Anda di halaman 1dari 12

Pariwisata, Vol. 5 No.

1 April 2018

Pengembangan Destinasi Pariwisata Halal Pada Era


Otonomi Luas di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Abdul Kadir Jaelani
UIN Sunan Kalijaga, zaelanialan@ymail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis latar belakang lahirnya
pengembangan Pariwisata Halal di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan kendala yang
dialami dalam melaksanakan Perda Pariwisata Halal serta upaya yang dilakukan oleh
Pemda tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, latar belakang lahirnya
Perda tentang Pariwisata Halal di Provinsi Nusa Tenggara Barat berlandaskan pada tiga
hal yaitu, pertama, landasan filosofisnya adalah pembangungan di bidang ekonomi dalam
rangka mendukung terwujudnya percepatan kesejahteraan masyarakat, pemerataan
kesempatan berusaha, memperoleh manfaat dan mampu menghadapi tantangan
perubahan kehidupan dengan tetap memperhatikan sistem nilai budaya yang berlaku di
masyarakat sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila. Kedua, landasan sosiologis
pengembangan Pariwisata halal adalah aspek demografis dan geografis Provinsi Nusa
Tenggara Barat sangat menunjang pelaksanaan pariwisata. Ketiga, landasan yuridis
pengembangan Pariwisata halal adalah atribusi dan delegasi dari Pasal 18 ayat (6) UUD
1945, Pasal 9 UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pasal 12 ayat (3) hurup b
dan Pasal 236 UU No, 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 5
Permenparkreat No. 2 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel
Syari’ah.
Kata Kunci: Pariwisata Halal, Otonomi Daerah dan Nusa Tenggara Barat.

ABSTRACT
This study aims to determine and analyze the background of the development of Halal
Tourism in West Nusa Tenggara Province and the obstacles experienced in implementing
the Halal Tourism Law and the efforts made by the local government. The results showed
that: First, the background of the birth on Halal Tourism in West Nusa Tenggara first,
the philosophical foundation is the development in the economic field in order to support
the realization of the acceleration of the welfare of the people, the equality of business
opportunities, the benefits and able to face the challenges of life change while
maintaining the cultural value system prevailing in the community in accordance with the
noble values of Pancasila. Second, sociological foundation of the birth on Halal Tourism
is the demographic and geographical aspect of West Nusa Tenggara Province is very
supportive of tourism implementation. Third, the legal basis on Halal Tourism is the
attribution and delegation of Article 18 paragraphs (6) of the 1945 Constitution, Article 9
of Law no. 10 of 2009 on Tourism, Article 12 paragraphs (3) letters b and Article 236 of
Law No. 23 of 2014 on Regional Government and Article 5 Permenparkreat No. 2 Year
2014 concerning Guideline for Sharia Business Operations.
Keywords: Halal Tourism, Regional autonomy and Nusa Tenggara Barat.

Naskah Masuk : 14 Maret 2018


Naskah Direvisi : 15 Maret 2018
Naskah Diterima : 9 April 2018

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 56
Pariwisata, Vol. 5 No. 1 April 2018

PENDAHULUAN bahwa, ruang lingkup pengaturan


Otonomi daerah berfungsi untuk pariwisata halal meliputi destinasi,
menciptakan keanekaragaman pemasaran dan promosi, industri,
penyelenggaraan pemerintahan, sesuai kelembagaan, pembinaan dan pengawasan
dengan kondisi dan potensi masyarakat dan pembiayaan. Pasal tersebut,
serta mengakomodasi keanekaragaman mewajibkan juga kepada industri
masyarakat, sehingga terwujud variasi pariwisata konvensional untuk
struktur politik untuk menyalurkan aspirasi menyediakan arah kiblat di kamar hotel,
masyarakat. (Jeddawi, 2008) Pasal 1 ayat informasi masjid terdekat, tempat ibadah
(6) Undang-Undang Nomor 23 Tahun bagi wisatawan dan karyawan muslim,
2014 tentang Pemerintahan Daerah keterangan tentang produk halal/tidak
menyebutkan bahwa otonomi daerah halal, tempat berwudhu yang terpisah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan, sarana
daerah otonom untuk mengatur dan pendukung untuk melaksanakan sholat,
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan dan tempat yang terpisah antara laki-laki
kepentingan masyarakat setempat dalam dan perempuan dan memudahkan untuk
sistem Negara Kesatuan Republik bersuci. Adapun industri pariwisata halal
Indonesia. adalah usaha-usaha wisata yang menjual
Pada pengertian lain, Samsul Wahidin jasa dan produk kepariwisataan yang
memandang bahwa otonomi daerah berpatokan pada prinsip-prinsip syari’ah
sebagai suatu hak untuk mengatur dan sebagaimana yang ditetapkan oleh DSN-
memerintah daerah sendiri. Hak tersebut MUI.
sumbernya dari desentralisasi, Pariwisata halal merupakan kegiatan
dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang kunjungan wisata dengan destinasi dan
dilimpahkan oleh pemerintah pusat sebagai industri pariwisata yang memenuhi unsur
refleksi komitmen bersama yang harus syariah di Pulau Lombok dan Pulau
senantiasa dijadikan sebagai landasan Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat.
utama pelaksanaan pemerintahan. Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki
(Wahidin, 2013). Desentralisasi adalah kekayaan alam dan budaya yang sangat
penyerahan urusan pemerintahan oleh bervariasi dan prospek bagi pengembangan
Pemerintah Pusat kepada daerah otonom kepariwisataan. Keberadaan geografis
berdasarkan asas otonomi. Adapun yang letaknya berdekatan dengan Bali
desentralisasi bidang kepariwisataan sebagai barometer pariwisata Indonesia ini
adalah urusan pemerintahan konkuren menciptakan dan memberikan keuntungan
yang menjadi kewenangan dalam urusan tersendiri dalam distribusi wisatawan
pemerintahan pilihan. Salah satu urusan mancanegara, karena Provinsi NTB
pemerintahan pilihan tersebut meliputi dianggap menjadi daerah tujuan wisata
penyerahan urusan pemerintah pusat ke alternatif setelah bali. (Bappenas, 2013).
daerah untuk menetukan sumber-sumber Hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan
daya tarik wisata, kawasan strategis wisatawan ke Provinsi Bali pada tahun
pariwisata, dan destinasi pariwisata. (Pasal 2016 sebanyak 4.904.175 orang, (Dinas
12 ayat (3) hurup b Undang-Undang 23 Pariwisata Bali, 2017) sedangkan pada
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah) tahun 2016 Nusa Tenggara Barat sebanyak
Pariwisata Halal adalah kegiatan 3.094.437 orang. (Dinas Kebudayaan dan
kunjungan wisata dengan destinasi dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat,
industri pariwisata yang menyiapkan 2017).
fasilitas produk, pelayanan, dan Berdasarkan data kunjungan wisatawan
pengelolaan pariwisata yang memenuhi lima tahun terakhir, perkembangan
syari’ah. Pasal 5 Peraturan Daerah Provinsi kunjungan wisatawan ke Nusa Tenggara
Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2016 Barat mengalami peningkatan yang
tentang Pariwisata Halal menyebutkan signifikan dibandingkan dengan Provinsi

