Anda di halaman 1dari 26

PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DAN ANALISIS

LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7 AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK:

 AINI SELVIA (198330115)


 FEBRIANTY PASARIBU (198330124)
 NINA NOVIANA (198330126)
 SANTA ULINA SARAGIH (198330137)
 SAKINAH BR PARANGIN-ANGIN (198330138)
 YUNDARISA BR PARAMGIN-ANGIN (198330139)
 MUHAMMAD SURYA PRATAMA (198330145)
 AYU WNARTI (198330147)
 LARA FADILLA (198330148)
 DINO WINKY SITUMORANG (198330154)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MEDAN AREA
T.A 2020-2021

1
ABSTRAK

Information generated from financial statements will be useful if the information is


understood and used by users in analyzing a report and management of local finances. For
that we need to measure the financial performance of the government, how far the progress
achieved by the government of Tomohon. The research was conducted in the financial
management, revenue and assets of Tomohon. The data used is quantitative in the form of
Budget Realization Report (LRA), the method used is quantitative to measure financial
performance with Financial ratios. The results show that the financial performance of
Tomohon is not good, where the financial performance in 2013-2016, for the effectiveness
ratio is above 90% -100%. While the efficiency ratio and the independence ratio per year are
not running well.

Keywords: Influence of financial performance measurement

Informasi yang dihasilkan dari laporan keuangan akan berguna jika informasi tersebut
dipahami dan digunakan oleh pengguna dalam menganalisis suatu laporan dan pengelolaan
keuangan daerah. Untuk itu kita perlu mengukur kinerja keuangan pemerintah, sejauh mana
kemajuan yang dicapai oleh pemerintah Kota Tomohon. Penelitian dilakukan pada
pengelolaan keuangan, pendapatan dan aset Kota Tomohon. Data yang digunakan adalah
kuantitatif berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA), metode yang digunakan adalah
kuantitatif untuk mengukur kinerja keuangan dengan rasio-rasio keuangan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kinerja keuangan Kota Tomohon kurang baik, dimana kinerja keuangan
tahun 2013-2016, untuk rasio efektivitas diatas 90%-100%. Sedangkan rasio efisiensi dan
rasio kemandirian per tahun belum berjalan dengan baik. Kata kunci: Pengaruh pengukuran
kinerja keuangan

2
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................................1
ABSTRAK................................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
A. Pengertian Sistem Pengukuran Kinerja.......................................................................6
B. Manfaat Dan Tujuan Pengukuran Kinerja Sektor Publik.............................................7
C. Perbedaan Pengukuran Kinerja Sektor Publik dan Sektor Bisnis..............................10
D. Kendala Dalam Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik.................................10
E. Sistem Pengukuran Kinerja........................................................................................11
F. Teknologi Pengukuran Kinerja...................................................................................12
G. Laporan Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).................................13
H. Langkah-langkah Pengukuran Kinerja Sektor Publik................................................15
I. Pengukuran Kinerja Pelayanan Sektor Publik............................................................17
J. Organisasi Sektor Publik Menghadapi Kendala Pengukuran Kinerja........................19
K. Arti Penting Pengukuran Kinerja Pada Instansi Pemerintah......................................20

BAB III STUDI KASUS (“ANALISIS PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA


PEMERINTAH KOTA TOMOHON”)..................................................................................21
A. Hasil Dan Pembahasan...............................................................................................22
B. Hasil Penelitian...........................................................................................................23

BAB IV PENUTUP................................................................................................................24
KESIMPULAN.......................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................26

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai
sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur .
Sebagaimana diatur dalam UU No.17/2003, pada rancangan undang-undang atau peraturan
daerah tentang Laporan Keuangan pemerintah pusat/daerah disertakan informasi tambahan
mengenai kinerja instansi pemerintah. Hal ini seiring dengan perubahan paradigma
penganggaran pemerintah yang ditetapkan dengan mengidentifikasikan keluaran (output) dan
hasil (outcome)5 dari setiap kegiatan/program dengan jelas.
Dalam konsep penggunaan anggaran pemerintah, pengukuran kinerja juga merupakan
salah satu cara untuk mewujudkan akuntabilitas. Akuntabilitas bukan hanya soal
pembelanjaan uang publik melainkan juga apakah uang publik tersebut telah digunakan
secara ekonomis, efisien dan efektif. Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya
telah menjadi instrumen kebijakan multi-fungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan organisasi. Hal tersebut terutama tercermin pada komposisi dan besarnya anggaran
yang secara langsung merefleksikan arah dan tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan.
Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan publik yang dinyatakan dalam satuan moneter
sekaligus dapat digunakan sebagai alat pengendalian. Agar fungsi perencanaan dan
pengawasan dapat berjalan dengan baik, maka sistem anggaran serta pencatatan atas
penerimaan dan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat dan sistematis.
Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran sektor publik telah mengalami banyak
perkembangan. Sistem perencanaan anggaran publik berkembang dan berubah sesuai dengan
dinamika perkembangan manajemen sektor publik dan perkembangan tuntutan yang muncul
di masyarakat. Pada dasarnya terdapat beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan
penyusunan anggaran sektor publik.
Analisis terhadap laporan keuangan juga sangat diperlukan dalam akuntansi sektor
publik. Analisis tersebut bertujuan untuk mengetahui kebenaran laporan keuangan yang telah
dibuat oleh para oknum pemegang kendali dalan sektor publik.

4
B. Rumusan Masalahan
Pada pembahasan ini terfokus pada :
1. Melakukan simulasi Pengukuran Kinerja Sektor Publik dari informasi
2. Hasil simulasi digunakan untuk mengetahui permasalahan. Setelah mengetahui
permasalahannya akan dilakukan analisis mengenai penyebab dari permasalahan
tersebut.
3. Analisis laporan keuangan sektor publik bertujuan untuk melihat kebenaran
laporan

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

 Tujuan

Tujuan penulisan makalah yang berjudul “Sistem Pengukuran Kinerja Sektor


Publik dan Analisis Laporan Keuangan Akuntansi Sektor Publik” adalah sebagai
berikut :
1. Menjelaskan konsep pengukuran kinerja sector publik;
2. Mengerti dan memahami tujuan pengukuran kinerja sektor publik;
3. Dapat mengetahui indikator pengukuran kinerja sektor publik;
4. Mempraktikan langkah-langkah dalam pengukuran kinerja sektor publik,
5. Mengetahui teknik analisis laporan keuangan sektor publil.

