GANGGUAN TIDUR
DOSEN PENGAMPU:
Ns. Kamariyah, S. Kep., M. Kep.
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1
AssalamualaikumWarahmatullahWabarakatuh
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah laporan tutor dengan kasus skenario 1
tentang “Gangguan Keseimbangan Cairan tubuh”.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata kuliah
Keperawatan Dasar 1 pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Jambi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun makalah ini
baik dari segi moral dan materil. Ucapan terimakasih tersebut ditujukan kepada:
1. Ibu Ns. Kamariyah S. Kep., M. Kep.
2. Ibu Ns. Yusnilawati, S. Kep., M. Kep
3. Ibu Ns. Fadliyana Ekawaty, M. Kep., Sp. An s
4. Ibu Ns. Luri Mekeama, S. Kep., M. Kep
5. Ibu Ns. Indah Mawarti, S. Kep., M. Kep
6. Ibu Ns. Nurlina, S. Kep., M. Kep
7. Rekan-rekan kelompok 2
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari sempurna, untuk itu
sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif dari semua pihak untuk
perbaikan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca
dan bagi pengembangan Ilmu Keperawatan.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 5
1.3 Tujuan .................................................................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 5
1.4 Manfaat ................................................................................................ 5
1.4.1 Bagi Penulis ................................................................................... 5
1.4.2 Bagi Prodi Keperawatan............................................................... 5
BAB II ................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .................................................................................................. 6
2.1 Definisi Gangguan Tidur ..................................................................... 6
2.2 Etiologi Gangguan Tidur ..................................................................... 6
2.3 Fisiologi Gangguan Tidur .................................................................... 6
2.4 Patofisiologi Gangguan Tidur ............................................................. 7
2.5 Manifestasi Gangguan Tidur ............................................................... 8
2.6 Penatalaksanaan Tidur Normal .......................................................... 8
2.7 Komplikasi Gangguan Tidur...........................................................................8
PENUTUP ......................................................................................................... 12
3.1 Simpulan............................................................................................. 12
3.2 Saran................................................................................................... 12
3.2.1 Bagi Penulis ................................................................................. 12
3.2.2 Bagi Pembaca .............................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13
SKENARIO KASUS 1............................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
Tidur merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Tidur adalah suatu
keadaan tidak sadarkan diri dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan
menurun atau hilang dan dapat di bangunkan kembali dengan indra atau ransangan
yang cukup (Atoilah & Kusnadi, 2013 dikutip dalam Guyton, 1981). Sedangkan
menurut Vaughans (2013) tidur yaitu keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun
yang dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas. Tidur dapat dikatakan sebagai
kondisi ketika seseorang tidak sadar, tetapi dapat dibangunkan oleh stimulus atau
sensoris yang sesuai yang ditandai dengan aktivitas fisik yang minim, tingkat kesadaran
bervariasi, terjadi perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respons terhadap
stimulus eksternal (Saputra, 2013). Aktivitas tidur terjadi secara alami dan dikontrol
oleh pusat tidur yaitu medulla spinalis (Batang Otak) tepatnya di RAS (Retikular
activating system) dan BSR (Bulbar Synchronizing Region) yang terlibat dalam
mempertahankan status bangun dan mempermudah beberapa tahap untuk tidur (Atoilah
& Kusnadi, 2013). Terjadinya Bangun dan tidur merupakan peran dari RAS dan BSR,
dimana RAS akan melepaskan katekolamin untuk mempertahakan kewaspadaan dan
agar tetap terjaga. Namun ketika RAS di otak mengalami kelelahan sehingga 3
mengaktifkan BSR untuk merangsang pengeluaran serotonin yang menimbulkan rasa
kantuk dan tidur (Saputra, 2013).
1.3 Tujuan
4
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami lebih dalam mengenai gangguan tidur .
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi gangguan tidur
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi gangguan tidur
3. Mahasiswa mampu memahami fisiologi gagguan tidur
4. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi gangguan tidur
5. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis gangguan tidur
6. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan gangguan tidur
7. Mahasiswa mampu memahami komplokasi gangguan tidur
8. Mahasiswa mampu memahami penyebab terjadinya gangguan tidur
9. Mahasiswa mampu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan
tidur
10. Mahasiswa mampu menjelaskan tahapan-tahapan tidur normal
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber,
mengambil bagian penting, bisa memahami setiap sumber materi yang
diperoleh, dan mengembangkan ke tingkat yang lebih tinggi.
