Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga produk jadi yang di transfer ke gudang
dan harga pokok persediaan produk dalam proses sebagai dihitung sebagai berikut.
Perhitungan Harga Pokok Produk Jadi dan Persediaan Produk dalam Proses
Harga pokok produk jadi :2.000 x Rp. 17.500 Rp 35.000.000
Harga pokok persediaan dalam proses
BBB : 100% x 500 x 2.000 = Rp.1.000.000
BBP : 100% x 500 x 3.000 = 1.500.000
BTK : 50% x 500 x 5.000 = 1.250.000
BOP : 30% x 500 x 7.500 = 1.125.000
4.875.000
Jumlah biaya produksi bulan Januari 20X1 Rp 39.875.000
Catatan :
BBB : Biaya Bahan Baku
BBP : Biaya Bahan Penolong
BTK : Biaya Tenaga Kerja
BOP : Biaya Overhead Pabrik
6) Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah pada akhir bulan Januari 20X1
Persediaan Produk Dalam Proses Rp4.875.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Rp1.000.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Penolong 1.500.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja 1.250.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik 1.125.000
Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen poduksi, perhitungan biaya
produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen produksi pertama sama dengan
yang telah dibahas dalam contoh 1 diatas.
Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen
setelah departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena
departemen yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama telah merupakan
produk jadi dari departemen sebelumnya, yang membawa biaya produksi dari departemen
sebelumnya tersebut, maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama terdiri dari:
1) Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
2) Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama
Contoh 2
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi: departemen A dan depatemen B
untuk menghasilkan produknya. Data produk dan biaya kedua departemen tersebut dalam
bulan Januari 20X1
1) Biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh departemen A dalam bulan Januari 20X1
tersebut dapat menghasilkan 30. 000 kg produk selesai dan 5. 000 kg persediaan
produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya bahan baku sebesar 100%.
Hal ini berarti bahwa biaya bahan baku sebesar Rp70. 000 tersebut telah digunakan
untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak 30. 000 kg dan 5. 000 kg (5. 000 kg x
100%) persediaan dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan
baku adalah 35. 000 kg, yang dihitung sebagai berikut: 30. 000 + (100% x 5. 000)=
35. 000 kg.
2) Biaya konversi, yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik,
yang dikeluarkan oleh departemen A dalam bulan Januari 20X1 sebesar Rp155. 000
tersebut dapat menghasilkan 30. 000 kg produk selesai dan 5. 000 kg persediaan
dalam proses dengan tingkat penyelesain biaya konversinya sebesar 20%. Hal ini
berarti biaya konversinya tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk
selesai sebanyak 30. 000 kg dan 1. 000 kg (5. 000 x 20%) persediaan produk dalam
proses. Dengan demikian unit ekuivalensi biaya konversi adalah 31. 000 kg, yang
dihitung sebagai berikut: 30. 000 + (20% x 5. 000)= 31. 000 kg.
Perhitungan biaya produki per kilogram produk yang diproduksi oleh departemen A dalam
bulan Januari 20X1 dilakukan dengan membagi tiap unsure biaya produksi (biaya bahan
baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik) yang
dikeluarkan oleg departemen A
Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk selesai yang
ditransfer oleh departemen A ke departemen B dan harga pokok persediaan produk dalam
proses di departemen A pada akhir bulan Januari 20X1 dapat dihitung sebagai berikut:
Catatan:
BBB = Biaya Bahan Baku, BOP = Biaya Overhead Pabrik, BTK = Biaya Tenaga Kerja
Laporan Biaya Produk A Bulan Januari 20X1
PT Eliona Sari
Loparan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Poduksi
Dimasukkan dalam proses 35. 000 kg
Biaya yang Dibebankan Departemen A Dalam Bulan Januari 20X1 Total Per Kg
Biaya bahan baku Rp 70. 000 Rp 2
Biaya tenaga kerja 155. 000 5
Biaya overhead pabrik 248. 000 8
Jumlah Rp473. 000 Rp15
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B
30. 000 kg @ Rp15 Rp450. 000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Biaya bahan baku Rp10. 000
Biaya tenaga kerja 5. 000
Biaya overhead pabrik 8. 000
23.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan Departemen A bulan Januari Rp473.000
4) Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen oleh
A ke departemen B:
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. B Rp450.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. A Rp 60.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. A 150.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. A 240.000
Ket :
30. 000 kg x Rp2
30. 000 kg x Rp5
30. 000 kg x Rp8
5) Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah dalam Dep. A pada akhir bulan Januari 20X1
Persediaan Produk Dalam Proses-Dep. A Rp23.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. A Rp10.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. A 5.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. A 8.000
Untuk menghitung harga pokok produk jadi departemen B yang ditransfer gudang
dan harga pokok persediaan produk dalam proses di departemen B pada akhir bulan Januari
20X1, perlu dilakukan penghitungan biaya per satuan yang ditambahkan oleh departemen B
dalam bulan yang bersangkutan. Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas
produk selesai yang ditransfer oleh departemen B ke gudang dan akan diperoleh informasi
biya yang ditambahkan atas harga pokok produk yang dibawa dari departemen A. Untuk
menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses departemen B pada akhir periode,
harga pokok produk yang berasal dari departemen A harus ditambahkan dengan biaya
produksi persatuan yang ditambahkan departemen B dkalikan dengan kuantitas persediaan
produk dalam proses tersebut, dengan menghitung tingkat penyelesaiannya.
Untuk menghitung biaya produksi per satuan yang ditambahkan oleh departemen B,
perlu dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi yang ditambahkan oleh departemen
B dalam januari 20X1, dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Biaya konversi, yang terdiri dari biaya tenaga krjja dan biaya overhead pabrik, yang
ditambahkan oleh departemen B dlam bulan Januari 20X1 untuk memproses 30. 000 kg
produk yang terima dari departemen sebesar Rp155. 000 tersebut dapat menghasilkan 24.
000 kg produk jadi dan 6. 000 kg persediaan produk dalam proses yang tingkat penyelesaian
biaya konversinya sebesar 50%. Hal ini berarti bahwa biaya konversi tersebut telah
digunakan untuk menyelesaiakan produk selesai sebanyak 24. 000 kg dan 3. 000 kg(6. 000 x
50%) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalensi biaya konversi
adalah 27. 000 kg, yang dihitung sebagai berikut: 24. 000 + (50% x 6. 000)= 27. 000 kg.
Perhitungan biaya produksi per kilogram yang ditambahkan oleh deparemen B dalam bulan
Januari 20X1 dilakukan dengan membagi tiap unsure biaya produksi (biaya tenaga kerja dan
biaya overhead pabrik) yang dikeluarkan oleh departemen B
Perhitungan Biaya Produksi Per Satuan yang Ditambahkan Dalam Departemen B
Setelah biaya produksi per kilogram yang ditambahkan oleh departemen B dihitung, harga
pokok produk selesai yang ditransfer oleh departemen B pada akhir bulan Januari 20X1
dapat dihitung sebagai berikut
Data Poduksi
Total Per Kg
Harga pokok dari Dep. A (30.000 kg) Rp450 000 Rp15
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
24. 000 kg @ Rp40 Rp960.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Harga pokok dari Dep. A Rp15 x 6. 000 Rp90.000
Biaya tenaga kerja 30.000
Biaya overhead pabrik 45. 000
165.000
Jumlah biaya produksi kumulatif yang dibebankan Dep. B bulan Januari 20X1 Rp1.125.000
Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen B
Berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporan biaya produksi departemen B
tersebut, biaya produksi yang terjadi dalam departemen B dalam bulan Januari 20X1 dicatat
dengan jurnal berikut:
4) Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Dep. B ke
gudang:
Persediaan Produk Jadi Rp960.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. B Rp360.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. B 240.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. B 360.000
KET:
24. 000 kg x Rp15
24. 000 kg x Rp10
24. 000 kg x Rp15
5) Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah dalam Dep. B pada akhir bulan Januari 20X1:
Persediaan Produk Dalam Proses-Dep. B Rp165.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bhn. Baku Dep. A Rp90. 000
Barang Dalam Proses-Biaya Tng. Kerja Dep. A 30.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Dep. A 45.000
3) Pengaruh Terjadi Produk Yang Hilang Dalam Proses Terhadap Perhitungan Harga
Pokok Produk Per Satuan
Ditinjau dari saat terjadinya dapat hilang awal dari proses, sepanjang proses, atau
pada akhir proses. Untuk kepentigan perhitungan harga pokok per satuan, produk yang
hilang sepanjang proses harus dapat ditentukan pada tingkat penyelesaian berpa produk yang
hilang tersebut terjadi. Atau untuk menyederhanakan perhitungan harga pokok produksi per
satuan, produk yang hilang sepanjang proses diperlukan sebagai yang hilang pada awal atau
akhir proses.
Pengaruh Terjadinya Produk yang Hilang pada Awal Proses terhadap Perhitungan
Harga Pokok Produk per Satuan
Dalam departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses
mempunyai akibat menaikkan harga pokok produksi per satuan. Dalam departemen setelah
departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses mempunyai dua akibat
: (1) menaikkan harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari departemen
produksi sebelumnya dan (2) menaikkan harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan
dalam departemen produksi setelah departemen produksi yang pertama tersebut.
Contoh:
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya:
departemen A dan departemen B.
Data Produksi Departemen A dan Departemen B Bulan Januari 20X1
Departemen A Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses 1000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke 700 kg -
Departemen B 400 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang
Produk dalam proses akhir bulan, dengan
tingkat penyelesaian sebagai berikut : 200 kg -
Biaya bahan baku & penolong 100%
biaya konversi 40% - 100 kg
Biaya bahan penolong 60%, biaya 100 kg 200 kg
konversi 50%
Produk yang hilang pada awal proses
Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22. 500 Rp -
Biaya bahan penolong 26. 100 16. 100
Biaya tenaga kerja 35. 100 22. 500
Biaya overhead pabrik 46. 800 24. 750
Jumlah biaya produksi Rp 130. 500 Rp 63. 350
Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1. Produk Hilang pada Awal
Proses
PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk yang dimasukkan dalam proses 1. 000 Kg
Produk selesai yang ditranfer ke Departemen B 700 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian; biaya bahan baku dan penolong 100%;
biaya konversi 40% 200
Produk yang hilang pada proses awal 100
1. 000 Kg
Produk yang Hilang pada Awal Proses di Departemen setelah Departemen Pertama
Karena harga pokok produksi di departemen setelah departemen pertama dihitung
secara kumulatif, maka terjadinya produk yang hilang di departemen B sebanyak 200 kg
tersebut, mengakibatkan kenaikan harga pokok per satuan produk yang berasal ari
departemen A. harga pokok produk selesai yang berasal dari departeman A sebesar Rp 111.
300 yang semula dipikul oleh 700 kg produk, dengana danya produk yang hilang pad awal
proses di departemen B sebanyak 200 kg, harga pokok produksi tersebut hanya dipikul oleh
jumlah produk yang lebih sedikit.
Perhitungan Penyesuaian Harga Pokok Per Unit dari Departemen A
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasl dari Departemen A Rp 111. Rp159, 00
300 : 700
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasl dari Departemen A stelah
adanya produk yang hilang dalam proses di Departemen B sebanyak 200 kg
adalah Rp 111. 300 : (700 – 200) 222, 60
Penyesuaian harga produksi per satuan produk yang berasl dari Departemen A Rp 63, 60
Perhitungan Biaya Produksi Per Unit dari Departemen B Bulan Januari 20X1
Jumlah Produksi yang Dihasilkan Jumlah Biaya Biaya per kg
oleh Departemen B ( unit Produksi yang Produk yang
ekuivalensi) DItambahkan Ditambahkan
di Departemen Departemen A
B
Jenis Biaya (1) (2) (2) : (1)
Biaya bahan penolong 400 kg + 60% x 100 kg = 460kg Rp 16. 100 Rp 35
Biaya tenaga kerja 400 kg + 50% x 100 kg = 450kg 22. 500 50
Biaya overhead pabrik 400 kg + 50% x 100 kg = 450kg 24. 750 55
Rp 63. 350 Rp 140
Harga pokok persediaan prosuk dalam proses akhir bulan (100 kg) :
Harga pokok Departemen A : 100 kg x Rp 222, 60 Rp 22. 260
Biaya bahan baku 100 kg x 60% x Rp 35 2. 100
Biaya tenaga kerja 100 kg x 50% x Rp 50 2. 500
Biaya overhead pabrik 100 kg x 50% x Rp 55 2. 750
29.610
Jumlah biaya komulatif dalam Departemen B Rp 174. 650
Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1 Produk Hilang pada Awal
Proses
PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Jumlah produk yang diterima dari Deaprtemen A 700 kg
Jumlah produk selesai yang ditranfer ke gudang 400 kg
Jumlah produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian; biaya bahan baku dan penolong 60%;
biaya konversi 50% 100
Jumlah produk yang hilang pada proses awal 200
700 kg
Biaya yang Dibebankan dalam Departemen B
Total Per kg
Harga pokok produk yang diterima dari departemen A Rp 111. 300 Rp 159, 00
Penyesuaian harga pokok produk per satuan karena adanya
produk yang hilang dalam proses 63, 60
Rp 111. 300 Rp 222, 60
Biaya yang ditambahkan dalam departemen B
Biaya bahan penolong Rp 16. 100 Rp 35, 00
Biaya tenaga kerja 22. 500 50, 00
Biaya overhead pabrik 24. 750 55, 00
Jumlah biaya yang ditambahkan dalam departemen B Rp 63. 350 Rp 140, 00
Jumlah biaya produksi kumulatif dalam departemen B Rp 174. 650 Rp 362, 60
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk yang selesai ditransfer ke gudang : 400 kg x Rp 362, 60 Rp 145. 040
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (100 kg) :
Harga pokok produk dari departemen A : 100 kg x Rp Rp 22. 260
222, 60
Harga pokok yang ditambahkan dalam departemen B:
Biaya bahan penolong 2. 100
Biaya tenaga kerja 2. 500
Biaya overhead pabrik 2. 750
29. 610
Jumlah biaya produksi kumulatif Departemen B Rp 174. 650
Produk yang hilang pada akhir proses sudah ikut menyerap biaya produksi yang dikeluarkan
dalam departemen yang bersangkutan, sehingga harus diperhitungkan dalam penentuan unit
ekuivalensi produk yang dihasilkan oleh departemen tersebut.
Contoh:
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya:
departemen A dan departemen B.
Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22. 500 Rp -
Biaya bahan penolong 26. 100 16. 100
Biaya tenaga kerja 35. 100 22. 500
Biaya overhead pabrik 46. 800 24. 750
Jumlah biaya produksi Rp 130. 500 Rp 63. 350
PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk yang dimasukkan dalam proses 1. 000 Kg
Produk selesai yang ditranfer ke Departemen B 700 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian; biaya bahan baku dan penolong 100%;
biaya konversi 40% 200
Produk yang hilang pada proses awal 100
1. 000 Kg
Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1. Produk yang Hilang Pada
Akhir Proses dalam Departemen Setelah Departemen Pertama
PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Jumlah produk yang diterima dari Deaprtemen A 700 kg
Jumlah produk selesai yang ditranfer ke gudang 400 kg
Jumlah produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian; biaya bahan baku dan penolong 60%;
biaya konversi 50% 100
Jumlah produk yang hilang pada proses awal 200
700 kg
Biaya yang Dibebankan dalam Departemen B
Total Per kg
Harga pokok produk yang diterima dari departemen A Rp 111. 334, 40 Rp161, 91
Biaya yang ditambahkan dalam departemen B
Biaya bahan penolong Rp 16. 100 Rp 24, 39
Biaya tenaga kerja 22. 500 34, 62
Biaya overhead pabrik 24. 750 38, 08
Jumlah biaya yang ditambahkan dalam departemen B Rp 63. 350 Rp 97, 09
Jumlah biaya produksi kumulatif dalam departemen B Rp 176. 445, 50 Rp 259, 00
Perhitungan Biaya
Harga pokok poduk selesai ditransfer ke gudang :
Harga pokok dari Departemen A : 400 kg x Rp 161, 91 Rp 64. 764, 00
Harga pokok yang ditambahkan dalam Departemen B : 400 kg x Rp 97, 09 38. 836, 00
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses : 200 kg ( Rp 161, 91 +
Rp 97, 09) 51. 800, 00
Harga pokok produk selesai yg ditransfer ke gudang : 400 kg x (Rp 1554. 00 Rp 155. 638, 00
: 400kg)
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (100
kg) : Rp 16. 191, 00
Harga pokok dari Departemen A : 100 kg x Rp 161, 91
Harga pokok yang ditambahkan dari Departemen B : 1. 219, 50
Biaya bahan baku 1. 731, 00
Biaya tenaga kerja 1. 904, 00
Biaya overhead pabrik
21. 045, 50
Jumlah biaya kumulatif dalam Departemen B Rp 176. 684, 40
Referensi
1. Datar, Srikant M., Foster, George., dan Horngren, Charles T. (2006). Akuntansi Biaya:
Dengan Penekanan Manajerial. Edisi 12. Diterjemahkan oleh: Lestari, P.A., S.E. Penerbit
Erlangga, Jakarta.
2. Datar, Srikant M., Foster, George., dan Horngren, Charles T. (2011). Cost Accounting; A
Managerial Emphasis. 14th edition. Prentice Hall.
3. Mulyadi, 2014. Akuntansi Biaya Edisi 5. Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta.