Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PLENO KD 1

GANGGUAN TIDUR

DOSEN PENGAMPU:
Ns. Kamariyah, S. Kep., M. Kep.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

1. Muly okti viana G1B120010


2.Reren Gianovanza G1B120011
3. Serly Fadila Riansyah G1B120012
4. Meli Alisia G1B120013
5. Siska G1B120014
6. Indah Ahsya Putri G1B120015
7. Mutmainah G1B120016
8.Putri Fadila G1B120017
9.Sherli Aprilia G1B120018
10.Syarifatul Istianah G1B120019
11. Ria Vinola K. Cahyadi G1B120055

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2020

1
AssalamualaikumWarahmatullahWabarakatuh
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah laporan tutor dengan kasus skenario 1
tentang “Gangguan Keseimbangan Cairan tubuh”.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata kuliah
Keperawatan Dasar 1 pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Jambi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun makalah ini
baik dari segi moral dan materil. Ucapan terimakasih tersebut ditujukan kepada:
1. Ibu Ns. Kamariyah S. Kep., M. Kep.
2. Ibu Ns. Yusnilawati, S. Kep., M. Kep
3. Ibu Ns. Fadliyana Ekawaty, M. Kep., Sp. An s
4. Ibu Ns. Luri Mekeama, S. Kep., M. Kep
5. Ibu Ns. Indah Mawarti, S. Kep., M. Kep
6. Ibu Ns. Nurlina, S. Kep., M. Kep
7. Rekan-rekan kelompok 2
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari sempurna, untuk itu
sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif dari semua pihak untuk
perbaikan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca
dan bagi pengembangan Ilmu Keperawatan.

Jambi, September 2020

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 5
1.3 Tujuan .................................................................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 5
1.4 Manfaat ................................................................................................ 5
1.4.1 Bagi Penulis ................................................................................... 5
1.4.2 Bagi Prodi Keperawatan............................................................... 5
BAB II ................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .................................................................................................. 6
2.1 Definisi Gangguan Tidur ..................................................................... 6
2.2 Etiologi Gangguan Tidur ..................................................................... 6
2.3 Fisiologi Gangguan Tidur .................................................................... 6
2.4 Patofisiologi Gangguan Tidur ............................................................. 7
2.5 Manifestasi Gangguan Tidur ............................................................... 8
2.6 Penatalaksanaan Tidur Normal .......................................................... 8
2.7 Komplikasi Gangguan Tidur...........................................................................8

2.8 Penyebab Gangguan Tidur..............................................................................9

2.9 Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Tidur.............................................9

2.10 Tahapan-tahapan Tidur Normal...................................................................10

PENUTUP ......................................................................................................... 12
3.1 Simpulan............................................................................................. 12
3.2 Saran................................................................................................... 12
3.2.1 Bagi Penulis ................................................................................. 12
3.2.2 Bagi Pembaca .............................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13
SKENARIO KASUS 1............................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan tidur sering dikenal dengan istilah Insomnia, Insomnia adalah ketidak
mampuan seseorang untuk tidur selama periode yang seharusnya yang biasanya sering
dialami oleh orang dewasa. Insomnia merupakan kesukaran dalam memulai dan
mempertahankan tidur sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan tidur yang adekuat,
baik kualitas maupun kuantitas (Saputra, 2013). Biasanya seseorang yang mengalami
insomnia akan lebih sulit memulai tidur, sering terbangun saat tidur hingga terbangun
lebih dini dan sulit untuk tidur kembali (Atoilah & Kusnadi, 2013). Penyebabnya
dikarenakan gangguan fisik maupun karena faktor mental seperti perasaan gundah
maupun gelisah (Ambarwati, 2014). Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan
suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan
fisik dan pemakaian obatobatan.

Tidur merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Tidur adalah suatu
keadaan tidak sadarkan diri dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan
menurun atau hilang dan dapat di bangunkan kembali dengan indra atau ransangan
yang cukup (Atoilah & Kusnadi, 2013 dikutip dalam Guyton, 1981). Sedangkan
menurut Vaughans (2013) tidur yaitu keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun
yang dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas. Tidur dapat dikatakan sebagai
kondisi ketika seseorang tidak sadar, tetapi dapat dibangunkan oleh stimulus atau
sensoris yang sesuai yang ditandai dengan aktivitas fisik yang minim, tingkat kesadaran
bervariasi, terjadi perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respons terhadap
stimulus eksternal (Saputra, 2013). Aktivitas tidur terjadi secara alami dan dikontrol
oleh pusat tidur yaitu medulla spinalis (Batang Otak) tepatnya di RAS (Retikular
activating system) dan BSR (Bulbar Synchronizing Region) yang terlibat dalam
mempertahankan status bangun dan mempermudah beberapa tahap untuk tidur (Atoilah
& Kusnadi, 2013). Terjadinya Bangun dan tidur merupakan peran dari RAS dan BSR,
dimana RAS akan melepaskan katekolamin untuk mempertahakan kewaspadaan dan
agar tetap terjaga. Namun ketika RAS di otak mengalami kelelahan sehingga 3
mengaktifkan BSR untuk merangsang pengeluaran serotonin yang menimbulkan rasa
kantuk dan tidur (Saputra, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka akan dibahas lebih
dalam mengenai gagguan tidur.

1.3 Tujuan

4
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami lebih dalam mengenai gangguan tidur .
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi gangguan tidur
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi gangguan tidur
3. Mahasiswa mampu memahami fisiologi gagguan tidur
4. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi gangguan tidur
5. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis gangguan tidur
6. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan gangguan tidur
7. Mahasiswa mampu memahami komplokasi gangguan tidur
8. Mahasiswa mampu memahami penyebab terjadinya gangguan tidur
9. Mahasiswa mampu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan
tidur
10. Mahasiswa mampu menjelaskan tahapan-tahapan tidur normal

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber,
mengambil bagian penting, bisa memahami setiap sumber materi yang
diperoleh, dan mengembangkan ke tingkat yang lebih tinggi.
1.4.2 Bagi Prodi Keperawatan
Sebagai bahan bacaan mahasiswa keperawatan agar dapat memahami
tentang gangguan tidur, sehingga dapat diterapkan pada pasien yang mengalami
gangguan tidur.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gagguan Tidur


Gangguan tidur merupakan segala bentuk kondisi ketika secara kuantitas
maupun kualitas, proses tidur secara baik dan sempurna seseorang tidak terpenuhi.
jika tidak diobati secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang
mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah berikut: insomnia, gerakan
sensasi abnormal dikala tidur atau ketika terjaga ditengah malam atau merasa
mengantuk yang berlebihan disiang hari [Naylor dan Al drich, 1994 dalam potter dan
perry 2005].

2.2 Etiologi Gangguan Tidur

1. Faktor Biologis
Perubahan jam biologis, misalnya karena perubahan shift kerja atau berpergian
kezona waktu yang berbeda, juga bisa memicu timbulnya gangguan tidur [APA
diagnosis dan statistical manual of mental disorders(5th ed). Arlington VA:
American Psychiatric]
2. Faktor Psikologis
Gangguan tidur merupakan gejala yang umum ditemukan pada berbagai gangguan
psikiatri, misalnya gangguan afektif, gangguan cemas, gangguan makan,
penyalahan gunaan zat, dan Schizophrenia. Insomnia juga sering berhubungan
dengan gangguan fisik yang menimbulkan nyeri dan tidak nyamanan. [Word
health organisation 2007]
3. Faktor Sosiodemografik
Biasanya gangguan tidur timbul ketika seseorang sedang mengalami stressor,
misalnya masalah pekerjaan atau perkawinan. Selain itu, insomnia lebih sering
ditemukan pada jenis kelamin perempuan, pasien usia lanjut, dan status sosial
ekonomi yang rendah. [Word health organisation 2007]

2.3 Fisiologi Gangguan Tidur


Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan
mekanisme serebral secara bergantian dengan periode yang lebih lama, agar
6
mengaktifkan pusat otak untuk tidur dan terjaga (Potter & Perry, 2005). Tidur diatur
oleh tiga proses, yaitu ; mekanisme hemeostatis, irama sirkandian dan irama ultradian
(Harkreader, Hogan & Thobaben, 2007).

a. Mekanisme Hemeostatis

Sistem aktivasi reticular (SAR) berlokasi pada batang otak teratas.SAR terdiri
dari sel khusu yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. SAR menerima
stimulus sensori visual, auditori, nyeri dan taktil serta aktivitas koteks serebral
(misalnya; proses emosi dan berfikir).Menurut Sleep Research Society (1993) dalam
Potter & Perry (2005) neuron dalam SAR mengeluarkan ketekolamin seperti
norepinefrin. Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu pada
otak depan bagian tengah tepatnya disebut daerah sinkronisasi bulbar (bulbar
synchronizing region, BSR). Seseorang dapat tertidur atau tetap terjaga tergantung
pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat yang lebih tinggi (pikiran),
reseptor sensori perifer (misalnya stimulus bunyi atau cahaya), dan system limbic
(emosi).

b. Irama Sirkandian

Irama sirkandian atau irama diurnal merupakan pola bioritme yang berulang
selam rentang waktu 24 jam. Fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh, denyut jantung,
tekanan darah, sekresi hormone, kemampuan sensori dan suasana hati tergantung pada
pemeliharaan siklus sirkandian 24 jam (Potter & Perry, 2005). Pola tidur-bangun
dapat menyebabkan adanya pelapasan hormone tertentu. Melatonin, diaintesis di
kelenjar pineal saat waktu gelap, saat siang hari pineal tidak efektif tetapi jika
matahari sudah terbenam dan hari mulai gelap pineal mulai memproduksi melatonin,
yang akan dilepas ke dalam darah.

c. Irama Ultradian

Irama ultradian merupakan kejadian berulang pada jam biologis yang kurang
dari 24 jam. Siklus ultradian pada tahap tidur terdapat dua tahapan, yaitu; tidur rapid
eye movement (REM) dan tidur non rapid eye movement (NREM).

2.4 Patofisiologi Gangguan Tidur


Patofisiologi gangguan tidur masih belum diketahui secara pasti, namun
beberapa mekanisme neurobologis dan psikologis telah diajukan. Salah satu model
yang digunakan untuk menjelaskan patofisiologi gangguan tidur adalah model
neurokognitif. Model ini menerangkan bahwa faktor predisposisi, presipitasi,
perpetuasi, dan neurokognitif adalah faktor-faktor yang mendasari berkembangnya
insomnia dan menjadikannya gangguan kronik.

Model lain yang bisa digunakan untuk adalah model psychobiologic


inhibition, yang menunjukkan bahwa tidur yang baik membutuhkan otomatisasi dan

7
plastisitas. Otomatisasi artinya bahwa inisiasi tidur dan maintenance tidur bersifat
involunter, yang dikendalikan oleh homeostatis dan regulasi sirkadian. Plastisitas
adalah kemampuan sistem tubuh untuk mengakomodasi berbagai kondisi lingkungan.
Pada kondisi normal, tidur terjadi secara pasif (tanpa atensi, niat, atau usaha). Situasi
hidup yang penuh dengan stres bisa memicu berbagai respon arousal fisiologis dan
psikologis, yang menimbulkan inhibisi terhadap de-arousal yang berhubungan dengan
tidur dan menimbulkan gejala gangguan tidur.

2.5 Manifestasi Klinis Gangguan Tidur

Manifestasi klinis insomnia yang biasanya dirasakan umumnya berupa waktu


tidur yang kurang, mudah terbangun saat malam hari, bangun pagi lebih awal, rasa
mengantuk yang dirasakan sepanjang hari dan sering tertidur sejenak[Bestari 2013].
Hal ini menyebabkan kualitas tidur seseorang menjadi menurun akibatnya
akan terlihat pada kehidupan sehari-hari, yaitu menurunnya kualitas hidup.
Produktifitas dan keselamatan kerja serta dapat menyebabkan tubuh terasa lemah,
letih, dan lesu akibat tidur yang tidak lelap.[Sumedi. Et-al.2010].

2.6 Penatalaksanaan Gangguan Tidur


Sebaiknya mengedepankan pendekatan non farmakologis, american family
physicin. Baru-baru ini mendorong klinisi untuk mngurangi pemakaian obat-obatan
dalam tata laksana gangguan tidur.[Dr. Irwan Supriyanto Ph.D.Sp.Kj]

2.7 Komplikasi Gangguan Tidur


Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi ketika seseorang menderita gangguan tidur, di
antaranya:
 Penurunan libido.

 Munculnya keriput dan kantung mata.

 Sering lupa.

 Peningkatan berat badan.

 Penurunan konsentrasi, kemampuan penalaran, dan pemecahan masalah, sehingga sulit


membuat keputusan.

 Penurunan prestasi di sekolah atau performa di tempat kerja.

 Gangguan mental, seperti depresi dan gangguan kecemasan umum.

 Kecelakaan saat bekerja atau berkendara, karena menurunnya kewaspadaan.

8
 Peningkatan risiko terkena penyakit, seperti hipertensi, diabetes, stroke, dan penyakit
jantung.

2.8 Penyebab Terjadinya Gangguan Tidur


Penyebab terjadinya gangguan tidur antara lain :

a. Faktor fisik, meliputi rasa nyeri

b. Faktor psikologis, terdiri dari depresi, kecemasan, ketakutan, dan tekanan jiwa

c. Faktor lingkungan, meliputi kebisingan,polusi, berkurangnya kebebasan pribadi, dan


terlalu damai

d. Faktor gaya hidup

2.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Tidur

a. Faktor sosial : Salah satu contohnya, beban akademis adalah masalah yang
dialami oleh pelajar. Beban akademis meliputi tuntunan penyelesaikan studi,
tugas seorang pelajar yang harus dikerjakan, dan tuntunan dalam pelaksanaan
ujian. Beban akademis akan menjadi stressor untuk timbulnya masalah tidur
pada pelajar. Hal-hal tersebut akan memproduksi kotisal dalam jumlah banyak,
yang menyebabkan kondisi terjaga.
b. Faktor Lingkungan : Limgkungan dengan pencahayaan yang tidak sesuai,
berisik, dan suhu ruangan yang terlalu dingin atau panas menyebabkan
seseorang merasa tidak nyaman, sehingga membuat seseorang susah untuk
mulai memasuki tidur. Adanya rasa kurang nyaman dengan lingkungan
dibutuhkan adaptasi, supaya tubuh menjadi terbiasa dan nyaman.
c. Faktor Toksin : beberapa zat toksik seperti alkohol, nikotn, obat anti-depresan
amfetamin, kafein mampu menganggu sistem saraf pusat. Kafein memiliki
struktur mirip dengan adenosin yang akan berikatan dengan reseptor adenosin
pada dinding permukaan sel tanpa menyebabkan pengaktifan reseptor tersebut.
Hal ini mengakibatkan penurunan aktivitas adenosin sehingga terjadi
peningkatan aktivitas neurotransmitter dopamin. Peningkatan aktivitas dopamin
inilah yang menjadi dasar efek stimulasi kafein. Adenosin menyebabkan
konstriksi arteriol afferenglomerulus, sehingga inhibisi pada reseptor
adenosin akan menyebabkan vasodilatasi arteriol tersebut. Pelebaran pembuluh

9
darah ini menyebabkan peningkatan Renal Blood Flow (RBF) dan
Glomerulus Filtration Rate (GFR) meningkat. Mekanisme kompetitif
inhibitor ini juga menghambat jalur yang mengatur konduksi nervus
dengan menekan potensial post-synaptic sehingga epinefrin dan
norepinefrin atau noradrenalin dilepaskan melalui axis hipotalamus-
pituitari-adrenal. Dengan begitu kadar kortisol pun menjadi tinggi yang
menyebabkan susah tidur.
d. Faktor Kondisi Medis : Faktor kondisi medis yang mampu menyebabkan
gangguan tidur yaitu osteoartritis, gagal ginjal, prostatic hypertrophy,
congestifheart failure, asma, dan kondisi medis lainnya. Kondisi medis
mampu menimbulkan rasa tidak nyaman, sehingga menimbulkan tidur yang
kurang nyaman.

e. Faktor Kronobiologis: Kurangnya aktivitas pada waktu siang hari


menyebabkan seseorang lebih banyak tidur yang mampu menyebabkan
tergangguanya siklus sirkardian. Gangguan irama sirkardian juga bisa
disebabkan karena shift atau jaga malam yang mengakibatkan seseorang
terjaga ketika malam hari dan pada siang hari akan memanfaatkan waktunya
untuk tidur.
f. Faktor Psikis: Beberapa gangguan psikis seperti gangguan mood,
kecemasan, dan gangguan psikotik (akizofrenia) juga mampu menimbulkan
sulit tidur. Gangguan mood yang mampu menyebabkan gangguan tidur
yaitu depresi, hal ini bisa terjadi karena ketika depresi seseorang akan
cenderung merasa malas untuk melakukan segala hal dan lebih banyak
menghabiskaan waktu ditempat tidur, dengan demikian akan terjadi perubahan
pola tidur. Kecemasan (anxietas) dapat meningkatkan kadar norepinfrin
darah melalui stimulasi sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan
berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya
terjaga saat tidur.

2.10 Tahapan-tahapan Tidur Normal


Selama tidur kita melewati empat tahapan tidur, dari tidur Non-Rem (Nrem)
dan tidur rem, alias rapid Eye Movement. Siklus tidur dimukai dari tahap 1 NREM
hingga tidur rem, kemudian kembali lagi ke tahap 1. Kita menghabiskan hampir 50%

10
dari total waktu tidur kita dalam tahap 2 tidur nrem, sekitar 20 persen dalam tidur rem,
dan 30% sisanya dalam tahap lainnya.

Adapun tahapan tidur normal yaitu :

a. Tahap NREM (Tidur-Tidur Ayam)

Selama tahap tidur pertama, yaitu tidur ringan, tubuh, mental, dan pikiran
berada di ambang realita dan bawah sadar setengah sadar (hampir) tertidur. Dengan
mata tertutup namun anda masih dapat dibangunkan atau terbangun dengan mudah.
Pergerakan mata di tahap ini sangat lambat, begitu pula dengan aktivitas otot.
Peristiwa ini yang sangat umum terjadi selama periode ini dikenal sebagai sentakan
mioklonik. Jika anda terkejut mendadak tanpa alasan apapun, artinya anda mengalami
fenomena ini.

b. Tahap 2 NREM : Menyambut Tidur PulasSS

Dalam tahap ini denyut jantung dan pernafasan melambat, menjadi semakin
teratur, dan suhu tubuh menurun. Anda juga akan menjadi semakin kurang sadar akan
lingkungan sekitar. Jika ada suara yang terdengar ditahap ini, anda tidak dapat
memahami apa kontennya. Ketika memasuki tahapan tidur kedua, gerak mata berhenti
dan gelombang otak melambat dengan kehadiran semburan gelombang cepat sesekali,
yang disebut SPINDLE tidur. Selain itu tahap tidur nrem juga ditandai oleh adanya K-
Complex, yaitu puncak tegangan tinggi negative pendek.

c. Tahap 3 NREM (Tidur Nyenyak)

Tahap ketiga adalah apa yang disebut dengan tidur nyanyak. Pada tahap ini,
otak melepaskan gelombang delta, yang awalnya diselingi oleh gelombang yang lebih
kecil dan cepat, kemudian akan secara eklusif didominasi oleh gelombang delta.
Selama tahapan tidur nyenyak, tubuh memulai perbaikan dan pertumbuhan jaringan
kembali, membangun kekuatan tulang dan otot, meningkatkan pasokan darah ke otot,
meningkatkan dan memperkuat system imun. Energy juga dipulihkan dan hormon
pertumbuhan penting untuk tumbuh kembang termasuk perkembangan otot.

d. Tidur REM (Tidur Bermimpi)

Tidur rem sering disebut sebagai paradoks tidur, karena sementara otak dan
system tubuh lainnya aktif bekerja, otot-otot menjadi lebih rileks. Periode tidur rem
pertama biasanya terjadi sekitar 70 sampai 90 menit setelah kita tertidur. Siklus tidur
pertama setiap malam mengandung periode rem yang sangat relative singkat dan
jangka waktu tidur nyenyak. Saat malam berlangsung, periode tidur rem meningkat
durasinya, sementara ke-nyenyakan tidur menurun. Anda akan kehilangaan beberapa
kemampuan untuk mengatur suhu tubuh selama berada di bawah pengaruh tidur rem.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
babkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga
masalah berikut: insomnia, gerakan sensasi abnormal dikala tidur atau ketika terjaga ditengah
malam atau merasa mengantuk yang berlebihan disiang hari,

Pencegahan gangguan tidur yaitu dengan menciptakan lingkungan untuk tidur yang
baik, menghindari alkohol, kafein dan rokok. Hindari penggunaan obat tidur tanpa anjuran
dokter, mengonsumsi banyak sayuran dan ikan, mengurangi asupan gula,mengurangi stres
dan kecemasan dengan aktifitas fisik.

Penatalaksanaan gangguan tidur sebaiknya mengedepankan pendekatan non


farmakologis, american family physicin. Baru-baru ini mendorong klinisi untuk mngurangi
pemakaian obat-obatan dalam tata laksana gangguan tidur.

3.2 Saran
3.2.1 Bagi Penulis
Sebaiknya seorang mahasiswa keperawatan harus mampu memahami dan
memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat bagaimana cara
menngatasi gangguan tidur di lingkunagn masyarakat.
3.2.2 Bagi Pembaca
Sebaiknya lebih memahami faktor yang mempengaruhi gangguan tidur,
penyebab gangguan tidur dan tahapan tidur normal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,


Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata
Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.2005 Harkreader, H, Hogan, M.A., & Thobaben, M.
2007. Fundamental of Nursing: Caring and Clinical Judgment. (3rd ed). St. Louis,
Missouri: Saunders Elsevier.
Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut), Edisi 2. 2000. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Stockslager, Jaime L. 2007 . Buku Saku Gerontik edisi: 2 . Jakarta : EGC.
Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha Publishing.
Gupta, et al. (2017). Clinical Practice Guidelines for Sleep Disorders. Indian J
Psychiatry., doi: 10.4103/0019-5545.196978.
Ting, L. & Malhotra, A. (2015). Disorders of Sleep: An Overview. Prim Care.,
doi:10.1016/j.pop.2005.02.004.
National Sleep Foundation. What Causes Insomnia?
National Institutes of Health (2018). Medline Plus. Sleep Disorders.
Mayo Clinic (2017). Diseases & Conditions. Sleepwalking.
Mayo Clinic (2016). Diseases & Conditions. Insomnia
Roddick, J. & Cherney, K. Healthline (2016). Sleep Disorders.
Stubblefield, H. Healthline (2016). Hypersomnia.
Ben-Joseph, E.P. Kids Health (2018). How Can I Stop My Nightmares?
Goldberg, J. WebMD (2018). When to Seek Medical Care for Insomnia.
Web MD (2017). When to Call a Doctor About Sleep Disorders.
Peri, C. Web MD (2014). 10 Things to Hate About Sleep Loss.

13
LAMPIRAN
SKENARIO KASUS 1

Seorang Remaja perempuan (15 th). Datang ke poli syaraf, karena Mengalami Insomnia
berat, ia mengalami sulit belajar, sehingga sering tidak mengikuti jam pelajaran di sekolah,
sudah satu minggu terahir hampir setiap malam tidak tidur, kadang hanya sebentar. Hasil
anamnesa klien mengeluh susah tidur, dan sering terbangun malam. Sekitar bola mata tampak
lebih gelap. Sesekai klien menguap. Ibunya mengatakan jika Anaknya pernah mengalami
masalah pibromyalgia dan sleep apnea. Kadang Klien mengalami mimpi buruk jika tidur,
sehingga terkadang ada rasa takut untuk tidur. Hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan hasil
tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 110 x/mnt, suhu 370C.

STEP 1: IDENTIFIKASI ISTILAH SULIT


1. Anamnesa
2. Pibromyalgia
3. Sleep Apnea
4. Tanda Vital

Jawaban :
1. Anamnesa adalah suatu teknik pemeriksaan paling awal yang
dilakukan dalam ilmu kedokteran dengan wawancara secara langsung
kepada pasien.
2. Pibromyalgia adalah nyeri dan rasa sensitif pada otot yang menyebar
ke seluruh tubuh dan sering disertai kelelahan dan perubahan tidur,
ingatan dan suasana hati. Penyakit ini dapat menyerang siapapun
termasuk anak-anak.
3. Sleep Apnea adalah gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan
seseorang terganggu dengan adanya periode henti nafas secara
berulang pada saat tidur. Seseorang bisa lebih beresiko mengidap
sleep apnea jika berusia lebih dari 40 tahun ke atas dan cenderung
berjenis kelamin laki-laki.
4. Tanda vital adalah tanda medis terpenting yang menunjukkan status
fungsi vital tubuh pengukuran ini dilakukan untuk membantu menilai
kesehatan fisik seseorang secara umum, memberikan petunjuk
tentang kemungkinan penyakit dan menunjukkan kemajuan menuju
pemulihan. Tanda vital berupa denyut nadi terkendala laju pernapasan
tekanan darah dan suhu tubuh yang memiliki nilai normal yang
berbeda.

14
STEP 2: IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa saja yang dilakukan perawat dalam pengkajian kasus tersebut?
2. Bagaimana caranya kita bisa mengatasi gangguan tidur?
3. Apa tanda-tanda sehingga ibu dari anak tsb bisa mengetahui masalah
pibromyalgia dan sleep apnea?
4. Bagaimana jika seseorang mempunyai rute tidur yang tidak teratur, jika malam
hari dia tidak tidur hingga menjelang subuh dan pada siang hari dia tidur sampai
mmenjelang magrib?
5. Apa hubungan insomnia pada kesulitan dalam memahami pembelajaran?

STEP 3: ANALISIS MASALAH

1. Ada beberapa faktor yang dapat dilihat dan diketahui dari diagnosa gangguan
pola tidur tersebut yaitu kesulitan berfungsi sehari-hari dalam melukan
aktifitas,kesulitan mulai tidur,kesulitan mepertahankan sikap tidur, ketidak
puasan tidur dan tidak merasa cukup untuk istirahat. Diagnosa perawat pada
pasien yang mengalami gangguan tidur memberikan gambaran tentanbg
masalah atau status kesehatan pasien yang nyata dengan memungkinkan akan
terjadi dimana pemecahan dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat hal
ini bertujuan agar seorang dapat mengenalisa data yang telah di kelompokkan
serta mengidentifikasi masalah dimana adanya respon pasien terhadap status
kesehatan atau penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor yang menunjang
menyebabkan suatu masalah dan juga mengidentifikasi kemampuan pasien
untuk mencegah dan menyelesaikan masalahnya. Perawat mengumpulkan data
menganalisis data dan merumuskan masalah dengan menanyakan riwayat
kesehatan pasien.

2. Gangguan tidur dapat diatasi dengan:


• Mengurangi stres dan kecemasan dengan aktifitas fisik
• Mengurangi penggunaan rokok dan alkohol
• Minum air putih lebih sedikit sebelum tidur
• Mengikuti jadwal tidur yang teratur dan konsisten
• Mengurangi asupan karbohidrat menjelang tidur
• Mengomsumsi banyak sayuran dan ikan

3. Pada pibromyalgia anak tersebut mengalami nyeri pada seluruh tubuh


sehingga menyebabkan ia kesulitan tidur, pada sleep apnea di tandai dengan
anak tersebut ngorok pada tidur dan tetap mengalami kelelahan padahal sudah
tidur yang lama.

15
4. Akibat tidur terlalu lama dan bangun terlalu siang juga bisa membuat
seseorang susah fokus jika kualitas tidur menurun otak jadi tidak setajam
biasanya itu sebabnya kenapa seseorang tidur terlalu malam dan bangun
kesiangan jadi gampang pusing kesal dan sering salah.

5. Jadi jika semakin tinggi nilai insomnia maka akan semakin rendah
kemampuan konsentrasi yang dimiliki hal tersebut di dukung dalam penelitian
Aeisa Eisa Et Al 2013 bahwa kualitas tidur yang buruk akan berdampak tidak
baik dalam proses belajar dan ingatan.

STEP 4: MIND MAPPING

16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Anda mungkin juga menyukai