Anda di halaman 1dari 45

SEJARAH

ARSITEKTUR TIMUR
NAMA : NUR ARIFIN
NIM : 142020015
DOSEN PEMBIMBING : Reny Kartika Sary, S.T,. M.T
Sejarah arsitektur sumatera utara

PETA PROVINSI SUMATERA UTARA PETA PENYEBARAN SUKU BATAK


2
SEJARAH ARSITEKTUR SUMATERA UATARA

Penjelasan 5 suku Batak : Batak Karo, Batak Toba, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Mandailing

• Batak Karo adalah suku bangsa yang mendiami wilayah Sumatera Utara dan sebagian Aceh. Suku ini
merupakan salah satu suku terbesar dalam Sumatera Utara. Suku Karo pada mulanya tinggal di dataran tinggi
Karo yakni Brastagi dan Kabanjahe
• Batak Toba adalah suatu kesatuan kultural. Batak Toba tidak mesti tinggal di wilayah geografis Toba, meski
asal-muasal adalah Toba. wilayah Toba yang secara spesifik ialah Desa Sianjur Mulamula terletak di lereng
Gunung Pusuk Buhit, kira-kira 45 menit berkendara dari Pangururan, Ibu kota Kabupaten Samosir, sekarang.
• Batak Pakpak merupakan suku yang sebenarnya berasal dari India Selatan. Dalam sebuah literatur disebutkan
bahwa nenek moyang suku ini ialah Kada dan Lona yang merupakan warga asli India. dan keturunanya lah
yang mendiami suku Batak Pakpak.
• Batak Simalungun dalam tradisi asal-usulnya, suku ini diyakini berasal dari wilayah di India Selatan dan India
Timur yang masuk ke nusantara sekitar abad ke-5 Masehi serta menetap di timur Danau Toba.
• Batak Mandailing Secara garis besar, adalah salah satu suku yang banyak ditemui di utara Pulau Sumatera atau
lebih spesifik berada di selatan Provinsi Sumut. Suku ini memiliki ikatan darah, nasab, bahasa, aksara, sistem
sosial, kesenian, adat, dan kebiasaan tersendiri yang berbeda dengan Batak dan Melayu.
3
1. Rumah Batak Toba

TATA CARA PEMBUATAN RUMAH SUKU BATAK TOBA

Nama Upacara sebelum mendirikan bangunan yaitu Mangusung Bunti dan tujuan upacara itu untuk memohon kepada Mula
Jadi Nabolon (tri tunggal dewa) yakni betara guru sebagai penguasa benua bawah yang memberikan hari yang baik dan
kesuburan tanah. Silaon Nabolon sebagai pengusaha benua tengah yang memberikan keturunan, dan Mengalabulan sebagai
dewa penguasa benua atas memberikan hidup, maut, harta dan keberanian.
Tempat dan waktu upacara dilakukan biasanya di tempat mana nantinya rumah itu akan didirikan. Biasanya dukun hari
menentukan waktunya pada pernangkok ni mata ni ari, yakni berkisar antara jam 08.00 sampai dengan jam 10.00 pagi.
Penyelenggaraan biasanya teman sekampung yang terdiri atas Doogan Sabutaha atau dongan Tubu (teman semarga) atau
seketurunan dan para pihak boru dari teman sekampung. Sedangkan peserta upacara terdiri atas : pengetua kampung, datu ari
(dukun hari), Raja Perhata (ahli hukum dan adat), Raja Huta (kepala Desa), Unsur-unsur Dalihan Natolu (Raja ni Hula-hula,
dongan tubu dan boru). Di samping itu Husuhuton dan para peserta gotong royong (teman sekampung dan teman sebius) artiya
beberapa horja
Pimpinan upacara : Adalah dukun ari karena beliaulah yang punyai keahlian alam gaib dan bisa berhubungan (perantara
dengan betara guru). sebagai dewa yang dapat memberikan hari baik dan buruk. Dialah yang menjadi protokol, koordinator
dan dinamisator dalam upacara tersebut.

4
Alat-alat upacara : Adapun benda-benda yang harus dilengkapi dalam upacara itu ialah sanggul (yaitu ranting pohon
beringin dan hariara pimping), ampang (bakul), padi, buah kemiri, beras, baliga pagabe, assimun namartagan
(mentimun), bibit pisang, nangka, gundur pangalam bohi (semangka), sitompion nabolon (sagu-sagu dari tepung).
Dangke naniura (ikan masak asam saja), Daung baligas (ikan parung dari danau Toba), Sitopahon na Mauliate (sekapur
sirih), dan tuak tangkasan (air nira).
Tata pelaksanaan upacara; Benda-benda tersebut dibawa oleh orang yang hendak mendirikan rumah (suhut) dengan
menjunjung di atas kepala, ke tempat di mana rumah hendak dibangun. Kemudian benda-benda tersebut oleh sang dukun
dipersembahkan kepada Mula Jadi Nabolon dan dewa-dewa lainnya. Kiranya para peserta (juara natorop) khususnya
suhut diberkahi dan beroleh banyak turunan, kekayaan, kemuliaan, kecerdikan dan panjang umur.
Jalannya Upacara; Setelah terlebih dahulu makanan disajikan kepada dewa-dewa oleh sang dukun, barulah makanan
dapat disajikan kepada hadirin. Setelah selesai acara makan, barulah sang dukun sebagai protokol bertanya kepada suhut
tentang arti dan makna dari pertemuan itu, dan segera dijawab oleh pihak suhut pula. Setelah semua hadirin mengetahui
maksud dan tujuannya, maka mereka memberikan persetujuan dan memohon kepada Mula Jadi Nabolon dan dewa
lainnya untuk menerima kasih. Hal ini langsung disambut oleh suhut dan dengan ucapan terima kasih. Semua
pembicaraan tersebut adalah mamakai pepatah Batak, yang ujudnya hanya memohon kepada Mula Jadi Nabolon agar
kiranya dikabulkan dan direstuinya.

5
Filosofi dan Makna Rumah Bolon

Rumah adat Batak ini bukan hanya didirikan sebagai tempat tinggal.
Ada banyak nilai-nilai luhur yang tersimpan di dalamnya.
Nilai-nilai inilah yang kemudian dijadikan pedoman hidup masyarakat Batak.
• Filosofi dasar keberadaan rumah Bolon adalah sebagai pedoman hidup dalam pergaulan antar individu.
• Sebagai bentuk cagar budaya yang menjadi sarana pelestarian budaya Batak.

