Anda di halaman 1dari 24

MODUL PERTEMUAN 4

Obat Gangguan Penyakit Saluran Kemih

Kelas

2A Keperawatan

Mata kuliah

Farmakologi keperawatan

Dosen

Dra. Magdalena Niken Oktovina, M.Si., Apt.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA DHARMA HUSADA

TANGERANG TA. 2021-2022


KELOMPOK 1
RETENSI URINE

Agis Setiawan (211030121289)


Anindya Okta Zain (211030121300)
Annisa Fitri Zufriani (211030121298)
Annisa Khaeria Yuzma (211030121293)
Arum (211030121305)
RETENSI URINE

A. Defisini Retensi Urine


Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak
mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. Retensio urine adalah
kesulitan miksi karena kegagalan urine dari fesika urinaria. (Kapita Selekta Kedokteran).
Retensi urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat terjadi secara akut
maupun kronis. (Depkes RI Pusdiknakes 1995). Retensio urine adalah ketidakmampuan
untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut.
(Brunner & Suddarth).
Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak punya
kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. (PSIK UNIBRAW).

B. Etiologi
1. Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medullaspinalis. Kerusakan saraf
simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya, misalnya pada operasi
miles dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla spinalis, misalnya miningokel, tabes
doraslis, atau spasmus sfinkter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat.
2. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, , atoni pada pasien DM
atau penyakit neurologist, divertikel yang besar.
3. Intravesikal berupa pembesaran prostat, kekakuan lehervesika, batu kecil dan tumor.
4. Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran prostat,kelainan patologi uretra,
trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
5. Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik antispasmotik (atropine), preparat
antidepressant antipsikotik (Fenotiazin), preparat antihistamin (Pseudoefedrin
hidroklorida = Sudafed), preparat penyekat β adrenergic (Propanolol), preparat
antihipertensi (hidralasin)

C. Patofisiologi
Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa sakit yang
hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai mengejan. Retensio
urine dapat terjadi menurut lokasi, factor obat dan factor lainnya seperti ansietas,kelainan
patologi urethra, trauma dan lain sebagainya. Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi supra
vesikal berupa kerusakan pusat miksi di medulla spinalsi menyebabkan kerusaan simpatis
dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi koneksi dengan otot
detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya relaksasi otot spinkter
internal, vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, intravesikal berupa
hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil menyebabkan
obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder kemudian
distensi abdomen. Factor obat dapat mempengaruhi proses BAK, menurunkan tekanan
darah, menurunkan filtrasi glumerolus sehingga menyebabkan produksi urine menurun.
Factor lain berupa kecemasan, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya yang
dapat meningkatkan tensi otot perut, peri anal, spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi
dengan baik.
Dari semua factor di atas menyebabkan urine mengalir labat kemudian terjadi poliuria
karena pengosongan kandung kemih tidak efisien. Selanjutnya terjadi distensi bladder dan
distensi abdomen sehingga memerlukan tindakan, salah satunya berupa kateterisasi urethra.

D. Manifestasi Klinis
1. Diawali dengan urine mengalir lambat.
2. Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena pengosongan
kandung kemih tidak efisien.
3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih.
4. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.
5. Pada retensi berat bisa mencapai 2000 -3000 cc.

E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapar dilakukan pada kasus Retensio Urine adalah
pemeriksaan specimen urine. Pada pemeriksaan ini diambil hasil dari :
1. Pengambilan: steril, random, midstream.
2. Penagambilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit.
3. Sistoskopy, IVP.

F. Penatalaksanaan
1. Kateterisasi urethra.
2. Drainage suprapubik.
3. Pungsi vesika urinaria
KELOMPOK 2

INKONTINENSIA URINE

Cahya adzani kamila (211030121302)

Dian absari (211030121295)

Dwi aryani (211030121288)

Elsa nabilah (211030121297)

Fadilla andriani (211030121283)

Gebry keiza saiya (211030121309)


INKONTINENSIA URINE

A. Pengertian Inkontinensia Urine

Inkontinensia urine merupakan kondisi hilangnya kontrol kandung kemih, sehingga pengidap
bisa mengeluarkan urine tanpa disadari. Bukan hanya memalukan, tetapi inkontinensia urine
juga merupakan tanda kondisi kesehatan tertentu.