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 57
Pariwisata, Vol. 5 No. 1 April 2018

Bali. Perkembangan kunjungan wisatawan KAJIAN LITERATUR


dari tahun ke tahun, baik wisatawan Tinjauan tentang Pariwisata Halal
mancanegara maupun wisatawan nusantara Perkembangan konsep wisata halal
pada periode tahun 2012-2016, mengalami berawal dari adanya jenis wisata jiarah dan
peningkatan rata-rata sebesar 29,84%. religi (pilgrims tourism/spiritual tourism).
Peningkatan data tersebut menurut Burhan Dimana pada tahun 1967 telah
Bungin disebabkan oleh brand yang dilihat dilaksanakan konferensi di Cordoba,
wisatawan. Lebih jauh Burhan Bungin Spanyol oleh World Tourism Organization
berpendapat bahwa brand akan (UNWTO) dengan judul “Tourism and
merangsang terciptanya pembelian dan Religions: A Contribution to the Dialogue
perbedaan kunjungan wisatawan di kedua of Cultures, Religions and Civilizations”.
Provinsi disebabkan karena brand di kedua Wisata jiarah meliputi aktivitas wisata
Provinsi ini dikonstruksi secara berbeda yang didasarkan atas motivasi nilai religi
sehingga memberi rangsangan yang tertentu seperti Hindu, Budha, Kristen,
berbeda pula kepada wisatawan yang Islam, dan religi lainnya. Seiring waktu,
mengunjunginya. (Bungin, 2015) fenomena wisata tersebut tidak hanya
Peningkatan kunjungan wisatawan setiap terbatas pada jenis wisata jiarah/religi
tahunnya tentu membawa pengaruh tertentu, namun berkembang ke dalam
terhadap peningkatan pendapatan daerah bentuk nilai-nilai baru yang bersifat
dari sektor pariwisata khususnya universal seperti kearifan lokal, memberi
penerimaan dari pajak hotel, pajak manfaat bagi masyarakat dan unsur
lestoran, pajak hiburan, retribusi tempat pembelajaran. Dengan demikian bukanlah
rekreasi dan olahraga dan retribusi rumah hal yang mustahil jika wisatawan muslim
potong hewan. Peningkatan tersebut menjadi segmen baru yang sedang
tentunya berdampak positif terhadap berkembang di arena pariwisata dunia.(
penerimaan devisa dan pendapatan asli Priyadi, 2016)
daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pengembangan wisata halal pada dasarnya
Nusa Tenggara Barat adalah salah satu bukanlah wisata eksklusif karena
Provinsi yang mempunyai banyak destinasi wisatawan non-Muslim juga dapat
alam dan pantai. (Ahyamudi, 2016). menikmati pelayanan yang berdasarkan
Potensi pesona keindahan alam serta nilai-nilai kehalalan. Wisata halal bukan
keunikan budaya yang dimiliki tersebut, hanya meliputi keberadaan destinasi ziarah
bukan berarti permasalahan di bidang dan religi, melainkan pula mencakup
pariwisata dapat terselesaikan. Pemerataan ketersediaan fasilitas pendukung, seperti
pembangunan pariwisata belum terlaksana restoran dan hotel yang menyediakan
dengan baik seperti fasilitas dan pelayanan makanan halal dan tempat shalat. Produk
pemenuhan infrastruktur dasar, seperti air dan jasa wisata, serta tujuan wisata dalam
bersih, listrik, jalan, bandara, pelabuhan, pariwisata halal adalah sama seperti wisata
atraksi, pengemasan wisata yang menarik umum. Contohnya adalah menyediakan
dan promosi destinasi pariwisata masih tempat ibadah nyaman seperti yang
sangat terbatas, padahal wisatawan dilakukan Thailand dan negara lainnya
mengharapkan adanya pelayanan ekstra yang telah menerapkan konsep tersebut
yang memberikan kepuasan dalam tuntutan terlebih dahulu. Potensi wisata halal di
atraksi. Permintaan atraksi wisata harus Indonesia sangat besar dan bisa menjadi
dipenuhi dengan tindakan-tindakan yang alternatif selain wisata konvensional,
menarik seperti objek-objek wisata, hanya saja branding dan pengemasannya
pertunjukan kesenian, hiburan, upacara masih belum memiliki konsep yang tepat.
adat yang diadakan oleh masyarakat (Andriani, 2015).
setempat dan cindera mata Pariwisata halal merupakan usaha
pengembangan, Kemenparekraf yang
menggandeng Dewan Syariah Nasional

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 58
Pariwisata, Vol. 5 No. 1 April 2018