Selain filosofi bangunan, setiap lukisan, hiasan, dan bagian bangunannya memiliki makna tersendiri,
• yakni:Ornamen Gorga berbentuk cicak artinya orang batak dapat hidup di mana saja dan bisa
beradaptasi.
• Ornamen Gorga berbentuk ular, ada kaitannya dengan kepercayaan suku Batak bahwa jika rumah di
masuki ular maka penghuninya akan mendapatkan berkah.
• Ornamen Gorga berbentuk kerbau, sebagai ucapan terima kasih kepada kerbau yang telah membantu
manusia dalam kehidupan.
• Tiang tinggi Ninggor, berbentuk lurus dan tinggi, bermakna kejujuran.
• Arop-aropan di bagian depan hunian, sebagai harapan dapat hidup layak.
• Penahan atap, songsong boltak, merupakan pengingat bahwa jika ada tuan rumah yang dirasa tidak baik
maka hendaknya dipendam di hati saja.
• Lubang telaga di dekat dapur masak sebagai tempat membuang kotoran, harapan untuk membuang jauh-
jauh segala keburukan dan kesalahan dari dalam rumah.
• Panggung kecil untuk menyimpan padi, sebagai bentuk harapan untuk kelancaran dalam hidup.

6
Bagian-bagian dalam Rumah Bolon

1. Bagian Atap Rumah Bolon

Bentuk atap rumah ini melengkung, seperti punggung kerbau. Jika dikaji degan ilmu masa kini, atap rumahnya tampak
aerodinamis dalam melawan angin kencang dari danau.Sehingga dapat berdiri dengan kokoh melindungi bangunan rumah di
bawahnya.Material yang digunakan untuk membuat atap adalah ijuk.Hal ini karena ijuk merupakan bahan yang mudah untuk
didapatkan di sana.Atap dianggap sebagai sesuatu yang suci dalam budaya Batak.
Oleh sebab itu bagian dalamnya sering digunakan untuk menyimpan benda-benda keramat atau pusaka.
Selain melengkung, bentuk ujungnya lancip di bagian depan maupun belakang, dengan bagian depan dibuat lebih panjang
daripada bagian belakang.Sebagai bentuk doa agar keturunan dari pemilik rumah memiliki masa depan yang lebih baik.

2. Pondasi Rumah Bolon

Pondasi yang digunakan merupakan pondasi tipe cincin.Dimana batu menjadi tumpuan untuk kolom kayu yang ada di atasnya.
Tiang berdiameter sekitar 42-50 cm berdiri diatas batu ojahan yang strukturnya fleksibel.Sehingga rumah adat batak dapat tahan
terhadap gempa.Tiang rumah umumnya berjumlah 18, dan mengandung makna kebersamaan dan kekokohan.

7
2. Badan Rumah 4. Dinding Rumah

Badan rumah terletak di bagian tengah bangunan. Dalam Dinding rumah Bolon bentuknya miring, agar angin
mitologi Batak, bagian ini disebut sebagai dunia tengah. Dunia dari luar mudah masuk ke dalam.Tali yang digunakan
tengah merupakan tempat aktivitas penghuninya untuk mengikat dinding, ret-ret, terbuat dari bahan
berlangsung.Seperti bersenda gurau, tidur, masak, dan lain- ijuk dan rotan.Pola tali pengikat seperti cicak yang
lain.Badan rumah dilengkapi dengan hiasan berupa ipon-ipon memiliki dua kepala dan saling bertolak belakang.
untuk menolak bala. Makna pola ini adalah sebagai penjaga
rumah.Sementara dua kepala yang saling bertolak
belakang artinya semua penghuni rumah memiliki
peran sama.Satu sama lain harus saling menghormati.

5. Pintu Masuk Rumah Bolon

Pintu utama rumah adat ini menjorok ke dalam


dengan lebar 80 cm dan tinggi kurang lebih 1,5
m.Pada sekeliling pintu tampak beragam ukiran,
lukisan, dan tulisan yang memiliki makna masing-
masing.Ukiran pada bagian depan rumah inilah yang
disebut sebagai Orga.

8
PEMBAGIAN RUANG DALAM RUMAH BOLON

TAMPAK DEPAN TAMPAK SAMPING

9
INTERIOR BAGIAN DALAM RUMAH BOLON

10
A. Bentuk
Berbentuk segi empat panjang. Desainnya memiliki kesamaan dengan rumah adat di provinsi lain, yaitu mengadopsi
desain bentuk dari rumah panggung. Rumah adat Suku Batak Toba biasanya dihuni oleh 4 hingga 6 keluarga sehingga
ukuran dari Rumah Adat Batak Toba ini cukup besar agar dapat menampung seluruh kegiatan dan menunjang fungsi
bangunan yang mewadahi beberapa keluarga untuk hidup bersama dibawah atap yang sama.

B. Bagian-bagian Rumah
Rumah ini terbagi atas dua bagian yaitu Jabu Parsakitan dan Jabu Bolon.
Jabu parsakitan adalah tempat penyimpanan barang. Tempat ini juga terkadang dipakai sebagai tempat untuk
pembicaraan terkait dengan hal-hal adat.Jabu bolon adalah rumah keluarga besar. Rumah ini tidak memiliki sekat atau
kamar sehingga keluarga tinggal dan tidur bersama. Rumah Balai Batak Toba juga dikenal sebagai Rumah Bolon.
Ruangan terbagi atas 4 bagian yaitu:
1. Jabu Bong atau ruangan belakang di sudut sebelah kanan.
2. Jabu Soding yang berada di sudut sebelah kiri yang berhadapan dengan Jabu Bong,
3. Ruangan Jabu Suhat yang berada di sudut kiri depan, ruangan Tampar Piring yang berada di sebelah Jabu Suhat,
dan
4. Ruangan Jabu Tonga Rona ni Jabu Rona.
Ruangan Jabu Bong dikhususkan bagi keluarga kepala rumah. Ruangan Jabu Soding dikhususkan bagi anak perempuan
yang telah bersuami tetapi belum mempunyai anak. Ruangan Jabu Suhat dikhususkan bagi anak lelaki tertua yang telah
menikah. Ruangan Tampar Piring adalah ruangan bagi tamu. Ruangan Jabu Tonga Rona ni Jabu Rona dikhususkan
bagi keluarga besar. Sebagian besar dari rumah Bolon terbuat dari kayu.