 Manfaat
1. Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan bagi
yang membutuhkan dan bagi mahasiswa Ilmu Administrasi Publik khususnya.
2. Penulis mengharapkan tulisan ini bisa menjadi suatu pemaparan yang dapat
menjelaskan metodologi penelitian ilmiah dalam Ilmu Administrasi Publik bagi
mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Pengukuran Kinerja


Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial
dan non-finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian
organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and
punishment system.
Secara umum kinerja dapat didefinisikan sebagai prestasi yang dicapai oleh organisasi
dalam periode tertentu. Untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan organisasi
tersebut, dapat diukur melalui output atau manfaat program yang dilaksanakan.
Menurut Larry D Stout (1993) dalam Performance Meassurement Guide menyatakan
bahwa : “Pengukuran / penilaian kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur
pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi melalui hasil-hasil yang
ditampilkan berupa produk, jasa ataupun suatu proses.”
Sedangkan menurut James B Whittaker dalam Government and Result Act, A Mandate
for Strategic Planning and Performance Measurement mnyatakan bahwa : “Pengukuran
/penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan dan akuntabilitas.”
Jadi, pengukuran kinerja sektor publik suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan
terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas
efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang
dan jasa, hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan, dan efektivitas
tindakan dalam mencapai tujuan, visi dan misi organsisasi.

Ada beberapa elemen pokok dalam suatu pengukuran kinerja, yaitu:


1. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi. Tujuan adalah pernyataan
secara umum tentang apa yang ingin dicapai organisasi. Sasaran merupakan
tujuan organisasi yang sudah dinyatakan secara eksplisit dengan disertai batasan

6
waktu yang jelas. Strategi adalah cara atau teknik yang digunakan organisasi
untuk mencapai tujuan dan sasaran.
2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja. Indikator kinerja mengacu pada
penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya
merupakan indikasi-indikasi kinerja. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian
kinerja secara langsung.
3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi.Jika kita
sudah mempunyai indicator dan ukuran kinerja yang jelas, maka pengukuran
kinerja bias diimplementasikan. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan, sasaran
dan strategi adalah membandingkan hasil actual dengan indicator dan ukuran
kinerja yang telah ditetapkan.
4. Evaluasi kinerja akan memberikan gambaran kepada penerima informasi
mengenai nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi. Informasi capaian kinerja
dapat dijadikan:
a. Feedback , Hasil pengukuran terhadap capaian kinerjaa dijadikan dasar bagi
manajemen atau pengelola organisasi untuk perbaikan kinerja pada periode
berikutnya. Bisa dijadikan landasan pemberian reward and punishment
terhadap manajer dana anggota organisasi.
b. Penilaian kemajuan organisasi , Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap
periode waktu tertentu sangat bermanfaat untuk menilai kemajuan yang
elah dicapai organisasi.
c. Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
Pengukuran kinerja menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat untuk
pengambilan keputusan manajemen maupun stakeholders.

B. Manfaat dan tujuan pengukuran kinerja sektor publik


Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat pencapaian kinerja. Maka untuk dapat
mencapai kinerja yang baik diperlukan tujuan yang jelas. Bila dilakukan secara
berkesinambungan pengukuran kinerja akan memberikan umpan balik sehingga upaya
perbaikan yang terus menerus akan mencapai keberhasilan yang perusahaan inginkan
untuk kedepannya. Seperti yang dikemukakan oleh Mardiasmo dalam bukunya Akuntansi
Sektor Publik, bahwa: “Manfaat pengukuran kinerja sektor publik dapat diuraikan sebagai
berikut:

7
a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja
Manajemen.
b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan.
c. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannnya
dengan target kinerja serta serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki
kinerja.
d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman secara objektif atas
pencapaian yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah
disepakati.
e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki
kinerja organisasi.
f. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan telah terpenuhi.
g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.”

Tujuan lainnya adalah jika dilakukan secara terus-menerus dapat menjadi umpan balik
untuk upaya perbaikan dan pencapaian tujuan di masa mendatang.
1. Informasi yang Digunakan Dalam Pengukuran Kinerja
Informasi mengenai kinerja sangat penting dalam rangka menciptakan good
governance. Informasi kinerja tersebut diorientasikan sebagai pedoman bukan
sebagai alat pengendalian. Indikator kinerja memiliki peran penting sebagai
proses pembentukan organisasi pembelajar (learning organization). Jika
organisasi terus menerus belajar bagaimana memperbaiki kinerja, meningkatkan
kepuasan pelanggan dan mencapai target, maka indikator kinerja akan bersifat
mendorong dan memotivasi dalam cara yang positif. Informasi yang digunakan
antara lain adalah informasi finansial dan informasi non finansial.
2. Indikator Kerja dan Ukuran Kerja
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan
dengan memperhitungkan elemen indikator yang terdiri dari :
 Indikator masukan (Input)
Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.

8
Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia, informasi dan
sebagainya.
 Indikator keluaran (output)
Indikator keluaran adalah sesutau yang diharapkan langsung tercapai
dari suatu kegiatan yang dapata berupa fisik maupun nonfisik.
 Indikator hasil (outcome)
Indikator hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran kegiatan.
 Indikator manfaat (benefits)
Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
 Indikator dampak (impacts).
Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif
maupun negatif pada setiap indikator yang telah ditetapkan.

Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target


tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi. Jadi pengukuran kinerja harus
berbasis pada strategi organisasi. Pemilihan indikator dan ukuran kinerja dan penetapan
target untuk setiap ukuran ini merupakan upaya konkret dalam memformulasikan tujuan
strategis organisasi sehingga lebih terwujud dan terukur. Pengukuran kinerja juga harus
didasarkan pada karakteristik operasional organisasi. Hal ini terutama diperlukan untuk
mendefinisikan indikator dan ukuran kinerja yang digunakan.
Penerapan skema indikator kinerja perlu adanya artikulasi dari tujuan, visi, misi,
sasaran dan hasil program yang dapat diukur dan jelas manfaatnya. Karena akurasi
keputusan dapat dihasilkan dengan dukungan informasi yang baik. Dengan adanya
pengukuran kinerja sektor publik memberikan manfaat yang pasti terhadap jalannya
kinerja pemerintah.
Monitoring dan review terhadap indikator kinerja harus terus dilakukan sebagai bagian
dari upaya menciptakan kultur perbaikan kinerja secara berkelanjutan. Review secara rutin
terhadap indikator kinerja bertujuan untuk menguji validitas dan keandalan indikator yang
dibuat agar dapat menyesuaikan perubahan kebutuhan layanan sehingga dalam jangka
panjang menghasilkan ukuran kinerja yang lebih baik dan efektif.

9
Menurut Mahmudi dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik menyatakan
karekteristik indikator kinerja sebagai berikut:
a) Sederhana dan mudah dipahami.
b) Dapat diukur
c) Dapat dikualifikasikan, misalnya dalam bentuk rasio persentase dan angka,
d) Dikaitkan dengan standar atau target kinerja.
e) Berfokus pada costumer service, kualitas dan efisiensi.
f) Dikaji secara teratur.

C. Perbedaan pengukuran kinerja sektor publik dan sektor bisnis


Pengukuran kinerja pada organisasi bisnis lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan
organisasi sektor publik. Pada organisasi bisnis, kinerja penyelenggaranya dapat dilakukan
dengan cara misalnya melihat tingkat laba yang berhasil diperolehnya. Pada organisasi
sektor publik, pengukuran keberhasilannya lebih kompleks, karena hal-hal yang dapat
diukur lebih beraneka ragam dan kadang- adang bersifat abstrak sehingga pengukuran
tidak bisa dilakukan hanya dengan menggunakan satu variabel saja.
Selama ini pengukuran kinerja suatu instansi pemerintah lebih ditekankan pada
kemampuan instansi tersebut dalam menyerap anggaran. Suatu instansi akan dinyatakan
berhasil jika dapat menyerap anggaran pemerintah seratus persen, meskipun hasil yang
dicapai serta dampaknya masih berada jauh dari standar mutu. Sehingga pengukuran
kinerja sektor publik menjadi sulit dan kompleks untuk disusun.

D. Kendala dalam pengukuran kinerja organisasi sektor publik


Ada beberapa kendala pengukuran kinerja organisasi sektor publik antara lain:
 Kinerja organisasi sektor publik tidak bisa dinilai hanya berdasar rasio-rasio
keuangan, karena tujuan organisasi bukan memaksimalkan laba.
 Output berupa pelayanan biasanya bersifat kualitatif, intangible dan indirect
sehingga sulit diukur.
 Antara input dan output tidak mempunyai hubungan secara langsung
(discretionary cost center ) karena sulitnya menetapkan standar sebagai tolok ukur
produktivitas.

10
 Tidak beroperasi berdasarkan market forces sehingga tidak ada pembanding yang
independen dan memerlukan instrumen pengganti mekanisme pasar dalam
mengukur kinerja.
 Mengukur kepuasan masyarakat yang heterogen dari jasa pelayanan organisasi
sektor publik tidak mudah dilakukan,

Fungsi pengukuran kinerja organisasi sektor publik adalah sebagai berikut:


a. Transparency, yaitu organisasi dapat membuat dengan jelas produk apa yang
mereka tawarkan, bagaimana analisis input- outputnya, termasuk biayanya
b. Learnin, yaitu organisasi menjadi selangkah lebih maju jika dia menggunakan
pengukuran kinerja untuk belajar, transparansi yang diciptakan mengajarkan pada
organisasi apa kebaikan-kebaikan yang dimiliki dan di mana kemungkinan
pengembangannya.
c. Appraising, yaitu kinerja berbasis penilaian dapat dikatakan sebagai berfungsinya
organisasi.
d. Sanctioning, yaitu penilaian dapat diikuti dengan sanksi positif jika ternyata
kinerjanya bagus, dan sanksi negatif jika kinerjanya buruk.

Ide pokok pengukuran kinerja adalah organisasi publik memformulasikan kinerja yang
dipertimbangkan dan membuat indikasi bagaimana kinerja ini dapat diukur, dengan
menetapkan indikator kinerja. Kinerja pemerintahan sulit untuk diukur. disebabkan
outcome sebagai dampak akhir sangat tergantung pada banyak faktor. Yang dapat diukur
kemudian adalah dampak yang langsung (output).
Prosesnya adalah sebagai berikut: produksi dan layanan didefinisikan, organisasi
menetapkan target produksi, out put diukur dan hasilnya dilaporkan secara berkala.
pengukuran kinerja sangat penting dilakukan oleh oganisasi publik karena: dapat
membantu meningkatkan kualitas alokasi sumberdaya dan keputusan manajerial lain,
dapat memfasilitasi manajemen berdasarkan fakta untuk masa depan dengan menyediakan
fokus dasar untuk merencanakan, memonitor dan melakukan kontrol terhadap
perencanaan.

