Anda di halaman 1dari 3

TUGAS SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI HUKUM

MAGISTER ILMU HUKUM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA

NAMA : dr. NOVRA TILOVA


NIM : 2110018412035
Tanggal : 11 Maret 2022
Dosen : Dr. Uning Pratimaratri, S.H, M.Hum

A. Tipe kajian Filsafat Hukum


Tipe kajian filsafat hukum yang bertolak dari pandangan bahwa hukum adalah asas
kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan berlaku universal. Tipe kajian ini
berorientasi kefilsafatan, dengan  menggunakan metode logika-deduksi dari premis
normatif yang diyakini bersifat self-evident.
Hukum merupakan asas-asas kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan berlaku
universal. Filsafat hukum dapat dikatakan sebagai cabang filsafat yang mengatur tingkah
laku atau etika yang mempelajari hakikat hukum. Dengan kata lain, filsafat hukum adalah
ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis.
Menurut Purbacaraka dan soerjono soekanto, filsafat hukum adalah perenungan dan
perumusan nilai-nilai kecuali itu filsafat hukum juga mencakup penyerasian nilai-nilai.
Menurut Soedjono Dirdjosisworo mengemukakan bahwa filsafat hukum adalah pendirian
atau penghayatan yang dianut orang atau masyarakat atau negara tentang hakikat ciri-ciri
landasan berlakunya hukum.
Contoh :
Filsafat hukum merupakan penyerasian antara ketertiban dengan ketentraman antara
kebendaan dan keahlakan dan antara kelanggengan/konservatisme dengan pembaruan.

B. Tipe kajian Hukum Murni


Tipe kajian hukum murni yang mengkaji “law as it is written in the books” yang bertolak dari
pandangan bahwa hukum adalah norma-norma positif di dalam sistem perundang-undangan
hukum nasional. Hukum merupakan norma-norma positif di dalam sistem perundang-
undangan hukum nasional. Aliran hukum ini mengkaji hukum apa yang tertulis didalam
peraturan perundang-undangan. Hukum murni adalah ilmu hukum (yurisprudensi), bukan
politik hukum. Disebut teori hukum "murni" karena ia hanya menjelaskan hukum dan
berupaya membersihkan obyek penjelasannya dari segala hal yang tidak bersangkut paut
dengan hukum. Tujuan teori ini adalah membersihkan ilmu hukum dari unsur-unsur asing.
Teori hukum murni ini menurut Kelsen adalah sebuah teori hukum yang bersifat positif.
Sehingga kemudian dapat disimpulkan bahwa teori hukum ini ingin berusaha menjawab
pertanyaan tentang “apa hukum itu?” tetapi bukan pertanyaan “apa hukum itu
seharusnya”. 
Pandangan positivisme juga menganggap bahwa kewajiban yang terletak pada kaidah
hukum adalah kewajiban yang bersifat yuridis, hal itu dikarenakan karena kaidah hukum
termasuk pada keharusan ekstern, yaitu karena ada paksaan atau ancaman apabila tidak
mentaati, dikarenakan dasar dari hukum adalah undang-undang dasar negara, dalam relasi
itulah maka terdapat ada yang memberi perintah dan ada yang mentaati perintah.

1
Contoh :
Peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah ditujukan kepada masyarakat
untuk mengatur ketertiban, dengan aturan yang jelas dan bersifat memaksa serta sanksi.
Misal peraturan lalu lintas, peraturan kesehatan, peraturan kepegawaian.

C. Tipe kajian American sociological jurisprudence


Tipe kajian American sociological jurisprudence yang mengkaji law as it is by judges through
judicial process, yang bertolak dari pandangan bahwa hukum adalah apa yang diputuskan
oleh hakim inkonkreto dan tersistematisasi sebagai judge made law.
Berorientasi behavioural dan sosiologik serta menggunakan metode doktrinal dan
nondoktrinal bersaranakan logika induksi untuk mengakaji “court behaviours”
Aliran Sociological Jurisprudence adalah salah satu aliran dalam Filsafat Hukum yang tumbuh
dan berkembang di benua Eropa yang dipelopori oleh Eugen Erlich. ini tergolong dalam
aliran pemikiran hukum sosiologis yang mempelajari pengaruh hukum terhadap masyarakat
dengan pendekatan dari hukum ke masyarakat.
Pelopor dari aliran sociological jurisprudence ialah Eugen Ehrlich (1826-1922) berdasarkan
karyanya "Fundamental Principles of The Sociologi of Law". Ajaran Ehrlich berpangkal pada
pembedaan antara hukum positif dengan hukum yang hidup ( Living law), atau dengan kata
lain suatu pembedaan antara kaidah-kaidah hukum dengan kaidah-kaidah sosial lainnya. Dia
menyatakan bahwa hukum positif hanya akan efektif apabila selaras dengan hukum yang
hidup dalam masyarakat, atau dengan apa yang disebut oleh atropolog sebagai kebudayaan
( culture patterns).
Sociological Jurisprudence menunjukkan kompromi yang cermat antara hukum tertulis
sebagai kebutuhan masyarakat hukum demi terciptanya kepastian hukum (positivism law)
dan living law sebagai wujud penghargaan terhadap pentingnya peranan masyarakat dalam
pembentukan hukum dan orientasi hukum (Rasjidi dan Rasjidi, 2007).
Contoh :
Dalam memutuskan keputusan pengadilan, hakim harus merujuk pada aturan yang berlaku
disertai dengan bukti-bukti yang jelas. Masyarakat yang melakukan pencurian kendaraan
bermotor dan terbukti dengan sah dan menyakinkan pencurian tersebut dilakukan dengan
terencana, adanya saksi dan barang bukti. Maka hakim dapat menjatuhkan vonis sesuai
dengan kejahatan yang dilakukan.

D. Tipe kajian sosiologi hukum yang mengkaji “law as it is an society”


Menjelaskan bahwa hukum adalah pola perilaku sosial yang terlembaga dan eksis
sebagai variable sosial yang empirik. Berorientasi struktural, dan menggunakan metode
sosial/ non doktrinal dengan pendekatan struktural / makro dan umumnya kuantitatif.
Contoh :
Peranan hukum dimasyarakat dipengaruhi dengan kondisi dan keadaan dari masyarakat itu
sendiri, seperti untuk menciptakan masyarakat yang tertib dalam budaya antri, perlunya
diberlakukan aturan – aturan yang jelas dan mengikat, misal jika masyarakat tidak mau antri,
maka pelayanan dalam pengurusan KTP dikantor camat tidak akan diproses.

2
E. Tipe kajian sosiologi dan / atau antropologi hukum 
Mengkaji law as it is in (human) action, yang bertolak dari pandangan bahwa hukum adalah
manifestasi makna-makna simbolik pelaku sosial sebagaimana tampak dalam interaksi
mereka. Berorientasi simbolik interaksional, dan menggunakan metode sosial / nondoktrinal
dengan pendekatan interaksional/ mikro dengan analisis kualitatif.
Sosiologi hukum dan antropologi hukum memiliki objek yang jelas yaitu manusia.
Antropologi hukum mengkaji suatu budaya yang terjadi pada kelompok masyarakat dan
sosiologi hukum lebih menitik beratkan pada pada manusia dan berbagai proses hubungan
sosialnya.
Contoh :
bagi pelaku sosial (manusia) diperlukan simbol-simbol yang menjelaskan makna dari hukum
tersebut. Semisal Pemalsuan uang yang dilakukan oleh sejumlah oknum yang bertujuan
untuk mengelabui pedagang kecil atau adanya rambu lalu lintas berupa huruf ‘S’ yang
dicoret yang bermana bahwa tidak boleh berhenti di lokasi tersebut.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai