Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan dan seni kreatif yang obyeknya adalah
manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai seni
kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam segi kehidupannya maka ia tidak saja
merupakan suatu media untuk menyampaikan ide, teori, atau sistem berpikir, tetapi juga
merupakan media untuk menampung ide, teori, atau sistem berpikir manusia. Karya sastra
secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama.
A. Pengertian Puisi
Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun,
pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun,
menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut
menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan
menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan.
Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya
disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik.
Samuel Taylor Coleridge menyampaikan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan
terindah
Puisi merupakan sebuah seni tertulis. Dalam bentuk seni ini, seorang penyair menggunakan
bahasa untuk menambah kualitas estetis pada makna semantis. Selain itu puisi juga merupakan
curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
B. Unsur-unsur Puisi
Perwajahan puisi (tipografi) yaitu bentuk penulisan puisi seperti halaman yang
tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang
tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal
tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
b. Diksi
Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.
Karena puisi merupakan bentuk karya sastra dengan sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.
Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan
urutan kata.
c. Imaji
d. Kata Konkret
Kata konkret adalah kata yang dapat ditangkap dengan indra yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau
lambang. Misalnya kata konkret “salju” melambangkan kebekuan cinta, kehampaan
hidup, dll. Sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor,
tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
e. Gaya Bahasa
f. Rima/Irama
Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan
akhir baris puisi. Rima mencakup:
a. Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi
Sutadji C.B.),
b. Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak
berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya.
c. Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras
lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
a. Tema/Makna (Sense)
Tema/makna (sense) media puisi adalah tataran bahasa. Tataran bahasa adalah
hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata,
baris, bait, maupun makna keseluruhan.
b. Rasa (Feeling)
Rasa (feeling) yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat
dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang
sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis
kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan
psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam
menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-
kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada
wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar
belakang sosiologis dan psikologisnya.
c. Nada (Tone)
d. Amanat
1. Puisi lama
adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan-aturan itu antara lain:
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah
baris, suku kata, maupun rima. Ciri-ciri puisi baru :
1. Distikon
Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
2. Terzina
Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
3. Kuatren
Kuatren, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
4. Kuint
Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
5. Sekstet
Sekstet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam
seuntai).
6. Septima
Septima, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double
kutrain atau puisi delapan seuntai).
8. Soneta
Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi
dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing
tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari
kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia,
soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan
Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai
“Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada
syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi
isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas
baris).