara sila satu dan lainnya tidak saling bertentangan. Kesatuan si;a-sila

yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara filisofis bersumber pada hakikat

dasar ontologis manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu

hakikat manusia ”monopluralis” yang memiliki unsur-unsur susunan kodrat jasmani-

rohani, sifat kodrat individu-mahluk sosial, dan kedudukan kodrat sebagai pribadi

berdiri sendiri-mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Unsur-unsur itu merupakan suatu

kesatuan yang bersifat organis harmonis.

2.2.4. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk Piramida

Hirarkhis dan piramidal mempunyai pengertian yang sangat matematis yang

digunakan untuk menggambarkan hubungan sila-sila Pancasila dalam hal urut-urutan

luas (kuantiítas) dan juga dalam hal isi sifatnya. Susunan sila-sila Pancasila

menunjukkan suatu rangkaian tingkatan luas dan isi sifatnya dari silasila sebelumnya

atau diatasnya.

Dengan demikian, dasar susunan sila-sila Pancasila mempunyai ikatan yang kuat

pada setiap silanya sehingga secara keseluruhan Pancasila merupakan suatu


keseluruhan yang bulat. Oleh karena itu, sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa

menjadi basis dari sila-sila Pancasila berikutnya.

Secara ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap silanya pada landasan,

yaitu : Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil. Oleh karena itu, hakikat itu harus selalu

berkaitan dengan sifat dan hakikat negara Indonesia. Dengan demikian maka, sila

pertama adalah sifat dan keadaaan negara harus sesuai dengan hakikat Tuhan; sila

kedua sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat manusia; sila ketiga sifat

dan keadaan negara harus satu; sila keempat adalah sifat dan keadaan negara harus

sesuai dengan hakikat rakyat; dan sila kelima adalah sifat dan keadaan negara harus

sesuai dengan hakikat adil. Contoh rumusan Pancasila yang bersifat hirarkis dan

berbentuk pyramidal adalah : sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi

dan menjiwai sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,

kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-

perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.2.5. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi

Dan Saling Mengkualifikasi

Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal, hirarkhis pyramidal juga

memiliki sifat saling mengisi dan salng mengkualifikasi. Hal itu dimaksudkan bahwa

setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya, dengan kata lain, dalam setiap sila

Pancasila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya. Contoh rumusan kesatuan

sila-sila Pancasila yang mengisi dan saling mengkualifikasi adalah sebagai berikut : sila

Ketuhanan Yang Maha Esa adalah berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan

Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.2.6. Pancasila Sebagai Ilmu


Filsafat seabagai induk ilmu pengetahuan. Pengetahuan dimulai dari rasa ingin

tahu, kepastian pancasila sebagai system filsafat. Pancasila sebagai system filsafat

adalah pengungkapan. Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai pandangan

hidup hakikat pancasila sebagai suatu system pengetahuan. Pancasila sebagai system

filsafat pada syarat-syarat filsafat sebagai ilmu adalah pengetahuan hidup “atau filsafat

Negara republic Indonesia yang berdasarkan uud-45 dan pancasila.

Filsafat ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun

historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaiknya

perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani

menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dari pandangan mitologi akhirnya lenyap

dan pada gilirannya rasiolah yang dominan.

Perubahan dari pola pikir mite-mite kerasio membawa implikasi yang tidak kecil.

Alam dengan segala gejalanya, yang selama itu ditakuti kemudian didekati dan bahkan

bisa dikuasai. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan

teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik alam semesta maupun

pada manusia sendiri.

Filsafat mengambil peran penting karena dalam filsafat kita bias menjumpai

pandangan-pandangan tentang apa saja (kompleksitas, mendiskusikan dan menguji

kesahihan dan akuntabilitas pemikiran serta gagasan-gagasan yang bisa

dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan intelektual (Bagir, 2005). Menurut kamus

Webster New World Dictionary, kata science berasal dari kata latin, scire yang artinya

mengetahui. Secara bahasa science berarti “keadaan atau fakta mengetahui dan sering

diambil dalam arti pengetahuan (knowledge) yang dikontraskan melalui intuisi atau

kepercayaan. Namun kata ini mengalami perkembangan dan perubahan makna

sehingga berarti pengetahuan yang sistematis yang berasal dari 11 observasi, kajian,
dan percobaan-percobaan yang dilakukan untuk menetukan sifat dasar atau prinsip apa

yang dikaji. Sedangkan dalam bahasa Arab, ilmu (ilm) berasal dari kata alima yang

artinya mengetahui. Jadi ilmu secara harfiah tidak terlalu berbeda dengan science yang

berasal dari kata scire. Namun ilmu memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan

science (sains).

Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga disebut

epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang berarti

knowledge, pengetahuan dan logos yang berarti teori. Istilah ini pertama kali

dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat yakni

epistemology dan ontology, ontology

2.2.7. Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan Negara Indonesia

Keberadaan Pancasila telah terbukti mampu mempersatukan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) dari perpecahan. Dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika,

Pancasila menjadi nilai rujukan kebersamaan atas beragam budaya dan etnis dari

Sabang sampai Merauke. Dari kenyataan inilah maka fungsi dan peranan Pancasila

meliputi:

a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia

b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia

c. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia

d. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia

e. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia

f. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia

g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia

h. Pancasila sebagai moral pembangunan


i. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila

Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia adalah kristalisasi

dari nilai-nilai yang dimiliki bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan

menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya menjadi negara yang

sejahtera (Wellfare State).

2.3. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan, yaitu

filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan, keduanya sangat berguna

untuk memahami Pancasila. Di sisi lain, kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya

bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga

meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar epistemologi dan dasar aksiologis dari sila-sila

Pancasila. Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai

dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-

pokok pengertian secara mendasar dan menyeluruh. Pembahasan filsafat dapat

dilakukan secara deduktif (dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan

menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif dan

secara induktif (dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,

merefleksikannya dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu).

Dengan demikian, filsafat Pancasila akan mengungkapkan konsep-konsep kebenaran

yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan bagi manusia pada

umumnya.
1. Aspek Ontologis

Ontologi menurut Runes, adalah teori tentang adanya keberadaan atau eksistensi.

Sementara Aristoteles, menyebutnya sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan

disamakan artinya dengan metafisika. Jadi ontologi adalah bidang filsafat yang

menyelidiki makna yang ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan

hakikat ada, termasuk ada alam, manusia, metafisika dan kesemestaan atau kosmologi.

Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis,

oleh karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis. Subyek pendukungnya adalah

manusia, yakni : yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang

berkerakyatan dan yang berkeadilan pada hakikatnya adalah manusia. Hal yang sama

juga berlaku dalam konteks negara Indonesia, Pancasila adalah filsafat negara dan

pendukung pokok negaraadalah rakyat (manusia).

2. Aspek Epistemologi

Epistemologi adalah bidang/cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan,

metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia sebagai hasil

pengalaman dan pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana manusia mengetahui

bahwa ia tahu atau mengetahui bahwa sesuatu itu pengetahuan menjadi penyelidikan

epistemologi. Dengan kata lain, adalah bidang/cabang yang menyelidiki makna dan nilai

ilmu pengetahuan, sumbernya, syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu, termasuk

semantik, logika, matematika dan teori ilmu.

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem

pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi

bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat,

bangsa, dan negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia Indonesia

untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Pancasila
dalam pengertian seperti itu telah menjadi suatu sistem cita-cita atau keyakinan-

keyakinan (belief system) sehingga telah menjelma menjadi ideologi (mengandung tiga

unsur yaitu :

1. logos (rasionalitas atau penalaran)

2. pathos (penghayatan), dan

3. ethos (kesusilaan).

3. Aspek Aksiologi

Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau ilmu/teori. Menurut Brameld,

aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki :

a. tingkah laku moral, yang berwujud etika,

b. ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan,

c. sosio politik yang berwujud ideologi.

Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek budaya, pencipta dan penegak nilai, berarti

manusia secara sadar mencari memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai. Jadi nilai

merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Dengan demikian, aksiologi adalah cabang

fisafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan hakikat

nilai, termasuk estetika, etika, ketuhanan dan agama. Berdasarkan uraian tersebut maka

dapat dikemukakan pula bahwa yang

mengandung nilai itu bukan hanya yang bersifat material saja tetapi juga sesuatu yang

bersifat nonmaterial/rokhaniah. Nilai-nilai material relatif mudah diukur yaitu dengan

menggunakan indra maupun alat pengukur lainnya, sedangkan nilai rokhaniah alat

ukurnya adalah hati nurani manusia yang dibantu indra manusia yaitu cipta, rasa, karsa

serta keyakinan manusia.


2.4. Nilai-Nilai Pancasila Menjadi Dasar Dan Arah Keseimbangan Antara Hak Dan

Kewajiban

Pandangan mengenai hubungan antara manusia dan masyarakat merupakan

falsafah kehidupan masyarakat yang memberi corak dan warna bagi kehidupan

masyarakat. Pancasila memandang bahwa kebahagiaan manusia akan tercapai jika

ditumbuh-kembangkan hubungan yang serasi antara manusia dengan masyarakat serta

hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Apabila memahami nilai-nilai dari sila-sila Pancasila akan terkandung beberapa

hubungan manusia yang melahirkan keseimbangan antara hak dan kewajiban antar

hubungan tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Hubungan Vertikal

Adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai penjelmaan

dari nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam hubungannya dengan itu, manusia

memiliki kewajiban-kewajiban untuk melaksanakan perintah-Nya dan

menjauhkan/menghentikan larangan-Nya, sedangkan hak-hak yang diterima manusia

adalah rahmat yang tidak terhingga yang diberikan dan pembalasan amal perbuatan di

akhirat nanti.

2. Hubungan Horisontal

Adalah hubungan manusia dengan sesamanya baik dalam fungsinya sebagai warga

masyarakat, warga bangsa maupun warga negara. Hubungan itumelahirkan hak dan

kewajiban yang seimbang.

3. Hubungan Alamiah

Adalah hubungan manusia dengan alam sekitar yang meliputi hewan,tumbuh-

tumbuhan dan alam dengan segala kekayaannya. Seluruh alam dengansegala isinya
adalah untuk kebutuhan manusia. Manusia berkewajiban untuk melestarikan karena

alam mengalami penyusutan sedangkan manusia terus bertambah. Oleh karena itu,

memelihara kelestrian alam merupakan kewajiban manusia, sedangkan hak yang

diterima manusia dari alam sudah tidak terhingga banyaknya. Kesimpulan yang bisa

diperoleh dari filsafat Pancasila adalah Pancasila memberikan jawaban yang mendasar

dan menyeluruh atas masalah-masalah asasi filsafat tentang negara Indonesia.

BAB 3

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Setelah membaca seluruh isi daripada makalah ini, maka kami mengambil

beberapa kesimpulan dari atas adalah filsafat adalah ilmu yang paling umum yang

mengandung usaha mencari kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan. Pancasila dapat

digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup, dan

filsafat dalam arti praktis. Hal itu berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan

sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam

kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.

3.2. Saran

Berdasarkan uraian di atas menurut saya Warganegara Indonesia merupakan

sekumpulan orang yang hidup dan tinggal di negara Indonesia Oleh karena itu

sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih meyakini atau mempercayai,


menghormati, menghargai menjaga, memahami dan melaksanakan segala hal yang telah

dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam pemahaman bahwa falsafah Pancasila

adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia. Sehingga kekacauan yang sekarang

terjadi ini dapat diatasi dan lebih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan

negara Indonesia ini.

DAFTAR PUSTAKA

-          http://kumpulanilmu2.blogspot.com/2013/01/contoh-makalah-filsafat-pancasila

3875.html Diakses pada tanggal 02 juni 2013

- http://bazrinakperblogku.blogspot.com/2012/12/makalah-pancasila-sebagai-

Sistem-filsafat.html Diakses pada tanggal 02 juni 2013

-          http://kutukuliah.blogspot.com/2012/07/pancasila-sebagai-sistem-filsafat.html

Diakses pada tanggal 02 juni 2013

Anda mungkin juga menyukai