(DSN), Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sebelum otonomi daerah dilaksanakan,


dan Lembaga Sertifikasi Usaha (LSU) fungsi pemerintahan yang bersifat lokal
Tahun 2014 untuk menyusun pedoman tersebut dikelola oleh Pemerintah Pusat.
penyelenggaraan usaha hotel syariah Hal ini cenderung tidak memberikan
melalui Peraturan Menteri Pariwisata dan dampak yang relatif lebih besar sehingga
Ekonomi Kreatif Nomor 2 Tahun 2014. pengelolaan destinasi di daerah menjadi
Permen tersebut berisikan kriteria hotel kurang efisien. Melalui kebijakan otonomi
syariah dengan kategori hilal 1 dan hilal 2 daerah, Pemerintah juga inginmewujudkan
yang dinilai dari aspek produk, pelayanan, keadilan horisontal dan vertikal serta
dan pengelolaan. Hilal 1 merupakan hotel membangun kepariwisataan dilakukan
syariah yang masih memiliki kelonggaran berdasarkan rencana induk pembangunan
dalam aturan syariah, misalnya, dalam kepariwisataan yang terdiri atas rencana
hotel ini setiap makanan dan restoran induk pembangunan kepariwisataan
dipastikan halal, sedangkan dalam hotel nasional, rencana induk pembangunan
hilal 2, segala hal yang tidak kepariwisataan provinsi dan rencana induk
diperbolehkan dalam aturan syariah pembangunan kepariwisataan kabupaten/
memang sudah diterapkan dalam hotel kota. (Manan, 2002).
syariah. Desentralisasi bidang pariwisata adalah
Desentralisasi Kepariwisataan di Era urusan pemerintahan konkuren yang
Otonomi Daerah. menjadi kewenangan dalam urusan
Sejalan dengan bergulirnya tuntutan pemerintahan pilihan. Salah satu urusan
reformasi di berbagai bidang, pengelolaan pemerintahan pilihan tersebut meliputi
pariwisata dan daerah juga mengalami penyerahan urusan pemerintah pusat ke
reformasi. Pemikiran tentang reformasi di daerah untuk menetukan sumber-sumber
bidang pariwisata sebenarnya sudah daya tarik wisata, kawasan strategis
dimulai sejak awal tahun 90-an berkaitan pariwisata, dan destinasi pariwisata. Secara
dengan upaya untuk mendukung konseptual desentralisasi pariwisata
pelaksanaan desentralisasi daerah, kewenangan antara pusat dan daerah ini
mendayagunakan, melestarikan, dan mencakup empat hal pokok. Pertama,
meningkatkan mutu objek dan daya tarik wewenang dan tugas daerah (expenditure
wisata, serta meningkatkan pendapatan assignment) dalam mengelola destinasi
nasional dalam rangka meningkatkan pariwisata. Kedua, wewenang daerah
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. untuk memasarkan pariwisata. Ketiga,
(Basuki, 2015). wewenang daerah untuk mengembangkan
Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor ekonomi kreatif melalui pemanfaatan dan
10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan perlindungan hak kekayaan intelektual.
menyebutkan bahwa pembangunan Keempat, wewenang daerah untuk
kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas mengembangkan sumber daya pariwisata
manfaat, kekeluargaan, adil, merata, dan ekonomi kreatif. (Nurbaningsih,
keseimbangan, kemandirian, kelestarian, 2011).
partisipatif, berkelanjutan, demokratis, Dalam bidang destinasi pariwisata,
kesetaraan dan kesatuan yang diwujudkan Pemerintah Pusat mempunyai wewenang
melalui pelaksanaan rencana pembangunan sebagai berikut, pertama, penetapan daya
kepariwisataan dengan memperhatikan tarik wisata, kawasan strategis pariwisata,
keanekaragaman, keunikan dan kekhasan dan destinasi pariwisata. Kedua,
budaya dan alam, serta kebutuhan manusia pengelolaan daya tarik wisata nasional.
untuk berwisata, yang telah Ketiga, pengelolaan kawasan strategis
didesentralisasikan dapat tercermin pada pariwisata nasional, keempat, pengelolaan
pelaksanaan fungsi pelayanan destinasi pariwisata nasional dan
pemerintahan yang bersifat lokal. penetapan tanda daftar usaha pariwisata
lintas Daerah Provinsi. Adapun Pemerintah

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 59
Pariwisata, Vol. 5 No. 1 April 2018

Daerah Provinsi dalam bidang destinasi dengan cara wawancara langsung terhadap
pariwisata mempunyai wewenang narasumber dan responden yang
pengelolaan daya tarik wisata provinsi, berkompeten dan terkait dengan masalah
pengelolaan kawasan strategis pariwisata yang diteliti. Lokasi penelitian dalam
provinsi, pengelolaan destinasi pariwisata penelitian ini adalah di Provinsi Nusa
provinsi dan penetapan tanda daftar usaha Tenggara Barat. (Sumardjono, 2014).
pariwisata lintas Daerah kabupaten/kota Dalam penelitian ini peneliti juga
dalam 1 (satu) Daerah Provinsi. Sedangkan menetapkan berbagai narasumber dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam responden. Penentuan responden dilakukan
bidang destinasi pariwisata mempunyai dengan menggunakan pertimbangan-
wewenang mengelola daya tarik wisata pertimbangan dan kriteria-kriteria tertentu
kabupaten/kota, mengelola kawasan dengan berbekal pengetahuan yang cukup
strategis pariwisata kabupaten/kota, tentang populasi responden. Penentuan
mengelola destinasi pariwisata kabupaten/ responden berdasarkan kriteria-kriteria
kota dan menetapkan tanda daftar usaha tertentu yang dipandang mempunyai
pariwisata kabupaten/kota. (Zamboni, hubungan yang erat dengan masalah yang
2010). diteliti dan sesuai dengan tujuan penelitian.
Kriteria yang dimaksud antara lain dengan
METODE PENELITIAN memperhatikan kinerja, jabatan,
Jenis dan Sifat Penelitian keterlibatan, peran responden dalam
Jenis penelitian yang digunakan dalam pengelolaan pariwisata, responden tinggal
menyusun penelitian ini adalah penelitian di Nusa Tenggara Barat atau wisatawan
kombinasi antara penelitian hukum normatif yang pernah datang ke Nusa Tenggara
dan penelitian hukum empiris. Penelitian Barat. (Soekanto, 2010)
hukum normatif lebih mengutamakan studi Data sekunder merupakan bahan
pustaka (library research) yaitu kegiatan hukum dalam penelitian yang diambil dari
pengumpulan data yang berasal dari studi kepustakaan yang terdiri dari bahan
berbagai literatur baik dari perpustakaan hukum primer, bahan hukum sekunder dan
maupun tempat lain, (Arikumto, 1993) bahan non hukum. Data Sekunder
sedangkan penelitian hukum empiris yaitu diperoleh dengan studi dokumentasi dan
penelitian yang diperoleh langsung dari penelusuran literatur yang berkaitan
lapangan (field research) yaitu dengan dengan penelitian ini. Bahan hukum untuk
melakukan pengamatan dan wawancara memperoleh data sekunder terdiri dari
yang mendalam (in depth interview) dengan bahan hukum primer, bahan hukum
para responden dan narasumber yang sekunder dan tersier. (Fajar dan Achmad,
berkompeten dan terkait dengan masalah 2010).
yang diteliti. Penelitian ini bersifat
deskriptif, yakni penelitian yang bertujuan PEMBAHASAN
untuk mendata dan mengklasifikasi gejala- Latar Belakang Lahirnya Pariwisata
gejala yang digambarkan oleh peneliti Halal di Provinsi Nusa Tenggara Barat
dengan sebanyak mungkin diusahakan Landasan Filosofis
mencapai kesempurnaan atas dasar Pembangunan kepariwisataan halal sebagai
bangunan permasalahan penelitian. salah satu sektor pembangunan yang
(Sumardjono, 2014). mendukung pembangunan di bidang
Data Penelitian ekonomi diarahkan dalam rangka
Penelitian ini menggunakan data primer mendukung terwujudnya percepatan
dan data sekunder. Data primer merupakan kesejahteraan masyarakat, pemerataan
data yang diperoleh langsung dari kesempatan berusaha, memperoleh
sumbernya yang berupa fakta-fakta manfaat dan mampu menghadapi
empiris. Data primer diperoleh secara tantangan perubahan kehidupan lokal,
langsung dari lokasi penelitian yaitu nasional dan global dengan tetap