11
DENAH RUMAH BOLON

TAMPAK RUMAH BOLON POTONGAN RUMAH BOLON

12
C. Tangga
Tangga Rumah Bolon Toba berada di tengah-tengah badan rumah, untuk menuju ke pintu yang berada di balik
dinding harus menunduk ketika hendak masuk atau keluar rumah.

D. Pintu
Pintu rendah pada Rumah Adat Orang Batak Toba adalah agar pengunjung atau tamu yang memasuki rumah
Adat Batak Toba menundukkan kepala sebagai bentuk rasa hormat pada pemilik rumah, atas dasar filosofi itulah
maka desain pintu Rumah Adat Bolon ini dibuat rendah sehingga mau tak mau orang yang memasuki rumah
tersebut pasti akan menundukkan kepalanya.

Rumah Balai Batak Toba mempunyai bahan


dasar dari kayu. Menurut kepercayaan
masyarakat Batak, rumah ini terbagi ke dalam
tiga bagian yang mencerminkan dunia atau
dimensi yang berbeda-beda. Bagian pertama
yaitu atap rumah yang diyakini mencerminkan
dunia para dewa. Bagian kedua yaitu lantai
rumah yang diyakini mencerminkan dunia
manusia. Bagian yang ketiga adalah bagian
bawah rumah atau kolong rumah yang
mencerminkan dunia kematian.

13
E. Tiang Penyangga
Bagi masyarakat Batak, rumah ini tampak seperti seekor kerbau yang sedang berdiri. Pembangunan rumah adat suku
Batak ini dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat Batak. Rumah Bolon berbentuk panggung dengan tiang-
tiang bulat bergaris tengah sekitar 40 cm menjadi penyangganya.

14
F. Dinding dan Ukiran Dinding
Tiang ke tiang tidak disambungkan menggunakan paku, melainkan hanya memakai tali ijuk.
Cara menyambungkannya yaitu tiang yang satu dicoak/dilubangi kemudian dimasukan tiang yang lain secara
lain arah. Kemudian diikat dengan tali ijuk secara berulang-ulang (diputar).
Di sebelah kiri dan kanan tiang rumah ada ukiran yang menggambarkan payudara sebagai lambang kesuburan
(odap-odap). Ada juga ukiran cicak sebagai lambang penjaga dan pelindung rumah (boraspati). Dinding rumah
bolon berupa papan setebal 15 cm dihiasi ornamen khas Toba warna merah, hitam, dan putih yang
menampilkan pandangan kosmologis dan filosofis budaya Batak.

15
G. Ukiran Gorga
Ukiran khas Batak yang disebut gorga adalah
ornamen yang mengandung unsur mistis penolak
bala. Ukiran gorga ditempatkan di dinding rumah
bagian luar.

H. Ogung
Di dinding sebelah kanan ada dua gong
(ogung) dan jika anak raja lahir putri, gong ini
dipalu dalam bilangan genap. Sebaliknya, lahir
putra, bedil untuk upacara adat tersimpan agak
ke dalam diletuskan dalam bilangan ganjil.

16
I. Atap
Atap rumah atau Banua Atas dikenal sebagai tempat dewa.
Bentuk atap Rumah Bolon memiliki bentuk khas yaitu melengkung dan menajam pada ujung atap/bubungan atap
Ciri Khas Rumah Bolon:
1. Adanya perpaduan seni pada rumah yaitu Seni Pahat (pada Gorga), Seni Ukir (pada dinding berupa ukiran cicak,
dsb), dan Seni Kerajinan (pada pemasangan atap dan penyambungan tiang-tiang menggunakan tali ijuk).
2. Bentuk Rumah melambangkan "Kerbau Berdiri Tegak".
3. Menghias beberapa bagian rumah dengan tanduk kerbau. Ada yang menghiasnya pada bagian luar rumah (dinding
luar rumah) dan ada yang menghiasnya pada bagian dalam rumah (interior).
4. Bangunan dibuat berdasarkan musyawarah dengan orangtua dan keluarga lainnya. Hal ini dikarenakan rumah
dipakai untuk beberapa keluarga sehingga untuk membangun suatu rumah dibutuhkan musyawarah terlebih dulu.
5. Bagian bawah rumah seringkali dijadikan tempat berternak.

17
TRITUNGGAL BANUA
1. Atap rumah atau Banua Atas/Banua Ginjang dipercaya sebagai tempat dewa.
2. Lantai dan dinding atau Banua Tengah/Banua Tonga sebagai tempat manusia.
3. Kolong atau Banua Bawah/Banua Toru sebagai tempat kematian.

18
2. Rumah Batak Mandailing

Suku Mandailing adalah suku bangsa yang mendiami Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Padang
Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten
Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Kabupaten Asahan, dan Kabupaten Batubara di
Provinsi Sumatera Utara beserta Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat di Provinsi Sumatera
Barat, dan Kabupaten Rokan Hulu di Provinsi Riau. Mandailing merupakan kelompok masyarakat yang
berbeda dengan suku, Hal ini terlihat dari perbedaan sistem sosial, asal usul, dan kepercayaan.

Rumah Adat Batak Mandailing disebut sebagai Bagas Godang sebagai kediaman para raja, terletak
disebuah kompleks yang sangat luas dan selalu didampingi dengan Sopo Godang sebagai balai sidang adat.
Bangunannya mempergunakan tiang-tiang besar yang berjumlah ganjil sebagaimana juga jumlah anak
tangganya.
Bangunan arsitektur tradisional Rumah Adat Batak Mandailing Sumatera Utara adalah bukti budaya
fisik yang memiliki peradaban yang tinggi. Sisa-sisa peninggalan arsitektur tradisional Batak
Mandailing masih dapat kita lihat sampai sekarang ini dan merupakan salah satu dari beberapa peninggalan
hasil karya arsitektur tradisional bangsa Indonesia yang patut mendapat perhatian dan dipertahankan oleh
Pemerintah dan masyarakat baik secara langsung baik tidak langsung.

Bagas Godang merupakan rumah berarsitektur Mandailing dengan konstruksi yang khas. Berbentuk empat
persegi panjang yang disangga kayu-kayu besar berjumlah ganjil. Ruang terdiri dari ruang depan, ruang
tengah, ruang tidur, dan dapur. Terbuat dari kayu, berkolong dengan tujuh atau sembilan anak tangga,
berpintu lebar dan berbunyi keras jika dibuka. Kontruksi atap berbentuk tarup silengkung dolok, seperti
atap pedati. Satu komplek dengan Bagas Godang terdapat Sopo Godang, Sopo Gondang, Sopo Jago,
dan Sopo Eme. Keseluruhan menghadap ke Alaman 19Bolak.
Alaman Bolak adalah sebuah bidang halaman yang sangat luas dan datar. Selain berfungsi sebagai tempat prosesi
adat, juga menjadi tempat berkumpul masyarakat. Sering juga disebut alaman bolak silangse utang. Maksudnya,
siapapun yang lari kehalaman ini mencari keselamatan, ia akan dilindungi raja.

