Anda di halaman 1dari 10

MENYATAKAN CINTA KASIH TERHADAP ALLAH LEWAT CINTA

KASIH KEPADA SESAMA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

NAMA : POLIUS FAMATI NEHE


KELAS : MEMBEBASKAN
MK : MORAL DEKALOG

SEKOLAH TINGGI PASTORAL (STP) DIAN MANDALA


GUNUNGSITOLI KEUSKUPAN SIBOLGA
T.A 2021/2022
1. INTRODUKSI
Dekalog artinya sepuluh Firman. Firman ini meringkas hukum taurat yang diberikan oleh
Allah kepada umat Israel dalam konteks perjanjian dan Musa sebagai perantara mereka. Selain
itu, dekalog juga menyajikan cinta kasih kepada Allah dan juga cinta kasih terhadap sesama.
Dalam perkembangan zaman yang semakin hari semakin mengglobal, moral dalam pola
kehidupan manusia mulai merosot. Dan ini merupakan hal yang perlu disoroti secara serius dan
mendalam sebagai faktor yang mempengaruhi peradaban. Kecenderungan manusia untuk
berpusat pada kebutuhan dan kesenangan pribadi mengakibatkan terjadinya berbagai polemik
baik dalam interaksi dengan sesama maupun dengan pribadinya sendiri, membuat sikap empati
terhadap sesama menjadi hilang, kasih dan cinta menjadi musnah karena setiap manusia lebih
mengutamakan kebutuhan dan kesenangan pribadi. Melalui kasus di atas, maka penulis tertarik
untuk mengangkat judul dari tugas yang akan penulis bahas yaitu “MENYATAKAN CINTA
KASIH TERHADAP ALLAH LEWAT CINTA KASIH KEPADA SESAMA”.

2. PENDALAMAN, PENGKAJIAN DAN PENELITIAN


2.1. Tinjauan Sejarah

Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dan menjadi ciptaan yang amat
istimewa dan amat baik dari segala ciptaan atau dari segala makhluk lainnya. Selain itu, Allah
juga menciptakan manusia segambar dan secitra dengan-Nya, dengan diciptakan-Nya manusia
Allah mengkehendaki manusia supaya dapat serupa dengan dia yaitu serupa dalam hal kasih.
Karena Allah sendiri adalah kasih, maka dengan itu, ia menginginkan agar manusia sebagai
makhuk ciptaan-Nya dapat hidup dalam kasih. Di dalam hati manusia “kasih Allah telah
dicurahkan di dalam hati oleh roh kudus yang telah dikaruniakan kepada kita” (bdk. Rm
5:5)Allah juga memberi kuasa dan kebebasan bagi manusia untuk mengatur jalan hidupnya.1
Tetapi dalam kebebasan yang diberikan oleh Allah itu, tidak sedikit dari antara manusia
yang menyalahgunakan kebebasan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan zaman saat
ini, banyak manusia yang tidak lagi mengamalkan cinta kasih itu, banyak yang egois,
memikirkan kepentingan pribadi, mencintai diri sendiri dan menutup mata bagi orang-orang
yang sedang berkesusahan. Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang berakal budi
dan telah memberi kepadanya martabat seorang pribadi, yang bertindak seturut kehendak sendiri
1
Erich Fromm, The Art Of Loving Memaknai Hakikat Cinta, dalam Andri Kristiawan dan Andi Tarigan
(penerj), (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 60.
dan menguasai segala perbuatannya: “Allah bermaksud menyerahkan manusia kepada
keputusannya sendiri, supaya ia dengan sukarela mencari penciptanya dan dengan mengabdi
kepada-Nya secara bebas mencapai kesempurnaan sepenuhnya yang membahagiakan.2