E. Sistem pengukuran kinerja

11
Sistem pengukuran kinerja merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu
manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan
nonfinansial. Dalam suatu sistem manajemen strategi, pengukuran kinerja berfungsi
sebagai alat penilai apakah strategi yang sudah ditetapkan telah berhasil dicapai. Dari hasil
pengukuran kinerja dilakukan feedback sehingga tercipta sistem pengukuran kinerja yang
mampu memperbaiki kinerja organisasi secara berkelanjutan.
Menurut Mardiasmo, sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistemyang
bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat
ukur finansial dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat
pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward
and punishment system. Sistem pengukuran kinerja meliputi :
a. Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis adalah proses sistematik yang ditujukan untuk
menghasilkan tindakan dan keputusan-keputusan mendasar sebagai pedoman dan
panduan organisasi dalam menjawab pertanyaan apa yang harus dilakukan dan
mengapa melakukan aktivitas tertentu. Proses perencanaan strategis ini
membutuhkan informasi yang kompleks, luas, dan komprehensif dengan lebih
menekankan pada implikasi-implikasi di masa datang.
b. Penyusunan Program
Penyusunan program adalah proses pembuatan keputusan mengenai program-
program yang akan dilaksanakan organisasi dan taksiran jumlah sumber-sumber
yang akan dialokasikan untuk setiap program tersebut. Penyusunan program
meliputi tiga kegiatan utama, yaitu :
 Analisis usukan program baru
 Penelaahan program yang sedang berjalan
 Penyusunan sistem koordinasi program secara terpisah
 Penyusunan Anggaran

Tahap penyusunan anggaran ini adalah tahap yang sangat penting karena anggaran
yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja justru bisa menggagalkan program-
program yang telah disusun sebelumnya. Tipe pengendalian manajemen dapat
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:

12
 Pengendalian preventif
Berkaitan dengan perumusan strategi dan perencanaan strategic yang
dijabarkan dalam bentuk program-program.
 Pengendalian operasional
Berhubungan dengan pengawasan pelaksanaan program yang telah ditetapkan
melalui anggaran.
 Pengendalian kinerja
Terkait dengan evaluasi kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang telah
ditetapkan.

F. Teknologi pengukuran kinerja


Ada beberapa alat dalam pengukuran kinerja, salah satunya dengan menggunakan
Balance Scorecard (BSC). Di dalam BSC, terdapat 4 perspektif yang di nilai, yaitu ;
 Perspektif Keuangan (Financial)
Memberikan penilaian terhadap target keuangan yang dicapai oleh organisasi
dalam mewujudkan visinya.
 Perspektif konsumen (Customer)
Memberikan penilaian terhadap segmen pasar yang dituju dan tuntutan
customer beserta tuntutan kebutuhan yang dilayani oleh organisasi dalam upaya
untuk mencapai target keuangan tertentu.
 Perspektif Proses Bisnis/Intern
Memberikan penilaian gambaran proses yang harus dibangun untuk melayani
customer dan untuk mencapai target keuangan tertentu.
 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (growth and learn)
Memberikan penilaian yang merupakan pemacu kompetisi personal, prasarana
sistem informasi dan suasana lingkungan kerja untuk mencapai target keuangan,
customer, dan proses bisnis intern.

Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang
mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Ekonomi adalah pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga
yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang
dinyatakan dalam satuan moneter.

13
Efisiensi adalah pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau
penggunaan input yang rendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan
perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah
ditetapkan.
Efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan.
Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.
Efisiensi merupakan salah satu bagian indikator kinerja valuey for money yang dapat
diukur dengan output dan input. Di mana semakin besar rasio tersebut maka semakin
efisien suatu organisasi dan bersifat relatif. Efektivitas adalah keberhasilan dalam
mencapai tujuan. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuannya, maka organisasi
itu berjalan secara efektif. Sedangkan ekonomis hanya menekankan kepada input.
Manfaat implementasi konsep Value For Money pada organisasi sektor publik antara lain:
 Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan
tepat sasaran.
 Meningkatkan mutu pelayanan publik
 Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan terjadinya
penghematan dalam penggunaan input
 Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik; dan
Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public cost awareness) sabagai akar
pelaksanaan Akuntabilitas Publik.

G. Laporan Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)


Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah, ada kewajiban setiap instansi pemerintah untuk menyusun dan
melaporkan Penskemaan Strategi tentang program-progran utama yang akan dicapai
selama satu sampai lima tahun, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing
instansi dan jajarannya.
LAKIP tersebut sama sekali tidak menyinggung mengenai pelaporan keuangan instansi
yang seharusnya menjadi dasar penyusunan pendanaan. Adapun penanggung jawab
LAKIP adalah pejabat yang secara fungsional bertanggung jawab di instansi masing-
masing. Selanjutnya, pimpinan harus bisa mem-pertanggungjawabkan dan menjelaskan
keberhasilan/kegagalan tingkat kinerja yang dicapai. LAKIP bersifat rutin dan

14
diseragamkan dengan maksud agar dapat dibandingkan atau dapat mengevaluasi kinerja
secara memadai.

H. Langkah-langkah Pengukuran Kinerja Sector Publik


a. Pengukuran Ekonomi
Pengukuran ekonomi hanya memperhatikan keluaran yang didapat, sedangkan
pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan.
Ekonomi merupakan ukuran relatif, Pertanyaan sehubungan dengan pengukuran
ekonomi adalah :
 Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dilanggarkan oleh
organisasi ?
 Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain yang
sejenis yang dapat diperbandingkan ?
 Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara
optimal ?

b. Pengukuran Efisiensi
Pengukuran Efisiensi. Efisiensi merupakan hal penting dari tiga pokok bahasan
Value for Money. Efisiensi diukur antara output dengan input. Semakin besar output
dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.
Rasio Efisiensi tidak hanya dinyatakan dalam bentuk absolute tetapi dalam
bentuk relatif. Unit A adalah lebih efisien dibanding unit B. Unit A lebih efisien
dibanding unit tahun lalu, dan seterusnya. Karena efisiensi diukur dengan
membandingkan keluaran dan masukan, maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan
dengan cara :
 Meningkatkan output pada tingkat input yang sama.
 Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi
peningkatan input.
 Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.
 Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi
penurunanoutput.
Penyebut atau input sekunder seringkali diukur dalam bentuk satuan mata uang.
Pembilang atau output dapat diukur baik dalam jumlah mata uang ataupun satuan

15
fisik. Dalam pengukuran kinerja Value for Money, efisiensi dapat dibagi menjadi
dua, yaitu:
1. Efisiensi alokasi
2. Efisiensi teknis (manajerial)

c. Pengukuran Efektivitas
Pengukuran Efektivitas. Efektivitas merupakan ukuran berhasil atau tidaknya
suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai
tujuanya, maka oragnisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal
terpenting adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya
yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh melebihi dari
yang telah dianggarkan, bisa juga dua kali lebih besar dari apa yang telah
dianggarkan. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

d. Pengukuran Outcome
Pengukuran Outcome. Outcome adalah dampak suatu program atau proyek
terhadap masyarakat. Outcome lebih tinggi nilainya daripada output, karena output
hanya mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat,
sedangkan outcome mengukur kualitas outputdan dampak yang dihasilkan.
Pengukuran outcome memiliki dua peran, yaitu:
a. Peran retrospektif
Peran retrospektif, terkait dengan penilaian kinerja masa lalu, analisis
retrospektif memberikan bukti terhadap realisasi yang baik (good
management). Bukti tersebut dapat menjadi dasar untuk menetapkan terget di
masa yang akan datang dan mendorong untuk menggunakan praktik yang
terbaik. Atau dapat juga digunakan untuk membantu pembuat keputusan
dalam menentukan program atau proyek yang perlu dilaksanakan dan metode
terbaik mana yang perlu digunakan untuk melaksanakan program tersebut.
b. Peran prospektif
Terkait dengan perencanaan kinerja di masa yang akan datang. Sebagai
peran prospektif, pengukuran outcome digunakan untuk mengarahkan
keputusan alokasi sumber daya publik. Analisis Retrospektif memberikan
bukti terhadap praktik yangbaik ( good management ). Bukti tersebut dapat

16
menjadi dasar untuk menetapkan target di masa yang akan datang dan
mendorong untuk menggunakan praktik yang terbaik. Atau dapat juga bukti
tersebut digunakan untuk membantu pembuat keputusan dalam menentukan
program mana yang perlu dilaksanakan dan metode mana yang perlu
digunakan untuk melaksanakan program tersebut.

I. Pengukuran Kinerja Pelayanan Sektor Publik


Banyaknya komentar masyarakat tentang keberhasilan dan ketidakberhasilan instansi
pemerintah dalam menjalankan amanah yang diberikan kepadanya menunjukkan harapan
dan kepedulian publik yang harus direspon. Namun, antara harapan masyarakat terhadap
kinerja instansi pemerintah dengan apa yang dilakukan oleh para pengelola dan pejabat
pemerintahan sering berbeda. Artinya, terjadi kesenjangan harapan (expectation gap) yang
bisa menimbulkan ketidakharmonisan antara instansi pemerintah dengan para direct users
dari masyarakat. Expectation gap merupakan kesenjangan yang terjadi karena adanya
perbedaan antara harapan masyarakat dengan apa yang sebenarnya menjadi pedoman
mutu manajemen suatu organisasi yang menyediakan layanan publik. Hal ini sebagai
akibat dari belum adanya sistem pengukuran kinerja formal yang dapat menginformasikan
tingkat keberhasilan suatu instansi pemerintah. Para pengelola pemerintahan sering
mempunyai mindset bahwa ukuran keberhasilan suatu instansi pemerintah ditekankan
pada kemampuan instansi tersebut dalam menyerap anggaran. Jadi, suatu instansi
dinyatakan berhasil jika dapat menyerap 100% anggaran pemerintah walaupun hasil
maupun dampak yang dicapai dari pelaksanaan program tersebut masih berada jauh di
bawah standar. Keberhasilan ini hanya ditekankan pada aspek input tanpa melihat tingkat
output maupun dampaknya. Sementara masyarakat mengharapkan keberhasilan instansi
pemerintah adalah tindakan nyata yang bisa meningkatkan kesejahteraan mereka.
Pada era reformasi saat ini, fenomena pengukuran keberhasilan yang hanya
menekankan pada input seperti di atas banyak mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak.
Oleh karena itu dipertimbangkan untuk memperbaiki indikator keberhasilan suatu instansi
pemerintah agar lebih mencerminkan kinerja sesuangguhnya. Dalam modul Sosialisasi
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (2000) dijelaskan bahwa tingkat
keberhasilan suatu instansi pemerintah harus memperhatikan seluruh aktivitas. Tingkat
keberhasilan harus diukur tidak semata-mata kepada input dari program instansi tetapi
lebih ditekankan kepada output, proses, manfaat, dan dampak dari program instansi
tersebut bagi kesejahteraan masyarakat. Melalui suatu pengukuran kinerja, keberhasilan

17
suatu instansi pemerintah akan lebih dilihat dari kemampuan instansi tersebut berdasarkan
sumber daya yang dikelolanya untuk mencapai hasil sesuai dengan rencana yang telah
dituangkan dalam perencanaan strategis.
Dalam rangka mengukur tingkat keberhasilan suatu instansi pemerintah sangat
dibutuhkan adanya indikator yang jelas olehstakeholders. Indikator kinerja adalah ukuran
kuantitaif dan / atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau
tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu indikator kinerja harus merupakan sesuatu
yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat
tingkat kinerja, baik dalam tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, maupun tahap setelah
kegiatan selesai. Dengan demikian, tanpa adanya indikator kinerja, sulit bagi kita untuk
menilai tingkat keberhasilan dan ketidakberhasilan kebijaksanaan maupun program suatu
instansi pemerintah. Dengan indikator kinerja, suatu organisasi mempunyai wahana yang
jelas bagaimana dia akan dikatakan berhasil atau tidak berhasil di masa yang akan datang.
Indikator kinerja suatu organisasi hendaknya dapat dipahami secara sama baik oleh
manajemen maupun stakeholders, terutamadirect users. Dengan indikator yang sama dan
pola pikir yang relatif sama maka penilaian keberhasilan diharapkan menggunakan kriteria
yang sama sehingga lebih obyektif. Indikator kinerja instansi pemerintah semestinya tidak
hanya dipahami pejabat atau aparatur instansi pemerintah (public servants), namun juga
penting bagi pihak lain seperti legislatif, investor, kreditur, institusi internasional,
pengamat, dan juga masyarakat umum. Jadi dengan adanya indikator yang jelas maka
akan menciptakan konsensus berbagai pihak baik internal maupun eksternal untuk
menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan program dan dalam menilai
keberhasilan suatu instansi pemerintah.
Kinerja instansi pemerintah bersifat multidimensional. Dalam arti, tidak ada indikator
tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan secara
komprehensif untuk semua jenis instansi pemerintah. Indikator kinerja yang dipilih akan
sangat tergantung pada faktor kritikal keberhasilan yang telah diidentifikasi. Beberapa
ukuran ukuran keberhasilan dapat diklasifikasikan dalam beberapa perspektif. Menurut
Gordon Roberton (2002) terdapat empat perspektif indikator keberhasilan instansi
pemerintah sebagaimana diadaptasi dari metodologi balanced scorecard, antara lain:
1. Perspektif Stakeholders dan Finansial
Perspektif ini melihat pada kinerja dari sudut pandang penyedia sumber daya
dan menunjukkan hasil dari apa yang ingin dicapai dalam perspektif lainnya.
2. Perspektif Pelanggan.

18
Perspektif pelanggan merupakan indikator tentang bagaimana pelanggan
melihat organisasi dan bagaimana organisasi memandang mereka. Indikator yang
dapat digunakan untuk menilai bagaimana pelanggan memandang organisasi
adalah tingkat kepuasan pelanggan yang bisa diketahui melalui survei pelanggan,
sikap dan perilaku mereka yang dapat diketahui dari keluhan-keluhan yang
mereka sampaikan.
3. Perspektif Proses Internal
Perspektif ini mencakup indikator produktivitas, kualitas, waktu penyerahan,
waktu tunggu dan sebagainya. Indikator ini memungkinkan kita untuk
menentukan apakah proses telah mengalami peningkatan, sejajar dengan
benchmarks, dan atau mencapai target dan sasaran.

J. Organisasi Sektor Publik Menghadapi Kendala Pengukuran Kinerja


Pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan
kegiatan dalam arah pencapaian tujuan melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa
produk, jasa atau suatu proses. Pada kebanyakan organisasi swasta, ukuran kinerja ini
adalah berupa tingkat laba. Namun organisasi sektor publik tidak bisa hanya menggunakan
ukuran laba ini untuk menilai keberhasilan organisasi karena memang tujuan utama
organisasi ini bukan memperoleh laba tetapi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Beberapa kendala pengukuran kinerja organisasi sektor publik antara lain:
 Tujuan Organisasi Bukan Memaksimalkan Laba
Kinerja manajemen organisasi swasta yang bertujuan maksimalisasi laba bisa
dinilai berbasarkan rasio-rasio yang biasa didapatkan dari sebuah laporan
keuangan misalnya return on investment, rasio pendapatan terhadap sumber daya
yang digunakan, rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio
keuangan lainnya. Kinerja organisasi sektor publik tidak bisa dinilai hanya
berdasar rasio-rasio keuangan karena sebenarnya organisasi ini tidak pernah
ada net profit, karena memang bukan profit oriented.
 Sifat Output Adalah Kualitatif, Intangible, dan Inderect
Pada umumnya output organisasi sector publik tidak berwujud barang atau
produk fisik, tetapi berupa pelayanan. Sifat pelayanan ini cenderung
kualitatif, intangible, dan indirect sehingga sulit diukur.

19
 Antara Input dan Output Tidak Mempunyai Hubungan Secara Langsung
(discretionary cost center).
Dalam konsep akuntansi pertanggungjawaban, organisasi sektor publik
merupakan sebuah entitas yang harus diperlakukan sebagai pusat
pertanggungjawaban (responsibility centers). Karakteristik input (biaya) yang
terjadi sebagian besar tidak bisa ditelusur atau dibandingkan secara langsung
dengan outputnya, sebagaimana sifat biaya kebijakan (discretionary cost). Hal ini
menyebabkan sulitnya ditetapkan standar sebagai tolok ukur produktivitas. Tentu
berbeda dengan Departemen Produksi perusahaan manufaktur swasta yang
merupakan pusat biaya teknik (engineered cost centers) dimana pengukuran
produktivitas bisa diukur berdasar standar tertentu karena bisa ditelusur atau
dibandingkan secara langsung antara input dengan outputnya.
K. Arti Penting Pengukuran Kinerja Pada Instansi Pemerintah
Pengukuran kinerja merupakan alat manajemen untuk meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Dengan dilakukannya pengukuran kinerja maka
kita bisa memastikan apakah pengambilan keputusan dilakukan secara tepat dan obyektif.
Selain itu kita juga bisa memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan
membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki
kinerja periode berikutnya. Terjadinya peningkatan atau penurunan produktivitas bisa
ditunjukkan dari kegiatan ini. Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan
pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Informasi yang
termasuk dalam pengukuran kinerja antara lain (1) Efisiensi penggunaan sumber daya
dalam menghasilkan barang dan jasa; (2) Kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang
dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan);
(3) Hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; serta (4) Efektivitas
tindakan dalam mencapai tujuan.
Instansi pemerintah adalah organisasi yang pure non profit oriented. Kinerja instansi
pemerintah harus diukur dari aspek-aspek yang komprehensif baik finansial maupun non
finansial. Berbagai aspek yang harus diukur adalah: (1) kelompok masukan (input); (2)
kelompok proses (process); (3) kelompok keluaran (output); (4) kelompok hasil
(outcome); (5) kelompok manfaat (benefit); (6) kelompok dampak (impact). Selain itu
ruang lingkup pengukuran kinerja sangat luas. Pengukuran kinerja harus mencakup
kebijakan (policy), perencanaan dan penganggaran (planning and budgeting), kualitas

