DISUSUN OLEH :
Kelompok C
i
DAFTAR ISI
Lampiran ............................................................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
BAB II
PEMBAHASAN
1
:”Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah itu
dibagi atas kabupaten dan kota yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang”.
Republik Indonesia adalah kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau
tropis besar dan kecil yang dibatasi oleh pantai-pantai berpasir putih, banyak yang masih
tidak berpenghuni dan beberapa bahkan belum disebutkan namanya. Mengangkangi
khatulistiwa, yang terletak di antara benua Asia dan Australia dan antara Pasifik dan
Samudra Hindia, selebar Amerika Serikat dari San Francisco ke New York, menyamai
jarak antara London dan Moskow. Pulau-pulau itu sendiri meliputi wilayah daratan seluas
1,9 juta kilometer persegi dan perairan teritorial seluas hampir empat kali luas daratan. Di
antara pulau-pulau yang paling terkenal adalah Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan
(sebelumnya Kalimantan), Sulawesi (sebelumnya Sulawesi), Kepulauan Maluku (atau
lebih dikenal sebagai Maluku, Kepulauan Rempah-rempah asli) dan Papua.Menjadi negara
tropis, Indonesia diberkati dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan hujan.
1) Iklim
Musim kemarau biasanya terjadi dari bulan Juni hingga September dan sisanya adalah
musim hujan. Sinar matahari berlimpah kecuali di musim hujan ketika langit
cenderung berawan. Dianjurkan untuk mengunjungi Indonesia selama musim
kemarau.
2) Budaya
Secara budaya, Indonesia mempesona dengan keragaman yang kaya dari kuil kuno,
musik, mulai dari pop tradisional hingga modern, tarian, ritual dan cara hidup, berubah
dari pulau ke pulau, dari satu daerah ke daerah lain. Namun di mana-mana pengunjung
merasa disambut dengan keramahan bawaan orang Indonesia yang hangat dan ramah
yang tidak mudah dilupakan. Mayoritas penduduk memeluk Islam, sedangkan di Bali
agama Hindu dominan. Sedangkan di daerah seperti Minahasa di Sulawesi Utara,
dataran tinggi Toraja di Sulawesi Selatan, di pulau Nusatenggara Timur dan di
sebagian besar Papua, di dataran tinggi Batak serta di pulau Nias di Sumatera Utara,
mayoritas adalah Katolik atau Protestan. . Secara keseluruhan, orang Indonesia pada
dasarnya beragama. Masyarakat Indonesia terbuka dan tetap toleran terhadap agama,
adat, dan tradisi satu sama lain, sementara itu dengan setia menganut agama mereka
2
sendiri. Lambang Indonesia lebih lanjut menyandang moto: Bhinneka Tunggal Ika –
Unity in Diversity.
3) Bahasa
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan resmi di seluruh negara. Ini adalah
bahasa komunikasi resmi, diajarkan di sekolah dan diucapkan di televisi. Sebagian
besar orang Indonesia saat ini berbicara setidaknya dua bahasa atau lebih, Bahasa
Indonesia dan bahasa lokal mereka, dimana Indonesia memiliki lebih dari 300 bahasa
daerah. Zona waktu Indonesia memiliki tiga zona waktu — Waktu Indonesia Bagian
Barat yaitu GMT +7 (meliputi Sumatera, Jawa, Madura, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah), Waktu Indonesia Tengah yaitu GMT +8 (mencakup Kalimantan
Timur dan Selatan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara) dan yang terakhir adalah Waktu
Indonesia Timur yaitu GMT +9 (meliputi Maluku dan Irian Jaya). Ibukota Jakarta
adalah GMT + 7 atau 16 jam lebih awal dari Waktu Standar Pasifik AS.
B. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan menurut Pasal 1 ayat 8 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang di kembangkan. Jenjang pendidikan formal yang terdiri atas:
3
1. Pendidikan Pra-Taman Kanak-kanak (Tk). Jenjang pendidikan anak dimulai dari pra-
TK usia 1-3 tahun.
2. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Setelah melewati masa pra-TK, jenjang
selanjutnya adalah Pendidikan Anak Usia Dini yang sering disingkat dengan PAUD.
Umumnya, jenjang satu ini dijalani oleh anak-anak saat berusia 3-5 tahun.
3. Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK). Jenjang berikutnya adalah Taman Kanak-
kanak untuk anak berusia 5-6 tahun.
4. Pendidikan dasar; yang merupakan jenjang pendidikan yang menjadi dasar untuk
melanjutkan ke pendidikan tingkat menengah dapat berbentuk: Sekolah Dasar (SD),
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat. Biasanya dimulai dari umur
7 tahun.
5. Pendidikan menengah; merupakan kelanjutan dari pendidikan dasar yang terdiri dari
pendidikan menengah pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTS) dan pendidikan
menengah atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA), serta pendidikan menengah kejuruan
(SMK).
6. Pendidikan tinggi; merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
C. Kurikulum Di Indonesia
1. Kurikulum 1947
Kurikulum pertama sejak Indonesia merdeka. Perubahan arah pendidikan lebih
bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Saat itu
mulai ditetapkan Pancasila sebagai asas pendidikan. Kurikulum ini juga disebut
dengan Rencana Pelajaran 1947, namun baru dilaksanakan pada tahun 1950. Karena
kurikulum ini lahir dikala Indonesia baru merdeka, maka pendidikan yang diajarkan
lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka, berdaulat,
dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Fokus Rencana Pelajaran 1947 tidak
menekankan pendidikan pikiran, melainkan hanya pendidikan watak, kesadaran
bernegara dan bermasyarakat.