Sopo Godang adalah tempat memusyawarahkan peraturan adat. Selain itu, tempat ini juga dijadikan untuk
pertunjukan kesenian, tempat belajar adat dan kerajinan, bahkan juga tempat musyafir bermalam. Berbagai patik,
uhum, ugari dan hapantunan lahir dari tempat ini. Juga disiapkan untuk menerima tamu-tamu terhormat. Dirancang
berkolong dan tidak berdinding agar penduduk dapat mengikuti berbagai kegiatan di dalamnya. Karenanya Sopo
Godang juga disebut Sopo Sio Rangcang Magodang, inganan ni partahian paradatan, parosu-rosuan ni hula dohot
dongan. Artinya, Balai Sidang Agung, tempat bermusyawarah melakukan sidang adat, menjalin keakraban para tokoh
terhormat dan para kerabat.

Sopo Jago adalah tempat naposo bulung duduk-duduk sambil menjaga keamanan desa.

Sopo Gondang adalah tempat menyimpan Gorgang Sambilan atau alat-alat seni kerajaan lain. Alat-alat itu biasanya
dianggap sakral.

opo eme atau hopuk adalah tempat menyimpan padi setelah dipanen, lambang kemakmuran bagi huta.

Mandailing mengenal nilai-nilai luhur yang disebut dengan holong dohot domu. Holong berarti saling menyayangi
sesama dan berbuat baik kepada orang lain. Domu berarti persatuan dari penduduk yang dianggap satu huta dan satu
keturunan. Domu dianggap sudah dibawa sejak lahir (na ni oban topak), juga disebut dengan surat tumbaga holing
naso ra sasa, sesuatu yang sudah terpatri dalam hati dan tidak dapat dihapus. Nilai-nilai itu dianggap falsafah hidup
Mandailing.
20
ORNAMEN

Di Mandailing, berbagai macam bentuk ornamen (hiasan) tradisional dapat kita temukan pada bagian Tutup Ari dari Sopo
Godang (Balai Sidang Adat) dan Bagas Godang (Rumah Besar Raja).
Dalam bahasa Mandailing, ornamen-ornamen tersebut disebut bolang yang juga berfungsi sebagai simbol atau lambang
memiliki makna-makna yang sangat mendalam bagi masyarakat Mandailing.
Di dalamnya terkandung nilai-nilai, gagasan-gagasan, konsep-konsep, norma-norma, kaidah-kaidah, hukum dan ketentuan
adat-istiadat yang menjadi landasan dan pegangan dalam mengharungi bahtera kehidupan. Bolang atau ornament tradisional
Mandailing yang digunakan sebagai Tutup Ari perlambang itu terbuat dari tiga jenis material:
(1) Tumbuh-tumbuhan, seperti batang bambu yang melambangkan huta atau bona bulu; burangir atau aropik melambangkan
Raja dan Namora Natoras sebagai tempat meminta pertolongan; pusuk ni robung yang disebut bindu melambangkan adat
Dalian Na Tolu atau adat Markoum-Sisolkot;
(2) Hewan, seperti Kalajengking dan lipan melambangkan “bisa” yang mempunyai kekuatan hukum; ulok melambangkan
kebesaran dan kemuliaan; parapoti melambangkan kegiatan mencari nafkah untuk menghidupi keluarga; tanduk ni orbo
melambangkan bangsawanan;
(3) Peralatan hidup sehari-hari, seperti timbangan dan pedang melambangkan keadilan; tempurung melambangkan
pertolongan bagi yang membutuhkan; loting melambangkan usaha-usaha dalam mencari nafkah, dan lain sebagainya.
Pembuatan ornamen pada Sopo Godang dan Bagas Godang ini dilakukan dengan cara menganyam atau menjalin dan ada
pula yang diukir. Bahan yang dipakai sebagai bahan anyaman adalah lembaran-lembaran bambu yang telah diarit dengan
bentuk-bentuk terentu dan kemudian dipasang pada bagian tutup ari.
Ornamen-ornamen itu sebagian besar diberi warna merah, na hitam dan na putih yang erat kaitannya dengan kosmologi
Mandailing. Dalam hal ini, merah melambangkan kekuatan, keberanian dan kepahlawanan; Putih melambangkan kesucian,
kejujuran dan kebaikan; Hitam melambangkan kegaiban (alam gaib) dalam sistem kepercayaan animisme yang disebut
Sipelebegu.
21
Berikut ini diterakan ornamen-ornamen yang terdapat pada tutup ari dari Sopo Godang dan Bagas
Godang.
1. Bona Bulu (bambu)melambangkan sistem pemerintahan Huta Makna: Suatu wilayah
pemukiman telah dapat dikategorikan sebagai huta atau bona bulu apabila sarana dan prasarananya
telah lengkap antara lain: unsur-unsur Dalian Na Tolu (Mora, Kahanggi dan Anak Boru), Raja
Pamusuk, Namora Natoras, Ulubalang, Bayo-bayo Nagodang, Datu dan Sibaso.
2. Bindu / Pusuk ni Robung (rebung) melambangkan sistem organisasi sosial Makna: Kehidupan
sosial-budaya masyarakat Mandailing berlandaskan Adat Dalian Na Tolu (Tiga Tungku
Sejarangan) atau Adat Markoum-Sisolkot (adat berkaum-kerabat) Tutup ari Bagas
3. Sirih melambangkan fungsi Raja dan Namora Natoras Makna: Segala sesuatu perihal, baik itu Godang
menyangkut pelaksanaan upacara adat dan ritual harus terlebih dahulu meminta pertimbangan dan
izin kepada Raja dan Namora Natoras.
4. Sipatomu-tomu (yang menyatukan):melambangkan hak dan kewajiban Raja dan rakyatnya
Makna: Raja berkewajiban menjaga dan memelihara ketertiban dalam masyarakat agar mereka
dapat hidup aman dan damai serta saling menghormati antar sesama demi tegaknya hukum dan
adat.
5. Bintang na Toras melambangkan pendiri huta Makna: Huta tersebut didirikan oleh Natoras
yang sekaligus berkedudukan sebagai pimpinan pemerintahan dan pimpinan adat yang dilengkapi
dengan Hulubalang, Bayo-bayo Nagodang, Datu, dan Sibaso.
6. Rudang melambangkan suatu Huta yang sempurna Makna: Huta tersebut lengkap dengan segala
atribut kebesaran adatnya seperti pakaian adat, uning-uningan, senjata dan lain sebagainya. Ornamen Bagas
Godang

