3277 9710 2 PB
3277 9710 2 PB
1 April 2018
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis latar belakang lahirnya
pengembangan Pariwisata Halal di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan kendala yang
dialami dalam melaksanakan Perda Pariwisata Halal serta upaya yang dilakukan oleh
Pemda tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, latar belakang lahirnya
Perda tentang Pariwisata Halal di Provinsi Nusa Tenggara Barat berlandaskan pada tiga
hal yaitu, pertama, landasan filosofisnya adalah pembangungan di bidang ekonomi dalam
rangka mendukung terwujudnya percepatan kesejahteraan masyarakat, pemerataan
kesempatan berusaha, memperoleh manfaat dan mampu menghadapi tantangan
perubahan kehidupan dengan tetap memperhatikan sistem nilai budaya yang berlaku di
masyarakat sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila. Kedua, landasan sosiologis
pengembangan Pariwisata halal adalah aspek demografis dan geografis Provinsi Nusa
Tenggara Barat sangat menunjang pelaksanaan pariwisata. Ketiga, landasan yuridis
pengembangan Pariwisata halal adalah atribusi dan delegasi dari Pasal 18 ayat (6) UUD
1945, Pasal 9 UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pasal 12 ayat (3) hurup b
dan Pasal 236 UU No, 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 5
Permenparkreat No. 2 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel
Syari’ah.
Kata Kunci: Pariwisata Halal, Otonomi Daerah dan Nusa Tenggara Barat.
ABSTRACT
This study aims to determine and analyze the background of the development of Halal
Tourism in West Nusa Tenggara Province and the obstacles experienced in implementing
the Halal Tourism Law and the efforts made by the local government. The results showed
that: First, the background of the birth on Halal Tourism in West Nusa Tenggara first,
the philosophical foundation is the development in the economic field in order to support
the realization of the acceleration of the welfare of the people, the equality of business
opportunities, the benefits and able to face the challenges of life change while
maintaining the cultural value system prevailing in the community in accordance with the
noble values of Pancasila. Second, sociological foundation of the birth on Halal Tourism
is the demographic and geographical aspect of West Nusa Tenggara Province is very
supportive of tourism implementation. Third, the legal basis on Halal Tourism is the
attribution and delegation of Article 18 paragraphs (6) of the 1945 Constitution, Article 9
of Law no. 10 of 2009 on Tourism, Article 12 paragraphs (3) letters b and Article 236 of
Law No. 23 of 2014 on Regional Government and Article 5 Permenparkreat No. 2 Year
2014 concerning Guideline for Sharia Business Operations.
Keywords: Halal Tourism, Regional autonomy and Nusa Tenggara Barat.
Daerah Provinsi dalam bidang destinasi dengan cara wawancara langsung terhadap
pariwisata mempunyai wewenang narasumber dan responden yang
pengelolaan daya tarik wisata provinsi, berkompeten dan terkait dengan masalah
pengelolaan kawasan strategis pariwisata yang diteliti. Lokasi penelitian dalam
provinsi, pengelolaan destinasi pariwisata penelitian ini adalah di Provinsi Nusa
provinsi dan penetapan tanda daftar usaha Tenggara Barat. (Sumardjono, 2014).
pariwisata lintas Daerah kabupaten/kota Dalam penelitian ini peneliti juga
dalam 1 (satu) Daerah Provinsi. Sedangkan menetapkan berbagai narasumber dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam responden. Penentuan responden dilakukan
bidang destinasi pariwisata mempunyai dengan menggunakan pertimbangan-
wewenang mengelola daya tarik wisata pertimbangan dan kriteria-kriteria tertentu
kabupaten/kota, mengelola kawasan dengan berbekal pengetahuan yang cukup
strategis pariwisata kabupaten/kota, tentang populasi responden. Penentuan
mengelola destinasi pariwisata kabupaten/ responden berdasarkan kriteria-kriteria
kota dan menetapkan tanda daftar usaha tertentu yang dipandang mempunyai
pariwisata kabupaten/kota. (Zamboni, hubungan yang erat dengan masalah yang
2010). diteliti dan sesuai dengan tujuan penelitian.
Kriteria yang dimaksud antara lain dengan
METODE PENELITIAN memperhatikan kinerja, jabatan,
Jenis dan Sifat Penelitian keterlibatan, peran responden dalam
Jenis penelitian yang digunakan dalam pengelolaan pariwisata, responden tinggal
menyusun penelitian ini adalah penelitian di Nusa Tenggara Barat atau wisatawan
kombinasi antara penelitian hukum normatif yang pernah datang ke Nusa Tenggara
dan penelitian hukum empiris. Penelitian Barat. (Soekanto, 2010)
hukum normatif lebih mengutamakan studi Data sekunder merupakan bahan
pustaka (library research) yaitu kegiatan hukum dalam penelitian yang diambil dari
pengumpulan data yang berasal dari studi kepustakaan yang terdiri dari bahan
berbagai literatur baik dari perpustakaan hukum primer, bahan hukum sekunder dan
maupun tempat lain, (Arikumto, 1993) bahan non hukum. Data Sekunder
sedangkan penelitian hukum empiris yaitu diperoleh dengan studi dokumentasi dan
penelitian yang diperoleh langsung dari penelusuran literatur yang berkaitan
lapangan (field research) yaitu dengan dengan penelitian ini. Bahan hukum untuk
melakukan pengamatan dan wawancara memperoleh data sekunder terdiri dari
yang mendalam (in depth interview) dengan bahan hukum primer, bahan hukum
para responden dan narasumber yang sekunder dan tersier. (Fajar dan Achmad,
berkompeten dan terkait dengan masalah 2010).
yang diteliti. Penelitian ini bersifat
deskriptif, yakni penelitian yang bertujuan PEMBAHASAN
untuk mendata dan mengklasifikasi gejala- Latar Belakang Lahirnya Pariwisata
gejala yang digambarkan oleh peneliti Halal di Provinsi Nusa Tenggara Barat
dengan sebanyak mungkin diusahakan Landasan Filosofis
mencapai kesempurnaan atas dasar Pembangunan kepariwisataan halal sebagai
bangunan permasalahan penelitian. salah satu sektor pembangunan yang
(Sumardjono, 2014). mendukung pembangunan di bidang
Data Penelitian ekonomi diarahkan dalam rangka
Penelitian ini menggunakan data primer mendukung terwujudnya percepatan
dan data sekunder. Data primer merupakan kesejahteraan masyarakat, pemerataan
data yang diperoleh langsung dari kesempatan berusaha, memperoleh
sumbernya yang berupa fakta-fakta manfaat dan mampu menghadapi
empiris. Data primer diperoleh secara tantangan perubahan kehidupan lokal,
langsung dari lokasi penelitian yaitu nasional dan global dengan tetap
bangsa dengan tetap menempatkan Provinsi NTB, yang terbagi menjadi 1,5
kebhinekaan sebagai suatu yang hakiki juta laki-laki dan 1,7 juta perempuan, dari
dalam bingkai Negara Kesatuan Republik segi agama, homogenitas penduduk
Indonesia. (Wawancara dengan masyarakat Nusa Tenggara Barat
Narasumber atas nama Siti Hadijah, mayoritas beragama Islam, dengan
Kasubbag Rancangan Peraturan Daerah gambaran kehidupan yang Islami seakan
Biro Hukum Provinsi Nusa Tenggara terwujud dari banyaknya jumlah masjid
Barat, 2017). yang berdiri di povinsi ini. (Badan Pusat
Landasan Sosiologis Stastik, 2017).
Lahirnya pariwisata halal tidak terlepas Persebaran penduduk menurut jenis
dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk kelamin di Provinsi Nusa Tenggara Barat
akan menjadi salah satu modal utama sangat mendukung pengembangan industri
dalam pembangunan kepariwisataan halal pariwisata halal, mengingat pengembangan
di Nusa Tenggara Barat pada masa industri pariwisata halal yang merupakan
sekarang dan yang akan datang karena industri berbasis layanan hospitality sangat
memiliki fungsi ganda, di samping sebagai membutuhkan tersedianya tenaga kerja
aset sumber daya manusia, juga berfungsi perempuan dan laki-laki. Saat ini, industri
sebagai sumber potensi wisatawan pariwisata di Nusa Tenggara Barat
nusantara. Secara sosiologis, aspek menyerap lebih banyak tenaga kerja
kependudukan di Provinsi Nusa Tenggara perempuan dibandingkan tenaga kerja laki-
Barat sangat menunjang pelaksanaan laki, yang terlihat dari serapan tenaga kerja
pariwisata halal karena dengan kondisi per-sektor di Nusa Tenggara Barat di mana
masyarakat yang relatif homogen baik dari proporsi tenaga kerja perempuan yang
sisi etnis maupun agama. (Jaelani, 2014). bekerja di sektor perdagangan, hotel dan
Berdasarkan stastik tahun 2016 terlihat restoran sebesar 28,86 %, sementara
bahwa Provinsi Nusa Tenggara Barat tenaga kerja laki-laki hanya sebesar 12,30
dihuni oleh tiga suku dominan, yaitu %. Selain didukung oleh aspek sosiologis,
Sasak, Bima, dan Sumbawa yang masing- pariwisata halal juga sangat didukung oleh
masing masih memiliki beberapa sub etnis, faktor geografis. (Jaelani, 2017).
serta beberapa etnis lain dalam jumlah Secara geografis, Nusa Tenggara Barat
yang lebih sedikit seperti misalnya Dompu, terletak pada segitiga emas destinasi
Bali, Jawa, Bugis, Donggo dan lainnya. pariwisata utama di Indonesia yakni Pulau
Suku Sasak adalah penduduk asli Lombok Bali di sebelah barat, Tana Toraja dan
yang mendiami lebih dari 2/3 Provinsi Bunaken di sebelah utara, dan Pulau
Nusa Tenggara Barat, terdapat juga suku Komodo di sebelah timur. Nusa Tenggara
Samawa dan Mbojo yang berasal dari Barat juga berada pada segitiga emas
Pulau Sumbawa, suku Bali yang sudah pelayaran lintas nasional dan internasional
berada di Lombok sejak permulaan abad yakni Surabaya di sebelah barat, Makassar
ke 15, dan sekelompok kecil keturunan di utara dan Darwin Australia di timur.
Cina dan Arab yang diperkirakan telah Posisi ini memberikan berkah kepada
mendiami pulau Lombok sejak ratusan Provinsi Nusa Tenggara Barat karena tidak
tahun silam. Mayoritas penduduk Nusa hanya strategis sebagai destinasi wisata
Tenggara Barat, terutama suku Sasak, tetapi juga tempat transit kapal-kapal layar
Samawa, dan Mbojo, beragama Islam, dari Darwin. Nusa Tenggara Barat juga
walaupun demikian, seni budaya dilalui oleh garis wallace, yakni garis
masyarakat di daerah ini adalah musik dan pemisah antara kelompok spesies flora dan
tarian, lebih banyak dipengaruhi fauna Benua Asia dan Australia.
kebudayaan Hindu dari pada Islam. Jumlah Akibatnya, Nusa Tenggara Barat memiliki
penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat spesies flora dan fauna yang unik, karena
pada tahun 2016 tercatat sebanyak 3,2 juta menjadi titik pertemuan pengaruh kedua
jiwa atau 70% dari jumlah penduduk benua tersebut. Posisi ini menjadikan Nusa
Menurut Zubain & Murdiono, selaku ketua adalah Elang Merah dan Amphibi. Institusi
pemuda kreatif Kecamatan Jerowaru keamanan tersebut berjejaring dan bekerja
menyatakan bahwa, tingginya angka sampai pada tingkat desa. Mereka bahkan
kriminalitas disebabkan oleh beberapa hal, memiliki sarana keamanan yang relatif
pertama, kemiskinan merupakan salah satu lengkap dan mengikuti pola kerja yang
faktor yang secara psikiologis lebih intensif dalam mengkonsolidasikan
mengarahkan masyarakat untuk keamanan di daerah. Untuk saat ini
menghalalkan segala cara dalam Pemerintah Daerah Provinsi Nusa
pemenuhan kebutuhan hidup. Secara Tenggara Barat dan Elang Merah-Amphibi
umum angka kemiskinan tidak kurang dari melakukan kerjasama dalam menciptakan
50%. Kemiskinan sendiri muncul dari keamanan di Nusa Tenggara Barat.
bekerjanya beberapa faktor diantaranya
kondisi alam yang kering dan keterlibatan PENUTUP
masyarakat sekitar obyek destinasi sangat Berdasarkan hasil penelitian dan
terbatas. Pada saat yang bersamaan, pembahasan pada sebelumnya, maka dapat
keterampilan, keahlian dan skill penduduk ditarik kesimpulan sebagai berikut:
sekitar sangat terbatas tentang pariwisata, Latar belakang lahirnya Pariwisata Halal di
bukan hanya dalam variasi jumlah tetapi Provinsi Nusa Tenggara Barat
sekaligus kualitas dari skill penduduk itu berlandaskan pada tiga hal yaitu, landasan
sendiri. (Jaelani, 2017). yuridis, filosofis dan sosiologis. Landasan
Kedua, prilaku kriminalitas, seperti yuridis lahirnya Perda Provinsi Nusa
maling, juga dikukuhkan dengan budaya. Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2016
Saharudin selaku Dewan Takepan merupakan atribusi dan delegasi dari Pasal
Masyarakat Adat Sasak menyatakan 18 ayat (6) UUD 1945, Pasal 9 Undang-
bahwa, ritual mencuri mempelai wanita Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
difasiltasi oleh adat sebagai bagian dari Kepariwisataan, Pasal 12 ayat (3) hurup b
mempertahankan martabat seseorang. dan Pasal 236 Undang-Undang Nomor 23
Bahkan, lebih lanjut ditunjukkan olehnya Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
bahwa para pencuri ulung akan diangkat dan Pasal 5 Peraturan Menteri Pariwisata
sebagai datu maling/raja pencuri. Ketiga, dan Ekonomi Kreatif Nomor 2 Tahun 2014
keterbatasan aparat kepolisian menjadi tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha
persoalan lain yang mendorong Hotel Syari’ah. Sedangkan landasan
kriminalitas di Kota Mataram dan filosofisnya adalah pembangungan di
Kabupaten Lombok Timur. Kelangkaan bidang ekonomi dalam rangka mendukung
aparat kepolisian bukan hanya persoalan terwujudnya percepatan kesejahteraan
Kota Mataram dan Kabupaten Lombok masyarakat, pemerataan kesempatan
Timur semata, tetapi ia menjadi semakin berusaha, memperoleh manfaat dan
problematik ketika kriminalitasnya tinggi. mampu menghadapi tantangan perubahan
Berbagai kriminalitas yang dialami oleh kehidupan dengan tetap memperhatikan
wisatawan yang tidak mampu ditangani sistem nilai budaya yang berlaku di
secara baik melahirkan efek sendiri bagi masyarakat sesuai dengan nilai-nilai luhur
perkembangan pariwisata halal. pancasila serta mengakomodir kebutuhan
Karenanya, kriminalitas berkembang wisatawan dalam melaksanakan kegiatan
dengan baik sementara itu ketersediaan ibadahnya ketika berada di suatu lokasi
aparat sangat terbatas. destinasi, karena ibadah adalah kebutuhan
Di tengah kriminalitas yang tinggi dan asasi bagi ummat sesuai dengan agama
aparat keamanan tidak mampu berbuat yang dianutnya, menjunjung nilai-nilai
banyak kemudian melahirkan salah kebaikan dan kebersihan sesuai dengan
satunya adalah munculnya pam-swakarsa. ajaran Islam. Adapun landasan sosiologis
Beberapa pam-swakarsa yang muncul dan lahirnya Perda tentang Pariwisata halal
memiliki basis yang kuat di Pulau Lombok adalah aspek kependudukan dan geografis