4
2. Kurikulum 1952
Kehadiran kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya, dengan
merinci setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rencana Pelajaran Terurai 1952.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan Indonesia, seperti setiap
pelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran
menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru hanya mengajar satu mata pelajaran.
3. Kurikulum 1964
Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964, yang
dinamakan Rencana Pendidikan 1964. Kurikulum ini bercirikan bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik,
keprigelan (keterampilan) dan jasmani.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum pertama pada era orde baru. Bersifat politis dan dimaksudkan untuk
menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk orde lama.
Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan
orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni. Cirinya, muatan materi pelajaran
bersifat teoretis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik
beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang
pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975
Pemerintah kemudian menyempurnakan kurikulum 1968 pada tahun 1975. Kurikulum
ini menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur
Pembinaan TK dan SD Departemen Pendidikan kala itu, kurikulum ini lahir karena
pengaruh konsep di bidang manajemen MBO (management by objective). Metode,
materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
5
Instruksional (PPSI), dikenal dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran
setiap satuan bahasan.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung pendekatan proses keahlian. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
dengan Kurikulum 1975 Disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar, yaitu dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
7. Kurikulum 1994
Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya memadukan
kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Namun,
perpaduan antara tujuan dan proses nampaknya belum berhasil. Akibatnya banyak
kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari
muatan nasional sampai muatan lokal, seperti bahasa daerah, kesenian, keterampilan
daerah, dan lain-lain.
8. Kurikulum 2004
Pada tahun 2004 diluncurkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai
pengganti Kurikulum 1994. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi yang
harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai spesifikasi,
indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi,
dan pengembangan pembelajaran. KBK mempunyai ciri-ciri yang menekankan pada
ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi
pada hasil belajar dan keberagaman. Kegiatan belajar menggunakan pendekatan dan
metode bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
9. Kurikulum 2006
Kurikulum ini hampir mirip dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol terletak
pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi
sistem pendidikan Indonesia. Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan
sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil
6
pengembangan dari semua mata pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat.
Kurikulum ini juga dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
10. Kurikulum 2013
Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga
aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan
perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat
materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan
terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb, sedangkan materi yang
ditambahkan adalah materi Matematika.
11. Kurikulum 2013 Edisi Revisi
Kurikulum 2013 edisi revisi adalah hasil perbaikan dari Kurikulum 2013 yang
diterapkan pada tahun ajaran 2015/2016. Perbaikan dilakukan pemerintah untuk
menghasilkan generasi yang memiliki tiga kompetensi yaitu sikap,
keterampilan dan pengetahuan dengan ditambahkan keterampilan abad 21.
Kurikulum 2013 revisi hingga saat ini masih berlaku dan diterapkan di sekolah-
sekolah Indonesia. Adapun contoh silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) dapat dilihat pada lampiran.
7
a. Progreessivisme
Menurut bahasa istilah progresivisme berasal dari kata progresif yang artinya bergerak
maju. Menurut Gutek (1974:138) progresivisme modern menekankan pada konsep
‘progress’ yang menyatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan
dan menyempurnakan lingkungannya dengan menerapkan kecerdasan yang dimilikinya
dan metode ilmiah untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul baik dalam kehidupan
personal manusia itu sendiri maupun kehidupan sosial. Aliran ini memberi konstribusi
bagi pendidikan nasional terutama dalam memandang bahwa peserta didik adalah memiliki
kemampuan yang harus dikembangkan untuk mencapai kecerdasan tertentu dalam rangka
menyelesaikan personal maupun sosial.
b. Eksistensialisme
Eksistensialisme keberadaan aliran ini reaksi terhadap perubahan yang luar biasa di bumi.
Eksistensialisme pada hakikatnya adalah merupakan aliran filsafat yang bertujuan
mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang
dimiliki dan dihadapinya. Aliran ini mengehendaki hak asasi manusia harus dijunjung
tinggi.
c. Idealisme
Pengetahuan idealisme adalah rasionalisme mengemukakan bahwa indera kita hanya
memberikan materi mentah bagi pengetahuan. Pengetahuan tidak ditemukan dari
pengalaman indera, melainkan dari konsepsi, dalam prinsip-prinsip sebagai hasil aktivitas.
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik.
Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap.
Aliran ini menjunjung tinggi nilai abadi yang merupakan bagian dari alam seperti jujur,
gotong royong, musyawarah bukan seperti cantik yang lambat laun akan berubah. Aliran
ini memperkuat penting pelestarian nilai-nilai luhur dasar negara bagi kehidupan bangsa.
d. Realisme
Realisme berpandangan bahwa objek persepsi indrawi dan pengertian sungguh-sungguh
ada, terlepas dari indra dan budi yang menangkapnya karena objek itu memang dapat
diselidiki, dianalisis, dipelajari lewat ilmu, dan ditemukan hakikatnya lewat ilmu filsafat,
Belajar pada dasarnya mengutamakan perhatian pada peserta didik seperti apa adanya. Hal
8
ini guru harus memahami psikologi peserta didik (siswa). Inisiatif dalam pendidikan harus
ditekankan pada pendidik bukan pada anak. Guru menjadi contoh teladan bagi siswanya
dan di saat menyampaikan materi, guru harus lebih aktif agar pembelajaran menyenangkan,
tidak monoton dan siswa dapat memahami materi secara keseluruhan. Inti dari proses
pendidikan adalah asimilasi dari subjek mater yang telah ditentukan. Kurikulum
diorganisasikan dan direncanakan dengan pasti oleh guru. Secara luas lingkungan aspek
materiil dan sosial manusia, yaitu lingkungan keseharian siswa dalam berinteraksi juga
sangat menentukan bagaimana seharusnya siswa itu hidup.
e. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan.