1.4.2 Bagi Prodi Keperawatan
Sebagai bahan bacaan mahasiswa keperawatan agar dapat memahami
tentang gangguan tidur, sehingga dapat diterapkan pada pasien yang mengalami
gangguan tidur.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Faktor Biologis
Perubahan jam biologis, misalnya karena perubahan shift kerja atau berpergian
kezona waktu yang berbeda, juga bisa memicu timbulnya gangguan tidur [APA
diagnosis dan statistical manual of mental disorders(5th ed). Arlington VA:
American Psychiatric]
2. Faktor Psikologis
Gangguan tidur merupakan gejala yang umum ditemukan pada berbagai gangguan
psikiatri, misalnya gangguan afektif, gangguan cemas, gangguan makan,
penyalahan gunaan zat, dan Schizophrenia. Insomnia juga sering berhubungan
dengan gangguan fisik yang menimbulkan nyeri dan tidak nyamanan. [Word
health organisation 2007]
3. Faktor Sosiodemografik
Biasanya gangguan tidur timbul ketika seseorang sedang mengalami stressor,
misalnya masalah pekerjaan atau perkawinan. Selain itu, insomnia lebih sering
ditemukan pada jenis kelamin perempuan, pasien usia lanjut, dan status sosial
ekonomi yang rendah. [Word health organisation 2007]
a. Mekanisme Hemeostatis
Sistem aktivasi reticular (SAR) berlokasi pada batang otak teratas.SAR terdiri
dari sel khusu yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. SAR menerima
stimulus sensori visual, auditori, nyeri dan taktil serta aktivitas koteks serebral
(misalnya; proses emosi dan berfikir).Menurut Sleep Research Society (1993) dalam
Potter & Perry (2005) neuron dalam SAR mengeluarkan ketekolamin seperti
norepinefrin. Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu pada
otak depan bagian tengah tepatnya disebut daerah sinkronisasi bulbar (bulbar
synchronizing region, BSR). Seseorang dapat tertidur atau tetap terjaga tergantung
pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat yang lebih tinggi (pikiran),
reseptor sensori perifer (misalnya stimulus bunyi atau cahaya), dan system limbic
(emosi).
b. Irama Sirkandian
Irama sirkandian atau irama diurnal merupakan pola bioritme yang berulang
selam rentang waktu 24 jam. Fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh, denyut jantung,
tekanan darah, sekresi hormone, kemampuan sensori dan suasana hati tergantung pada
pemeliharaan siklus sirkandian 24 jam (Potter & Perry, 2005). Pola tidur-bangun
dapat menyebabkan adanya pelapasan hormone tertentu. Melatonin, diaintesis di
kelenjar pineal saat waktu gelap, saat siang hari pineal tidak efektif tetapi jika
matahari sudah terbenam dan hari mulai gelap pineal mulai memproduksi melatonin,
yang akan dilepas ke dalam darah.
c. Irama Ultradian
Irama ultradian merupakan kejadian berulang pada jam biologis yang kurang
dari 24 jam. Siklus ultradian pada tahap tidur terdapat dua tahapan, yaitu; tidur rapid
eye movement (REM) dan tidur non rapid eye movement (NREM).
7
plastisitas. Otomatisasi artinya bahwa inisiasi tidur dan maintenance tidur bersifat
involunter, yang dikendalikan oleh homeostatis dan regulasi sirkadian. Plastisitas
adalah kemampuan sistem tubuh untuk mengakomodasi berbagai kondisi lingkungan.
Pada kondisi normal, tidur terjadi secara pasif (tanpa atensi, niat, atau usaha). Situasi
hidup yang penuh dengan stres bisa memicu berbagai respon arousal fisiologis dan
psikologis, yang menimbulkan inhibisi terhadap de-arousal yang berhubungan dengan
tidur dan menimbulkan gejala gangguan tidur.
Sering lupa.
8
Peningkatan risiko terkena penyakit, seperti hipertensi, diabetes, stroke, dan penyakit
jantung.
b. Faktor psikologis, terdiri dari depresi, kecemasan, ketakutan, dan tekanan jiwa
a. Faktor sosial : Salah satu contohnya, beban akademis adalah masalah yang
dialami oleh pelajar. Beban akademis meliputi tuntunan penyelesaikan studi,
tugas seorang pelajar yang harus dikerjakan, dan tuntunan dalam pelaksanaan
ujian. Beban akademis akan menjadi stressor untuk timbulnya masalah tidur
pada pelajar. Hal-hal tersebut akan memproduksi kotisal dalam jumlah banyak,
yang menyebabkan kondisi terjaga.
b. Faktor Lingkungan : Limgkungan dengan pencahayaan yang tidak sesuai,
berisik, dan suhu ruangan yang terlalu dingin atau panas menyebabkan
seseorang merasa tidak nyaman, sehingga membuat seseorang susah untuk
mulai memasuki tidur. Adanya rasa kurang nyaman dengan lingkungan
dibutuhkan adaptasi, supaya tubuh menjadi terbiasa dan nyaman.
c. Faktor Toksin : beberapa zat toksik seperti alkohol, nikotn, obat anti-depresan
amfetamin, kafein mampu menganggu sistem saraf pusat. Kafein memiliki
struktur mirip dengan adenosin yang akan berikatan dengan reseptor adenosin
pada dinding permukaan sel tanpa menyebabkan pengaktifan reseptor tersebut.