Cinta kasih adalah perasaan yang lahir dari hati sesesorang, timbul dengan sendirinya.
Maka, cinta kasih tidak memandang kapan atau di mana, dan kepada siapa diberikan cinta kasih
itu. Tetapi cinta kasih menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kedamaian antara manusia,
dengan lingkungan dan antara manusia dengan Tuhan. Oleh sebab itu, cinta kasih adalah
perasaan kasih sayang, kemesaraan, dan belas kasih. Cinta kasih tidak mengahrapakan balas,
tetapi cinta kasih itu merupakan perasaan seseorang untuk mencintai dan mengasihi sesama
manusia tanpa memandang perbedaan, baik Suku, agama dan Ras.3
Maka cinta kasih itu dapat diartikan sebagai tindakan seseorang untuk peduli dan
perhatian kepada orang yang dicintai. Maka cinta kasih yang teratanam dalam diri seseorang
harus mampu menolak egois, iri hati, dan keseombongan dalam dirinya, serta mampu
memelihara dan juga menjaga keutuhan ciptaan sebagai wujud dari rasa cinta kasih seseorang
terhadap lingkungan, dan terhadap sesamanya manusia. Cinta kasih merupakan suatu sikap yang
memiliki kerinduan untuk berbagi, saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai
perbedaan.4
2.2. Dasar Kitab Suci

Dekalog dalam Kitab Suci merupakan sepuluh sabda (deka=sepuluh; logos=sabda atau
firman) merupakan kumpulan hukum yang ditemukan dalam Kitab Suci yaitu dari Kitab
Keluaran 20:2-17 dan Kitab Ulangan 5:6-21. Dalam kedua Kitab ini, ada banyak hukum dan
firman. Salah satu hukum yang tertera di dalamnya ialah kesepuluh Firman Tuhan yang berkaitan
dengan ajaran Allah. 5 Di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama ditemukan teks-teks yang berbicara
tentang tema cinta kasih. Dalam kitab ulangan, 6:5;7:6-11: “Engkaulah bangsa yang kudus bagi

2
Konferensi Waligereja Regio Nusa Tenggara, “Katekismus Gereja Katolik (Cathechismus Catholicae
Ecclesia)”, dalam (Ende: Nusa Indah, 1995), no. 435. Selanjutnyadokumen ini disingkat dengan KGK dan diikuti
dengan no.
3
Viqie Vriders, Pengertian Cinta Kasih, http: Viqie-Vriders. Blogstop.com/2012/03/pengertian-Cinta-
Kasih.htlm, diakses pada tanggal 20 Maret 2022. Pukul 10.30 Wib.
4
Yohanes kardinal Villot, Anggaran Dasar dan Konstitusi Umum, [Tanpa penerbit] : (Roma 1978), hlm.
11.
5
Konsili Vatikan II, “Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes”, dalam Dokumen Konsili Vatikan II, (Jakarta:
Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI-Obor, 1993), no. 1047.
Tuhan Allahmu, engkaulah yang dipilih Tuhan Allahmu dari segala bangsa di atas muka bumi
untuk menjadi umat kesayangannya, bukan karena kamu yang terkecil tetapi karena Tuhan
mengasihi kamu”. Dalam teks tersebut dipahami cinta kasih dalam konteks pilihan atau
keterpilihan. Untuk membuka jalan keselamatan kepada segala bangsa, Allah memilih orang-
orang tertentu atau bangsa tertentu sebagai sarana kasih-Nya. Allah memilih bangsa Israel
sebagai bangsa pertama yang menerima penyelamatan dari Allah. Allah mengajari bangsa Israel
agar mereka harusnya punya sikap saling mengasihi seperti yang diFirman kepada kita “kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Im 19-18). Isi cinta terutama terdapat di dalam sikap
yang adil dan tulus kepada sesama, sebagai makhluk yang mencintai. Hal ini nampak dalam
firman Tuhan yang mengatakan: “laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetian
dan kasih sayang kepada masing-masing! Janganlah menindas janda dan anak yatim, orang asing
dan orang miskin dan janganlah merancang kejahatan dalam hatimu terhadap masing-masing”
(Za 7:9-10; bdk Ul 10:18-19; Sir 35:3-5; Mik 6:6-8).6
Dalam Kitab Suci, Yesus Kristus model cinta kasih. Yesus selalu taat pada perintah Bapa
di Surga, salah satu bentuk cinta kasih Yesus kepada Bapa ialah; Yesus datang kedunia dan
beresedia diutus oleh Bapa untuk mewartakan kedatangan Allah sebagai Raja penyelamat dunia.
Dia menegaskan kepada umat manusia bahawa Kerajaan Allah sudah dekat. Supaya umat
manusia yang telah jauh dari Allah mau berbalik lagi kepada Allah (bdk. Mrk 1:15; 13:29; Mat
10:7). Salah satu cinta kasih Yesus di dunia semasih ia berkarya ialah ia mewartakan kerajaan
Allah dan menolong umat manusia. Konsep kasih dalam Kitab Suci Perjanjian Lama mendapat
kebaruan dan kesempurnaannya di dalam Perjanjian Baru. Dalam Injil Matius 1:11, Luk 3:32
ditampakan Yesus sebagai Anak Terkasih. Injil Sinoptik melihat dan memahami kasih dalam
kaitannya dengan kemurahan kasih Allah yang nyata dalam diri Yesus Kristus. Yesus
menjelaskan Kasih Allah itu bukan hanya dengan kata-kata tetapi terutama melalui hidup dan
perbuatan-Nya. Injil Yohanes merupakan Injil yang secara eksplisit berbicara banyak tentang
kasih, seperti nampak dalam teks Yoh. 21:15, melihat cinta kasih sebagai inti pertanyaan Yesus
kepada Simon Petrus. “Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari mereka
ini? jawab Petrus kepadanya; benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau”
(Yoh.21:15). Cinta kasih terhadap sesama merupakan perintah yang datang dari Tuhan dan

