Anda di halaman 1dari 14

2.

1 Pengertian Antibodi

Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar tubuh vertebrata

lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan dan

menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus. Mereka terbuat dari sedikit struktur

dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi memiliki dua rantai berat besar dan dua (rantai

ringan). Antibodi diproduksi oleh tipe sel darah yang disebut sel B. Terdapat beberapa tipe

yang berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe antibodi yang berbeda, yang

dimasukan kedalam isotype yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai berat mereka masuki.

Lima isotype antibodi yang berbeda diketahui berada pada tubuh mamalia, yang memainkan

peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon imun yang tepat untuk tiap tipe benda

asing yang berbeda yang ditemui.

Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan antigen spesifik yang

menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja

seperti aglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh

limfosit B yang telah diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel.

Antibodi biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab.

Antibodi (immunoglobulin) adalah protein yang disintesis oleh hewan atau manusia

sebagai respon terhadap substansi asing (antigen). Antibodi ini disekresi oleh sel plasma yaitu

sel yang diturunkan dari sel limfosit B (sel B). Protein yang larut ini merupakan elemen

pengenalan pada respon kekebalan humoral. Tiap antibodi mempunyai afinitas spesifik

terhadap materi asing yang memicu sintesis antibodi itu.

2.2 Proses Pembentukan Antibodi

1
Antibodi dibentuk oleh sel plasma yang yang berasal dari diferensiasi sel B akibat adanya

kontak dengan antigen. Selama berdiferensiasi menjadi sel plasma, limfosit B membengkak

karena retikulum endoplasma kasar (tempat sintesis protein yang akan dikeluarkan) sangat

berkembang. Sel-sel plasma menghasilkan sampai dua ribu molekul antibodi per detik.

Gambar 1. Mekanisme Pembentukan Antibodi

Mekanisme pembuatan antibodi sebagai reaksi atas masuknya antigen masih belum

diketahui secara pasti. Sehingga ada beberapa teori yang memberi gambaran mengenaisintesis

antibodi ditinjau dari beberapa sudut.

2.2.1 Teori Selektif

Permukaan setiap sel pembentuk antibodi di dalam tubuh memiliki gugusan – gugusan

kimia yang khas (side chain), semacam reseptor yang berfungsi sepertiantibodi dan dapat

mengikat antigen yang sesuai untuknya. Antigen itu akan merusak reseptor yang berlebihan

dan dilepaskan oleh sel ke dalam serum sebagai antibodi. Teori ini kemudian ditinggalkan

karena dianggap tidak masuk akal.

2.2.2 Teori Instruktif

2
Antigen bekerja sebagai cetakan atau template dan persediaan gammaglobulin di dalam

badan yang bentuknya menyesuaikan bentuk komplementer dari antigen. Bentuk ini

kemudian dapat dipertahankan dengan ikatan-ikatan disulfida, ikatan-ikatan hydrogen dan

sebagainya. Teori ini tidak dapat dipertahankan setelah diketahui bahwa sifat khas antibodi

ditentukan oleh urutan asam amino di bagian variabel FAB (Fragment Antigen Binding), yang

pembentukannya ditentukan oleh suatu messenger RNA dan perubahan mRNA tidak dapat

terjadi secepat kontak dengan antigen.

2.2.3 Teori Seleksi Klonal

Teori ini berdasarkan kemampuan mutasi dan seleksi dari sel-sel tertentu di dalam tubuh

sesuai dengan kemampuan yang sama pada kuman. Sel yang berperan dalam reaksi

kekebalan, sel limfosit, hanya dapat mengikat satu jenis antigen. Kemampuan ini telah ada

sejak lahir dan merupakan sifat bawaaan. Dengan demikian maka sel-sel limfosit di dalam

tubuh merupakan kumpulan sel yang berlainan, ada yang dapat bereaksi dengan satu antigen

dan ada yang bereaksi dengan antigen lain.