20
(quality), kehematan (economy), keadilan (equity), dan juga pertanggungjawaban
(accountability).
Kantor Pemadam Kebakaran merupakan salah satu contoh instansi pemerintah yang
bertujuan melayani masyarakat. Tujuan organisasi seperti ini adalah serupa dengan tujuan
instansi pemerintah pada umumnya yaitu kepuasan bagi stakeholders eksternal yang
menyediakan sumber daya bagi organisasi. Namun seperti kebanyakan organisasi nirlaba
lainnya, identifikasi stakeholders eksternal lebih rumit daripada organisasi bisnis.
Pelanggan bagi organisasi nirlaba juga memiliki tuntutan yang lebih kompleks dan
harapan yang selalu berkembang. Kondisi ini menyebabkan kriteria tingkat keberhasilan
Kantor Pemadam Kebakaran dipahami dan diinterpretasikan secara tidak sama oleh pihak
manajemen maupun para stakeholders eksternal.

BAB III
STUDI KASUS

“ANALISIS PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH


KOTA TOMOHON”
A). HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Kota Tomohon adalah salah satu kota di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia.
Sebelum tahun 2003 merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Minahasa.
Dalam perkembangannya, Tomohon mengalami banyak sekali kemajuan,
sehingga ada aspirasi dan warganya untuk meningkatkan status Tomohon
menjadi sebuah kota. Tomohon menjadi daerah otonom (kota) dengan
disahkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2003 tentang pembentukan
Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon di Provinsi Sulawesi Utara
oleh DPR RI, namun peresmiannya baru pada tanggal 4 Agustus 2003.
Beberapa Visi dan Misi yang sudah pernah di terapkan oleh Walikota
sebelumnya, tapi dengan seiring waktu yang berjalan dan berkembangnya
teknologi maka Walikota untuk periode 2016-2020 telah memikirkan sebuah
Visi dan Misi untuk membawa Kota Tomohon semakin maju dan berkembang.
“Terwujudnya Masyarakat Kota Tomohon yang Religius Berdaya Saing,

21
Demokratis, Sejahtera , Berbudaya dan Berwawasan Lingkungan, Menuju Kota
Wisata Dunia”.
Untuk mendukung dan mewujudkan Visi tersebut , maka Pemerintah Kota
Tomohon menetapkan 7(Tujuh) Misi yang harus dilaksanakan sebagai berikut:
 Mewujudkan Masyarakat Berahlak Mulia , Bermoral, Beretika MelaluI
Pendidikan Yang Unggul.
 Mewujudkan Daerah Yang Berdaya Saing Dan Mandiri.
 Mewujudkan Kota Tomohon Yang Demokratis Berdasarkan Hukum.
 Mewujudkan Kota Tomohon Yang Aman, Damai Dan Bersatu Dalam
Keragaman.
 Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan Yang
Berkelanjutan.
 Mewujudkan kota Tomohon Sebagai Kota Wisata Dunia.
 Mewujudkan Masyarakat Kota Yang Berkepribadian Dalam Kebudayaan.

B). HASIL PENELITIAN


Tabel 1: Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2013-2016

TOTAL 2013 2014 2015 2016

Pendapatan Daerah 461.311.984.055 528.035.636.453 554.515.977.321 656.167.048.362

Target PAD 12.700.975.000 21.206.931.368 25.039.931.368 26.383.043.368

Realisasi PAD 13.945.339.275 20.100.568.636 24.657.382.659 26.011.141.966

Realisasi Pengeluaran 451.402.758.551 514.569.939.388 555.223.362.453 620.959.253.455


Bantuan

Pusat Dan Pinjaman 330.892.646.000 376.334.135.000 360.894.361.000 401.799.456.000

Dapat dilihat hasil dari penelitian menunjukkan pada tahun 2013 total pendapatan
daerah Kota Tomohon sebesar Rp.461.311.984.055, ditahun 2014 meningkat sebesar
Rp.528.035.636.453, kemudian ditahun 2015 kembali meningkat sebesar
Rp.554.515.977.321, dan ditahun 2016 meningkat menjadi Rp.656.167.048.362. Target
PAD Kota Tomohon pada tahun 2013 sebesar Rp.12.700.975.000, pada tahun 2014
meningkat menjadi Rp.21.206.931.368, pada tahun 2015 meningkat lagi sebesar

22
Rp.25.039.931.368, pada tahun 2016 meningkat sebesar Rp.26.383.043.368. Realisasi
PAD Kota Tomohon pada tahun 2013 sebesar Rp.13.945.339.275, dan pada tahun 2014
meningkat sebesar Rp.20.100.568.636, pada tahun 2015 meningkat lagi sebesar
Rp.24.657.382.659, dan pada akhir tahun 2016 meningkat menjadi Rp.26.011.141.966.
Realisasi Pengeluaran Kota Tomohon pada tahun 2013 sebesar Rp.451.402.758.551, dan
pada tahun 2014 meningkat menjadi Rp.514.569.939.388, pada tahun 2015 meningkat
juga sebesar Rp.555.223.362.453, dan pada akhir tahun 2016 meningkat menjadi
Rp.620.959.253.455. Bantuan Pusat dan Pinjaman Kota Tomohon pada tahun 2013
sebesar Rp.330.892.646.000, dan pada tahun 2014 meningkat menjadi
Rp.376.334.135.000, pada tahun 2015 menurun sebesar Rp.360.894.361.000 dan pada
akhir tahun kembali lagi meningkat menjadi Rp.401.799.456.000.

Tabel 2: Rasio Kemandirian

Rasio Keuangan 2013 (%) 2014 (%) 2015 (%) 2016 (%)
Rasio Kemandirian 0,38% 0,56% 0,68% 0,65%

Hasil perhitungan dengan menggunakan analisis perbandingan rasio kemandirian dapat


diketahui bahwa kinerja keuangan yang ada di Kota Tomohon dari tahun 2013-2015 bisa
dibilang baik karena ditiap tahunnya meningkat tapi pada tahun 2016 menurun
dikarenakan adanya bantuan dan pinjaman yang dipakai untuk menunjang hasil
pendapatan asli daerah.

