Anda di halaman 1dari 9

REKOLEKSI BULAN

SEPTEMBER
“Semangat Suka Bekerja Yang
Sehat”
(bdk. Konst. Ps. 75)
REKOLEKSI BULAN SEPTEMBER
“Semangat Suka Bekerja Yang Sehat”
(bdk. Konst. Ps. 75)

A. Pengantar
Konstitusi pasal 75:
Hidup kerasulan aktif kita memperkirakan
adanya semangat suka bekerja yang sehat, dan
semangat ini meminta: bahwa kita menilai
pekerjaan kita sebagai anugerah dan menerimanya
sebagai tugas; bahwa kita menjadi pekerja itu
sebagai upaya pengembangan pribadi sendiri dan
orang-orang lain, suatu bakti kepada pembangunan
persekutuan, suatu pengabdian kepada karya
ciptaan Tuhan. Ia mengharapkan juga bahwa kita
memelihara kesehatan jasmani dan rohani, secara
berimbang. Semangat suka bekerja kita, bersama
semangat doa kita harus membentuk suatu kesatuan
yang harmonis di dalam mana kita mencari Tuhan
dalam segala tingkah laku kita.

Tema rekoleksi bulan ini adalah merenungkan


salah satu keutamaan dan semangat kongregasi,
yakni semangat suka bekerja yang sehat. Keutamaan
ini melekat karena panggilan kerasulan aktif kita
sebagai religious frater. Oleh karenanya, semangat
ini menjadi semangat dasar kerasulan kita dalam
perwujudan misi menyebarkan kerajaan-Nya di
dunia.
B. Pengalaman
Dari pengalaman, kita tentu dapat mengalami
secara konkret bagaimana orang melakukan
pekerjaannya. Ada yang sibuk tapi tidak jelas apa
sebenarnya yang dikerjakan. Ada pula yang bekerja
dengan membanding-bandingkan dengan pekerjaan
orang lain. Adapula orang yang bekerja justru kalua
ada yang mengawasi atau menilai. Jika tidak ada
pengawasan maka bekerjanya asal-asalan saja.
Dalam hal sederhana, adapula yang sulit sekali
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kotor. Bagi orang-
orang tertentu bias saja terjadi mengerjakan
pekerjaan yang mendatangkan uang baru semangat.
Segala sesuatu diukur dengan uang yang ia peroleh.
Bila tidak ada maka yang bersangkutan pun tidak
akan bekerja atau malas. Ada sebagian besar orang
juga bekerja dengan cara yang berbeda. Apapun
dikerjakan dengan penuh pengabdian. Ekspresinya
penuh semangat dan sudah pasti hasilnya pun dapat
dirasakan banyak orang. Singkatnya aneka macam
cara orang dalam melakukan dan menghayati
pekerjaannya.
Dua pengalaman menunjukan bahwa bila
pekerjaan itu dilakukan saja tanpa mendapatkan
makna, maka dampaknya kerap dibumbui dengan
semangat yang tidak sepenuh hati, asal jalan,
menyimpan motif, meminta syarat dan berpusat pada
ego. Hal ini dapat dikatakan bahwa kerja tidak
dilakukan dengan semangat atau spiritualitas. Aspek
spiritualitasnya tidak ada. Sebaliknya, orang yang
melakukan kerjanya dengan semangat,
menyenanginya, antusias, sepenuh hati, totalitas
dalam bekerja, berorientasi pada perkembangan
komunitas, akan semakin didewasakan melalui
pekerjaan dan berbuah. Hal ini dapat dikatakan
sebagai kerja yang dimaknai atau berspiritualitas.
Tema “semangat suka bekerja yang sehat” tentu
dimaksudkan untuk kita dapat merenungkan
pergulatan kita dalam melaksanakan pekerjaan kita
selama ini. Dalam semangat ini tentu kita
memandang pekerjaan sebagai aktifitas yang luhur.

C. Bekerja adalah aktivitas bermakna


Pribadi yang efektif adalah mereka yang
bertindak atau melakukan tindakan penuh makna,
dan tidak asal mengerjakan. Bila seseorang mengerti
betul apa yang bermakna, apa yang bernilai dalam
hidupnya, tentu ia akan memilih bahkan
mengerjakannya sampai mendapatkannya. Tentu
perjuangan dan pengorbanan dituntut demi sesuatu
yang bernilai. Tentang ini dapat dilihat
perumpamaan dengan analogi nilai uang. Uang
kertas senilai 5.000 meskipun dalam keadaan masih
bagus, atau kusut karena diremas-remas, kotor
karena dipegang daru tangan ke tangan, diinjak-injak
atau bahkan dibuang akan tetap memiliki nilai yang
sama yakni 5.000. Nilainya tidak berubah dan tetap
dikejar banyak orang.
Kerja memiliki 4 dimensi yang utuh bagaikan
kursi dengan empat kaki, yang semuanya harus ada
untuk menopang. Pertama dimensi ekonomi, ini
berarti orang bekerja demi pemenuhan keadaan
ekonominya. Kedua dimensi antropologis, kerja
yang dilakukan tidak semata-mata demi ekonomi
namun juga demi memanusiakan dirinya. Ketiga
dimensi social, kerja merupakan wujud aktualisasi
diri dan relasi dengan orang lain. Memberi manfaat
bagi orang lain menjadi utama dan penting.
Keempat dimensi religious/spiritual, kerja sebagai
salah satu bentuk syukur pada Allah atas karunia
cipta, karya serta karsa-Nya dalam hidup. Kerja
merupakan ibadah.

D. Pokok-pokok refleksi “semangat bekerja yang sehat”


a) Kerja adalah upaya partisipasi pada karya
keselamatan
Allah adalah pencipta (creator) dan kita diundang
untuk berpartisipasi dalam ciptaanNya sebagai
co-cretor. Allah bekerja sampai hari ini, demikian
pula putraNya. Allah bekerja dalam segala hal
yang mendatangkan kebaikan. Demikian pula
Yesus, memilih dan memanggil murid dari orang
pekerja bukan pengangguran atau pemalas.

b) Kerja adalah ungkapan syukur atas karunia Allah


dalam hidup
 Hidup kita adalah anugerah, terkandung
tugas untuk mengembangkannya.
 Bapa dapat melakukan jauh melampaui
dari apa yang kita pikirkan dan
rencanakan

c) Kerja adalah proses menemukan kehendak-Nya


dalam hidup
“mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah,
maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena
setiap orang yang meminta, menerima dan setiap
orang yang mencari, mendapat dan setiap orang
yang mengetok, baginya pintu akan dibukakan.
(Mat 7:7-8)

d) Kerja pertama-tama dan utama, demi terwujudnya


kerajaan Allah
 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang
akan dapat binasa, melainkan untuk
makanan yang bertahan sampai kepada
hidup yang kekal, yang akan diberikan
Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah
yang disahkan oleh Bapa, Allah dengan
meteraiNya. (Yoh 6:27).
 Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu. (Mat 6:33)
 Sebab kerajaan Allah bukanlah soal
makanan dan minuman, tetapi soal
kebenaran, damai sejahtera dan sukacita
oleh Roh Kudus. (Rm 14:17).
e) Kerja adalah perwujudan misi pengudusan
melalui persaudaraan demi pelayanan
Nilai kerja ini dapat kita temukan pada peristiwa
Yesus menyelenggarakan perjamuan Bersama
para muridNya dan Yesus membasuh kaki para
muridNya. Kedua peristiwa ini merupakan
gambaran jalan pengudusan dalam hidup. Imamat
jabatan, melalui pengudusan dalam meja
perjamuan dan imamat umum, melalui pelayanan.
Kedua hal ini merupakan kekhasan hakikat
panggilan religious frater.

f) Kerja adalah pelayananku


"Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan
perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya
itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap
syukur oleh Dia kepada Allah Bapa kita. Apa pun
juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan
segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan
untuk manusia" (Kolose 3:17, 23). Sesungguhnya
Tuhan tidak memisah-misahkan jenis pekerjaan
seolah-olah ada yang lebih mulia dari yang
lainnya. Kita dipanggil untuk melakukan
segalanya dalam nama dan untuk Tuhan Yesus.
Inilah definisi pelayanan yang seluas-luasnya.
Jadi, siapa pun yang melakukan tugasnya seperti
untuk Tuhan, sesungguhnya ia telah melayani
Tuhan, sebab ia melakukannya bagi Tuhan. Kerja
adalah “pemberian diriku”.

g) Kerja adalah perwujudan dari rasa tanggung


jawab terhadap persekutuan atau komunitas

E. Pertanyaan refleksi pribadi


1. Sejauhmana aku menghayati pekerjaanku?
Sudakah selama ini aku memandang dan
melaksanakan kerjaku sebagai yang bermakna
atau justru sebaliknya?
2. Hal-hal apa saja yang patut disyukuri selama ini?
Atau adakah yang harus mendapatkan perhatian
untuk perbaikan diri? Mengapa?
3. Langkah apa yang harus aku usahakan agar aku
dapat bekerja lebih baik dan lebih bermakna?

Jadwal rekoleksi komunitas


30 September 2021

Waktu Kegiatan
18.00 Pembukaan rekoleksi
18.05 Ibadat sore Bersama
18.30 Renungan rekoleksi
19.00 Makan malam
19.45 Adorasi
20.30 Refleksi pribadi
05.30 Ekaristi penutupan rekoleksi

Anda mungkin juga menyukai