Bila antigen masuk ke dalam tubuh ia diikat oleh reseptor pada permukaan limfosit yang

cocok, dan sel limfosit itu akan mengalami proliferasi dan membentuk satu clone. Sebagian

dari sel clone ini akan mengeluarkan antibodi dan sebagian lain akan menyebar melalui aliran

darah dan limfe ke dalam jaringan tubuh sebagai cadangan sel yang sensitif terhadap antigen

itu (memory cells). Antigen yang sama apabila masuk ke dalam tubuh untuk kedua kalinya

akan bertemu dengan sel cadangan ini dan mengakibatkan terbentuknya antibodi yang lebih

cepat dan lebih banyak. Perbedaan dalam respon imun primer dan sekunder , kadar antibodi

yang dibentuk, lamanya lag phase dan lain-lain sangat bergantung pada beberapa faktor,

antara lain :

A. Jenis antigen

3
B. Dosis antigen yang diberikan ke darah

C. Cara masuk antigen ke tubuh

D. Sensitivitas teknik yang digunakan untuk mengukur antibody

Pembentukan antibodi tidak berlangsung tanpa batas, ada mekanisme control yang

mengendalikan dan menghentikaan pembentukan antibodi berlebihan. Beberapa diantara

mekanisme control itu adalah berkurangya kadar antigen, pengaturan oleh diotip, dan

penekanan oleh sel T penekan.

2.3 Struktur Umum Antibodi

Gambar 2. Struktur Antibodi

Pada struktur antibodi terdapat dua rantai ringan (light chain) dan dua rantai berat (heavy

chain). Tiap rantai L (ringan) terikat pada rantai berat (H) dengan suatu ikatan disulfida dan

rantai H saling berikatan dengan paling sedikit satu ikatan disulfida. Panjang rantai H yang

mengandung 446 residu asam amino, kira-kira dua kali panjang rantai L. Rantai H memiliki

berat molekul sekitar 50-75 kDa. Sedangkan, rantai L memiliki berat molekul sekitar 25 kDa.

4
Analisis menunjukkan bahwa semua perbedaan urutan asam amino terdapat pada 108 residu

di ujung amino terminal. Jadi rantai panjang, seperti juga rantai pendek, terdiri dari bagian

yang variabel dan bagian yang konstan. Bagian variabel pada rantai panjang mempunyai

panjang yang sama dengan yang di rantai pendek, sedang bagian yang konstan kira-kira tiga

kali panjang bagian konstan pada rantai pendek

2.4 Jenis – Jenis Antibodi

Pada sel B tertentu, antibodi-antibodi yang dihasilkan berbeda dari reseptor sel B hanya

dalam wilayah konstan (C) dari rantai berat. Sebagai ganti dari wilayah transmembrane dan

ekor sitoplasmik, rantai berat mengandung sekuens-sekuens yang menentukan tempat antibodi

didistribusikan dan bagaimana antibodi tersebut memerantarai pembuangan antigen. Kelima

tipe utama wilayah C rantai berat menentukan lima kelas utama antibodi. Rantai panjang pada

immunoglobulin G disebut rantai γ, sedangkan pada immunoglobulin A,M,D dan E disebut α,

μ, δ, dan δ berurutan.

5
Gambar 3. Jenis – Jenis Antibodi

2.4.1 Imunoglobulin M

Immunoglobin M ialah antibodi yang disintesis pertama kali dalam stimulus antigen.

Strukturnya terdiri dari pentamer yang tersusun atas 5 molekul Ig yang bergabung bersama

oleh ikatan disulfide dan protein tambahan yang disebut J-chain (Rantai J). Konsentrasinya

dalam darah menurun secara cepat. Hal ini diagnostik bermanfaat karena kehadiran IgM

umumnya mengindikasikan adanya infeksi baru oleh patogen yang menyebabkan

pembentukannya. Sintesis imunoglobin M dilakukan oleh fetus waktu intrauterin. Oleh karena

tidak dapat melawan plasenta, maka IgM pada bayi yang baru lahir menunjukkan tanda-tanda

infeksi intrauterin. Fungsinya mencegah gerakan mikroorganisme antigen, memudahkan

fagositosis dan Aglutinosis kuat terhadap antigen.