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang
membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat
secara praktis.Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja hanya membawa
akibat praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima
sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis yang
bermanfaat. Dengan demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”.
Aliran ini menitik beratkan pada kebermanfaatan dari suatu tindakan. Maka apa yang
dilakukan dalam pendidikan harus bermanfaat bagi warga dalam rangka mengarungi
kehidupan. Salah satu penerapan aliran filsafat pragmatism di Indonesia, adalah merdeka
belajar.
Merdeka belajar
Merdeka belajar bermakna kemerdekaan belajar, yakni memberikan kesempatan belajar
sebebas-bebasnya dan senyaman-nyamannya kepada anak didik untuk belajar dengan
tenang, santai dan gembira tanpa stres dan tekanan dengan memperhatikan bakat alami
yang mereka punyai, tanpa memaksa mereka mempelajari atau menguasai suatu bidang
pengetahuan di luar hobi dan kemampuan mereka,sehingga masing-masing mereka
mempunyai portofolio yang sesuai dengan kegemarannya. Konsep merdeka belajar
sangatlah berbeda dengan kurikulum yang pernah ada dan digunakan oleh pendidikan
formal di Indonesia. Konsep pendidikan baru ini sangat memperhitungkan kemampuan dan
keunikan kognitif individu para siswa. Berikut garis besar konsepnya :
9
1) Asesmen kompetensi minimum
Perbedaan konsep pendidikan baru ini dengan kurikulum yang digunakan sebelumnya
adalah, siswa diharapkan mampu menunjukkan kemampuan minimum dalam hal
“literasi” dan “numeric”. Fokusnya bukanlah sebanyak apa siswa mampu
mendapatkan nilai melalui penugasan dari guru, tetapi bagaimana siswa mampu
berpikir secara kritis menggunakan kemampuan kognitifnya. Dalam bidang literasi
misalnya, bila pada kurikulum sebelum-sebelumnya siswa lebih banyak diharapkan
menghafal dan menerapkan materi yang mereka baca, dalam konsep asesmen
kompetensi, siswa diharapkan bisa berpikir logis untuk mengabstraksi maksud dan
tujuan dari materi. Begitu juga dalam hal “numerik” atau pada pelajaran sains seperti
fisika, kimia, khususnya matematika. Siswa tidak boleh hanya menghafal formula atau
rumus, tetapi juga menemukan konsep dasarnya, sehingga mereka bisa
menerapkannya untuk penyelesaian masalah yang lebih luas.
2) Survei karakter
Cukup melegakan bahwa pada akhirnya pemerintah mengakui pendidikan di Indonesia
adalah investasi yang mahal. Sebab, setiap daerah memiliki keunikan manusia yang
berbeda-beda dan tidak mungkin dipaksa untuk menerapkan satu sistem dengan
indikator tetap. Pada konsep survei karakter, pemerintah akan menilai secara
menyeluruh terkait kualitas pendidikan di sekolah. Bukan hanya tentang hasil belajar,
tetapi juga ekosistem dan infrastruktur pendidikan yang tersedia. Dengan kata lain,
pengembangan kualitas pendidikan bukan lagi tentang penerapan indikator kualitas
tetap, tetapi berdasarkan data hasil survei terbaru terhadap sekolah.
3) Perluasan penilaian hasil belajar
Satu hal paling menarik dalam konsep “merdeka belajar” ini adalah adanya perluasan
penilaian hasil belajar siswa yang tadinya hanya dari nilai ujian nasional, menjadi
penugasan dan portofolio. Kedepannya siswa akan diberikan ruang untuk bisa
mengembangkan diri mereka sesuai minat dan bakat. Dengan cara ini, stigma siswa
pintar dan bodoh diharapkan bisa segera dihilangkan. Sebab, manusia memiliki bakat
alami yang berbeda-beda, dan tidak bisa ditentukan dengan tes formal.
10
4) Pemerataan kualitas pendidikan hingga ke 3T
Merdeka belajar juga dapat diartikan keadilan terhadap akses pendidikan yang setara
bagi seluruh siswa di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah membuat
kebijakan afirmasi dan pemberian kuota khusus bagi siswa yang tinggal di daerah 3T.
Industri 4.0 adalah momen penting dalam pemerataan kualitas pendidikan di
Indonesia. Sebab, pada tahun 2030 nanti akan menjadi puncak dari bonus demografi
Indonesia dengan 64% penduduk adalah angkatan kerja. Kesiapan sumber daya
manusia (SDM) Indonesia akan sangat menentukan keberhasilan kita dalam
menghadapi persaingan di industri 4.0. Khususnya di daerah 3T yang masih memiliki
tingkat kelahiran yang sangat tinggi. Pemerintah mengusung konsep merdeka belajar
bukan tanpa alasan dan fokus yang jelas.