B. Faktor Risiko Inkontinensia Urine

Seiring bertambahnya usia, risiko seseorang mengalami inkontinensia urine semakin


meningkat. Selain itu, ada juga faktor lain yang bisa memicu terjadinya kondisi tersebut, yaitu
konsumsi obat tertentu, seperti obat darah tinggi, obat anti-nyeri, dan beberapa golongan obat
penenang. Kondisi fisiologis yang menurun juga beberapa penyakit seperti pembesaran prostat,
infeksi saluran kemih dapat menjadi faktor risiko terjadinya inkontinensia urin.

Dibanding pria, wanita lebih rentan mengalami inkontinensia urine karena memiliki saluran
kemih lebih pendek. Sedangkan pria yang mengidap pembesaran prostat lebih berisiko
mengalami inkontinensia urine.

C. Penyebab Inkontinensia Urine

Inkontinensia urine bisa disebabkan oleh kondisi yang terkait saluran kemih bagian bawah
maupun kondisi yang tidak terkait saluran kemih bagian bawah. Jika terkait saluran kemih
bagian bawah, kondisi ini lebih diakibatkan karena aktivitas otot dinding kandung kemih yang
berlebihan. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh penyakit saraf, sumbatan di saluran kemih, batu
di kandung kemih atau pun kanker kandung kemih. Namun, inkontinensia urine juga dapat
terjadi meski saluran kemih normal. Kondisi tersebut biasanya terjadi pada lanjut usia dan
terkait dengan kondisi mobilitas juga kognitif.

D. Gejala Inkontinensia Urine

Berdasarkan gejalanya, inkontinensia urine bisa dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

• Inkontinensia Stres. Urine bocor keluar di saat terjadi tekanan di kandung kemih,
misalnya saat batuk, bersin, atau tertawa.
• Inkontinensia Urge. Pengidap memiliki keinginan yang kuat untuk tiba-tiba buang air
kecil diikuti dengan keluarnya urine yang tidak disengaja (mengompol). Pengidap bisa
buang air kecil hingga lebih dari 8 kali dalam sehari, termasuk di malam hari.

• Inkontinensia Overflow. Pengidap sering mengompol dalam jumlah urine yang


sedikit-sedikit karena kandung kemih tidak sepenuhnya kosong.

E. Diagnosis Inkontinensia Urine

Dokter akan melakukan pemeriksaan terkait kondisi inkontinensia urine, tipe, waktu saat
terjadi, obat yang sedang dikonsumsi, gejala lainnya untuk menilai kemungkinan penyebab
inkontinensia urine.

Pada pemeriksaan fisik, dokter mengidentifikasi adanya gangguan lain yang menyertai,
pemeriksaan kandung kemih dan panggul, kondisi saraf, juga pemeriksaan colok dubur jika
perlu (misalnya untuk deteksi pembesaran prostat pada laki-laki lanjut usia).

Beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa disarankan di antaranya pemeriksaan air kencing,
sistogram, USG, pemeriksaan urodinamik, sistoskopi.

F. Komplikasi Inkontinensia Urine

Beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat inkontinensia urine kronis, antara lain:

• Masalah kulit, seperti ruam, infeksi kulit dan luka.

• Infeksi saluran kemih. Inkontinensia bisa meningkatkan risiko terjadinya infeksi


saluran kemih berulang.

• Mengganggu kehidupan sosial. Inkontinensia urine merupakan masalah yang


memalukan, sehingga bisa memengaruhi hubungan sosial, pekerjaan, dan hubungan
pribadi kamu.

G. Pengobatan dan Efek Samping Inkontinensia Urine

Menentukan penyebab, jenis, dan tingkat keparahan inkontinensia urine sangat penting, agar
dokter bisa memberikan pengobatan yang tepat. Pengobatan inkontinensia urine meliputi:
• Terapi perilaku untuk mengurangi inkontinensia urine dengan edukasi, pemantauan
kebiasaan berkemih, penyesuaian asupan cairan dan kafein, penurunan berat badan
untuk wanita yang kelebihan berat badan, penggunaan alat bantu (misalnya, tempat
berkemih di samping tempat tidur), dan berbagai jenis pelatihan kandung kemih dan
saluran uretra (misalnya, meningkatkan jarak waktu berkemih dan latihan otot
panggul).

• Terapi obat untuk merelaksasikan kandung kemih. Obat yang digunakan merupakan
obat golongan antikolinergik yang dapat memiliki efek samping diantaranya mulut
kering, sulit BAB, penglihatan buram dan rasa seperti kebingungan.

• Pada beberapa kasus dapat dilakukan tindakan berupa pemasangan kateter.

• Pembedahan dapat dilakukan terutama pada kasus inkontinensia urine karena sumbatan
di saluran kemih atau pemasangan sfingter buatan (otot berbentuk cincin untuk
mencegah aliran urine dari kandung kemih ke uretra).

H. Pencegahan Inkontinensia Urine

Inkontinensia urine di antaranya dapat dicegah dengan:

• Menjaga berat badan tetap ideal.

• Latihan otot panggul ( senam kegel).

• Membatasi mengonsumsi minuman yang bersifat diuretic, seperti teh dan kopi.
KELOMPOK 3

ANALGESIK SALURAN KEMIH

Gina wulandari (211030121303)

Mutiara selvia (211030121307)

Nazah aprilia (211030121291)

Noro priyonggo (211030121280)

Nur indah lestari (211030121294)


ANALGESIK SALURAN KEMIH

A. Pengertian Analgesik

Analgesik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang digunakan
sebagai pereda nyeri. Analgesik termasuk obat anti-inflamasi nonsteroid seperti salisilat, obat
narkotika seperti morfin, dan obat sintesis bersifat narkotik seperti tramadol.

Obat infeksi saluran kencing umumnya digunakan untuk mengatasi kondisi infeksi saluran
kencing (ISK). Namun, penggunaan obat ini harus dilakukan secara tepat dan tidak boleh
sembarangan, karena infeksi yang dialami bisa saja kembali muncul dan menjadi lebih berat.

B. Golongan obat

1. Non- opioid :
- parasetamol
- Metamizol
- Ketoprofen
- Ibuprofen
- Ketorolak
2. Opioid :
- Tramadol
- kodein

C. Phenazopyridine HCl merupakan salah satu jenis obat yang biasanya digunakan untuk
meredakan gejala yang disebabkan oleh adanya iritasi pada saluran kencing seperti nyeri dan
panas saat buang air kecil, serta rasa yang mendesak untung buang air kecil secara berlebihan
atau sering. Phenazopyridine HCl akan menghilangkan rasa sakit untuk menenangkan lapisan
saluran kemih.

Dosis

Dosis yang biasanya diberikan secara umum untuk mengatasi nyeri dan iritasi yang terjadi pada
infeksi saluran kemih, radang prostat, dan uretritis adalah sebagai berikut :

1. Dewasa : Dalam bentuk Phenazopyridine HCl sebanyak 200 mg, dikonsumsi selama
3x dalam sehari. Jika dikombinasikan dengan antibiotik makan maksimal bisa
dikonsumsi selama 2 hari dan jika menggunakan dosis yang lebih rendah maksimal bisa
dikonsumsi selama 1 minggu.
2. Anak-anak di atas 6 tahun : Dalam bentuk hidroklorida sebanyak 12 mg/kgBB per hari
dibagi dalam 3 dosis untuk penggunaan maksimal selama 2 hari.

Cara Konsumsi

Cara mengonsumsi Phenazopyridine HCl adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

• Mengonsumsi obat ini setelah makan dan di iringin dengan mengonsumsi air putih
dalam jumlah yang banyak.
• Selalu mengikuti anjuran dan petunjuk penggunaan serta resep yang diberikan oleh
dokter.
• Menggunakan obat Phenazopyridine HCl antara satu dosis dengan dosis yang lain pada
jarak jam yang sama. Misalnya dua kali sehari berarti dikonsumsi setiap 12 jam sekali.
Gunakan alarm untuk dapat mengingat dengan lebih tepat.
• Jika dosis tidak sengaja terlewat dikarenakan lupa, maka anda boleh meminumnya
ketika ingat asalkan dosis berikutnya masih lama sekitar 5 jam atau lebih.

Efek Samping

Efek samping yang mungkin saja bisa terjadi akibat penggunaan Phenazopyridine HCl adalah
sebagai berikut :

• Pusing
• Gangguan pencernaan.
• Ruam kulit.
• Perubahan warna urin dan cairan ekskresi lainnya.
• Perubahan pada warna lensa kontak.
• Anemia hemolitik.
• Hepatotoksisitas.
KELOMPOK 4

ANTISEPTIK SALURAN KEMIH

Nuriska Fitriani (211030121296)

Rahma Syafitri (211030121799)

Risang Nalendra (211030121794)

Sabrina Farhah M. (2110301212306)

Sharmila Adies.T (211030121304)

Silvia Anggriyani (211030121286)


ANTISEPTIK SALURAN KEMIH

A. Pengetian Pada Antiseptik Saluran Kemih

Antiseptik saluran kemih merupakan kelompok antimikroba yang bioavailabilitas sistemiknya


rendah tetapi terkonsentrasi di tubuli ginjal sehingga setelah berdifusi ke parenkim, efektif
mengobati infeksi saluran kemih. Pada infeksi berat yang disertai demam, menggigil, dan
hipertensi, tetap diperlukan antimikroba sistemik. Untuk infeksi yang demikian pemilihan obat
harus didasarkan pada hasil biakan kuman.