6
2.4.2 Imunoglobulin G

Merupakan antibodi yang paling berlimpah dalam sirkulasi. Terbanyak dalam serum

(75%). Molekul antibody ini terdiri atas 2 rantai H dan 2 rantai L. Ada 4 jenis Ig-G pada

manusia, yaitu : Ig-G 1, Ig-G 2, Ig-G 3, dan Ig-G 4. Keempatnya memiliki struktur yang

sama. Ig-G 1 merupakan jenis Ig-G yang paling banyak dengan jumlah 70% dari total Ig-G.

Antibodi ini dengan mudah melewati dinding pembuluh darah dan memasuki cairan jaringan.

IgG juga menembus plasenta dan memberikan kekebalan pasif bagi ibu ke janin. Ig G

melindungi tubuh dari bakteri, virus, dan toksin yang beredar dalam darah dan limfa, dan

memicu kerja sistem komplemen. Mempunyai sifat opsonin berhubungan erat dengan fagosit,

monosit dan makrofag. Berperan pada imunitas seluler yang dapat merusak antigen seluler

berinteraksi dengan komplemen, sel K, eosinofil dan neutrofil.

2.4.3 Imunoglobulin A

Imunoglobulin A dihasilkan paling banyak dalam bentuk dua monomer Y (suatu

dimer) oleh sel-sel yang terdapat berlimpah pada membran mukosa. Jumlah dalam serum

sedikit. Banyak terdapat dalam saluran nafas, cerna, kemih, air mata, keringat, ludah dan air

susu.

Ada 2 jenis Ig-A pada manusia yaitu Ig-A 1 dan Ig-A 2, dengan fungsi yang sama. Ig-

A memiliki struktur yang berbeda tergantung apakah terletak di serum atau bagian tubuh yang

berfungsi untuk proses sekresi. Di serum Ig-A memiliki struktur 2 rantai H dan 2 rantai L.

sedangkan pada bagian tubuh dengan fungsi untuk sekresi strukturnya terdiri atas 2 molekul

Ig yang tergabung oleh rantai-J dan protein tambahan yang disebut Secretory Piece. Secretory

Piece tidak dihasilkan oleh sel penghasil antibody, tetapi ditambahkan pada struktur Ig-A

dengan cara khusus. Secretory Piece membantu proses pengangkutan Ig-A ke bagian tubuh

7
dengan fungsi sekresi, dan melindungi Ig-A dari kerusakan oleh enzim proteolitik yang

ditemukan pada bagian tubuh dengan fungsi sekresi. Fungsi utama IgA adalah untuk

mencegah pertautan virus dan bakteri ke permukaan epitelium. Fungsinya menetralkan toksin

dan virus, mencegah kontak antara toksin/ virus dengan sel sasaran dan mengumpalkan/

mengganggu gerak kuman yang memudahkan fagositosis.

2.4.4 Imunoglobulin E

Imunoglobulin E berukuran sedikit besar dibandingkan dengan molekul IgG dan

hanya mewakili sebagian kecil dari total antibodi dalam darah. Ig E disekresikan oleh sel

plasma di kulit, mukosa, serta tonsil. Jika bagian ujung IgE terpicu oleh antigen, akan

menyebabkan sel melepaskan histamin yang menyebabkan peradangan dan reaksi alergi.

Mudah diikat oleh sel mastosit, basofil dan eosinofil. Kadar tinggi pada kasus: alergi, infeksi

cacing, skistosomiasis, trikinosis. Proteksi terhadap invasi parasit seperti cacing.

2.4.5 Imunoglobulin D

Imunoglobulin D sedikit ditemukan dalam sirkulasi dan tidak stabil pada serum karena

dengan cepat dapat di degradasi oleh plasmin serum. Antibodi IgD tidak mengaktifkan sistem

komplemen dan tidak menembus plasenta. IgD terutama ditemukan pada permukaan sel B,

yang kemungkinan berfungsi sebagai suatu reseptor antigen yang diperlukan untuk memulai

diferensiasi sel-sel B menjadi sel plasma dan sel B memori. Tidak dapat mengikat

komplemen. Mempunyai aktifitas antibodi terhadap makanan dan autoantigen.