22
7. Raga-raga melambangkan keteraturan dan keharmonisan hidup bersama Makna: Hubungan
antar kekerabatan sangat erat dan berlangsung secara harmonis dengan terjadinya hubungan
perkawinan antar marga (klan), baik sesama warga huta maupun dengan orang yang berasal dari
huta lain.
8. Sancang Duri melambangkan suatu kejadian yang tak terduga Makna: Seseorang yang datang
ke suatu huta dan ia langsung ke Sopo Godang, maka Namora Natoras wajib memberinya makan
selama ia berada di huta itu, dan apabila ia meninggalkan huta harus diberi bekal makanan.
9. Jagar-jagar melambangkan kepatuhan masyarakat terhadap adat-istiadat Makna: Dalam setiap
huta telah ada ketentuan mengenai adat Marraja, adat Marmora, Markahanggi, Maranak boru,
dan adat Naposo Nauli Bulung.
10. Empat Bandul melambangkan ketentuan dalam berperkara Makna: Setiap perkara adat akan
diselesaikan di Sopo Godang (Balai Sidang Adat) oleh Namora Natoras, dan keputusan yang
diambil harus adil sehingga tidak merugikan para pihak yang berperkara. Ornamen Bagas
11. Halaman luas (Alaman Silangse Utang) melambangkan wewenang dan kekuasaan Raja. Godang
Makna: Kalau terjadi perkelaian misalnya dan salah seorang diantaranya berlari ke Alaman
Bolak yang terdapat di depan Bagas Godang (Istana Raja), maka orang tersebut tidak boleh
diganggu oleh siapapun. Kalau ada orang lain yang mengganggu, maka yang menjadi lawannya
adalah semua warga huta.
12. Bulan melambangkan pelita hidup. Makna: Bulan yang bersinar pada malam hari dapat
menerangi mata hati segenap warga huta, itu akan membawa mereka menuju taraf hidup yang
lebih baik yaitu keberuntungan, kemuliaan dan kesejahteraan.

23
13. Matahari melambangkan Raja yang adil dan bijaksana. Makna: Seorang Raja yang memerintah dengan adil
dan bijaksana akan membuat segenap warga huta merasa bahagia. Raja harus menjadi pelindung rakyatnya
dalam segala hal, baik dalam adat maupun menyangkut kehidupan sehari-hari. Sikap Raja yang demikian disebut
marsomba di balian marsomba di bagasan.
14. Gimbang melambangkan tingkat kepedulian sosial Raja yang tinggi. Makna: Kepemilikan Raja atas sawah
yang cukup luas dan persediaan bahan makanan (padi) yang cukup itu menjadi parsalian (tempat memohon
bantuan) bagi setiap warga huta yang kekurangan bahan makanan.
15. Tempurung melambangkan keadilan sosial-ekonomi bagi setiap orang. Makna: Setiap warga huta yang
sedang mengalami kesusahan baik masalah makanan maupun hal-hal lainnya dapat meminta bantuan Raja.
Demikian pula setiap orang wajib menolong orang lain yang kesusahan, baik pertolongan moril maupun materil.
16. Golok melambangkan kesiap-siagaan. Makna: Benda tajam ini cukup penting dalam berbagai aktivitas
kehidupan sehari-hari. Selain itu juga dapat berguna sebagai senjata ketika pergi ke tengah hutan untuk berburu
atau untuk kepentingan lainnya.

24
Struktur Bangunan Rumah
Tradisional Mandailing

Skema Bentuk Rumah Mandailing


25
A. Pondasi Secara keseluruhan bentuk dan sistem pondasi rumah tradisional di
Mandailing, baik rumah raja dan rakyat, adalah susunan tiang-tiang kayu berbentuk
segi delapan yang diletakkan di atas batu kali yang pipih tanpa ada ikatan atau
sambungan layaknya rumah-rumah panggung yang banyak dibuat pada saat ini. Hal
ini dikemukakan oleh, Luthan, PLA, dkk (2013), bahwa sistem konstruksi tersebut
akan mempengaruhi sistem religi atau sistem kepercayaan dari masyarakat tersebut
sedangkan bentuk daripada tiang merupakan sistem kepemimpinan dari masyarakat
tersebut. Tempat atau permukaan untuk meletakkan batu tersebut biasanya langsung
di atas tanah. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan pada struktur pondasi dan
hasil diskusi dengan pakar serta kajian literatur, maka pengembangan konsep untuk

B. Tiang Bentuk tiang pada rumah raja dan rumah rakyat berbeda. Hasil penelesuruan yang dilakukan oleh penulis
pada tahun 2012, pada rumah raja, tiang berbentuk segi delapan yang disebut tarah salapan yang menandakan bahwa
pembangunan sopo godang (balai sidang adat) dikerjakan secara gotong royong oleh penduduk di seluruh penjuru
mata angin (yaitu delapan arah) (Nasution,IN dan Pandapotan, 2005). Sedangkan pada rumah rakyat bentuknya
adalah persegi empat. hal ini menunjukkan sistem kepemimpinan dari penghuninya. Sistem susunan tiang pada rumah
raja mengikuti pola grid dan ditopang oleh tiang-tiang berjumlah ganjil membentuk pola 5-7 dan 5-9, yaitu terdapat
26 tiang pada sisi panjang bangunan.
lima tiang pada sisi pendek bangunan dan tujuh atau sembilan
C. Balok Lantai Sistem struktur untuk balok lantai pada rumah-rumah tradisional di Mandailing menggunakan
material kayu yang didirikan dengan sistem struktur pasak (knock down). Konstruksi ini dibuat dengan cara
melubangi tiang bagian atas, yang merupakan pertemuan tiang dan balok lantai, dan balok lantai dimasukkan
pada tiang yang telah dilubangi tersebut. Balok terdiri dari balok induk melintang dan memanjang, serta balok
anak yang mendukung lantai bangunan. Sambungan atau ikatan antar balok dan tiang hanya mengandalkan
bagian-bagian yang dicoak tersebut, tanpa menggunakan paku ataupun baut.

Simulasi sambungan antara tiang dan balok lantai Bentuk susunan balok lantai pada rumah tradisional
mandailing

27
D. Dinding Dinding rumah tradisional umumnya terbuat dari bilah-bilah papan.
Sambungan antara papan menggunakan sistem lidah yang dipakukan ke tiang
tambahan. Dinding dipasang secara horizontal pada sekeliling bangunan dan
begitu juga dengan pembatas antar ruang. Sedangkan pembatas ruang pada
serambi depan dan belakang berupa pagar yang terbuat dari besi profil yang
bermotif dan kayu profil. Untuk pengembangan konsep struktur dinding yang
digunakan adalah sesuai dengan aslinya yang didasarkan pada pemanfaatan
sumber daya alam yang ada.

Keterangan : ganbar a)susunan bilah papan bagian


dalam rumah. b)susunan bilah papan bagian luar
rumah c)sambungan bilah papan dengan struktur
tiang

E. Pintu dan Jendela Pintu dan jendela rumah tradisional Mandailing berbentuk
panel. Pada sebagian rumah raja di bagian atas terdapat ventilasi tambahan motif
sisir dan sebagian rumah, termasuk rumah rakyat, tidak memiliki ventilasi
tambahan. Sambungan antar panel pintu masih menggunakan bambu sebagai
sambungan. Perkuatan pintu pada dinding sebagian besar sudah menggunakan
sistem yang konvensional yaitu menggunakan engsel. Jika dilihat dari bentuknya,
pintu rumah raja terbuat dari panel-panel yang lebih baik dan terampil daripada
pintu panel pada rumah rakyat. untuk pengembangan konsep jendela dan
pintu dapat digunakan seperti yang asli, tetapi untuk lancarnya sirkulasi
udara dapat ditambah dengan ventilasi
Bentuk jendela modifikasi
28
F. Tangga Bentuk tangga pada rumah tradisional, terutama rumah raja, di
Mandailing ditandai dari material yang digunakan yaitu kayu dengan jumlah
anak tangga 9 (sembilan) buah. Anak tangga berjumlah sembilan memiliki
makna yang sakral dan magis, yaitu mewakili sembilan tokoh adat yang
berwenang dalam adat dan mewakili tiap huta dari delapan arah mata angin,
dimana bagas godang sebagai pusatnya. Material tangga terbuat dari papan
yang tebal mencapai 5 cm. Jenis kayu yang dipilih adalah kayu keras sejenis
kayu jati atau kayu kapur yang tahan lama. Dalam istilah Mandailing tangga
pada rumah raja disebut juga tangga sibingkang bayo yang berarti tangga
yang dibuat khusus sehingga memungkinkannya untuk mengeluarkan bunyi
berderak apabila dinaiki. Tangga ini dinaungi oleh atap yang ditopang oleh
dua buah tiang, di bagian kiri dan kanan, dan terbuat dari bahan kayu. Pada
bagian atas tangga terdapat kepala tiang tangga berpenampang segi empat
(hudon) yang melambangkan ulubalang. Pada masa lampau, ulubalang
berperan sebagai pengawal raja dan tugasnya menjaga pintu depan. Setiap
tamu yang masuk, diawasi dan wajib melapor sebelum dipersilahkan masuk
ke dalam rumah. Dan pada bagian atas tangga terdapat pintu kayu sebagai
pembatas antara ruang tangga dengan perangin-anginan. Setiap tangga pada
rumah raja dilengkapi oleh ornamentasi pada kepala tiang tangga dan pagar
pembatasnya.Sementara itu, rumah rakyat memiliki jumlah anak tangga 5 Bentuk tangga tradisional mandailing
(lima) buah dan tidak dinaungi oleh atap dan kepala tiang tangga, serta tidak
ditemui ornamentasi pada bagian tangga tersebut. Bahkan ada tangga pada
rumah rakyat yang tidak lagi menggunakan kayu tetapi di rabat oleh semen

29
G. Atap Bentuk garis bubungan atap rumah tradisional di Mandailing terdiri dari 3 (tiga)
jenis, yaitu bentuk melengkung atau disebut atap silingkung dolok pancucuran, atap
sarotole, dan atap sarocino. Atap melengkung dan datar memiliki gable segitiga pada
bagian depan diidentifikasikan sebagai atap rumah raja. Atap rumah raja memiliki tutup
ari (bidang segitiga pada atap) pada tiap sisi, yaitu 4 (empat) buah tutup ari yang
dilengkapi dengan ornamen dan ditambah satu buah pada bagian atap tangga. Dan
bidang tutup ari dibagi atas sembilan bagian yang diberi hiasan dan memiliki makna
tersendiri. Pada awal bangunan didirikan bahan penutup atap adalah ijuk, karena bahan
ini yang mudah ditemui di sekitar wilayah Mandailing. Seiring perubahan ekonomi dan
teknologi, bahan penutup atap berubah menjadi seng gelombang dan pada bagian depan
atap terdapat talang air hujan yang berfungsi untuk menyalurkan air hujan dari atap ke
saluran pembuangan. Sementara pada rumah rakyat, garis bubungan berbentuk datar
atau sering disebut dengan bentuk sarocino dengan bahan penutup adalah ijuk dan seng
gelombang. Pada bagian dalam, rangka kuda-kuda ditutupi dengan plafon papan yang
disusun datar di sepanjang ruang. Sistem struktur atap menggunakan kudakuda dari
kayu. Bentuk kuda-kuda bervariasi, tergantung dari bentuk garis atapnya. Khusus
bangunan rumah raja, bentuk kuda-kudanya lebih kompleks dibandingkan rumah rakyat.
Sistem sambungan yang ditemui pada sebagian rumah raja sudah menggunakan
perkuatan paku. Sementara pada atap yang menggunakan ijuk sebagai penutup atap
ikatannya ke balok-balok kayu atau usuk masih ada yang menggunakan tali temali dari
ijuk atau tali yang terbuat dari bahan alami. Struktur atap yang masih menggunakan
penutup dari ijuk memiliki sistem pengerjaan yang tradisional jika dilihat dari bentuk
rangka balok-baloknya. Dan balok-balok kayu atau usuk ini sebagian masih terbuat dari
bilah bambu yang telah diraut.