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 60
Pariwisata, Vol. 5 No. 1 April 2018

memperhatikan sistem nilai budaya yang mengandung dimensi duniawi dan


berlaku di masyarakat sesuai dengan nilai- sekaligus ukhrawi. Kebersihan, kesucian
nilai luhur pancasila. (Wawancara dengan dan baik atau buruk sesuatu pangan dan
Narasumber atas nama Ruslan Turmudzi, produk lainnya termasuk kosmetik dan
Anggota DPRD Provinsi NTB, 2017) Sila obat yang digunakan orang Islam
Peratama dari Pancasila adalah Ketuhanan senantiasa terkait dengan hukum halal atau
Yang Maha Esa, yang secara filosofis haram. Oleh karena itu, umat Islam perlu
mempengaruhi masyarakat Nusa Tenggara mengetahui informasi yang jelas tentang
Barat (NTB) dalam menyambut dan halal dan haram pangan dan produk
memperlakukan tourism (tamu) sesuai lainnya seperti makanan, minuman,
dengan konsep Islam yang tidak destinasi dan barang gunaan lain.
bertentangan dengan nilai-nilai dan etika (Wawancara dengan Narasumber atas
yang hidup di masyarakat berhubungan nama H. Abdurrahman Kuling, Sekretaris
dengan konsep halal dan haram. Prinsip MUI NTB, 2017).
halal bagi masyarakat NTB diartikan Wisata halal sebagai model kegiatan yang
dibenarkan, sedangkan haram diartikan baru dalam pembangunan di sektor
dilarang. Konsep halal dipandang sebagai kepariwisataan dapat mengakomodir
hukum makanan apa saja yang boleh kebutuhan wisatawan nusantara dan
dikonsumsi oleh tourism (tamu) sesuai mancanegara yang beragama Islam
keyakinannya, konsuekensinya adalah khususnya dalam melaksanakan kegiatan
perlindungan konsumen. (Wawancara ibadahnya ketika berada di suatu lokasi
dengan Narasumber atas nama Heriadi, dan destinasi wisata yang ada. Hal ini
Sekretaris LPPOOK MUI NTB, 2017). merupakan suatu kebutuhan keagamaan
Semua agama dan ajaran, khususnya Islam yang asasi bagi ummat sesuai dengan
sangat mementingkan kebaikan dan agama yang dianutnya, sehingga dalam
kebersihan dalam semua aspek. Dari segi mereka berwisata pada suatu destinasi
makanan dan barang, semua agama selalu tersedia dan ada kemudahan bagi
memerintahkan umatnya agar memakan mereka dalam memenuhi kebutuhan dalam
dan menggunakan bahan-bahan yang baik, pelaksanaan ibadah, selain itu, sertifikasi
suci, dan bersih. Makanan merupakan halal bagi makanan dan minuman yang
tolok ukur dari segala cerminan penilaian disuguhkan kepada para wisatawan juga
awal yang bisa mempengaruhi berbagai menjadi syarat terwujudnya wisata halal.
bentuk perilaku seseorang. Makanan bagi (Wawancara dengan Narasumber atas
umat Islam tidak sekedar sarana nama Muzihir, Anggota Fraksi Partai
pemenuhan kebutuhan secara lahiriah, Persatuan Pembangunan Dewan
akan tetapi juga bagian dari kebutuhan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Nusa
spiritual yang mutlak dilindungi. Dengan Tenggara Barat, 2017). Pemerintah Daerah
demikian halal-haram bukanlah persoalan Nusa Tenggara Barat berkewajiban untuk
sederhana yang dapat diabaikan, dapat menjamin agar berwisata sebagai
melainkan masalah yang amat penting dan hak setiap orang dapat ditegakkan
mendapat perhatian besar dalam ajaran sehingga mendukung tercapainya
agama Islam, karena masalah ini tidak peningkatan harkat dan martabat manusia,
hanya menyangkut hubungan antar sesama peningkatan kesejahteraan, serta
manusia, tetapi juga hubungan manusia persahabatan antarbangsa dalam rangka
dengan Allah SWT, seorang muslim tidak mewujudkan perdamaian dunia. Dalam
dibenarkan mengkonsumsi sesuatu menghadapi perubahan global dan
makanan sebelum ia tahu benar akan penguatan hak pribadi masyarakat untuk
kehalalannya. Mengkonsumsi yang haram menikmati waktu luang dengan berwisata,
atau yang belum diketahui kehalalannya perlu dilakukan pembangunan
akan berakibat buruk, baik di dunia kepariwisataan yang bertumpu pada
maupun di akhirat. Masalah ini keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 61
Pariwisata, Vol. 5 No. 1 April 2018