8
2.5 Mekanisme Kerja Antibodi

Antibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein dan dibentuk untuk melawan sel-

sel asing yang masuk ke tubuh manusia. Senjata ini diproduksi oleh sel-sel B, sekelompok

prajurit pejuang dalam sistem kekebalan. Antibodi akan menghancurkan bakteri atau virus

tertentu yang menyerang sistem pertahanan tubuh manusia.

Antibodi mempunyai dua fungsi, pertama untuk mengikatkan diri kepada sel-sel musuh,

yaitu antigen. Fungsi kedua adalah membusukkan struktur biologi antigen tersebut lalu

menghancurkannya. Berada dalam aliran darah dan cairan non-seluler, antibodi mengikatkan

diri kepada bakteri dan virus penyebab penyakit. Mereka menandai molekul-molekul asing

tempat mereka mengikatkan diri. Dengan demikian sel prajurit tubuh dapat membedakan

sekaligus melumpuhkannya.

Antibodi bersesuaian dengan antigen secara sempurna, seperti anak kunci dengan

lubangnya yang dipasang dalam struktur tiga dimensi. Tubuh manusia mampu memproduksi

masing-masing antibodi yang cocok untuk hampir setiap musuh yang dihadapinya. Antibodi

bukan berjenis tunggal. Sesuai dengan struktur setiap musuh, maka tubuh menciptakan

antibodi khusus yang cukup kuat untuk menghadapi musuh. Hal ini karena antibodi yang

dihasilkan untuk suatu penyakit belum tentu berhasil bagi penyakit lainnya. Membuat

antibodi spesifik untuk masing-masing musuh merupakan proses yang luar biasa dan proses

ini dapat terwujud hanya jika sel-sel B mengenal struktur musuhnya dengan baik.

Dan, di alam ini terdapat jutaan musuh (antigen). Satu sel B yang sedemikian kecil,

menyimpan jutaan bit informasi dalam memorinya, dan dengan sadar menggunakannya dalam

kombinasi yang tepat. Tersimpannya jutaan formula dalam suatu sel yang sangat kecil

merupakan keajaiban yang diberikan kepada manusia. Yang tak kurang menakjubkan adalah

bahwa kenyataannya sel-sel menggunakan informasi ini untuk melindungi kesehatan manusia.

Satu sel B menggandakan antibodi spesifiknya dan mencantolkannya ke permukaan luar


9
membran selnya. Antibodi memanjang keluar seperti jarum, aerial yang sudah menyesuaikan

diri menunggu berkontak dengan sekeping protein tertentu yang bisa mereka kenali. Antibodi

tersebut terdiri dari dua rantai ringan dan dua rantai berat asam amino yang bersambungan

dalam bentuk Y. Setelah digandakan sampai jutaan, sebagian besar sel B berhenti membelah

dan menjadi sel plasma, jenis sel yang bagian dalamnya berisi alat untuk membuat satu

produk antibodi. Sebagian sel B lain membelah terus tak berhingga, dan menjadi sel memori.

Antibodi bebas yang dibuat oleh sel plasma berkeliling di darah dan cairan limpa. Ketika

antibodi mengikatkan diri pada antigen sasarannya, bentuknya berubah. Perubahan bentuk

inilah yang membuat antibodi "menempel" di bagian luar makrofag.