6
Karl-Heinz Peschke, Etika Kristiani Jilid III Kewajiban Moral Dalam Hidup Pribadi, dalam Konrad
Kebung (penerj) (Maumere: Ledalero,2003), hlm. 4.
bersama-sama dengan perintah mengasihi Allah (Mrk 12:28-31) merupakan perintah paling
utama. Menurut Yohanes perintah cinta persaudaraan adalah warisan agung Kristus.7
Rasul Paulus pada suratnya kepada umat di Korintus mengatakan bahwa “sekalipun aku
dapat berkata-kata dengan semua bahasa Malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku
sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang bergemerincing (bdk. 1 Kor 13:1).
Yohanes dalam Kitabnya mengajarkan supaya semua orang saling mengasihi, sebab kasih itu
berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah. Barang siapa tidak
mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih, Allah telah mengasihi kita, maka
kita haruslah juga saling mengasihi (bdk. 1 Yoh 4:7-8.11). Cinta kasih terhadap sesama tidak saja
ditakar dengan kasih Allah, tetapi kenyataan ontologisnya berakar di dalam Allah. Agape Allah
dan Kristus adalah ruang hidup, di mana kaum beriman hidup dan berakar dan meletakkan
landasannya (Ef 3:17-19; bdk Rm.8:35-39), dan karena itu di dalamnya kaum beriman berubah.
Cinta kasih berasal dari Allah dan Allah adalah Allah yang berbelas kasih.8
Sejajar dengan karya belas kasih rohani, Yesus memberikan tekanan yang sama pada
bantuan konret dalam kemalangan jasmani, seperti tampak dalam lukisan situasi pengadilan
dunia (Mat 25:31-46; Luk 10:30-37; 16:19-31). Manakala kita megalami perbuatan baik Allah,
kitapun harus melakukan hal yang sama kepada mereka yang meminta dari kita atau yang berada
dalam kesusahan. Ciri mencolok lain dari cinta Kristiani adalah pelayanan tanpa pamrih kepada
para sesama saudara, kepada semua manusia. Yesus sendiri telah memberikan teladan untuk itu
hingga akhirnya memberikan seluruh hidup-Nya bagi banyak orang (Mrk 10:45) “Aku ada
ditengah-tengah kamu sebagai pelayan” (Luk 22:27). Menurut teladan agung Yesus, para murid
diharapkan untuk saling melayani dalam cinta, apabila perlu dengan mengorbankan hidupnya.
Pelayanan cinta yang utama adalah pewartaan kabar baik kepada pihak luar, agar mereka juga
dapat diselamatkan. Dalam kehidupan kita, cinta dan kasih merupakan dua hal yang kita
butuhkan dan juga berikan. Dengan cinta dan kasih, kehidupan kita dapat menjadi harmonis dan
juga berjalan dengan damai dan penuh cinta.9

2.3. Dasar Moral Dari Dokumen Ajaran Gereja

7
Ibid., hlm. 5
8
Henry J. M. Nouwen, Sehati Seperasaan Sebuah Permenungan tentang Hidup Kristen, (Yogyakarta:
Kanisius, 1987), hlm. 25.
9
Ibid., hlm. 61.
Setiap manusia diberikan kebebasan, hak dan kewajiban oleh Allah. Kebebasan atau hak
adalah kemampuan yang berakar dalam akal budi dan kehendak, untuk bertindak atau tidak
bertindak, untuk melakukan ini atau itu, supaya dari dirinya sendiri melakukan perbuatan dengan
sadar. Dengan kehendak bebas, tiap orang dapat menentukan diri sendiri. dengan kebebasannya,
manusia harus tumbuh dan menjadi matang dalam kebenaran dan kebaikan. Kebebasan itu baru
mencapai kesempurnaan nya apabila diarahkan kepada Allah, kebahagiaan kita. Konsep tentang
cinta kasih dapat ditemukan dalam Konsili Vatikan II, khususnya dalam dokumen Ad Gentes dan
Gaudium Et Spes. Dalam Ad Gentes artikel 12 dikatakan bahwa: Sesungguhnya cinta kasih
Kristiani ditujukan kepada semua orang tanpa membeda-bedakan suku, bangsa, keadaan sosial
atau agama; cinta kasih tidak mengharapkan keuntungan atau terima kasih. Sebab seperti allah
telah mengasihi kita dengan cinta yang suka rela, begitu pula hendaknya kaum beriman dengan
kasih mereka memperhatikan sepenuhnya manusia sendiri, dalam gerak yang sama seperti Allah
mencari manusia10.
Bertolak dari hal ini, dalam kasih kepada sesama, kasih kepada Allah telah menjadi nyata.
Kasih kepada sesama merupakan pengejawantahan kasih kepada Tuhan. Dengan demikian iman
kristen tidak hanya ditandai oleh perikemanusiaan, tetapi juga seluruhnya diakarkan dalam
kehidupan yang nyata. Manusia baru menjadi diri sendiri dengan sepenuhnya kalau dihadapakan
dengan pribadi yang lain. Cinta kasih dan kebaikan hati itu janganlah sekali-kali menjadikan kita
acuh tak acuh terhadap kebenaran dan kebaikan. Bahkan cinta kasih sendiri mendesak para
murid Kristus untuk menyiarkan kebenaran yang membawa keselamatan kepada semua orang.
Ajaran Kristus meminta supaya kita mengampuni perlakuan-perlakuan yang tidak adil dan
memperluas perintah cinta kasih kepada semua musuh.11

Dalam Ensiklik Pacem In Terris, Paus Yohanes XXIII mengelar segala sesuatu yang
termasuk prinsip yang harus mendasari hidup manusia itu sendiri, yang mendasari tata hubungan
atara manusia. Prinsip-prinsip ini hendaknya ada pada setiap masyarakat manusia, jika hendak
disebut sebagai masyarakat yang beradab dan produktif. Dalam pinsip tersebut, dinyatakan
bahwa setiap individu manusia itu adalah pribadi yang secara kodrati memiliki intelegensi dan
kehendak bebas. Selain itu Paus Yohanes XXIII menyinggung juga masalah perwujudan
kesejahteraan bersama. Dalam rangka itu mereka harus menyesuaikan kepentingan mereka

10
GS, no. 26.
11
Ibid., no. 28.
masing-masing dengan kebutuhan pihak lain. Demikian pun mereka juga harus
mengkontribusikan barang dan jasanya selaras dengan arahan otoritas publik atas dasar norma-
norma keadilan dan dengan memperhatikan dasar-dasar kewenangan mereka. Maka otoritas
publik berkewajiban untuk memajukan kesejahteraan bersama. Tugas asasi otoritas publik adalah
kepedulian terhadap kesejahteraan bersama yang pada gilirannya memberikan hak pada otoritas
publik tersebut yakni hak-haknya yang asasi pula. Dengan demikian, Gereja selalu mengajarkan
kewajiban bertindak demi kesejahteraan bersama dan dengan demikian mendidik warga negara
yang baik bagi tiap negaranya.12

Paus Benediktus XVI menegaskan bahwa Kasih dan kebenaran adalah dua keutamaan
yang saling terkait erat dan saling mengisi. Cinta tanpa kebenaran akan menjadi sentimental,
sedangkan kebenaran tanpa cinta akan menjadi dingin dan penuh perhitungan manusia. Tanpa
kasih dan kebenaran relasi-relasi manusiawi menjadi hampa. Selanjutnya, Paus Benediktus XVI
menggarisbawahi “Karena dipenuhi dengan kebenaran maka kasih dapat dimengerti dalam nilai-
nilainya yang berlimpah, kasih dapat dibagikan dan dikomunikasikan…. Tanpa kebenaran, kasih
dibatasi pada bidang sempit yang hampa relasi-relasi, kasih dikesampingkan dari rencana-
rencana dan proses-proses untuk mempromosikan perkembangan manusiawi berskala universal,
dalam dialog antara pengetahuan dan praksis”.13 “Kasih merupakan hakekat ajaran sosial Gereja.
Setiap tanggung jawab dan setiap komitmen yang diutarakan oleh ajaran ini berasal dari kasih
yang sesuai ajaran Yesus, merupakan sintese seluruh Hukum (lih. Mat 22:36-40). Kasih memberi
substansi riil pada relasi pribadi dengan Allah dan dengan sesama; kasih merupakan prinsip tidak
hanya dari relasi-relasi mikro (dengan para sahabat, dengan anggota keluarga atau dalam
kelompok-kelompok kecil) tetapi juga dari relasi-relasi makro (sosial, ekonomi dan politik)”.
Caritas in veritate merupakan prinsip di sekitar mana Ajaran Sosial Gereja berpaling, suatu
prinsip yang mengatur tindakan moral dan disertai dua hal yang punya relevansi khusus bagi
komitmen pada perkembangan di dalam dunia yang semakin terglobalisasi ialah keadilan dan
kepentingan umum”.14
12
Paus Yohanes XXIII, Ensiklik Pacem In terris Damai Di Bumi, dalam R. Hardawiryana (penerj)
(jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 1999), no. 44. Selanjutnyadokumen ini disingkat dengan
PT dan diikuti dengan no.
13
Paus Benediktus XVI, Ensiklik Caritas In Veritate Kasih Dalam Kebenaran, dalam R. Hardawiryana
(penerj) (Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 1999), no. 4. Selanjutnya dokumen ini disingkat
dengan CV dan diikuti dengan no.