Hal ini mengakibatkan penurunan aktivitas adenosin sehingga terjadi
peningkatan aktivitas neurotransmitter dopamin. Peningkatan aktivitas dopamin
inilah yang menjadi dasar efek stimulasi kafein. Adenosin menyebabkan
konstriksi arteriol afferenglomerulus, sehingga inhibisi pada reseptor
adenosin akan menyebabkan vasodilatasi arteriol tersebut. Pelebaran pembuluh
9
darah ini menyebabkan peningkatan Renal Blood Flow (RBF) dan
Glomerulus Filtration Rate (GFR) meningkat. Mekanisme kompetitif
inhibitor ini juga menghambat jalur yang mengatur konduksi nervus
dengan menekan potensial post-synaptic sehingga epinefrin dan
norepinefrin atau noradrenalin dilepaskan melalui axis hipotalamus-
pituitari-adrenal. Dengan begitu kadar kortisol pun menjadi tinggi yang
menyebabkan susah tidur.
d. Faktor Kondisi Medis : Faktor kondisi medis yang mampu menyebabkan
gangguan tidur yaitu osteoartritis, gagal ginjal, prostatic hypertrophy,
congestifheart failure, asma, dan kondisi medis lainnya. Kondisi medis
mampu menimbulkan rasa tidak nyaman, sehingga menimbulkan tidur yang
kurang nyaman.
10
dari total waktu tidur kita dalam tahap 2 tidur nrem, sekitar 20 persen dalam tidur rem,
dan 30% sisanya dalam tahap lainnya.
Selama tahap tidur pertama, yaitu tidur ringan, tubuh, mental, dan pikiran
berada di ambang realita dan bawah sadar setengah sadar (hampir) tertidur. Dengan
mata tertutup namun anda masih dapat dibangunkan atau terbangun dengan mudah.
Pergerakan mata di tahap ini sangat lambat, begitu pula dengan aktivitas otot.
Peristiwa ini yang sangat umum terjadi selama periode ini dikenal sebagai sentakan
mioklonik. Jika anda terkejut mendadak tanpa alasan apapun, artinya anda mengalami
fenomena ini.
Dalam tahap ini denyut jantung dan pernafasan melambat, menjadi semakin
teratur, dan suhu tubuh menurun. Anda juga akan menjadi semakin kurang sadar akan
lingkungan sekitar. Jika ada suara yang terdengar ditahap ini, anda tidak dapat
memahami apa kontennya. Ketika memasuki tahapan tidur kedua, gerak mata berhenti
dan gelombang otak melambat dengan kehadiran semburan gelombang cepat sesekali,
yang disebut SPINDLE tidur. Selain itu tahap tidur nrem juga ditandai oleh adanya K-
Complex, yaitu puncak tegangan tinggi negative pendek.
Tahap ketiga adalah apa yang disebut dengan tidur nyanyak. Pada tahap ini,
otak melepaskan gelombang delta, yang awalnya diselingi oleh gelombang yang lebih
kecil dan cepat, kemudian akan secara eklusif didominasi oleh gelombang delta.
Selama tahapan tidur nyenyak, tubuh memulai perbaikan dan pertumbuhan jaringan
kembali, membangun kekuatan tulang dan otot, meningkatkan pasokan darah ke otot,
meningkatkan dan memperkuat system imun. Energy juga dipulihkan dan hormon
pertumbuhan penting untuk tumbuh kembang termasuk perkembangan otot.
Tidur rem sering disebut sebagai paradoks tidur, karena sementara otak dan
system tubuh lainnya aktif bekerja, otot-otot menjadi lebih rileks. Periode tidur rem
pertama biasanya terjadi sekitar 70 sampai 90 menit setelah kita tertidur. Siklus tidur
pertama setiap malam mengandung periode rem yang sangat relative singkat dan
jangka waktu tidur nyenyak. Saat malam berlangsung, periode tidur rem meningkat
durasinya, sementara ke-nyenyakan tidur menurun. Anda akan kehilangaan beberapa
kemampuan untuk mengatur suhu tubuh selama berada di bawah pengaruh tidur rem.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
babkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga
masalah berikut: insomnia, gerakan sensasi abnormal dikala tidur atau ketika terjaga ditengah
malam atau merasa mengantuk yang berlebihan disiang hari,
Pencegahan gangguan tidur yaitu dengan menciptakan lingkungan untuk tidur yang
baik, menghindari alkohol, kafein dan rokok. Hindari penggunaan obat tidur tanpa anjuran
dokter, mengonsumsi banyak sayuran dan ikan, mengurangi asupan gula,mengurangi stres
dan kecemasan dengan aktifitas fisik.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Penulis
Sebaiknya seorang mahasiswa keperawatan harus mampu memahami dan
memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat bagaimana cara
menngatasi gangguan tidur di lingkunagn masyarakat.