Gambar 4. Mekanisme Kerja Antibodi

2.6 Interaksi Antigen – Antibodi

Antibodi adalah molekul protein (immunoglobulin) yang memiliki satu atau lebih tempat

perlekatan (combining sites) yang disebut paratope. Antigen adalah molekul asing yang

mendatangkan suatu respon spesifik dari limfosit. Salah satu cara antigen menimbulkan

10
respon kekebalan adalah dengan cara mengaktifkan sel B untuk mensekresi protein yang

disebut antibodi. Istilah antigen sendiri merupakan singkatan antibody-generator (pembangkit

antibodi). Masing-masing antigen mempunyai bentuk molekuler khusus dan merangsang sel-

sel B tertentu untuk mensekresi antibodi yang berinteraksi secara spesifik dengan antigen

tersebut. Interaksi antigen antibodi merupakan interaksi kimiawi yang dapat dianalogikan

dengan interaksi enzim dengan substratnya. Spesifitas kerja antibodi mirip dengan enzim.

Sel-sel kunci dalam respon antigen-antibodi adalah sel limfosit. Terdapat dua jenis

limfosit yang berperan, yaitu limfosit B dan T. Keduanya berasal dari sel tiang yang sama

dalam sumsum tulang. Pendewasaan limfosit B terjadi di Bursa Fabricius pada unggas,

sedangkan pada mamalia terjadi di hati fetus, tonsil, usus buntu dan jaringan limfoid dalam

dinding usus. Pendewasaan limfosit T terjadi di organ timus. Sistim kebal atau imun terdiri

dari dua macam, yaitu sistim kebal humoral dan seluler. Limfosit B bertanggung jawab

terhadap sistim kebal humoral. Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh, maka limfosit B

berubah menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi humoral. Antibodi humoral yang

terbentuk di lepas ke darah sebagai bagian dari fraksi γ- globulin. Antibodi humoral ini

memerangi bakteri dan virus di dalam darah.

Sistem humoral merupakan sekelompok protein yang dikenal sebagai imunoglobulin (Ig)

atau antibodi (Ab). Limfosit T bertanggung jawab terhadap kekebalan seluler. Apabila ada

antigen di dalam tubuh, misalnya sel kanker atau jaringan asing, maka limfosit T akan

berubah menjadi limfoblast yang menghasilkan limphokin (semacam antibodi), namun tidak

dilepaskan ke dalam darah melainkan langsung bereaksi dengan antigen di jaringan. Sistim

kekebalan seluler disebut juga “respon yang diperantarai sel”.

Interaksi antigen-antibodi dapat dikategorikan menjadi tingkat primer, sekunder, dan tersier

11
A. Primer

Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan antibody

pada situs identik yang kecil, bernama epitop.

B. Sekunder

Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya:

1) Netralisasi Adalah jika antibody secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen

menimbulkan effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat toksin

bakteri, antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel yang rentan.

2) Aglutinasi Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfuse

darah yang tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan.

3) Presipitasi Adalah jika complex antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu

besar, sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya

mengendap.

4) Fagositosis Adalah jika bagian ekor antibody yang berikatan dengan antigen mampu

mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis korban

yang mengandung antigen tersebut.

5) Sitotoksis Adalah saat pengikatan antibody ke antigen juga menginduksi serangan sel

pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell

kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibody sebelum dapat

dihancurkan melalui proses lisis membran plasmanya.

C. Tersier

Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologic dari interaksi

antigenantibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya. Pengaruh

menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas mikroba,dan

12
lain-lain. Sedangkan pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi sitolitik berat, dan

defisiensi yang menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Antibodi (immunoglobulin) adalah protein yang disintesis oleh hewan atau manusia

sebagai respon terhadap substansi asing (antigen). Antibodi ini disekresi oleh sel plasma yaitu

sel yang diturunkan dari sel limfosit B (sel B). Struktur umumnya tersusun atas dua rantai

ringan dan dua rantai berat yang saling terhubung oleh sebuah ikatan disulfida. Antibody

terdiri atas lima jenis, yaitu IgG, IgA, IgM, IgE dan IgD. Antibodi akan menghancurkan

bakteri atau virus tertentu yang menyerang sistem pertahanan tubuh manusia.

3.2 Saran

Penulis sadar bahwa penulisan makalah ini masih kurang dari sempurna. Sehingga

diharapkan adanya saran – saran yang membangun untuk perbaikan kedepannya.

14

Anda mungkin juga menyukai