5) Pengembangan pola piker
Konsep pendidikan “merdeka belajar” memiliki fokus pada pengembangan
kemampuan kognitif siswa. Artinya, siswa akan ditantang untuk mampu berpikir kritis
dengan analisis yang baik. Kemampuan inilah yang dibutuhkan siswa agar bisa
membuat keputusan yang bijak dalam penyelesaian masalah. Sebab, dalam industri 4.0
basisnya adalah data technology dengan kata lain informasi yang bisa diakses oleh
semua orang. Siswa yang tidak mampu menganalisis semua informasi tersebut tentu
akan gagal membuat analisis serta kesimpulan yang benar dan akurat. Hal ini tentu
akan menjadi masalah ketika para siswa masuk ke dunia industri yang telah
mengadopsi machine learning dan kecerdasan buatan (AI).
6) Inovasi di tingkat pendidikan
Salah satu pokok dari konsep pendidikan baru ini adalah membuat siswa mampu
mengembangkan minat dan bakatnya di sekolah. Oleh karena itu, pemerintah
menghapus penilaian melalui UN, dan menggantinya menjadi penugasan dan
portofolio. Alasannya jelas, siswa akan ditantang untuk mampu berinovasi terhadap
instrumen dan penyelesaian masalah. Fokusnya adalah bagaimana siswa mampu
menjawab persoalan dalam bentuk proyek mata pelajaran dari sekolah. Proses ini
penting bagi para siswa untuk belajar mengaplikasikan teori yang mereka pelajari di
11
kelas menjadi sebuah hasil yang nyata. Siswa akan belajar membuktikan, bukan hanya
menghafal materi.
7) Meningkatkan kecerdasan siswa
Dalam kurikulum pendidikan 4.0, pemerintah telah merancang standar khusus agar
siswa Indonesia semakin terlatih kemampuan kognitifnya, dan semakin mampu
menyelesaikan masalah dengan baik.
12
didik. Ketulusan ini akan membuahkan keseriusan peserta didik dalam belajar dalm
rangka mencapai kemandiriannya.
4. Azas Kesabaran
Guru wajib memiliki kesabaran yang tinggi. Guru selalu berhadapan langsung dengan
peserta didik yang aktif kreatif dan keinginan dan tingkat pemikiran yang bervariasi
sehingga hal ini semua hal ini harus dihadapi dengan penuh kesabaran
5. Azas Pengabdian
Orangtua dan guru sebagai pengemban amanat kodrati, moral, sosial-kultural, moral
formal institusional. Berkat azas cinta sebagai bagian dari cita, rasa karsa memberikan
yang terbaik berwujud “pengorbanan” waktu, perasaan, dan pikiran.
Dengan demikian Pancasila perlu dipertahankan sebagai filsafat pendidikan bagi
bangsa Indonesia, karena nilai-nilai luhar yang terkandung didalamnya tidak lekang
dilanda kemajuan zaman.
13
BAB III
PENUTUP
2.5 Kesimpulan
Sistem Pendidikan Indonesia mampu menyesuaikan dengan tuntutan perubahan zaman
karena dalam menyusun sistem tersebut didasarkan pada dasar negara Pancasila yang ternyata
memiliki kanduangan nilai yang lebih luas dari beberapa aliran filsafat pendidikan. Pancasila
merupakan filsafat pendidikan bagi bangsa Indonesia yang di dalamnya termuat butir-butir
pengamalan yang nilainya sangat relevan dengan sistem pendidikan Indonesia. Hampir
keseluruhan nilai positif dari aliran filsafat pendidikan memperkuat butir-butir pengamalan
yang terkandung dalam Pancasila, jadi pantaslah Pancasila dipandang sebagai filsafat
pendidikan bangsa Indonesia.
2.6 Saran
Pendidikan di Indonesia dalam pelaksanaan, hendaknya selalu berpedoman pada filsafat
bangsa Indonesia, yaitu Pancasila agar pendidikan Indonesia dapat berhasil seperti Negara-
negara yang telah Berjaya dalam bidang pendidikan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Prentice-Hall
Chicago
Mohammad Noor Syam. (1986). Fisafat Pendidikan Islam. Surabaya: Usaha Nasional
15
LAMPIRAN
16
ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)
Satuan Pendidikan : SMP
Kelas : VIII
Kompetensi Inti :
KI1 dan KI2: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya serta Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, dan kawasan regional.
KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah
abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
3.5 Menganalisis sistem pencernaan pada Sistem Pencernaan pada manusia Mengamati berbagai bahan makanan dan melakukan pengujian
manusia dan memahami gangguan yang Zat makanan kandungan bahan makanan
berhubungan dengan sistem pencernaan, Uji bahan makanan Melakukan percobaan uji bahan makanan yang mengandung karbohidrat,
serta upaya menjaga kesehatan sistem Organ pencernaan gula, lemak dan protein
pencernaan Enzim pencernaan mengidentifikasi organ-organ pada sistem pencernaanserta proses
4.5 Menyajikan hasil penyelidikan tentang Penyakit yang berhubungan dengan pencernaan di dalam tubuh
pencernaan mekanis dan kimiawi sistem pencernaan mengumpulkan informasi tentang penyakit yang berhubungan dengan
sistem pencernaan
melakukan penyelidikan tentang pencernaan mekanis dan kimiawi
Menyimpulkan, melaporkan/memaparkan hasil percobaan dan
mendiskusikannya dengan teman
3.6 Menjelaskan berbagai zat aditif dalam Zat Aditif dan Zat Adiktif Mengamati bahan makanan di lingkungan sekitar yang mengandung zat
makanan dan minuman, zat adiktif, serta Jenis zat aditif (alami dan buatan) aditif serta tayangan berita penyalahgunaan zat adiktif
dampaknya terhadap kesehatan dalam makanan dan minuman Mengidentifikasi zat-zat aditif yang ditambahkan pada makanan dan
4.6 Membuat karya tulis tentang dampak Jenis zat adiktif jenis-jenis zat adiktif serta penyalah-gunaannya dalam kehidupan
penyalahgunaan zat aditif dan zat adiktif Pengaruh zat aditif dan adiktif Menyimpulkan dan melaporkan hasil identifikasi jenis-jenis zat aditif
bagi kesehatan terhadap kesehatan dan adiktif serta penyalahgunaan-nya dalam kehidupan, serta