30
3. Rumah Batak Karo
Pada Rumah Adat karo pondasi berbentuk seperti gambar di
atas... pada pondasi batu palas, ditanam hampir setengah bagian
dari tingginya ke muka tanah, batu palas ini berdiameter 60.. dan
pada batu palas dan kolom diberi serbuk besi, daun siri dan ijuk
yang tujuannya menyatukan pondasi dan kolom sehingga kolom
dapat berdiri tegak di atas pondasi batu palas dengan diameter
kolom 40, ukuran kolom dengan pondasi ini berbanding 2:3,
sehingga sangat memungkinkan kolom untuk berdiri tegak di
atas pondasi
Strukutur dinding ini di pasang dalam keadaan miring, hal ini di
maksudkan agar ruangan di dalam rumah menjadi lebih luas.
Pada struktur dinding ini juga di pasang jendela, yang Dengan
ukuran rumah yang besar ini, rumah adat Karo bisa ditempati
oleh 8 keluarga atau 40 orang penghuni. Daya Tampung yaitu
diukur dari rata-rata anggota keluarga besar yang terdiri dari 5
orang, yakni suami, istri, dan 3 orang anak.masing-masing sisi-
sisinya berjumlah 2 buah jendela, dan pintu(2 daun pintu) yang
biasanya diletakan di sisi utara dan selatan. Pada dinding karo ini
biasanya di pasang ornament yang di anyam pada struktur
dinding
31
Desain bentuk rumah adat Asal Karo adalah berbentuk panggung dengan
dengan gaya atap plana. ketinggian rumah ini yaitu dari permukaan
tanah sekitar 2 meter. Rumah adat Karo di topang oleh tiang-tiang yang
berbahan kayu – kayu besar sebanyak 16 buah (16 tiang). Desain bentuk
panggung tersebut dimaksudkan agar bisa menggunakan bagian kolong
rumah sebagai tempat menyimpan kayu, dan memelihara binatang
ternak. Rumah adat orang Karo memiliki dua pintu, masing-masing
menghadap ke Timur dan ke Barat. Didepan kedua pintu tersebut dibuat
serambi dari Bambu, serambi ini digunaka sebagai tempat menenun dan
menerima tamu pemuda laki-laki.

Rumah adat ini dikenal jadi salah satu bangunan yang punya teknik
pembuatan super rumit. Bahkan kamu mungkin akan menyerah jika
ditantang untuk membuatnya di zaman yang serba maju ini. Rumah adat
Karo sama sekali tidak menggunakan teknik penyambungan. Bisa
dibayangkan kalau kayu yang digunakan sama sekali tidak dipotong dan
dibentuk. Bahkan beberapa bahan lain seperti tiang, balok kayu, lantai,
dan konsol rumah sama sekali tidak dibentuk ulang. Masyarakat Karo
bisa menggunakan material-material tersebut dengan bentuk asli saat
mereka temukan di alam

32
4. Rumah Batak Simalungun

Pondasi Rumah Bolon Simalungun disebut palas terbuat dari batu gunung,
kayu keras, pakis besar (batang tanggiang). Terdapat tiga bentuk pondasi
pada bangunan ini, dua pondasi untuk bahan batu dipahat berbentuk
trapesium berukuran 45 x 45 cm dengan tinggi 55 – 60 cm dan berbentuk
tabung berdiameter 45 cm dengan tinggi 55 – 60 cm dan berbentuk tabung
berdiameter 45 cm dengan tinggi 50 cm, sedangkan bahan batang kayu
berbentuk silinder yang dikunci dengan batu semen disekelilingnya

Tiang Rumah Bolon Simalungun yang disebut Hulissir terbuat dari batang
kayu yang kuat dan keras. Tiang ini dibentuk bersisi supaya lebih rapi dan
pada pangkal atau ujung dibuat pasi atau biasa disebut pen untuk mengikat
galang dan pondasi pada tiang.

33
Dinding pada Rumah Bolon Simalungun dibuat dengan pemasangan posisi
miring dan tidak langsung terikat pada bagian struktur tiang pada bagian
bangunan depan. Pada sisi depan bangunan dinding berbahan kayu papan
dengan ketebalan 4 - 5 cm yang disusun sejajar, dan pada bagian bangunan
utama dinding berbahan bambu tebal 0,5 cm yang disusun sejajar secara
vertikal dengan sistem terikat pada bagian struktur tiang lapisan dinding

Atap Rumah Bolon Simalungun biasa disebut Tayub berbentuk dasar pelana
pada bagian depan bentuk atap ini mirip seperti atap rumah adat karo, dan
berbentuk perisai pada bagian belakang. pada ujung atap bagian belakang
seperti tutup keong, sedangkan bagian depannya terdapat hiasan kepala
kerbau

34
5. Rumah Batak PakPak

Pak-pak barat terletak di kaki pegunungan


bukit barisan, kegiatan perekonomiannya
terfokus pada pertanian dan perkebunan.
Hampir sembilan puluh persen penduduk
kaawasan ini beretnis pak-pak, sebuah sub
suku batak.
Selama masa pemerintahan Belanda
hingga saat ini, suku ini dimasukkan ke
subetnis suku Batak. Mereka menolak
penggabungan ini karena merasa berbeda
dalam banyak sisi dengan suku Batak.

Suku Pakpak terdiri dari lima suak, yaitu Suak Simsim, Kelasen, Keppas, Pegagan, dan Boang. Hampir 90 persen
Suak Simsim mendiami wilayah Kabupaten Pakpak Bharat. Kabupaten ini pada 28 Juli 2003 menjadi kabupaten
mandiri dengan memisahkan diri dari Kabupaten Dairi.
Berbeda jauh dari empat suak lain yang nyaris hilang dan tak lagi punya tanah di tempat lahirnya, suku Pakpak masih
menunjukkan eksistensi. Kedatangan suku-suku lain yang mencari permukiman baru, lalu menguasai ekonomi dan
tanah, menyebabkan terjadi pergeseran adat dan budaya Pakpak.
35
 Bubungan Atap
Secara fisik dapat dijelaskan bahwa Rumah Adat Pakpak
memiliki bentuk bubungan atap melengkung berbentuk
seperempat lingkaran. Dalam Bahasa Pakpak bentuk ini
dimaknai dalam sebuah kalimat “Petarik-tarik Mparas
igongken Ndengol” yang artinya berani memikul resiko yang
berat dalam mempertahankan adat istiadat Kebudayaan Pakpak
yang sejak lama telah dimiliki oleh masyarakat Pakpak.

 Pada bagian paling atas terdapat sebuah Caban (red-


Cawan) yang diletakkan tepat ditengah atas bubungan
atap. Simbol ini bermakna simbol kepercayaan Pakpak
yang pada kehidupan lama masyarakat Pakpak terdapat
kepercayaan kepada Debata Kase-kase (Pasca masuknya
agama Tuhan Yang Maha Esa).