Tabel 3: Rasio Efektivitas

Rasio Keuangan 2013 (%) 2014 (%) 2015 (%) 2016 (%)
Rasio Efektivitas 109,79% 94,78% 98,47% 98,59%

Hasil perhitungan dengan menggunakan analisis perbandingan rasio efektivitas dapat


diketahui bahwa kinerja keuangan yang ada di Kota Tomohon dari tahun 2013-2016
sangatlah efektif karena hasil yang di dapat berada diatas rata-rata 90%-100%. Ini
menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang ada di Kota Tomohon sangatlah efektif.

Tabel 4: Rasio Efisiensi

Rasio Keuangan 2013 (%) 2014 (%) 2015 (%) 2016 (%)

23
Rasio Efesiensi 97,85% 97,44% 100,12% 94,63%

Hasil perhitungan dengan menggunakan analisis perbandingan rasio efesiensi dapat


diketahui bahwa kinerja keuangan yang ada di Kota Tomohon dari tahun 2013-2016 tidak
efesien, karena hasil yang menunjukkan rata-rata 90%-100%. Hal ini dikarenakan
pengeluaran yang dipakai tidak sesuai dengan pendapatan yang diharapkan.

BAB IV
PENUTUP
Sistem pengukuran kinerja sektror publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur financial
dan non financial. Sistem pengukuran kinerja merupakan salah satu alat pengendalian
organisasi karena diperkuat dengan adanya mekanisme reward and punishment.
Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja
pemerintah, memperbaiki pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan, serta
untuk menfasilitasi terwujudnya akuntabilitas publik.
Inti pengukuran kinerja pemerintah adalah pengukuran value for money. Kinerja
pemerintah harus diukur dari sisi input, output, dan outcome. Tujuan pengukuran value for
money yaitu mengukur tingkat keekonomisan dalam alokasi sumber daya, efisiensi dalam
penggunaan sumber daya dan hasil yang maksimal, serta efektifitas dalam penggunaan
sumber daya.
Kesimpulan : Selama tahun 2013-2016 Kota Tomohon hanya mendapatkan predikat
sebagai Kota yang efektif karena banyak target yang telah dicapai , tapi untuk
pertumbuhan kemandirian dan efesiensi Kota Tomohon belum memenuhi sesuai standar
yang diinginkan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan Kota Tomohon
kurang baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Fitria., L., N., 2014. Analisis Penerapan Pp. No. 71 Tahun 2010 Dalam Penyajian
Laporan Keuangan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kota
Kotamobagu. Skripsi Universitas Sam Ratulangi. Manado. Vol. 2, No 4. Desember 2014. Hal
714 – 722.
Halim, Abdul 2008. Akuntansi Keuangan Daerah. Hal: 35. Edisi Refisi 3. Salemba Empat.
Jakarta.
Halim, Abdul 2013. Akuntansi Keuangan Daerah. Hal: 20. Edisi keempat. Salemba
Empat, Jakarta.
Mahmudi, 2010. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Edisi Kedua. Hal. 142.
Penerbit UPP STIM YKPN. Yogyakarta .
MohammandMahsun, 2009. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Hal. 31. Edisi pertama,
BPFE. Yogyakarta.
Palilingan, Anastasia, 2015. Analisis Kinerja Belanja Dalam Laporan Realisasi Anggaran
(Lra) Pada Dinas Pendapatan Kota Manado. Skripsi Universitas Sam Ratulangi Manado.
Vol. 3, No. 1. Maret 2015. Hal. 17 – 25. ISSN 2303 – 1174.
Pura, Rahman. 2013. Pengantar Akuntansi 1 Pendekatan Siklus Akuntansi. Hal. 4.
Penerbit Erlangga. Jakarta
Rondonuwu, Ritno, 2015. Analisis Efisiensi Dan Efektivitas Pengelolaan Keuangan
Daerah Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa. Universitas Sam Ratulangi
Manado. Vol. 3, No 4. Desember 2015. Hal. 23 – 32. ISSN. 2303 – 1174.

25
Sagay, Brian. 2013. Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Kabupaten Minahasa Selatan. Skripsi Universitas Sam Ratulangi. Manado. Vol.
1, No 3. September 2013. Hal. 1165 – 1174. ISSN. 2303 – 1174.
Sinambela, Lijan Poltak. 2012. Kinerja Pegawai: Teori Pengukuran dan Implikasi. Hal.
186 – 187. Yogyakarta : Graha Ilmu
Tampi, Julio., Y. 2014. Penerapan Akuntansi Untuk Pembiayaan Daerah Pada Dppkad
Kabupaten Minahasa Tenggara. Skripsi Universitas Sam Ratulangi Manado. Vol. 2, No 3.
September 2014. Hal. 438 – 447. ISSN. 2303 – 1174.
Wibowo, 2011. Manajemen Perubahan. Hal. 7, 102, 229. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Ronald, Gronald. 2011. Pengukuran kinerja sektor publik. diunduh Juni 2011
http://gronald-ronald.blogspot.com/2011/06/pengukuran-kinerja-sektor-publik.html
Gustriana, Yeyen. 2015. Sistem pengukuran sektor publik. diunduh Maret 2015
http://yeyengustriana.blogspot.com/2015/03/makalah-sistem-pengukuran-kinerja.html

Mohmansun. 2011. Memformulasikan pengukuran kinerja . diunduh April 2014


http://mohmahsun.blogspot.com/2011/04/memformulasikan-sistem-pengukuran.html?m=1

Efendi, Muharie. 2019. Pengukuran kinerja sektor publik. diunduh Agustus 2018
http://www.academia.edu/18373350/Pengukuran_kinerja
https://osf.io/j2gry

26

Anda mungkin juga menyukai