mendiskusikannya dengan teman
3.7 Menganalisis sistem peredaran darah pada Sistem Peredaran Darah Mengamati modelsistem peredaran darah.
manusia dan memahami gangguan pada Organ peredaran darah Mengidentifikasi komponen darah, organ-organ pada sistem peredaran
sistem peredaran darah, serta upaya Jenis peredaran darah darah, jenis peredaran darah pada manusia, serta berbagai penyakit pada
menjaga kesehatan sistem peredaran darah Penyakit pada sistem peredaran sistem peredaran darah
4.7 Menyajikan hasil percobaan pengaruh darah Melakukan penyelidikan dan menyajikan laporan tentang pengaruh
aktivitas (jenis, intensitas, atau durasi) aktivitas (jenis, intensitas, durasi) dengan frekuensi denyut jantung
dengan frekuensi denyut jantung
3.8 Memahami tekanan zat dan penerapannya Tekanan Zat Mengamati berbagai fenomena yang berhubungan dengan tekanan zat
dalam kehidupan sehari-hari, termasuk Tekanan zat padat, cair, dan gas padat, cair dan gas serta tekanan pada pembuluh darah manusia dan
tekanan darah, osmosis, dan kapilaritas Tekanan darah jaringan angkut pada tumbuhan
jaringan angkut pada tumbuhan Osmosis Menghubungkan tekanan zat cair di ruang tertutup dengan tekanan darah
4.8 Menyajikan data hasil percobaan untuk Kapilaritas jaringan angkut pada manusia, osmosis, dan peristiwa kapilaritas
menyelidiki tekanan zat cair pada tumbuhan Melakukan percobaan untuk menyelidiki tekanan zat padat, cair, dan gas
kedalaman tertentu, gaya apung, dan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya
kapilaritas, misalnya dalam batang Menyajikan hasil percobaan tekanan zat padat, cair, dan gas dalam
tumbuhan bentuk peta konsep dan mendiskusikannya dengan teman.
3.9 Menganalisis sistem pernapasan pada Sistem Pernapasan Mengamati model sistem pernapasan.
manusia dan memahami gangguan pada Organ pernapasan Mengidentifikasi organ pernapasan, mekanisme pernapasan, serta
sistem pernapasan serta upaya menjaga Mekanisme pernapasan gangguan dan upaya menjaga kesehatan pada sistem pernapasan
kesehatan sistem pernapasan Gangguan pada sistem pernapasan Menuliskan laporan dan memaparkan hasil identifikasi organ,
4.9 Menyajikan karya tentang upaya menjaga Upaya menjaga kesehatan sistem mekanisme sistem pernapasan dan penyakit serta upaya menjaga
kesehatan sistem pernapasan pernapasan kesehatan
Membuat poster tentang bahaya merokok bagi kesehatan
3.10 Menganalisis sistem ekskresi pada Sistem Ekskresi Mengamati tayangan/model sistem ekskresi
manusia dan memahami gangguan pada Struktur dan fungsi sistemekskresi Mengidentifikasi struktur dan fungsi, serta gangguan dan upaya menjaga
sistem ekskresi serta upaya menjaga Gangguan pada sistem ekskresi kesehatan pada sistem ekskresi
kesehatan sistem ekskresi Upaya menjaga kesehatan sistem Membuat karya tulis tentang menjaga kesehatan sistem ekskresi dan
4.10 Membuat karya tentang sistem ekskresi ekskresi mendiskusikannya dengan teman
pada manusia dan penerapannya dalam
menjaga kesehatan diri
3.11 Menganalisis konsep getaran, Getaran, Gelombang, dan Bunyi Mengamati fenomena getaran pada bandul ayunan, gelombang pada
gelombang, dan bunyi dalam kehidupan Getaran tali/slinki serta bunyi dari berbagai sumber bunyi
sehari-hari termasuk sistem pendengaran Gelombang Mengamati mekanisme mendengar pada manusia dan sistem sonar pada
manusia dan sistem sonar pada hewan Bunyi hewan
4.11 Menyajikan hasil percobaan tentang Sistem pendengaran pada manusia Melakukan percobaan untuk mengukur periode dan frekuensi getaran
getaran, gelombang, dan bunyi Pemanfaatan gelombang bunyi dalam bandul ayunan
kehidupan sehari-hari Melakukan percobaan untuk mengukur besaran-besaran pada gelombang
Sistem sonar pada hewan Mengidentifikasi bagian-bagian sistem pendengaran untuk mengetahui
mekanisme mendengar pada manusia
Melakukan percobaan frekuensi bunyi dan resonansi untuk menjelaskan
sistem sonar pada hewan
Menyajikan hasil percobaan dan identifikasi dalam bentuk laporan
tertulis dan mendiskusikannya dengan teman
3.12 Menganalisis sifat-sifat cahaya, Cahaya Melakukan pengamatan fenomena serta mendiskusikannya terkait
pembentukan bayangan pada bidang Sifat-sifat cahaya dengan pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
datar dan lengkung serta penerapannya Pembentukan bayangan pada cermin pelangi, jalan aspal nampak berair, sedotan yang terlihat patah di dalam
untuk menjelaskan proses penglihatan dan lensa gelas berisi air
manusia, mata serangga, dan prinsip Penglihatan manusia Mengamati bayangan pada cermin dan lensa.