 Tanduk Kerbau yang melekat di bubungan atap,


simbol ini memberikan makna semangat
kepahlawanan Puak Pakpak.

 Dua Buah Tiang Besar pada bagian muka Rumah


Adat Pakpak yang disebut Binangun. Simbol ini
memberikan arti kerukunan rumah tangga antara
suami dan istri.
36
 Pada bagian atap juga terdapat segitiga Rumah Adat Pakpak. Segitiga ini artinya menggambarkan susunan
Adat Istiadat Pakpak yang dalam kekeluargannya terbagi atas tiga bagian/unsur besar yang dapat dijelaskan
antara lain :
1.Senina artinya saudara kandung laki-laki
2.Berru artinya saudara kandung perempuan
3.Puang artinya kemanakan

 Satu buah Balok besar yang dinamai Melmellen yang posisinya terletak pada bagian samping muka rumah.
Balok besar tersebut melekat menggambarkan kesatuan dan persatuan dalam segala bidang pekerjaan melalui
musyawarah atau dalam istilah umum disebut Gotong-royong. Suku Pakpak sejak masa kehidupan lama telah
mengenal sistim gotong-royong yang dalam istilah lokal disebut Rimpah-rimpah, abin-abin ataupun
mersiurupen.

 Tangga rumah pada Rumah Adat Pakpak biasanya terdiri dari bilangan ganjil yakni 3 (Tiga), 5 (Lima) dan 7
(Tujuh). Hal inibermakna bahwa penghuni rumah ini adalah keturunan raja (Marga tanah), sebaliknya yang
memakai tangga rumah genap, yang menandakan penghuni rumah tersebut bukan keturunan marga tanah
(Genengen).

 Pintu masuk dari bagian bawah kolong rumah, menunjukkan kerendahan hati dan kesiapsiagaan

37
Rumah adat Pakpak mempunyai bentuk yang khas di mana bangunan terbuat dari material kayu dan atapnya dari
ijuk. Rumah adat yang juga disebut sebagai Jerro ini merepresentasikan budaya Pakpak yang khas dalam setiap
bagian bangunannya.
Bila dilihat secara umum, rumah adat Pakpak memiliki karakteristik dan bentuk yang tak jauh berbeda dengan
rumah adat lainnya.

Berikut beberapa bentuk dan arti Rumah adat Pakpakbdari Sumatera Utara :

1. Gerga Adep

Arti dari ornamen ini yaitu hiasan payudara yang biasanya


berjumlah 4(dua pasang) dan agak besar.
Gerga ini terletak pada sebela kiri dan kanan pintu rumah.
Susu adalah lambang kesuburan, mengharapkan banyak
keturunan dan banyak rejeki sebab dianggap juga termasuk
lambang kesuburan tanah. Bentuk susu yang dibuat agak besar
dianggap sebagai simbol wanita yang banyak anaknya.

38
2. Gerga Beraspati (cecak)

Gerga ini melambangkan sepaasang cecak (jantan


dan betina), disebut tendi sapo, terletak pada
bonggar. Motif cecak dianggap sebagai pelindung
dan sebagai lambang tendi(roh) yang akan
melidungi manusia lahir dan batin .

3. Gerga Protor Kera

Proto kera adalah motof yang berbentuk seperti kera


biasanya ornamen ini terlihat berbaris menuju satu
arah, yang terletak pada sebelah kiri dan kanan dari
pada dilah payung, agar manusia bersekutu
kehidupannya untuk mendapatkan rejeki yang tidak
henti-hentinya

39
4. Gerga Niperkelang

Ornamen ini dianggap sebagai tangkal segala jenis bisa sebab


pada binatang atau sesuatu yang berbisa terdapat tangkal racun
bisa. Pengguna gerga ini dikaitkan dengan lambang kesaktian
dan sebagai penolak bala.

5. Gerga Pendora Ikan

Ornamen yang bermodifkan seperti duri ikan yang mempunyai


arti sebagai simbol umur panjang dan murah rejeki. Gerga ini
biasanya terletak di pinggir mbengbeng hari sebagai penghias.

40
6. Gerga Bersupar Kelang

Ornamen bersupar kelang adalah ornamen berupa lingkaran berbentuk


pusaran yang memiliki arti sama dengan Gerga pendori ikan. Gerga ini
digunakan pada bangunan hanya sebagai penghias.

7. Gerga Nenggar

Motif ini menunjukkan kedukan raja, yakni raja adalah seorang marga
pertanah (marga asli), pertaki (penguasa), seorang bangsawan dan juga
melambangkan kejayaan pemerintahan raja.

41
8. Gerga Perbunga Koneng

Gerga ini letakya membuur memotong ujung dari pada


nengger, sebagai bidang berhubung ke sisi arah atap.
Motif ini melambangkan keindahan agar penghuninya
disukai banyak orang seperti bunga yang harum kembang.

9. Gerga Perkais Manuk Marak

Hiasan ini melambangkan bahwa penghuni rumah


mengetahui segala masalah yang berhubungan dengan
adat.

42
10. Gerga Perkupkup Mahum

Hiasan ini menggambarkan buih yang hanyut berderet- deret


dipermukaan air, melambangkan bahwa sipemilik rumah bersifat
penyabar, pemurah, tabah dalam menghadapi persoalan senantiasa
dengan pertimbangan yang tepat.

11. Gerga Perbunga Paku

Perbuang paku adalah salah satunya hiasan tepi yang mengandung


arti, yaitu sebagai simbol umur panjang dan murah rejeki.

12. Gerga Persangkut Rante

Letak ornamen ini yaitu dibawah gerga perkupkup manun dan


protor kera. Maksud dari ornamen ini yaitu agar terjalin
persatuan dalam segala usaha manusia.

43
Warna Ornamen PakPak

Pada dasarnya warna ornamen pada suku pakpak adalah 3 yang diambil dari warna benang sitellu rupa yaitu merah
melambangkan keberenian suku pakpak, putih melambangkan kesucian suku pakpak, hitam melambangkan kalau
suku pakpak dulunya banyak yang mempercayai ilmu hitam.

Mbengbeng hari adalah ciri khas rumah


tradisional rumah adat pakpak yang berbentuk
atap segitiga inilah yang paling menonjol atau
yang paling banak terdapat pada gedung
perkantoran di Pakpak Barat.

44
SEKIAN

45

Anda mungkin juga menyukai