3.2.2 Bagi Pembaca
Sebaiknya lebih memahami faktor yang mempengaruhi gangguan tidur,
penyebab gangguan tidur dan tahapan tidur normal.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
SKENARIO KASUS 1
Seorang Remaja perempuan (15 th). Datang ke poli syaraf, karena Mengalami Insomnia
berat, ia mengalami sulit belajar, sehingga sering tidak mengikuti jam pelajaran di sekolah,
sudah satu minggu terahir hampir setiap malam tidak tidur, kadang hanya sebentar. Hasil
anamnesa klien mengeluh susah tidur, dan sering terbangun malam. Sekitar bola mata tampak
lebih gelap. Sesekai klien menguap. Ibunya mengatakan jika Anaknya pernah mengalami
masalah pibromyalgia dan sleep apnea. Kadang Klien mengalami mimpi buruk jika tidur,
sehingga terkadang ada rasa takut untuk tidur. Hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan hasil
tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 110 x/mnt, suhu 370C.
Jawaban :
1. Anamnesa adalah suatu teknik pemeriksaan paling awal yang
dilakukan dalam ilmu kedokteran dengan wawancara secara langsung
kepada pasien.
2. Pibromyalgia adalah nyeri dan rasa sensitif pada otot yang menyebar
ke seluruh tubuh dan sering disertai kelelahan dan perubahan tidur,
ingatan dan suasana hati. Penyakit ini dapat menyerang siapapun
termasuk anak-anak.
3. Sleep Apnea adalah gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan
seseorang terganggu dengan adanya periode henti nafas secara
berulang pada saat tidur. Seseorang bisa lebih beresiko mengidap
sleep apnea jika berusia lebih dari 40 tahun ke atas dan cenderung
berjenis kelamin laki-laki.
4. Tanda vital adalah tanda medis terpenting yang menunjukkan status
fungsi vital tubuh pengukuran ini dilakukan untuk membantu menilai
kesehatan fisik seseorang secara umum, memberikan petunjuk
tentang kemungkinan penyakit dan menunjukkan kemajuan menuju
pemulihan. Tanda vital berupa denyut nadi terkendala laju pernapasan
tekanan darah dan suhu tubuh yang memiliki nilai normal yang
berbeda.
14
STEP 2: IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa saja yang dilakukan perawat dalam pengkajian kasus tersebut?
2. Bagaimana caranya kita bisa mengatasi gangguan tidur?
3. Apa tanda-tanda sehingga ibu dari anak tsb bisa mengetahui masalah
pibromyalgia dan sleep apnea?
4. Bagaimana jika seseorang mempunyai rute tidur yang tidak teratur, jika malam
hari dia tidak tidur hingga menjelang subuh dan pada siang hari dia tidur sampai
mmenjelang magrib?
5. Apa hubungan insomnia pada kesulitan dalam memahami pembelajaran?
1. Ada beberapa faktor yang dapat dilihat dan diketahui dari diagnosa gangguan
pola tidur tersebut yaitu kesulitan berfungsi sehari-hari dalam melukan
aktifitas,kesulitan mulai tidur,kesulitan mepertahankan sikap tidur, ketidak
puasan tidur dan tidak merasa cukup untuk istirahat. Diagnosa perawat pada
pasien yang mengalami gangguan tidur memberikan gambaran tentanbg
masalah atau status kesehatan pasien yang nyata dengan memungkinkan akan
terjadi dimana pemecahan dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat hal
ini bertujuan agar seorang dapat mengenalisa data yang telah di kelompokkan
serta mengidentifikasi masalah dimana adanya respon pasien terhadap status
kesehatan atau penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor yang menunjang
menyebabkan suatu masalah dan juga mengidentifikasi kemampuan pasien
untuk mencegah dan menyelesaikan masalahnya. Perawat mengumpulkan data
menganalisis data dan merumuskan masalah dengan menanyakan riwayat
kesehatan pasien.
15
4. Akibat tidur terlalu lama dan bangun terlalu siang juga bisa membuat
seseorang susah fokus jika kualitas tidur menurun otak jadi tidak setajam
biasanya itu sebabnya kenapa seseorang tidur terlalu malam dan bangun
kesiangan jadi gampang pusing kesal dan sering salah.
5. Jadi jika semakin tinggi nilai insomnia maka akan semakin rendah
kemampuan konsentrasi yang dimiliki hal tersebut di dukung dalam penelitian
Aeisa Eisa Et Al 2013 bahwa kualitas tidur yang buruk akan berdampak tidak
baik dalam proses belajar dan ingatan.
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25