kerja alat optik Proses pembentukan bayangan pada Mengamati mata manusia dan mata serangga serta mengidentifikasi
4.12 Menyajikan hasil percobaan tentang mata serangga kesamaannya dengan alat-alat optik seperti lup, kamera, dan mikroskop
pembentukan bayangan pada cermin dan Alat optik Melakukan percobaan untuk menyelidiki pembentukan bayangan pada
lensa cermin dan lensa serta mengidentifikasi bagian-bagian mata dan jenis-
jenis alat optik
Memaparkan hasil percobaan pembentukan bayangan pada cermin dan
lensa serta mengidentifikasi bagian-bagian mata dan jenis-jenis alat optik
dalam bentuk laporan tertulis dan mendiskusikannya dengan teman.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta Didik dapat menjelaskan tiga komponen keterampilan proses/metode ilmiah
penyelidikan IPA (pengamatan, inferensi, dan komunikasi) berdasarkan kegiatan-
kegiatan yang telah dilakukan.
Peserta Didik dapat menjelaskan kegunaan mempelajari IPA.
Peserta Didik dapat menyebutkan objek yang dipelajari dalam IPA.
Peserta Didik dapat menjelaskan pengertian pengukuran.
Peserta Didik dapat menyebutkan hal yang dapat diukur (besaran) dan tidak dapat
diukur (bukan besaran).
Peserta Didik dapat membandingkan satuan baku dan tidak baku.
Peserta Didik dapat memahami kegunaan satuan baku dalam pengukuran.
Peserta Didik dapat mengkonversi satuan dalam SI (Sistem Internasional).
Peserta Didik dapat menjelaskan pengertian besaran pokok.
Peserta Didik dapat menyebutkan macam-macam besaran pokok beserta satuannya.
Peserta Didik dapat menjelaskan pengertian besaran turunan.
Peserta Didik dapat menyebutkan macam-macam besaran turunan beserta satuannya.
Peserta Didik dapat menyajikan hasil pengamatan, inferensi,dan mengomunikasikan
hasil melalui kegiatan “Mengamati Temanmu” dan “Kerja dalam IPA”.
Peserta Didik melakukan pengukuran dengan satuan tidak baku.
Peserta Didik melakukan pengukuran besaran-besaran panjang, massa, waktu dengan
alat ukur yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta Didik dapat melakukan pengukuran besaran-besaran turunan sederhana yang
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
F. MATERI PEMBELAJARAN
Pembelajaran dan penilaian topik Objek IPA dan Pengamatannya memerlukan
waktu 15 jam pelajaran atau 6 TM (Tatap Muka) dengan asumsi 6 JP/minggu
diorganisasikan menjadi dua kali TM, yakni masing-masing 3 dan 2 JP. Pengorganisasian 6
TM tersebut adalah sebagai berikut.
TM Ke- Materi JP
1. Penyelidikan IPA 3
- Metode Ilmiah dalam Penyelidikan IPA
- Kegunaan Mempelajari IPA
- Objek yang Dipelajari dalam IPA
2. Pengukuran 2
- Pengertian Pengukuran
- Besaran dan Bukan Besaran
- Satuan Baku dan Satuan Tidak Baku
3. - Pengukuran dengan Satuan Tidak Baku 3
- Kegunaan Satuan Baku dalam Pengukuran
- Konversi Satuan dalam SI
4. Besaran Pokok 2
- Pengertian Besaran Pokok
- Macam-Macam Besaran Pokok Beserta Satuannya
- Pengukuran Besaran Pokok dengan Alat Ukur
5. Besaran Turunan 3
- Pengertian Besaran Turunan
- Macam-Macam Besaran Turunan Beserta Satuannya
- Pengukuran Besaran Turunan
6. Ulangan Harian 1
7. Pengayaan dan Remedial 1
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE-1 (3 JP)
Penyelidikan IPA
a. Materi untuk Guru
Metode Ilmiah dalam Penyelidikan IPA, meliputi pengamatan, menginferensi, dan
mengomunikasikan. Pengamatan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan
pancaindra dan/atau alat ukur yang sesuai. Kegiatan inferensi meliputi merumuskan
penjelasan berdasarkan pengamatan, untuk menemukan pola, hubungan, serta membuat
prediksi. Hasil dan temuan dikomunikasikan kepada teman sejawat, baik lisan maupun
tulisan dalam bentuk tabel, grafik, bagan, dan gambar yang relevan. Kegunaan
mempelajari IPA di antaranya adalah memahami berbagai hal di sekitar kita,
menyelesaikan masalah, berpikir logis dan kritis, serta meningkatkan kualitas hidup.
Adapun objek IPA adalah seluruh benda yang ada di alam dengan segala interaksinya
untuk dipelajari pola keteraturannya.
b. Kegiatan Pembelajaran
No Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
1. Untuk memotivasi peserta didik, dapat ditampilkan berbagai macam
objek IPA, seperti kekayaan alam berupa keaneragaman flora dan fauna
serta berbagai produk IPA, seperti jagung hibrida, rekayasa genetika,
komputer, HP, dan berbagai hasil dari kecanggihan teknologi yang dapat
disajikan melalui video singkat.
2. Perwakilan dari Peserta Didik diminta maju ke depan kelas dan
melakukan pengamatan terhadap ciri-ciri yang tampak seperti tinggi
badan, warna rambut, warna kulit sesuai kegiatan “Mengamati
Temanmu” pada buku siswa kemudian menginterpretasikan dan
mengomunikasikannya.
Di sini guru membimbing Peserta Didik serta mengingatkan Peserta
Didik untuk menghindari tafsiran yang dapat mempengaruhi hasil
pengamatan.
Misalnya adalah sebagai berikut.
Pengamatan : Andi berambut hitam ikal, berkulit putih, hidung
mancung, bibir tipis.
Penafsiran : Andi sombong dan tidak berhati lembut.
Inti
1. Peserta Didik diminta melakukan kegiatan kedua, yaitu “Kerja dalam
IPA”. Kegiatan tersebut dilakukan untuk melatih Peserta Didik dalam
membuat prediksi dan menguji prediksi.
2. Guru menjelaskan langkah-langkah metode ilmiah yang harus
digunakan pada setiap penyelidikan IPA, yaitu pengamatan, membuat
inferensi, dan mengomunikasikan.
3. Bersama Peserta Didik, guru menyebutkan berbagai objek IPA serta
kegunaan mempelajari IPA dalam kehidupan.
4. Guru menjelaskan lebih lanjut tentang berbagai contoh peneliti IPA
yang menggunakan langkah-langkah penyelidikan IPA atau metode
ilmiah, sehingga menemukan suatu ide atau penemuan baru yang
berguna bagi kehidupan manusia.
Penutup
1. Guru melakukan review bersama Peserta Didik berkaitan dengan materi
yang diajarkan. Pada kesempatan ini dapat dilakukan kegiatan tanya
jawab.
2. Guru menugaskan Peserta Didik untuk melakukan kegiatan kelompok
Penyelidikan IPA yang berkaitan dengan masalah di sekitar mereka.
Selanjutnya, guru menugaskan pada Peserta Didik langkah-langkah apa
yang harus diperhatikan dalam penyelidikan IPA.
b. Kegiatan Pembelajaran
No Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
Peserta Didik diminta melakukan kegiatan “Ayo Kita Lakukan”
pada buku siswa, yaitu mengukur benda-benda di sekitarnya dengan
menggunakan satuan tidak baku. Misal, Peserta Didik mengukur
panjang bangku dengan jengkal tangan dan membandingkan hasil
pengukurannya dengan teman lain.
Inti
1. Guru meminta Peserta Didik melakukan pengukuran ulang terhadap
benda tersebut, namun dengan menggunakan satuan baku, misal meter
dengan menggunakan penggaris. Peserta Didik membandingkan hasil
pengukurannya dengan teman lain.
2. Setelah melakukan pengukuran dengan satuan baku dan tidak baku, guru
menyimpulkan betapa pentingnya satuan baku dalam pengukuran, yaitu
hasil pengukuran yang diperoleh sama antara Peserta Didik satu dengan
yang lainnya.
3. Guru menjelaskan pengertian dari mengukur, besaran, dan satuan. Guru
membandingkan contoh benda atau hal lain yang dapat diukur
(besaran) dan hal-hal yang tidak dapat diukur (bukan besaran). Besaran
yang dapat diukur seperti panjang meja, dan jarak loncatan. Besaran
yang tidak dapat diukur yakni kasih sayang orangtua kepada anaknya.
4. Guru meminta Peserta Didik menyebutkan contoh benda yang ada di
sekitar kita disertai dengan hal-hal pada benda tersebut yang dapat
diukur dan tidak dapat diukur.
5. Guru menjelaskan lebih lanjut terkait satuan baku dalam Sistem
Internasional kemudian Peserta Didik mencoba mengonversi satuan
baku dalam SI dari kegiatan “Bandingkanlah” pada besaran dan satuan
mikroorganisme dan benda langit.
Penutup
1. Guru melakukan review bersama Peserta Didik dengan menjawab
beberapa pertanyaan di buku siswa pada “Ayo Kita Amati”.
2. Guru menugaskan Peserta Didik untuk melakukan kegiatan “Ayo Kita
Lakukan” untuk tugas kelompok dan “Penerapan” untuk tugas individu.
b. Kegiatan Pembelajaran
No Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
Untuk memotivasi Peserta Didik, guru mendiskusikan hasil kegiatan
kelompok pertemuan kemarin yaitu “Mengamati Penggunaan Alat
Ukur”. Guru mengajak Peserta Didik untuk menyimpulkan bahwa
alat ukur yang diidentifikasi Peserta Didik sebagian besar mengukur
besaran panjang, massa, dan waktu yang merupakan besaran pokok.
Inti
1. Guru melakukan kegiatan “Ayo Kita Lakukan” untuk menaksir
dan mengukur panjang benda.
Misal, guru meminta semua Peserta Didik menaksir panjang meja guru,
kemudian perwakilan Peserta Didik diminta mengukur dengan
menggunakan mistar. Penggunaan mistar untuk pengukuran panjang
haruslah benar. Setelah itu, guru membandingkan hasil taksiran
Peserta Didik satu dengan lainnya yang mendekati hasil pengukuran.
2. Guru menjelaskan besaran panjang lebih lanjut beserta satuan yang
digunakan dalam SI serta penggunaan alat ukur lain. Seperti jangka
sorong dan mikrometer sekrup. Di sini guru dapat pula memodelkan
penggunaan dan cara pembacaan jangka sorong dan mikrometer
sekrup.
3. Guru menjelaskan besaran massa beserta satuan dasar (kg) serta
penggunaan alat ukur neraca lengan untuk menimbang massa benda
serta neraca pegas untuk menimbang beban. Setelah dimodelkan oleh
guru, Peserta Didik mencoba sesuai kegiatan “Ayo Kita Lakukan”
secara berkelompok.
4. Peserta Didik diminta mendiskusikan “Tantangan” dengan teman
sekelompoknya, kemudian guru mengklarifikasikan.
5. Guru melanjutkan penjelasan tentang besaran waktu, satuan dasar
serta alat ukur stopwatch yang digunakan.
Penutup
Guru melakukan review bersama Peserta Didik dengan menjawab
beberapa pertanyaan di buku siswa pada “Ayo Kita Latihan”
I. PEMBELAJARAN PENGAYAAN
Pada akhir bab Peserta Didik diberi tes. Hasil tes dianalisis untuk mengetahui ketercapaian
KKM, serta mengidentifikasi indikator-indikator mana yang belum dicapai Peserta Didik
atau materi-materi yang belum dikuasai oleh Peserta Didik. Bagi Peserta Didik yang
sudah memenuhi KKM namun masih belum memasuki bab berikutnya, maka diberi program
pengayaan, misalnya melalui program pemberian tugas yang lebih menantang (challenge).
Pengayaan pada materi ini dapat berupa kegiatan eksploratori yang bersifat umum yang
dirancang untuk disajikan kepada Peserta Didik. Sajian yang dimaksud berupa materi-
materi yang “melebihi” materi, yang secara reguler tidak tercakup dalam kurikulum. Atau
dapat berupa keterampilan proses yang diperlukan oleh Peserta Didik agar berhasil dalam
melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati dalam bentuk
pembelajaran mandiri atau pemecahan masalah. Materi ini diberikan kepada Peserta Didik
yang memiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/penelitian
ilmiah.
Dalam materi ini, Peserta Didik dapat diberikan tugas projek yang mengorientasikan kepada
masalah, seperti Tugas Projek (bagian akhir Uji Kompetensi Bab I Buku siswa). Pilihlah
suatu benda di sekitarmu sebagai objek pengamatan. Kemudian, amati benda tersebut dengan
perkiraan indramu. Lakukan pengukuran sebanyak-banyaknya terhadap benda tersebut agar
dapat kamu deskripsikan secara rinci. Buat laporan tertulis tentang deskripsi objek tersebut.
Lakukan analisis, adakah besaran pada benda itu yang belum dapat diamati atau diukur.
Kemukakan ide kamu, bagaimana cara mengamati atau mengukurnya.
Secara berkelompok, Peserta Didik melakukan tugas projek sampai menyajikan hasil
laporannya (tugas ini dapat diselesaikan dalam waktu 3
JP di kelas). Guru membimbing kapan tugas selesai serta bagaimana bentuk umum
laporannya. Guru memberi kesempatan kelompok Peserta Didik untuk menyajikan
(menunjukkan/memamerkan) hasilnya kepada kelompok lain. Kemudian, guru melakukan
refleksi terhadap cara pemecahan masalah yang dilakukan Peserta Didik. Penilaian hasil
belajar kegiatan pengayaan, tentu tidak sama dengan kegiatan pembelajaran biasa, tetapi
cukup dalam bentuk portofolio, dan harus dihargai sebagai nilai tambah (lebih) dari Peserta
Didik yang normal. Adapun pemecahan masalah yang dilakukan dapat melalui tahap-tahap
berikut.
1) Identifikasi bidang permasalahan yang akan dikerjakan.
2) Penentuan fokus masalah/problem yang akan dipecahkan.
3) Penggunaan berbagai sumber.
4) Pengumpulan data menggunakan teknik yang relevan.
5) Analisis data dan,
6) Penyimpulan hasil investigasi.
J. PEMBELAJARAN REMEDIAL
Bagi Peserta Didik yang belum mencapai KKM dapat diberi remedial yaitu mempelajari
kembali materi yang belum dikuasai dengan bimbingan guru. Setelah melakukan langkah-
langkah pra-remedial, di antaranya analisis hasil diagnosis, menemukan penyebab kesulitan
belajar dan topik-topik yang belum dikuasai, guru dapat melakukan program remedial
berdasarkan pada rencana kegiatan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan remedial dilakukan
dengan berbagai cara. Seperti memberikan tambahan penjelasan atau contoh terutama
berkaitan dengan topik-topik yang belum dikuasai serta menggunakan berbagai media dan
strategi. Misal banyak melakukan praktik atau demonstrasi, tutor sebaya, dan diskusi
kelompok. Bimbingan dari guru ke Peserta Didik secara personal juga diperlukan untuk
mendukung semangat belajar. Pelaksanaan remedial bersamaan dengan pengayaan pada
waktu TM kelima dan keenam.
( ___________________ ) ( ___________________ )
NIP/NIK ............................. NIP/NIK .............................