bangsa dengan tetap menempatkan Provinsi NTB, yang terbagi menjadi 1,5
kebhinekaan sebagai suatu yang hakiki juta laki-laki dan 1,7 juta perempuan, dari
dalam bingkai Negara Kesatuan Republik segi agama, homogenitas penduduk
Indonesia. (Wawancara dengan masyarakat Nusa Tenggara Barat
Narasumber atas nama Siti Hadijah, mayoritas beragama Islam, dengan
Kasubbag Rancangan Peraturan Daerah gambaran kehidupan yang Islami seakan
Biro Hukum Provinsi Nusa Tenggara terwujud dari banyaknya jumlah masjid
Barat, 2017). yang berdiri di povinsi ini. (Badan Pusat
Landasan Sosiologis Stastik, 2017).
Lahirnya pariwisata halal tidak terlepas Persebaran penduduk menurut jenis
dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk kelamin di Provinsi Nusa Tenggara Barat
akan menjadi salah satu modal utama sangat mendukung pengembangan industri
dalam pembangunan kepariwisataan halal pariwisata halal, mengingat pengembangan
di Nusa Tenggara Barat pada masa industri pariwisata halal yang merupakan
sekarang dan yang akan datang karena industri berbasis layanan hospitality sangat
memiliki fungsi ganda, di samping sebagai membutuhkan tersedianya tenaga kerja
aset sumber daya manusia, juga berfungsi perempuan dan laki-laki. Saat ini, industri
sebagai sumber potensi wisatawan pariwisata di Nusa Tenggara Barat
nusantara. Secara sosiologis, aspek menyerap lebih banyak tenaga kerja
kependudukan di Provinsi Nusa Tenggara perempuan dibandingkan tenaga kerja laki-
Barat sangat menunjang pelaksanaan laki, yang terlihat dari serapan tenaga kerja
pariwisata halal karena dengan kondisi per-sektor di Nusa Tenggara Barat di mana
masyarakat yang relatif homogen baik dari proporsi tenaga kerja perempuan yang
sisi etnis maupun agama. (Jaelani, 2014). bekerja di sektor perdagangan, hotel dan
Berdasarkan stastik tahun 2016 terlihat restoran sebesar 28,86 %, sementara
bahwa Provinsi Nusa Tenggara Barat tenaga kerja laki-laki hanya sebesar 12,30
dihuni oleh tiga suku dominan, yaitu %. Selain didukung oleh aspek sosiologis,
Sasak, Bima, dan Sumbawa yang masing- pariwisata halal juga sangat didukung oleh
masing masih memiliki beberapa sub etnis, faktor geografis. (Jaelani, 2017).
serta beberapa etnis lain dalam jumlah Secara geografis, Nusa Tenggara Barat
yang lebih sedikit seperti misalnya Dompu, terletak pada segitiga emas destinasi
Bali, Jawa, Bugis, Donggo dan lainnya. pariwisata utama di Indonesia yakni Pulau
Suku Sasak adalah penduduk asli Lombok Bali di sebelah barat, Tana Toraja dan
yang mendiami lebih dari 2/3 Provinsi Bunaken di sebelah utara, dan Pulau
Nusa Tenggara Barat, terdapat juga suku Komodo di sebelah timur. Nusa Tenggara
Samawa dan Mbojo yang berasal dari Barat juga berada pada segitiga emas
Pulau Sumbawa, suku Bali yang sudah pelayaran lintas nasional dan internasional
berada di Lombok sejak permulaan abad yakni Surabaya di sebelah barat, Makassar
ke 15, dan sekelompok kecil keturunan di utara dan Darwin Australia di timur.
Cina dan Arab yang diperkirakan telah Posisi ini memberikan berkah kepada
mendiami pulau Lombok sejak ratusan Provinsi Nusa Tenggara Barat karena tidak
tahun silam. Mayoritas penduduk Nusa hanya strategis sebagai destinasi wisata
Tenggara Barat, terutama suku Sasak, tetapi juga tempat transit kapal-kapal layar
Samawa, dan Mbojo, beragama Islam, dari Darwin. Nusa Tenggara Barat juga
walaupun demikian, seni budaya dilalui oleh garis wallace, yakni garis
masyarakat di daerah ini adalah musik dan pemisah antara kelompok spesies flora dan
tarian, lebih banyak dipengaruhi fauna Benua Asia dan Australia.
kebudayaan Hindu dari pada Islam. Jumlah Akibatnya, Nusa Tenggara Barat memiliki
penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat spesies flora dan fauna yang unik, karena
pada tahun 2016 tercatat sebanyak 3,2 juta menjadi titik pertemuan pengaruh kedua
jiwa atau 70% dari jumlah penduduk benua tersebut. Posisi ini menjadikan Nusa

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 62
Pariwisata, Vol. 5 No. 1 April 2018

Tenggara Barat tempat yang menarik kewenangan membentuk peraturan yang


untuk dikembangkan pariwisata halal. dilakukan oleh peraturan perundang-
Landasan Yuridis undangan yang lebih tinggi kepada
Peraturan Daerah (Perda) merupakan peraturan perundang-undangan yang lebih
peraturan terendah dalam sistem hierarki rendah. Ciri yang melekat dalam delegasi
peraturan perundang-undangan, yang kewenangan pembentukan peraturan
memiliki arti strategis dalam rangka perundang-undangan adalah pendelegasian
memberi isi otonomi daerah. Perda harus dilakukan oleh badan yang
dibentuk untuk melaksanakan segala hal berwenang, pendelegasian menyebabkan
yang menyangkut otonomi dan tugas hilangnya wewenang bagi delegant dalam
pembantuan, dimaksudkan agar dapat jangka waktu yang telah ditentukan,
terwujud kesejahteraan masyarakat karena delegataris (penerima delegasi wewenang)
pemerintah daerah yang lebih tahu harus bertindak atas nama sendiri, dan oleh
kebutuhan terkait di daerah. Perda karen itu seorang delegataris bertanggung
merupakan peraturan untuk melaksanakan jawab secara eksternal terhadap segala
aturan hukum di atasnya dan menampung pelaksanaan kekuasaan yang timbul dari
kondisi khusus dari daerah yang pendelegasian kekuasaan itu dan sub
bersangkutan. Kondisi khusus daerah yang delegasi hanya dapat dilakukan apabila ada
dimaksud bukan sematamata karena persetujuan dari delegant. (Muchsan,
adanya UU yang memberikan otonomi 1988).
khusus. Klausula bahwa Perda mengatur Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara
kondisi khusus karena dianggap sebagai Barat Nomor 2 Tahun 2016 merupakan
peraturan yang paling dekat dalam atribusi dan delegasi dari Pasal 18 ayat (6)
mengakomodasi nilai-nilai masyarakat di UUD 1945, Pasal 9 Undang-Undang
daerah. Nilai-nilai tesebut diidentifikasi Nomor 10 Tahun 2009 tentang
sebagai kondisi khusus daerah. (Rimdan, Kepariwisataan, Pasal 12 ayat (3) hurup b
2012). dan Pasal 236 Undang-Undang Nomor 23
Sumber kekuasaan dalam pembentukan Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Perda tidak dapat dilepaskan dari dan Pasal 5 Peraturan Menteri Pariwisata
pembagian kekuasaan untuk mengatur di dan Ekonomi Kreatif Nomor 2 Tahun 2014
dalam suatu negara. Kekuasaan tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha
mengatur dilakukan secara atributif dan Hotel Syari’ah. Pariwisata halal
delegatif. Kedua cara perolehan kekuasaan merupakan ciri khas kedaerahan (muatan
itu mempunyai ciri-ciri yang berbeda lokal) di Nusa Tenggara Barat. Tekhnis
dalam pembentukan peraturan perundang- Penyusunan Perda Pariwisata Halal
undangan. Perolehan secara atributif akan melalui tiga tahap yaitu terencana, terpadu
menyebabkan terjadinya pembentukan dan sistematis. Terencana merupakan skala
kekuasaan karena kekuasaan itu berasal waktu (jangka panjang, menengah dan
dari keadaan yang belum ada menjadi ada. pendek), dalam rangka menterjemahkan
Atribusi kewenangan pembentukan RPJPD, RPJMD, dan RKPD, sedangkan
peraturan perundang-undangan yang terpadu merupakan pelibatan berbagai
dimaksud adalah pemberian kewenangan instansi dan pemangku kepentingan agar
membentuk peraturan oleh grondwet dapat menampung berbagai aspirasi dan
(Undang-Undang Dasar) atau oleh Wet permasalahan yang berkembang dan
(Undang-Undang) kepada suatu lembaga sistematis yang merupakan disusun
negara atau lembaga pemerintahan baik di berdasarkan kajian yang dikaitkan secara
tingkat pusat maupun daerah. (Indrati, substantif dengan peraturan perundang-
2007). undangan lainnya dan yang lebih tinggi
Terkait dengan pengertian delegasi untuk menghindari komplikasi. (Setiadi,
kewenangan dalam pembentukan peraturan 2017).
perundang-undangan adalah pelimpahan

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 63
Pariwisata, Vol. 5 No. 1 April 2018

Kendala dan Upaya Pemerintah kemudian diformulasikan sebagai


Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam komponen pendapatan asli daerah (PAD).
melaksanakan Pariwisata Halal Melalui PAD, pemerintah daerah
Upaya mengukuhkan peran dan posisi diharapkan mampu mendanai
sektor pariwisata halal sebagai pilar penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
strategis pembangunan kepariwisataan pembangunan daerah, yang pada akhirnya
yang berdaya saing dan berkelanjutan di dapat mewujudkan pemerataan
Nusa Tenggara Barat, tidak dapat kesejahteraan masyarakat lokal. Daerah
dipungkiri masih dihadapkan pada dituntut untuk lebih mampu meningkatkan
sejumlah permasalahan dan kendala yang PAD-nya dalam rangka melaksanakan
menuntut langkah dan upaya yang taktis desentralisasi fiskal, serta mengatur dan
dan terpadu dalam mengatasinya. Kendala mengurus rumah tangganya sendiri demi
dan upaya tersebut dapat dijabarkan tercapinya tujuan pemerataan
sebagai berikut: kesejahteraan masyarakat sebagaimana
Pengaturan terhadap Industri dan yang diharapkan.
Destinasi Pariwisata Halal Desentalisasi fiskal merupakan suatu
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah proses distribusi anggaran dari tingkat
(PAD) sektor pajak tidak diikuti ole pemerintahan yang lebih tinggi ke
peningkatan retribusi sektor tempat pemerintahan yang lebih rendah untuk
rekreasi dan olahraga, karena mendukung fungsi atau tugas pemerintah
Pemerintahan Kota Mataram dan yang dilimpahkan. Prinsip dasarnya adalah
Kabupaten Lombok Timur belum money follow functions, artinya
menetapkan Perda Induk Pariwisata. penyerahan atau pelimpahan wewenang
Kewenangan Daerah dalam menetapkan pemerintah membawa konsekuensi
Perda Induk Pariwisata seharusnya anggaran yang diperlukan untuk
memperhatikan kriteria pungutan Daerah melaksanakan kewenangan tersebut. (
yang telah ditetapkan dalam PDRD. Soebechi, 2012).
Pasal 23 A UUD Tahun 1945, merupakan Pemberdayaan Organisasi Masyarakat
dasar pemungutan pajak yang berbunyi dalam Mewujudkan Ketertiban dan
pajak dan pungutan lain yang bersifat Keamanan Wisatawan Berkunjung ke
memaksa untuk keperluan negara diatur Destinasi
dengan undang-undang. Ketentuan tersebut Kriminalitas di Kabupaten Lombok Timur
menegaskan bahwa retribusi harus dan Kota Mataram dan Lombok pada
berdasarkan undang-undang karena umumnya merupakan persoalan krusial.
memberikan imbalan yang secara langsung Kota Mataram dan Kabupaten Lombok
dapat ditunjuk. Peralihan kekayaan yang Timur menampilkan religiusitas
tanpa imbalan hanya dapat berupa, (pariwisata halal) sekaligus kriminalitas.
perampokan, pencurian, perampasan atau Religiusitas (pariwisata halal) ditunjukkan
pemberian secara sukarela, oleh karenanya dengan julukan sebagai daerah dengan
semua pungutan pajak dan pungutan seribu masjid, dan pada saat yang
lainnya harus terlebih dahulu mendapatkan bersamaan angka kriminalitas di sana
perstujuan dari rakyat melalui Dewan pernah sampai pada tahap terang-terangan.
Perwakilan Rakyat. Falsafah ini sama Apabila melakukan tindak kriminal tidak
dengan falsafah pajak di Inggris yaitu no lagi dibuat dengan sembunyi-sembunyi
taxation without representation dan tetapi dilakukan secara terbuka dan
Amerika “taxation without representation menyatakan niatnya di awal. Munculnya
is robberry.( Soebechi, 2012). “kampung maling” di beberapa tempat
Salah satu sumber pendapatan daerah menjadi gambaran lain yang menunjukkan
adalah pengenaan pungutan daerah berupa betapa persoalan keamanan dan ketertiban
pajak daerah dan retribusi daerah yang wisatawan menjadi persoalan serius di
ditetapkan dengan peraturan daerah daerah ini. (Maladi, 2007).

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 64
Pariwisata, Vol. 5 No. 1 April 2018

Menurut Zubain & Murdiono, selaku ketua adalah Elang Merah dan Amphibi. Institusi
pemuda kreatif Kecamatan Jerowaru keamanan tersebut berjejaring dan bekerja
menyatakan bahwa, tingginya angka sampai pada tingkat desa. Mereka bahkan
kriminalitas disebabkan oleh beberapa hal, memiliki sarana keamanan yang relatif
pertama, kemiskinan merupakan salah satu lengkap dan mengikuti pola kerja yang
faktor yang secara psikiologis lebih intensif dalam mengkonsolidasikan
mengarahkan masyarakat untuk keamanan di daerah. Untuk saat ini
menghalalkan segala cara dalam Pemerintah Daerah Provinsi Nusa
pemenuhan kebutuhan hidup. Secara Tenggara Barat dan Elang Merah-Amphibi
umum angka kemiskinan tidak kurang dari melakukan kerjasama dalam menciptakan
50%. Kemiskinan sendiri muncul dari keamanan di Nusa Tenggara Barat.
bekerjanya beberapa faktor diantaranya
kondisi alam yang kering dan keterlibatan PENUTUP
masyarakat sekitar obyek destinasi sangat Berdasarkan hasil penelitian dan
terbatas. Pada saat yang bersamaan, pembahasan pada sebelumnya, maka dapat
keterampilan, keahlian dan skill penduduk ditarik kesimpulan sebagai berikut:
sekitar sangat terbatas tentang pariwisata, Latar belakang lahirnya Pariwisata Halal di
bukan hanya dalam variasi jumlah tetapi Provinsi Nusa Tenggara Barat
sekaligus kualitas dari skill penduduk itu berlandaskan pada tiga hal yaitu, landasan
sendiri. (Jaelani, 2017). yuridis, filosofis dan sosiologis. Landasan
Kedua, prilaku kriminalitas, seperti yuridis lahirnya Perda Provinsi Nusa
maling, juga dikukuhkan dengan budaya. Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2016
Saharudin selaku Dewan Takepan merupakan atribusi dan delegasi dari Pasal
Masyarakat Adat Sasak menyatakan 18 ayat (6) UUD 1945, Pasal 9 Undang-
bahwa, ritual mencuri mempelai wanita Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
difasiltasi oleh adat sebagai bagian dari Kepariwisataan, Pasal 12 ayat (3) hurup b
mempertahankan martabat seseorang. dan Pasal 236 Undang-Undang Nomor 23
Bahkan, lebih lanjut ditunjukkan olehnya Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
bahwa para pencuri ulung akan diangkat dan Pasal 5 Peraturan Menteri Pariwisata
sebagai datu maling/raja pencuri. Ketiga, dan Ekonomi Kreatif Nomor 2 Tahun 2014
keterbatasan aparat kepolisian menjadi tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha
persoalan lain yang mendorong Hotel Syari’ah. Sedangkan landasan
kriminalitas di Kota Mataram dan filosofisnya adalah pembangungan di
Kabupaten Lombok Timur. Kelangkaan bidang ekonomi dalam rangka mendukung
aparat kepolisian bukan hanya persoalan terwujudnya percepatan kesejahteraan
Kota Mataram dan Kabupaten Lombok masyarakat, pemerataan kesempatan
Timur semata, tetapi ia menjadi semakin berusaha, memperoleh manfaat dan
problematik ketika kriminalitasnya tinggi. mampu menghadapi tantangan perubahan
Berbagai kriminalitas yang dialami oleh kehidupan dengan tetap memperhatikan
wisatawan yang tidak mampu ditangani sistem nilai budaya yang berlaku di
secara baik melahirkan efek sendiri bagi masyarakat sesuai dengan nilai-nilai luhur
perkembangan pariwisata halal. pancasila serta mengakomodir kebutuhan
Karenanya, kriminalitas berkembang wisatawan dalam melaksanakan kegiatan
dengan baik sementara itu ketersediaan ibadahnya ketika berada di suatu lokasi
aparat sangat terbatas. destinasi, karena ibadah adalah kebutuhan
Di tengah kriminalitas yang tinggi dan asasi bagi ummat sesuai dengan agama
aparat keamanan tidak mampu berbuat yang dianutnya, menjunjung nilai-nilai
banyak kemudian melahirkan salah kebaikan dan kebersihan sesuai dengan
satunya adalah munculnya pam-swakarsa. ajaran Islam. Adapun landasan sosiologis
Beberapa pam-swakarsa yang muncul dan lahirnya Perda tentang Pariwisata halal
memiliki basis yang kuat di Pulau Lombok adalah aspek kependudukan dan geografis

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 65
Pariwisata, Vol. 5 No. 1 April 2018

di Provinsi Nusa Tenggara Barat sangat


menunjang pelaksanaan pariwisata halal
karena kondisi masyarakat yang relatif
homogen baik dari sisi etnis maupun REFERENSI
agama, selain faktor demografi, pariwisata Andriani, Dini, (2015). Kajian
halal juga sangat didukung oleh faktor Pengembangan Pariwisata Syari’ah
geografis. Secara geografis, Nusa Indonesia. Jakarta. Asisten Deputi
Tenggara Barat terletak pada segitiga emas Penelitian dan Pengembangan
destinasi pariwisata utama di Indonesia, Kebijakan Kepariwisataan Deputi
segitiga emas pelayaran lintas nasional dan Bidang Pengembangan Kelembagaan
internasional dan dilalui oleh garis Kepariwisataan Kementerian
wallace, yakni garis pemisah antara Pariwisata.
kelompok spesies flora dan fauna Benua
Asia dan Australia. Arikumto, Suharsimi. (1993). Prosedur
Adapun kendala dan upaya Pemerintah Penelitian Suatu Pendekatan. Rineka
Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Cipta. Jakarta.
melaksanakan Perda Pariwisata Halal
adalah sebagai berikut, pertama, Pusat Badan Stastik. (2017). Nusa
pengaturan terhadap industri dan destinasi Tenggara Barat dalam Angka.
pariwisata halal, terdapat beberapa Mataram. Badan Pusat Stastik.
masalah utama yang dihadapi dan menjadi
kendala bagi tumbuhnya industri Bappenas. (2013). Koridor Ekonomi Bali-
pariwisata halal, antara lain pengaturan Nusa Tenggara Barat. Jakarta.
terhadap pemungutan retribusi dan konflik Bappenas.
tanak pecatu di obyek destinasi pariwisata,
untuk mengatasi permasalahan tersebut, Basuki, Udiyo (2015). “Amandemen
Pemerintah telah melalukan penyuluhan, Kelima Undang-Undang Dasar 1945
monitoring dan sosialisasi kepada sebagai Amanat Reformasi dan
masyarakat, melakukan inventarisasi aset Demokrasi”. Jurnal Panggung Hukum
daerah ke masing-masing SKPD dan Perhimpunan Mahasiswa Hukum
melakukan pendataan aset Pemerintah Indonesia. Vol.1 No.1 Januari 2015.
Daerah bekerja sama dengan Badan
Pertanahan Nasional untuk melakukan Bungin, Burhan (2015). Komunikasi
sertifikasi tanah Pemda yang belum Pariwisata: Pemasaran dan Brand
mempunyai sertifikat. Kedua, terbatasnya Destinasi. Kencana. Jakarta.
anggaran infrastruktur transportasi ke
wilayah destinasi, untuk mengatasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
masalah tersebut, Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat. (2017). Laporan
mulai mengaspal jalan-jalan strategis Kinerja Dinas Kebudayaan dan
menuju destinasi pariwisata dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara
menyediakan angkutan umum antar Barat. Dispar. Mataram.
kecamatan yang dikordinir oleh Dinas
Perhubungan. Ketiga, pemberdayaan Indrati, Maria Farida. (2007). Ilmu
organisasi masyarakat dalam mewujudkan Perundang-Undangan: Proses
ketertiban dan keamanan wisatawan dan Teknik Penyusunannya.
berkunjung ke destinasi, untuk mengatasi Kanisius. Yogyakarta.
permasalahan tersebut, Pemerintah Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Elang Jaelani, Abdul Kadir. (2015). Percikan
Merah-Amphibi melakukan kerjasama Pemikiran Mahasiswa Kota Pelajar
dalam menciptakan keamanan di Nusa untuk Pulau Seribu Masjid. GEMMA
Tenggara Barat. NW Yogyakarta. Yogyakarta.

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 66
Pariwisata, Vol. 5 No. 1 April 2018

Hukum Peraturan Perundang-


Jaelani, Abdul Kadir. (2017). “Implikasi Undangan. Program Studi Magister
Berlakunya Peraturan Daerah Provinsi Hukum Konsentrasi Hukum
Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun Kenegaraan Universitas Gadjah Mada.
2016 Tentang Pariwisata Halal di Kota Yogyakarta.
Mataram dan Kabupaten Lombok
Timur”. Tesis. Program Studi Magister Soebechi, Imam. (2012). Judicial Review
Hukum Konsentrasi Hukum Perda Pajak dan Retribusi Daerah.
Kenegaraan Universitas Gadjah Mada. Sinar Grafika. Jakarta.
Yogyakarta.
Soekanto, Soerjono. (1986). Pengantar
Jeddawi, Murtir. (2008). Implementasi Penelitian Hukum. UI Press. Jakarta.
Kebijakan Otonomi Daerah (Analisis
Kewenangan, Kelembagaan, Sumardjono, Maria SW. (2014).
Manajemen Kepegawaian, dan “Metodologi Penelitian Ilmu Hukum”.
Peraturan Daerah). Total Media. Bahan Kuliah. Magister Hukum
Yogyakarta. Fakultas Hukum Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Maladi, Yanis. (2007). Gumi Sasak dalam
Sejarah. Yayasan Budaya Sasak Wahidin, Samsul (2013). Hukum
Lestari. Selong. Pemerintahan Daerah: Pendulum
Otonomi Daerah dari Masa ke Masa.
Manan, Bagir. (2002). Menyongsong Fajar Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Otonomi Daerah. PSH FH UII.
Yogyakarta. Zamboni, Moura. (2010). The Social in
Social Law-An Analysis of a Concept in
Muchsan. (1981). Seri Hukum Disguise. Stockholm Institute.
Administrasi Negara: Peradilan Scandianvian Law.
Administrasi Negara. Liberty.
Yogyakarta. BIODATA PENULIS
Abdul Kadir Jaelani, S.H. M.H. lahir di
Nurbaningsih, Enny. (2011). “Aktualisasi Wakan Kecamatan Jerowaru Kabupaten
Pengaturan Wewenang Mengatur Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara
Urusan Daerah Dalam Peraturan Barat, Tanggal 4 Agustus 1991.
Daerah (Studi Periode Era Otonomi Menyelesaikan Sekolah Dasar di SDN 06
Seluas-Luasnya)”, Disertasi, Program SUKARAJA Lulus Tahun 2004,
Doktor Pascasarjana, Fakultas Hukum Kemudian MTs Pondok Pesantren Nurul
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Muttaqin NW Wakan Lulus Tahun 2007.
Pada Tahun 2007 melanjutkan ke MA
Priyadi, Unggul. (2016). Pariwisata Pondok Pesantren Nurul Haramain NW
Syari’ah Prospek dan Perkembangan, Putra Narmada Lulus Tahun 2011 dan
UPP Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen. pada Tahun 2015 berhasi menyelesaikan
Yogyakarta. Program Studi Ilmu Hukum Konsentrasi
Hukum Tata Negara Fakultas Syari’ah dan
Rimdan. (2012). Kekuasaan Kehakiman Hukum UIN Sunan Kalijaga dengan
Pasca Amandemen Konstitusi. predikat lulusan terbaik dan tercepat. Pada
Kencana. Jakarta. tahun 2016 berhasil melanjutkan studi
magister ke Magister Hukum Program
Setiadi, Wicipto. (2017). “Dinamika Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas
Proses Pembentukan Peraturan Gadjah Mada melalui Beasiswa LPDP.
Perundang-Undangan”, Bahan Kuliah

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 67

Anda mungkin juga menyukai