14
CV, no. 4.
2.4. Dasar Pastoral
Cinta sejati tidak hanya berhenti pada Allah semata tanpa ada buahnya dalam relasi
dengan sesama. Yesus Kristus sebagai teladan cinta yang sejati sendiri tampil ke dalam sejarah
manusia dengan membawa hukum baru yang menyempurnakan hukum lama yaitu hukum cinta
kasih. “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama
seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh. 13:34).
Cinta kepada Allah menjadi dasar cinta kepada sesama, seperti yang dikatakan dalam kitab suci:
barang siapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya (1 Yoh. 4:21). Sehingga
agape mencintai orang lain hingga dia merasa dicintai. Cinta yang paling fundamental, yang
mendasari semua jenis cinta adalah cinta sesama.15
Sebagai wujud dari cinta kasih umat Kristiani kepada Allah ialah, manusia mempunyai
kerinduan akan Allah. Karena Allah menciptakan manusia menurut citra-Nya. Maka wujud dari
kecintaan umat Kristiani itu harus diwujudkan kepada sesama manusia, yaitu dengan mencintai
sesama, mengasihi dan menolong, baik kerabat, teman, orang miskin, orang sakit dan bahkan
musuh sekalipun.16 Sebagai ukuran dari kriteria cinta, cinta pada orang yang tidak berdaya, cinta
pada orang miskin dan orang asing adalah awal dari cinta sesama. Perjanjian Baru berkali-kali
menunjuk pada cinta diri: “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mrk 12:31).17

Perintah Allah untuk mengasihi dan mencintai sesama, jelas mendorong kita agar kita
memiliki sikap peduli terhadap sesama, karena ketika kita berkata kita mencintai Allah tetapi
membenci sesama, sama halnya kita tidak mencintai Allah, karena setiap manusia adalah ciptaan
yang segambar dan secitra dengan Allah. Kasih yang ditujukan kepada sesama berakar dalam
kasih akan Allah. Mengasihi memang tugas setiap orang beriman, dengan memberi, melayani,
dan rela melakukan apa saja kepada orang lain. Tanpa kasih segala sesuatu hampa atau tidak
berguna dan bahkan ungkapan mencintai Allah juga menjadi tidak berarti, sebab cinta kasih
merupakan hal yang paling mendasar dan yang paling sempurna, dan harus dihidupi melalui
tindakan setiap manusia.18
15
A. Soenarja SJ, Remaja Mengayun Langkah Inspirasi Hidup Bagi Remaja, (Yogyakarta: Kanisius, 1989),
hlm. 121.
16
Konferensi Waligereja Indonesia, Kompendium Katekismus Gereja Katolik (Jakarta: Kanisius, 2007),
hlm. 15. Selanjutnyadokumen ini disingkat dengan KKGK dan diikuti dengan no.
17
Erich Fromm, The Art Of Loving Memaknai Hakikat Cinta, dalam Andri Kristiawan dan Andi Tarigan
(penerj) (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 61.
18
Wilan Chang, Menggali Butir-Butir Keutamaan, (Yogyakarta : Kanisius, 2002), hlm. 93.
3. Strategi Pastoral

Setiap manusia memiliki latar belakang dan karakteristik yang berbeda dan beragam,
dalam keberagaman ini setiap umat Allah memiliki tanggung jawab untuk saling melengkapi dan
menyatukan perbedaan yang ada. Startegi pastoral merupakan sebuah program pelayanan, yang
dimana dalam sebuah pelayanan harus ada satu cara agar pelayanan itu bisa terealisasikan dan
tujuan dari sebuah pelayanan itu dapat terwujud dan dapat membuahkan hasil. Seorang petugas
pastoral memikul tanggung jawab untuk melayani atau menggembalakan serta membina umat.
Seorang pelayan pastoral harus memiliki mata yang tajam dan strategi yang tepat untuk melayani
umat yang sangat beragam. Kecakapan seorang pelayan pastoral diperlukan dalam pelayanan
penggembalaan. Untuk itu strategi pastoral yang ditawarkan sesuai dengan situasi saat ini adalah
yang pertama, Kunjungan rumah tangga membangun kelompok-kelompok doa agar umat Allah
semakin bersatu dan bersama-sama dan dapat hidup secara baik. Dengan adanya kelompok-
kelompok doa, maka hubungan interaksi di antara sesama umat menjadi banyak dan setiap tiap-
tiap dari anggota kelompok tersebut bisa saling berbagi dan saling memberi masukkan terhadap
sesama kelompoknya. Selain itu, maka hukum cinta kasih akan menjadi tumbuh dan
terealisasikan baik dalam lingkup kelompok maupun di luar kelompok, di mana dalam proses
pelaksanaan kegiatan kelompok-kelompok doa tersebut pasti umat banyak menerima dan
mendengar berbagai ajaran dan Firman Allah, khususnya ajaran untuk saling mencintai dan
mengasihi.

4. Refleksi
Zaman semakin hari semakin maju, manusia sebagai manusia tidak pernah akan bisa
hidup sendiri-sendiri, manusia tidak akan bisa melakukan apapun tanpa bantuan orang lain.
Tetapi kita membutuhkan orang lain untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Manusia harus bisa
hidup dengan sesamanya, dan lingkungan sekitarnya, maka manusia itu selalu memerlukan
uluran tangan dari orang lain. Maka dari itu diperlukan terjalinnya hubungan antar sesama.
Namun, sebelum menjalin hubungan antar sesama manusia, terlebih dahulu harus menjalin
hubungan dengan Tuhan. Sebab Tuhan adalah satu-satunya atau pemegang semua yang ada
dalam hidup kita. Tanpa Tuhan kita tidak akan menjalin hubungan dengan sesama kita.
Menjalin hubungan dengan Allah adalah kebutuhan yang paling utama dalam hidup di
dunia, karena bagaimanapun manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang harus selalu
mengingat akan Sang Pencipta. Menjalin hubungan yang baik dapat dilakukan dengan cara
menaati segala aturan-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Kita juga dapat menjalin
hubungan dengan Allah melalui ibadah, melalui doa-doa yang kita panjatkan dan juga selalu
mengingat Allah dimanapun dan kapanpun. Karena sesungguhnya jika kita berdoa itu sama saja
dengan kita menjalin komunikasi dengan Yang Maha Kuasa dan juga ketika kita mengingat
Allah maka kita akan senantiasa mendapatkan kedamaian hati dalam menjalani setiap langkah
kehidupan.
Oleh karena ini maka untuk membangun hubungan kepada Allah, setiap manusia
dituntun untuk mengikuti setiap ajaran dan perintah Allah, yang salah satu di antaranya ialah
perintah untuk saling mengasihi dan menghidupkan nilai-nilai cinta kasih di antara hubungan
kita terhadap sesama. Karena ketika kita saling mengasihi maka kita telah mengasihi Allah Sang
pencipta kita. marilah kita membangun suatu hubungan yang baik dengan Allah melalui hidup
doa, perilaku dan segala tindakan kita di dunia ini, baik dari tindakan menolong sesama,
membantu, mengasihani dan juga mencintai.

5. Penutup
Dekalog artinya sepuluh Firman. Firman ini meringkas hukum taurat yang diberikan oleh
Allah. Moral dekalog juga merupakan dasar beretika yang tetap relevan dari waktu ke waktu.
Pemahaman moral dekalog dalam kaca mata yang benar harus didasarkan pada tujuan
pemberiannya, yaitu sebagai ikatan perjanjian dan persekutuan antara manusia dengan Allah dan
sesamanya. Artinya, pada saat manusia melaksanakan perintah Allah, misalnya menolong
sesama, membantu, mengasihani, mencintai dan turut ikut merasakan kesedihan sesamanya,
maka manusia sedang memelihara ikatan perjanjian dan persekutuan dan juga telah setia
melaksanakan ajaran dan perintah yang menciptakan alam semesta ini dan juga sedang
menjalankan relasi yang seharusnya dengan sesamanya.

Anda mungkin juga menyukai