Sebelum ada hasil biakan, dapat digunakan antibiotika sistemik antara


lain gentamisin, sulfonamid, kotrimoksazol, ampisilin, sefalosporin, atau fluorokuinolon

infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada wanita. Bila terjadi pada pria, terutama yang
berulang, biasanya didasari oleh kelainan anatomis saluran kemih. Oleh karena itu, semua
penderita infeksi saluran kemih berulang harus diperiksa dengan teliti untuk menemukan
adanya obstruksi. Infeksi berulang juga sering terjadi pada manula akibat adanya prostatitis
kronis yang sulit diatasi karena memerlukan antibiotik yang mampu mencapai parenkim
prostat. Harus diingat bahwa pielonefritis yang tidak ditangani dengan baik dapat
menyebabkan kerusakan ginjal permanen.

B. Obat Infeksi Saluran Kemih

1. Amoksisilin (Augmentin)

2. Ceftriaxone (Rocephin)

3. Cephalexin (Keflex)

4. Ciprofloxacin (Sipro)

5. Fosfomisin (Monurol)

6. Levofloxacin (Levaquin)

7. Nitrofurantoin (Macrodantin, Macrobid)

8. Trimethoprim atau sulfamethoxazole (Bactrim, Septra)

C. Fosfomycin adalah antibiotik yang digunakan untuk mengatasi penyakit akibat infeksi
bakteri. Fosfomycin bekerja dengan cara menyerang infeksi yang disebabkan oleh bakteri,
biasanya digunakan untuk infeksi saluran kemih. Fosfomycin generik tersedia dalam sediaan
serbuk injeksi yang harus dilarutkan dahulu dengan cairan injeksi dan harus dilakukan oleh
tenaga medis.

Kegunaan Fosfomycin
Fosfomycin digunakan untuk mengatasi penyakit akibat infeksi bakteri seperti infeksi saluran
kemih atau infeksi yang disebabkan oleh E. coli dan E. faecalis.

Dosis:
Oral: infeksi akut saluran kemih bagian bawah yang tidak terkomplikasi. Wanita ≥ 18 tahun,
3g sebagai dosis tunggal. Profilaksis infeksi saluran kemih prosedur transurethral. dua kali
dosis, dosis pertama diberikan 3 jam sebelum prosedur dan dosis kedua 24 jam setelah dosis
pertama.
Fosfomisin diberikan pada saat perut kosong (2-3 jam setelah makan), sebelum tidur, setelah
kandung kemih kosong. Obat harus dilarutkan ke dalam segelas air (50-750 mL) diberikan
segera setelah dilarutkan.

Efek Samping:
Sangat umum :
diare, sakit kepala.
Umum:
vaginitis, mual, rinitis, nyeri pungung, dismenorea, faringitis, pusing, nyeri abdomen,
dispepsia, astenia, ruam. Jarang: gangguan abdominal stools, anoreksia, konstipasi, mulut
kering, disuria, gangguan telinga, demam, flatulens, flu, hematuria, infeksi, insomnia,
limfadenopati, gangguan menstruasi, migren, mialgia, ketegangan, parestesia, pruritus,
peningkatan SGPT, gangguan kulit, somnolen, dan muntah.
KELOMPOK 5

DISFUNGSI EREKSI

Uci Noveliarani (211030121308)

Wenti BudiHaryati (211030121775)

Witriyah Manyase (211030121301)

Yuri (211030121281)

Zahira Khoirunnisa (211030121290)


DISFUNGSI EREKSI

A. Pengertian Disfungsi Ereksi

Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup
untuk berhubungan seksual. Terdapat 3 kondisi yang bisa menjadi tanda-tanda gangguan
ereksi, yaitu tidak bisa ereksi, bisa ereksi tetapi hanya sebentar, dan kurangnya gairah seks.

Terpicunya gairah seksual pria hingga terjadinya ereksi merupakan proses yang tidak
sederhana. Proses tersebut melibatkan otak, saraf, otot, pembuluh darah, hormon, dan emosi.
Disfungsi ereksi biasanya terjadi jika hal-hal tersebut mengalami masalah.

B. Faktor yang bisa menyebabkan terjadinya Disfungsi Ereksi

1. Faktor penyakit

Dalam kebanyakan kasus, disfungsi ereksi disebabkan oleh kondisi medis, seperti:

• Tekanan darah tinggi


• Penyakit jantung
• Aterosklerosis
• Diabetes
• Obesitas
• Sindrom metabolik
• Penyakit Peyronie
• Gagal ginjal
• Sirosis
• Hemokromatosis
• Skleroderma
• Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)

Selain itu, ketidakseimbangan hormon tertentu juga cukup sering menjadi penyebab disfungsi
ereksi. Kondisi tersebut antara lain hipertiroid (kelebihan hormon tiroid), hipotiroid
(kekurangan hormon tiroid), hiperprolaktinemia (kelebihan hormon prolaktin), dan
hipogonadisme yang menyebabkan kekurangan hormon testosteron.
2. Faktor psikologis

Otak memainkan peran penting dalam memicu ereksi. Ereksi dimulai dengan adanya gairah
seksual saat terdapat rangsangan. Namun, rangsangan seksual bisa tidak berpengaruh jika pria
mengalami stres, depresi, kecemasan, atau masalah psikologis lainnya, seperti widower
syndrome yang muncul ketika pria kehilangan istrinya.

3. Faktor obat-obatan

Meski dapat mengatasi penyakit, sebagian obat ada yang menimbulkan efek samping berupa
disfungsi ereksi. Di antaranya adalah:

• Antidepresan
• Antipsikotik
• Antihipertensi
• Obat kanker prostat
• Obat penurun kolesterol

Selain itu, penggunaan obat-obatan terlarang semacam kokain atau ganja dapat menyebabkan
disfungsi ereksi. Begitu juga dengan alkohol. Orang yang sudah kecnaduan alkohol akan rentan
mengalami disfungsi ereksi.

4. Faktor cedera

Cedera pada tulang belakang, tulang panggul, atau penis, seperti penis patah, yang
menyebabkan kerusakan saraf atau pembuluh darah berisiko menyebabkan disfungsi ereksi.
Cedera bisa berupa cedera yang besar maupun cedera yang kecil tapi terjadi berulang-ulang.

Contohnya adalah cedera kecil pada bagian area pangkal penis akibat mengendarai sepeda
dalam waktu lama. Meski begitu, sekarang sudah banyak sepeda yang dirancang khusus untuk
menghindari risiko ini.

5. Faktor tindakan medis

Salah satu Tindakan medis yang paling berisiko menyebabkan disfungsi ereksi adalah operasi
pada prostat dan kandung kemih.
Selain itu, tindakan medis pada otak, tulang belakang, dan tulang panggul juga dapat
menumbulkan risiko yang sama. Contohnya adalah terapi radiasi untuk kanker usus besar dan
operasi pengangkatan usus besar.

C. Langkah Penanganan Disfungsi Ereksi

Disfungsi ereksi yang berkepanjangan dapat menyebabkan keharmonisan hubungan dengan


pasangan terganggu dan kesulitan mendapat keturunan. Untuk mengatasinya, berikut adalah
beberapa cara yang bisa Anda lakukan:

1. Perubahan pola hidup sehat

Perbaikan gaya hidup sehat diketahui dapat menurunkan risiko terjadinya disfungsi ereksi
dengan signifikan. Maka dari itu, mulailah untuk menerapkan kebiasaan sehat yang
meliputi olahraga secara rutin, mengonsumsi makanan bergizi, serta menghentikan kebiasaan
merokok dan minum minuman beralkohol.

2. Penggunaan obat-obatan

Disfungsi ereksi bisa juga diatasi dengan obat-obatan dari dokter yang meliputi:

• Obat-obatan minum untuk melancarkan aliran darah ke penis, misalnya viagra


• Obat injeksi yang disuntikkan secara mandiri ke pangkal penis
• Obat supositoria, yang dimasukkan ke penis secara langsung
• Obat hormonal, seperti testosteron, untuk mengatasi kekurangan akan hormon tersebut

3. Psikoterapi

Jika disfungsi ereksi disebabkan oleh faktor psikologis, misalnya akibat stres atau depresi,
dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk berkonsultasi kepada
psikolog. Psikoterapi yang tepat diketahui dapat mengatasi disfungsi ereksi, bahkan tanpa
bantuan obat.

Pria yang sudah menikah juga mungkin membutuhkan konseling pernikahan bersama pasangan
dengan psikolog. Hal ini penting untuk mendapatkan tips komunikasi dan perilaku hubungan
seksual yang lebih baik, sehingga disfungsi ereksi tidak sampai berdampak pada keharmonisan
rumah tangga.

Jika pola hidup sehat, pengobatan, dan psikoterapi tetap tidak membuahkan hasil yang
diharapkan, dokter mungkin akan merekomendasikan tindakan operasi untuk mengatasi
disfungsi ereksi.

Bila Anda mengalami disfungsi ereksi, jangan sungkan untuk berkonsultasi ke dokter
andrologi. Hindari mencari pengobatan herbal atau alternatif yang belum tentu aman dan justru
dapat mengakibatkan kerusakan penis.

D. Tanda dan Gejala

Gejala utamanya adalah ketidakmampuan pria untuk mendapatkan atau mempertahankan


ereksi yang cukup untuk melakukan hubungan seksual, ereksi lembek, kesulitan ereksi,
kesulitan mempertahankan ereksi atau kegelisahan.

E. Pengobatan bervariasi
Pasien yang menderita disfungsi ereksi pertama harus dievaluasi untuk setiap kondisi fisik dan
psikologis yang mendasarinya. Jika pengobatan kondisi yang mendasarinya tidak membantu,
obat-obatan, dan alat-alat bantu, seperti pompa, dapat diresepkan.
F. Obat Disfungsi ereksi
Dengan obat kuatObat kuat seperti Viagra, Levitra, atau Cialis sering menjadi pilihan pertama
agar pria bisa tahan lama saat bercinta. Obat-obatan ini mengandung PDE5 yang memiliki efek
merilekskan otot dan meningkatkan aliran darah di dalam tubuh.
G. Cara pencegahan:
1. Konsumsi makanan sehat Mengonsumsi makanan kaya buah, sayur, biji-bijian utuh, dan
ikan terbukti membantu mengurangi risiki disfungsi ereksi Riset yang menerliti lebih dari
21.000 orang menemukan bahwa orang yang menerapkan diet mediterabia memiliki resiko
disfungsi ereksi yang kecil. Diet mediterania merupakan pola makan yang kaya sayur, buah-
buahan, kacang-kacangan, polong-polongan, dan ikan atau sumber asam lemak rantai panjang
lainnya (jenis asam lemak omega-3), serta menghindari daging merah dan olahan.
2. Rutin olahraga Olahraga menurunkan tekanan darah dan gula darah, meningkatkan sirkulasi
darah ke seluruh tubuh, dan meningkatkan kesehatan jantung. Rutin olahraga juga merupakan
cara alami untuk meningkatkan kadar testosteron. Anda tidak perlu melakukan olahraga terlalu
berat untuk menurunkan risiko disfungsi ereksi. Anda bisa memulainya dengan melakukan
olahraga ringan.
3. Seimbangkan tekanan darah Tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah,
mengurangi aliran darah ke seluruh tubuh, termasuk penis. Pembuluh darah yang mengeras
dan menyempit membuat darah sulit mengalir ke penis sehingga mempersulit Anda untuk
mendapatkan ereksi. Tekanan darah tinggi akan menghambat aliran darah ke panggung dan
membuat Anda sulit mendapatkan atau mempertahankan ereksi. Jika Anda telah terdiagnosis
mengalami tekanan diri, sebaiknya rutinlakukan pengobatan untuk mencegah disfungsi ereksi
dan memperbaiki kesehatan tubuh secara keseluruhan. Baca juga: Bronkitis.

4. Hindari kolesterol tinggi Kolesterol tinggi juga bisa memicu disfungsi ereksi. Sebab,
koletsrol tinggi bisa menyebabkan aterosklerosis, suatu kondisi yang mengeraskan dan
menyempitkan dinding pembuluh darah. Aterosklerosis mengurangi aliran darah ke seluruh
tubuh, termasuk penis. Pembuluh darah yang mengeras dan menyempit membuat darah sulit
mengalir ke penis sebelum berhubungan seksual.

Beberapa obat-obatan medis yang tersedia di apotek untuk meningkatkan vitalitas dan
mengatasi masalah disfungsi ereksi di antaranya sebagai berikut ini.
1. Sildenafil

Sildenafil merupakan kandungan utama dari Viagra–merek obat kuat terbaik dan paling banyak
dikenal–berfungsi untuk mengatasi disfungsi ereksi pada pria. Caranya yakni dengan
meningkatkan aliran darah ke penis selama mendapatkan rangsangan seksual.
Di samping itu juga, sildenafil berfungsi sebagai obat untuk menangani tekanan darah tinggi
di paru-paru (hipertensi pulmonal).
2. Tadalafil

Tadalafil adalah obat yang memiliki fungsi untuk mengobati masalah fungsi seksual pada pria,
seperti disfungsi ereksi atau impotensi. Dikombinasikan dengan rangsangan seksual, tadalafil
dapat meningkatkan aliran darah ke penis sehingga membantu pria ereksi.
Merek dagang untuk tadalafil sebagai obat kuat yang aman, yakni Cialis. Tadalafil juga
digunakan dalam pengobatan gejala pembesaran pada prostat dan tekanan darah tinggi dalam
paru-paru (hipertensi pulmonal).
3. Vardenafil

Vardenafil dapat mengatasi disfungsi ereksi pada pria dengan melemaskan dan meningkatkan
aliran darah ke penis dengan bantuan rangsangan seksual. Merek dagang untuk Vardenafil, di
antaranya adalah Levitra dan Staxyn.
4. Avanafil

Avanafil merupakan obat kuat pria yang terbilang lebih baru, namun tetap memiliki cara kerja
yang sama untuk melemaskan dan meningkatkan darah ke penis untuk membantu proses ereksi.
Merek dagang Avanafil yang tersedia, yakni Stendra.
H. Bagaimana cara kerja obat kuat?

Salah satu merek obat kuat pria, Viagra atau yang dikenal sebagai “pil biru” sering disebut
dalam iklan-iklan di jalanan.
Padahal obat kuat dengan kandungan sildenafil ini secara medis biasanya diresepkan untuk
mengatasi masalah impotensi. Sildenafil bekerja dengan merelaksasi otot dan meningkatkan
aliran darah ke penis, bersamaan dengan rangsangan saat berhubungan seks.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sildenafil dan berbagai jenis obat kuat lainnya tidak akan
memberikan efek apapun kalau tidak ada rangsangan seksual yang terjadi.
Obat kuat bekerja dengan cara merangsang produksi siklik guanosin monofosfat. Zat tersebut
dapat merelaksasi otot-otot, sehingga arteri di penis melebar dan darah mengalir ke penis
dengan mudah.
Kondisi tidak mampu ereksi dipengaruhi oleh aliran darah yang tidak lancar, sehingga arteri
sulit melebar. Sedangkan proses terjadinya ereksi memerlukan arteri yang melebar agar darah
dapat mengalir ke penis dengan cepat.
Darah tersebut nantinya akan terjebak di corpora cavernosa, bagian pada penis, sehingga
terjadilah ereksi. Tentu saja peningkatan aliran darah dapat terjadi jika ada rangsangan seksual.
Selain rangsangan, faktor lainnya yang berpengaruh adalah sistem saraf. Sebab, saat Anda
mendapatkan sentuhan seksual maka sistem saraf pada penis akan mengeluarkan nitrat oksida.
Nitrat oksida kemudian dapat merangsang enzim yang memproduksi zat siklik guanosin
monofosfat atau cGMP.
Adakan perbedaan dari masing-masing obat kuat?

Cara kerja berbagai jenis obat kuat ini sebenarnya sama saja, yakni meningkatkan aliran darah
ke penis dan membuat penis mampu ereksi.
Salah satu hal yang menjadi pembeda adalah ketahanan obat di dalam tubuh. Dikutip dari Mayo
Clinic, perbandingan dari masing-masing jenisnya, yakni:
• Sildenafil (Viagra), lebih efektif dikonsumsi saat keadaan perut kosong dan sekitar 1 jam
sebelum melakukan hubungan seks. Efektivitasnya berkisar antara 4-5 jam.
• Tadalafil (Cialis), dapat dikonsumsi 1-2 jam sebelum berhubungan seks dan efektivitasnya bisa
mencapai 36 jam.
• Vardenafil (Levitra, Staxyn), lebih efektif dikonsumsi 1 jam sebelum melakukan hubungan
seks. Efektivitasnya berkisar antara 4-5 jam.
• Avanafil (Stendra), dapat dikonsumsi hanya 30 menit sebelum berhubungan seksual.
Efektivitas penggunaannya bisa mencapai 6 jam.
Apa saja efek samping dari obat kuat medis?
Sama halnya dengan pengobatan pada umumnya, terdapat efek samping yang perlu Anda
perhatikan. Beberapa efek samping obat kuat yang paling umum, di antaranya:
• Sakit kepala
• Nyeri punggung
• Badan terasa hangat
• Hidung tersumbat dan berair
• Gangguan penglihatan
• Sakit perut dan merasa mulas
• Gangguan pencernaan

I. Efek samping dari penggunaan obat kuat medis tergolong jarang terjadi. Kondisi ini hanya
dilaporkan terjadi pada beberapa orang saja.
Penting sekali untuk mengikuti anjuran atau berkonsultasi dengan dokter sebelumnya. Apabila
timbul efek samping yang mengganggu, segera hubungi dokter.
Penggunaan obat-obatan secara sembarangan dan tanpa resep dokter, tentu akan berdampak
fatal bagi kesehatan. Beberapa efek berbahaya dari konsumsi obat kuat sembarangan di
antaranya sebagai berikut.
1. Kehilangan pendengaran dan penglihatan

Beberapa pengguna melaporkan kehilangan pendengaran atau penglihatan secara tiba-tiba


setelah mengonsumsinya.
Belum jelas apakah efek samping ini ditimbulkan dari konsumsi obat kuat itu sendiri atau
berkaitan dengan masalah kesehatan yang dialami. Jika mengalami kehilangan pendengaran
dan penglihatan tiba-tiba, segera hubungi dokter.
2. Aritmia

Aritmia adalah kelainan jantung yang ditandai dengan detak atau ritme yang tidak normal,
misalnya detak jantung bisa terlalu cepat (tachycardia).
Jantung manusia biasanya berdetak pada tingkat yang stabil dan berirama. Setiap gangguan
denyut jantung bisa saja membuat kegagalan dalam memasok jumlah aliran darah yang
diperlukan tubuh.
3. Priapismus

Priapismus atau priapism adalah kondisi pada pria yang mengalami ereksi lebih lama,
meskipun tanpa adanya rangsangan fisik maupun psikologis.
Gejala utama priapismus adalah ereksi yang terjadi lebih dari empat jam tanpa adanya
rangsangan atau ketertarikan seksual.

Hal Ini terjadi jika darah di penis terjebak dan tidak mampu mengalir. Bahkan jika tidak diobati
dapat menyebabkan disfungsi ereksi permanen.
4. Amputasi penis

Minum obat kuat sembarangan atau berlebihan akan berdampak pada penis Anda, yang mana
akan mengembang atau ereksi secara berlebihan. Kondisi yang disebut sebagai peradangan ini
mampu bertahan hingga berhari-hari.
Hal ini dialami oleh pria asal Kolombia, seperti dikutip dari laman The Independent. Pria ini
mengalami ereksi selama beberapa hari setelah minum Viagra berlebihan (overdosis).
Petugas medis dari rumah sakit tempat pria dirawat mengatakan, penis pria ini meradang,
bengkak dan menunjukkan tanda-tanda gangren.
Sebagai upaya untuk menghentikan gangren agar tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya,
maka dokter menyarankan untuk amputasi penis.
5. Risiko kematian

Penggunaan jenis obat-obatan ini jelas tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Apalagi jika
Anda membelinya secara bebas di pinggir jalan tanpa resep dokter.
Obat kuat pria ini ternyata berpotensi fatal bagi Anda yang mengalami penyakit jantung dan
hipertensi. Jika Anda sedang mengonsumsi obat-obatan kardiovaskuler, tentu
mengonsumsinya perlu dengan pengawasan ketat dokter.
Pasalnya, sudah beberapa kasus pasien dengan gangguan jantung dan pembuluh darah yang
bisa meninggal mendadak akibat interaksi obat jantung dengan obat kuat.

J. Bagaimana cara aman mengonsumsi obat kuat?

Demi menghindari efek samping berbahaya, sebaiknya Anda minum obat kuat sesuai
keperluan, dosis, dan bila perlu dikonsultasikan lebih dulu dengan dokter.
Hindari membeli produk obat sembarangan dan yang tidak jelas asalnya. Pastikan produk
medis maupun obat kuat herbal yang ingin Anda beli memiliki izin edar dari BPOM.
Untuk memastikan keasliannya, Anda dapat mengecek nomor yang tercantum pada kemasan
di tautan berikut http://cekbpom.pom.go.id/. Sementara, untuk daftar obat-obat tradisional
yang telah ditarik dan dilarang edar, Anda bisa kunjungi laman BPOM ini.
Selain menggunakan obat-obatan yang memengaruhi kondisi fisik, kesehatan mental Anda
juga perlu diperhatikan. Kepercayaan diri laki-laki nyatanya juga mempengaruhi terjadinya
ereksi.Stamina selama berhubungan seksual pun, bisa Anda dapatkan melalui diet dan
berolahraga. Kedua hal ini dapat membuat kondisi fisik lebih kuat dan sehat, sehingga organ-
organ yang membantu proses ereksi dapat bekerja dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai