Anda di halaman 1dari 4

Sudah hampir 2 tahun negara kita dilanda pandemic covid 19.

Berbagai upaya dilakukan


pemerintah untuk mencegah penularan virus covid 19. Salah satunya adalah dengan
mengubah system pendidikan di negara kita. Pembelajaran yang semula dilakukan secara
tatap muka antara guru dan siswa, sekarang berubah menjadi pembelajaran daring (dalam
jaringan). Hal ini sesuai dengan surat yang diedarkan oleh Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan tahun 2020 nomor 4. Perubahan sistem ini sudah mulai diberlakukan sejak bulan
maret 2020.

Pembelajaran tanpa tatap muka ini merupakan hal yang harus dilakukan oleh guru untuk tetap
mengajar siswa. Pembelajaran daring merupakan hal yang baru bagi guru dan siswa, sehingga
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk beradaptasi. Pada pembelajaran daring siswa
dituntut untuk dapat mengikuti proses pembelajaran dengan aturan tertentu pada mata
pelajarannya masing-masing, selain itu siswa juga dituntut untuk mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru.

Pembelajaran dengan sistem daring memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dalam
pelaksanaannya. Kelebihannya adalah kegiatan belajar mengajar ini dapat membantu siswa
untuk mengakses informasi yang lebih luas sehingga proses belajar daring menjadi lebih
mudah.Kekurangan dalam pembelajaran daring adalah munculnya beberapa kendala dalam
proses penerapannya. Kendala awal dalam proses pembelajaran daring adalah jaringan
internet yang tidak memadai di beberapa daerah(Hastini, Fahmi, & Lukito, 2020). Selain itu
penggunaan jaringan internet yang melebihi batas kuota penggunaan dapat memunculkan
masalah baru bagi siswa yang memiliki financial di bawah rata-rata (Morgan, 2020).
Penerapan kebijakan pembelajaran daring ini memunculkan masalah baru bagi siswa, salah
satunya siswa merasa cemas atau tertekan. Salah satu penyebab siswa merasa tertekan adalah
siswa merasa kebingungan karena mereka tidak mengerti akan penjelasan materi yang
dijelaskan oleh guru dan batas waktu pengumpulan tugasnya

Daring adalah istilah yang lekat dengan internet. Menurut KBBI, daring adalah akronim
“dalam jaringan” yang berarti segala sesuatu dilakukan secara online. Daring adalah sejenis
komunikasi yang bisa dilakukan dengan modal ponsel, laptop, komputer, tablet, dan internet.
Merinci kegiatan-kegiatan daring di antaranya, webinar, kelas online, KKN online,
hingga kuliah online. Seluruh kegiatan dilakukan menggunakan jaringan internet dan
komputer.
Praktiknya, daring digunakan sebagai pembelajaran virtual, sebutan populernya adalah
pembelajaran daring. Pembelajaran ini diperantarai dengan berbagai macam aplikasi.
Aplikasi yang biasanya digunakan adalah Zoom, Google Meet, WhatsApp, Line, Skype, dan
lain sebagainya.

Tujuan pembelajaran daring adalah memudahkan komunikasi penyampaian materi ajar dalam
bidang pendidikan yang dilakukan jarak jauh. Tujuan pembelajaran daring umumnya
diperuntukkan untuk metode ajar yang tidak tatap muka.

Kelebihan pembelajaran secara daring, yaitu: (1) Pembelajaran terpusat dan melatih
kemandirian siswa, (2) Waktu dan tempat yang fleksibel, (3) Biaya yang cukup terjangkau
untuk siswa, (4) Akses yang tidak terbatas dalam perkembangan pengetahuan. Sedangkan
kekurangan pembelajaran secara daring, yaitu: (1) Umpan balik yang kurang tanggap dalam
proses pembelajaran, (2) Seorang guru memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mempersiapkan diri, (3) Terkadang membuat beberapa orang merasa kurang nyaman, (4)
Kemungkinan muncul perilaku frustasi, kecemasan, dan kebingungan pada siswa.

Penerapan anjuran untuk belajar di rumah membuat sebagian peserta didik merasa cemas dan
tertekan. Banyaknya tugas yang diberikan oleh guru membuat peserta didik merasa stres
dalam melaksanakan pembelajaran yang dilakukan secara daring (Chaterine, 2020). Bukan
hanya banyak, tugas yang diberikan oleh guru juga dianggap membebani siswa serta siswa
dituntut untuk mengerjakan tugas dalam waktu yang singkat, sehingga membuat siswa
kebingungan dalam menyelesaikan tugasnya (Raharjo, D. B., & Sari, 2020). Akibat
banyaknya tugas yang diberikan, siswa banyak menghabiskan waktu mulai pagi hingga
petang hanya untuk mengerjakan tugas daringnya. Permasalahan tersebut sebelumnya tidak
terjadi ketika kegiatan belajar mengajar masih dilakukan di sekolah secara konvensional
(tatap muka).

Kondisi belajar yang benar-benar mendesak inilah disangka menumpu pada kondisi yang bisa
mengakibatkan kecemasan akademik yang diderita oleh siswa. Siswa yang menderita
kecemasan akademik dengan tingkat yang tinggi seringkali membuat suatu kelalaian di
situasi, kondisi, dan timing yang sangat mendesak, sementara siswa yang menderita
kecemasan akademik dengan tingkat yang rendah seringkali membuat kelalaian di situasi,
kondisi, dan timing yang senggang. Interaksi itu mengarahkan bahwa kondisi yang menekan
bisa berpengaruh pada tingkah laku peserta didik untuk memperoleh prestasi belajar
(Slameto, 2010)

(O’Connor, 2007) menjelaskan bahwa perasaan takut, tertekan, maupun stres akibat desakan
yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan tugas sekolah disebut kecemasan akademik.
Kecemasan akademik yang dirasakan oleh para remaja diakibatkan oleh tekanan akademik
yang berasal dari proses pembelajaran maupun permasalahan yang sehubungan dengan
aktivitas belajar. Tekanan akademik yang kerapkali dirasakan oleh remaja yaitu saat ulangan,
perlombaan peringkat, lingkungan antar kelas, guru, tuntutan waktu, masa depan, dan juga
karir. (Bariyyah, 2012).

Nevid berpendapat bahwasanya kecemasan adalah kondisi emosional yang memiliki


karakteristik keterangsanggan fisiologis, merasakan kepanikan yang tidak nyaman, dan rasa
kebingungan bahwasanya suatu hal yang bersifat inferior bakal menjadi nyata (Nevid, J.S.,
Rathus, S.A., dan Greene, 2005), h. 163).

Penggambaran di atas mengungkapkan ciri-ciri kecemasan secara umum, lalu saat ini
mengarah pada ciri-ciri kecemasan akademik. (Ottens, 1991), h. 5-7) mempunyai pendapat
bahwasanya etrdapat empat ciriciri kecemasan akademik.

a. Pola bahaya yang memunculkan tindakan emosi.

Siswa menunjukkan pemikiran, pemahaman dan asumsi yang memusat pada kesukaran
akademik yang ia tempuh. Terdapat tiga aktivitas mental yang berperan. Pertama dan
yang esensial adalah ketakutan. Siswa memerangkap dirinya pada ketakutan serta
berprasangka semua yang telah dikerjakan adalah fasik. Kedua, dialog diri yang
maladaptif. Siswa berbincang dengan pribadinya selama seharian atau di waktu-waktu
tertentu, yang menggambarkan bentuk dari percakapan secara insaf. Peringatan diri,
perintah diri, ucapan selamat kepada diri sendiri, dan bentuk minat terhadap suatu hal
ialah kerangka dari percakapan secara insaf. Namun ketika percakapan terjadi dalam
batin pada siswa yang menderita kecemasan akademik kerapkali dicirikan oleh komentar
diri yang ekstrem, salahsangka diri, dan keresahan bercakap dengan pribadinya yang
berakibat pada hadirnyanya perasaan khawatir dan berkembangnya kesempatan untuk
menjatuhkan rasa keteguhan diri diiringi menggerecoki siswa dalam penyelesaian
konflik. Ketiga, pemahaman yang stagnan dan keteguhan siswa perihal individunya dan
lingkungannya. Siswa mempunyai keteguhan yang fasik tentang esensialnya konflik
yang terpampang. Kaidah untuk menekankan kelayakan diri, memafhumi kaidah yang
paling patut supaya tergugah/ termotivasi baik untuk menggugah dan menyingkirkan
kecemasan, serta membasmi gagasan-gagasan fasik yang menanggung munculnya
kecemasan akademik

b. Perhatian yang memperlihatkan haluan yang keliru

Pekerjaan akademik seperti mengkaji literatur, ulangan, dan menyelesaikan


pekerjaanrumah (PR) memerlukan pemusatan otak yang memadai/ maksimum. Siswa
yang mengalami kecemasan akademik mengabaikan minat mereka bahkan sampai
melemah. Minat bisa dimodifikasi melewati gangguangangguan dari luar (tata krama
siswa lain, jam, vokalvokal bising), maupun melewati gangguan-gangguan dari dalam
(kegelisahan, termenung, reaksi tubuh).

c. Penderitaan secara fisik.

Kondisi fisik yang mengalami transformasi berkaitan dengan kecemasan yaitu tegangnya
otot, menegluarkan banyak keringat secara tiba-tiba, jantung berdegup lebih kencang,
dan tangan menggigil. Selain berubahnya reaksi fisik, terdapat pula pengalaman secara
sentimental dari munculnya kecemasan, awam menyebutnya perasaan lemah/ gagal,
diam terpaku, dan mengepal. Aspek fisik dan emosi dari kecemasan menjadi berantakan
apabila diuraikan seperti ancamaan atau terjadinya inti krusial lantaran minat sewaktu
berjalannya pekerjaan akademik.

d. Tingkah laku yang kurang tepat.

Berulangkali, siswa yang menderita kecemasan akademik memutuskan bertingkah laku


dengan aturan membentuk haluan yang sukar. Tingkah laku siswa memusat pada kondisi
akademik yang ambigu. Penjauhan (prokrastinasi) kebayakan ditemui, karena dengan
menampilkan pekerjaan yang tidak beres dan prestasi siswa perannya yang bersimpang
(sebagai contoh, ngobrol sendiri dengan teman ketika guru sedang menjelaskan materi
pelajaran berlangsung). Siswa yang mengalami kecemasanpun berupaya sungguh-
sungguh untuk mencoba menjawab soal ulangan atau betul-betul teliti dalam
menuntaskan guna menjauhi kekeliruan dalam menjawab soal ulangan.

Anda mungkin juga menyukai