Anda di halaman 1dari 13

PENGANGGURAN

PERTEMUAN 3 (Part 2)

A. Pengangguran di Indonesia
Meningkatnya jumlah pengangguran di setiap negara berdampak pada pertumbuhan
ekonomi di suatu negara. Di Indonesia di Sumatera Utara tingkat penganguran sudah
mencapai 7000 orang. Ini merupakan suatu permasalahan yang harus segera dipecahkan.
Dengan meningkatnya jumlah pengangguran di suatu negara berdampak pada perekonomian
suatu negara. Salah satu penyebab banyaknya pengangguran di Sumatera Utara adalah
minimnya lapangan pekerjaan dan kurangnya keahlian dari para pencari kerja, termaksud
pencari pekerja terdidik. Pemerintah harus dapat segera memberikan solusi mengenai
tingginya tingkat pengangguran demi kemajuan perekonomian negara. Pemerintah harus
mengikut sertakan peran pendidikan, industri besar dan kecil, dan lainnya demi pengurangan
jumlah pengangguran di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Selain kurangnya lapangan
pekerjaan dan rendahnya kualitas sumber daya manusia yang dimiliki, inflasi, ledakan
penduduk, serta kelangkaaan investasi juga menjadi salah satu faktor dalam menambah
angka pengangguran. Tingkat inflasi di suatu negara menggambarkan perekonomian suatu
negara, semakin rendah angka inflasi suatu negara maka akan semakin stabil keadaan
ekonomi suatu negara. Di negara-negara berkembang, penggangguran menjadi masalah
yang sangat serius karena berdampak bagi keadaan ekonomi dan sosial di suatu negara.
Namun pada negara yang maju permasalahan pengangguran hanya masalah siklus ekonomi.

B. Pengertian Pengangguran
Menurut Sadono Sukirno (1994), pengangguran adalah suatu keadaan di mana
seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum
dapat memperolehnya. Penganguran adalah keadaan dimana orang ingin bekerja namun
tidak mendapat pekerjaan. Di Indonesia angka penggangguran makin meningkat. Dalam
menangani masalah pengangguran Pemerintah harus cepat tanggap dalam pemecahan
masalah pengangguran. Masalah pengangguran memang tidak mudah, pemerintah harus
mengikutsertakan peran pendidikan dalam menurunkan tingkat pengangguran. Sebuah
negara yang ingin berubah harus meningkatkan tingkat pendidikannya. Pendidikan berperan

1
penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkompeten. Semakin banyaknya
sumber daya manusia yang kompeten maka akan mampu mengurangi angka pengangguran.

C. Jenis-Jenis Pengangguran
Pengangguran sering diartikan sebagai orang yang ingin bekerja namun tidak memiliki
pekerjaan. Pengangguran terdiri dari 3 macam:
1. Pengangguran Terselubung adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara
maksimal karena suatu alasan tertentu.
2. Setengah Menganggur adalah tenaga kerja yang kurang dari 35 jam perminggu.
3. Pengangguran Terbuka adalah tenaga kerja yang sungguh- sungguh tidak
memiliki pekerjaan.

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya manusia yang banyak, namun
sumber daya manusia yang banyak tidak menjamin memiliki sumber daya manusia yang
kompeten. Salah satu faktor banyaknya pengangguran adalah sedikitnya angkatan kerja yang
berkompeten. Budaya malas juga menjadi salah satu faktor makin meningkatnya jumlah
pengangguran di Indonesia.

D. Penyebab Pengangguran
Pengangguran adalah suatu hal yang tidak dikehendaki, namun suatu penyakit yang
terus menjalar di beberapa negara, dikarenakan banyak faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Mengurangi jumlah angka pengangguran harus adanya kerjasama
lembaga pendidikan, masyarakat dan lain-lain. Berikut adalah beberapa faktor peyebab
pengangguran:
1. Sedikitnya lapangan pekerjaan yang menampung para pencari kerja.
Banyaknya para pencari kerja tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang
dimiliki oleh negara Indonesia.
2. Kurangnya keahlian yang dimiliki oleh para pencari kerja. Banyak jumlah
sumber daya manusia yang tidak memiliki keterampilan menjadi salah satu
penyembab makin bertambahnya angka pengangguran di Indonesia.
3. Kurangnya informasi, dimana pencari kerja tidak memiliki akses untuk mencari
tau informasi tentang perusahaan yang memilki kekurangan tenaga pekerja.
4. Kurang meratanya lapangan pekerjaan, banyaknya lapangan pekerjaan di kota
dan sedikitnya perataan lapangan pekerjaan.

2
5. Masih belum maksimalnya upaya pemerintah dalam memberikan pelatihan
untuk meningkatkan softskill
6. Budaya malas yang masih menjangkit para pencari kerja yang membuat para
pencari kerja mudah menyerah dalam mencari peluang kerja.

Indonesia sedang mengalami perubahan perekonomian, dimana Indonesia sedang


melakukan perubahan perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri. Dengan
meningkatnya perekonomian kearah industri diharapkan perekonomian Indonesia, jauh lebih
baik. Dalam banyaknya tingkat pengangguran sangat berdampak ke berbagai sektor dampak
dari pengangguran berimbas pada menurunnya tingkat perekenomian negara, berdampak
pada ketidakstabilan politik, berdampak pada para investor dan pada sosial dan mental.
Banyak sekali dampak yang ditimbulkan dari pengangguran.

Beberapa dampak yang timbul oleh pengangguran:

1. Ditinjau dari Segi Ekonomi. Pengangguran akan meningkatkan jumlah kemiskinan.


Karena banyaknya yang menganggur berdampak rendahnya pendapatan ekonomi
mereka sementara biaya hidup terus berjalan. Ini akan membuat mereka tidak dapat
mandiri dalam menghasilkan finansial untuk kebutuhan hidup para pengangguran.
2. Ditinjau dari Segi Sosial, dengan banyaknya pengangguran yang terjadi maka akan
meningkatnya jumlah kemiskinan, dan banyaknya pengemis, gelandangan, serta
pengamen. Yang dapat mempengaruhi terhadap tingkat kriminal, karena sulitnya
mencari pekerjaan, maka banyak orang melakukan tindak kejahatan seperti
mencuri,merampok dan lain-lain untuk memenuhi kehidupan mereka.
3. Ditinjau dari Segi Mental, dengan banyaknya pengangguran maka rendahnya
kepercayaan diri, keputusan asaan dan akan menimbulkan depresi.
4. Ditinjau dari Segi Politik maka akan banyaknya demonstrasi yang terjadi. Yang akan
membuat dunia politik menjadi tidak stabil, banyaknya demosntrasi para serikat kerja
karena banyaknya pengangguran yang terjadi.
5. Ditinjau dari Segi Keamanan, banyaknya pengangguran membuat para penganggur
melakukan tindak kejahatan demi menghidupi perekonomiannya, seperti merampok,
mencuri, menjual narkoba, tindakan penipuan.
6. Banyaknya pengangguran juga dapat meningkatkan pekerja seks komersial dikalangan
muda, karena demi menghidupi ekonominya.

3
7. Banyaknya dampak pengangguran yang timbul, menjadi tanggung jawab pemerintah
dan masyarakat untuk segera menanggulangi jumlah pengangguran yang terjadi.
Pemerintah harus meningkatkan kegiatan ekonomi di Indonesia. Setiap daerah harus
mampu mandiri dalam meningkat laju perekonomiannya.

E. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat
bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Pertumbuhan ekonomi dapat juga
diartikan sebagai kenaikan Gross National Product (GNP) tanpa memandang apakah
kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah
perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999). Dengan pertumbuhan
ekonomi juga akan meningkatkan laju investasi di negara. Semakin banyaknya kegiatan
ekonomi di suatu negara maka akan merangsang investor untuk menanamkan saham dan
memperluas industrinya yang akan menyedot tenaga pekerja yang akan mengurangi jumlah
pengangguran. Pertumbuhan ekonomi juga didefinisikan merupakan sebagai suatu proses
perubahan kondisi perekonomian di suatu negara yang berkesinambungan menuju keadaan
yang lebih baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000) pertumbuhan ekonomi
berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa
yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat
yang berhimbas pada minimnya angka pengangguran.
Faktor- faktor penunjang pertumbuhan ekonomi di suatu negara:
1. Sumber Daya Manusia sangat menunjang dalam pertumbuhan ekonomi. Sumber
daya manusia yang banyak dan berkompeten sangat berpengaruh dalam menunjang
kemajuan ekonomi di suatu negara. Dalam hal ini peran pendidikan sangat membantu
dalam menciptakan sumber daya yang berkompeten, memiliki skill, serta pelatihan
kewirausahaan
2. Sumber Daya Alam yang kaya, juga menjadi faktor penunjang sebuah negara maju
dari segi ekonomi. Sumber daya alam yang kaya membuat masyarakat harus mampu
mengelola sumber daya alam secara baik. Pada kenyataannya sumber daya alam
Indonesia belum maksimal di manfaatkan oleh masyarakat Indonesia.
3. Perkembangan IPTEK, makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka
akan menunjang pertumbuhan ekonomi di suaatu negara.

4
4. Peningkatan Sumber Daya Modal, Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk
mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-
barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi
karena barangbarang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

Dengan upaya ini akan mempercepat laju perekonomian suatu negara. Dalam
mengupayakan pengurangan pengangguran ada beberapa bentuk upaya untuk mengurangi
jumlah pengangguran:
1. Peran pendidikan sangat berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia
yang kompeten dengan menghadirkan kurikulum sesuai dengan keinginan
pasar. Agar para sumber daya manusia dapat dibekali pengetahuan dan skill yang
dapat menunjang para pencari kerja mandiri dalam mencari kerja ataupun menjadi
wiraswasta.
2. Pemerintah membuat pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan keterampilan
para pencari kerja agar mampu mandiri dari ekonomi. Misalnya pemerintah
memberi pelatihan kewirausahawan agar mereka mampu berwirausaha dan
menciptakan produk.
3. Pemerintah menyokong dan memperluas objek wisata di daerah-daerah yang
berpotensi dalam pengembangan pariwisata dan meningkatkan pemasukan
daerah. Pengembangan pariwisata di suatu daerah sangat berdampak baik dengan
adanya pengembangan wisata daerah mampu menyedot tenaga kerja dan
memancing para investor untuk menanam saham di negara Indonesia. Mampu
menyedot para wisatawan yang akan berwisata, itu akan berdampak terhadap
kesejahteraan masyarakat. Daerah yang memiliki objek wisata akan akan
menumbuhkan jiwa kewirausahawan masyarakat serikat dan akan mampu
mengurangi angka pengangguran dan mensejahterahkan masyarakat.
4. Pemerintah dan masyarakat harus menyokong wisata kuliner. Di era 2000 ini
wisata kuliner menjadi salah satu income yang snagat tinggi. Dengan banyaknya
wisata kuliner mampu mempercepat kegiatan ekonomi yang akan merangsang
masyarakat dalam membuka usaha kuliner yang akan membutuhkan para pekerja
yang nantinya akan menurunkan angka penganguran.
5. Pemerintah harus mampu merangsang para investor untuk melakukan
investasi di Indonesia. Investasi merupakan hal yang penting dalam pembangunan
ekonomi karena sebagai faktor penunjang didalam peningkatan proses produksi.

5
Investasi memiliki peran aktif dalam menentukan tingkat output, dan laju
pertumbuhan output tergantung pada laju investasi (Arsyad, 1999). Investasi akan
memperluas kesempatan kerja dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat sebagai
konsekwensi naiknya pendapatan yang diterima masyarakat (Sun’an & Astuti,
2008). Dengan meningkatnya kesejahteraan sehingga mengurangi jumlah
penganguran.

F. Kesimpulan
Pemerintah harus segera tanggap dan cepat dalam memecahkan permasalah pengangguran
yang semakin meningkat. Pemerintah harus meningkatkan pelatihan-pelatihan kepada
masyarakat, dalam meningkatkan jiwa kewirausahaan, memperluas usaha kecil menengah, agar
mereka dapat mandiri secara ekonomi. Angka pengangguran akan berkurang seiiring dengan
perbaikan ekonomi yang dilakukan pemerintah. Pemerintah dapat bekerja sama dengan lembaga
pendidikan di dalam dan diluar negeri untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia yang
berkompeten. Dengan beberapa upaya yang segera ditindaklanjutkan pemerintah .

6
TEORI KETERGANTUNGAN

A. Teori Ketergantungan dan Inti Pemikirannya


Yang dimaksud ketergantungan adalah keadaan dimana kehidupan ekonomi negara-
negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi
negara-negara lain, negara-negara tersebut hanya berperan sebagai penerima akibat saja
(Titonio Dos Santos, 1970). Hubungan saling ketergantungan antara dua sistem ekonomi
atau lebih terjadi bila ekonomi beberapa negara (yang dominan) bisa berekpansi dan bisa
berdiri sendiri, sedangkan ekonomi di negara lainnya (yang bergantung) mengalami
perubahan hanya sebagai akibat dari ekspansi tersebut, baik yang positif maupun negatif.
Selanjutnya Santos membedakan tiga bentuk ketergantungan, yaitu:
1. Ketergantungan Kolonial.
Disini terjadi dalam bentuk penguasaan penjajah (negara pusat) terhadap negara
pinggiran. Kegiatan ekonomi utama negara pinggiran adalah perdagangan eksport
dari hasil bumi yang dibutuhkan negara penjajah. Para penjajah memonopoli tanah,
pertambangan, tenaga kerja. Hubungan penjajah dengan penduduk lokal bersifat
eksploitatif.

2. Ketergantungan Finansial.

Disini negara pinggiran secara politis merdeka, tetapi dalam kenyataannya negara
pinggiran ini masih dikuasai oleh kekuatan- kekutan finansial dari negara pusat.
Seperti pada ketergantungan kolonial, negara pinggiran masih mengeksport bahan
mentah bagi kebutuhan industri negara pusat. Negara pusat menanamkan modalnya
pada pengusaha lokal di negara pinggiran untuk menghasilkan bahan baku tersebut.
Dengan demikian pengendalian dilakukan melalui kekuasaan ekonomi, dalam
bentuk kekuasaan finansial.
3. Ketergantungan Tehnologi-Industrial.
Ini adalah bentuk ketergantungan baru. Kegiatan ekonomi di negara-negara
pinggiran tidak lagi mengeksport bahan mentah untuk keperluan industri di negara
pusat. Perusahaan-perusahaan multinasional dari negara pusat mulai menanamkan
modalnya untuk kegiatan industri di negara pinggiran yang produknya ditujukan ke
dalam pasar negara- negara pinggiran.

7
Meskipun industri ini ada di negara pinggiran, tetapi tehnologinya berasal dari
perusahaan multi nasional. Seringkali barang-barang modal berupa mesin industri yang ada
tidak dijual sebagai komoditi, melainkan disewakan melalui perjanjian paten. Dengan
demikian perusahaan dari surplus industri dilakukan melalui monopoli tehnologi.
Selanjutnya, Santos (1970) menguraikan bahwa ketergantungan industri dalam arti tehnik
mempunyai pengertian bahwa:
1. Perkembangan industri di negara pinggiran tergantung pada sektor perdagangan
ekspor barang-barang hasil pertanian dan pertambangan. Devisa hasil penjualan
barang-barang ekspor oleh negara pinggiran digunakan untuk membeli barang-
barang industri yang dibutuhkan.
2. Perkembangan industri di negara pinggiran sangat dipengaruhi oleh balance of
payment. Artinya bahwa akibat keuangan luar negeri yang berpengaruh terhadap
devisit pembayaran pada gilirannya berpengaruh pula terhadap perkembangan
industri di negara pinggiran.

Perkembangan industri sangat dipengaruhi oleh monopoli teknologi oleh perusahaan


besar atau asing seperti hak paten dan royalti yang membawa konsekuensi pengurasan
kemakmuran melalui investasi industri yang ditunjukkan pada permintaan pasar lokal.

Teori ketergantungan ini muncul dengan asumsi bahwa tidak ada daerah atau negara
yang otonom di dunia ini, semua turut serta dalam ekonomi dunia baik secara langsung
maupun tidak langsung seperti yang dikemukakan oleh golongan non-marxis atau dalam
sistem kapitalis yang dikemukakan oleh golongan marxis. Dos Santos juga beranggapan
bahwa negara pinggiran juga bisa berkembang, meskipun perkembangan itu merupakan
perkembangan perkembangan yang teragantung (perkembangan ikutan). Impuls dan
dinamika perkembangan ini tidak datang dari negara pinggiran yang bersangkutan tetapi
datang dari negara pusatnya. Keterbelakangan yang terjadi di negara pinggiran disebabkan
karena ekonomi negara-negara ini kurang dapat menyatu dengan kapitalisme. Jika ekonomi
negara pusat berkembang atau maju, bisa terjadi bahwa ekonomi negara berkembang ikut
maju. Tetapi bila negara pusat mengalami kesulitan ekonomi sudah dipastikan bahwa
negara-negara pinggiran akan mengalami kesulitan. Hal itu terjadi karena ekonomi negara-
negara pinggiran sangat tergantung pada ekonomi negara-negara pusat. Jika terjadi
sebaliknya, negara-negara pinggiran yang mengalami kesulitan ekonomi tidak akan

8
berpengaruh terhadap keadaan ekonomi negara-negara pusat, karena ekonomi negara-
negara pusat tidak tergantung dari ekonomi negara-negara pinggiran.

B. Akibat Dari Ketergantungan


Menurut penganut dari paham liberal, hubungan antar negara-negara pusat dengan
negara-negara pinggiran adalah dikatakan sebagai hubungan saling ketergantungan, dimana
kedua belah pihak ada dalam posisi saling menguntungkan. Negara pusat membutuhkan
bahan baku untuk industrinya, sedangkan negara-negara pinggiran membutuhkan barang-
barang industri untuk pembangunaanya. Tetapi yang dilupakan menurut pandangan kaum
liberal ini adalah bahwa derajad keuntungan antara negara pusat dan negara pinggiran
berbeda.negara-negara pinggiran jelas lebih tergantung pada negara-negara pusat.
Hubungan yang terjadi antara negara pusat dengan negara pinggiran dapat disejajarkan
dengan hubungan majikan dan buruh. Tetapi apakah dapat dikatakan keduanya saling
tergantung dengan derajat yang sama?

Kaum Marxis klasik beranggapan bahwa negara-negara pinggiran yang pra-kapitalis


merupakan negara yang tidak dinamis dan negara-negara pinggiran itu setelah disentuh
oleh kapitalis maju, akan bangun dan berkembang mengikuti jejak negara-negara kapitalis
maju. Namun dalam kenyataannya, negara-negara pinggiran yang pra-kapitalis mempunyai
dinamika sendiri, yang bila tidak disentuh oleh negara kapitalis maju, justru akan
berkembang secara mandiri. Justru karena sentuhan oleh negara kapitalis maju itu,
perkembangan negara pinggiran menjadi terhambat. Dengan demikian keterbelakangan
yang terjadi di negara-negara pinggiran disebabkan oleh adanya ekspansi negara-negara
kapitalis, jadi disebabkan oleh faktor eksternal.

Menurut Frank (1969), keterbelakangan di negara-negara pinggiran bukan karena


masyarakat itu kekurangan modal melainkan akibat dari proses ekonomi, politik dan sosial
yang terjadi sebagai akibat globalisasi dari sistem kapitalis. Ketrebelakangan di negara-
negara pinggiran adalah akibat langsung dari terjadinya pembangunan di negara-negara
pusat. Hal itu terjadi karena dari proses sosial, ekonomi, dan politik tersebut menimbulkan
suatu struktur internasional dari negara-negara yang tidak sama kuatnya yang
mengakibatkan proses akumulasi yang cepat pada kawasan tertentu (negara-negara pusat)
dan memaksa suatu siklus keterbelakangan pada kawasan yang lain (negara-negara
pinggiran).

Teori Ketergantungan pada dasarnya setuju dengan kekurangan modal dan ketiadaan
keahlian sebagai penyebab ketergantungan. Tetapi faktor penyebabnya bukan dicari pada
9
nilai-nilai tradisional bangsa itu, melainkan pada proses imperialisme dan neo-imperialisme
yang menyedot surplus modal yang terjadi di negara-negara pinggiran ke negara pusat
(Budiman, 1995). Perkembangan yang wajar dari negara-negara pinggiran yang mestinya
akan menuju pada pembanguan yang mandiri, terganggu akibat masuknya kekuatan
ekonomi dan politik dari negara-negara pusat. Oleh karena itu, penanaman modal dan
keahlian yang disuntikkan begitu saja ke negara-negara pinggiran tidak akan banyak
menolong sebelum struktur ekonomi dan politik yang dibuat untuk memberikan
keuntungan pada modal asing ini diubah secara radikal.

Perkembangan yang wajar dari negara-negara pinggiran, yang mestinya akan menuju
pada pembangunan mandiri, telah terganggu akibat masuknya kekuatan ekonomi dan
politik negara-negara pusat. Suntikan modal dan teknologi oleh negara pusat kepada
negara-negara pinggiran tidak akan menolong sebelum struktur ekonomi dan struktur
politik dibuat untuk memberi keuntungan yang seimbang.

Prebicsh mengatakan bahwa penurunan nilai tukar dari komoditi pertanian terhadap
komoditi barang-barang industri mengakibatkan neraca perdagangan negara-negara
pinggiran yang merupakan produsen hasil pertanian mengalami defisit yang cukup besar.
Gejala ini disebabkan permintaan untuk barang-barang pertanian tidak elastis. Di sini
berlaku Hukum Engels yang menyatakan bahwa pendapatan yang meningkat menyebabkan
presentase konsumsi makanan terhadap pendapatan justru menurun. Artinya, pendapatan
yang naik tidak akan menaikkan konsumsi makanan, tetapi justru meningkatkan konsumsi
barang-barang industri. Akibatnya anggaran negara pertanian (pinggiran) yang digunakan
untuk mengimpor barang-barang industri dari negara pusat akan semakin meningkat,
sedangkan pendapatan dari hasil ekspornya relatif tetap. Inilah yang menimbulkan defisit
pada neraca perdagangan.

Lain halnya dengan barang industri, Kenaikan dalam pendapatan akan mengakibatkan
juga kenaikan pada konsumsi barang-barang industri. Karena itu, kenaikan pendapatan di
negara-negara industri tidak akan menaikkan secara berarti impor barang-barang pertanian
di negara-negara pinggiran. Tetapi, kenaikan pendapatan di negara-negara pinggiran akan
menaikkan secara berarti barang-barang industri dari negara-negara pusat. Hal ini akan
memperbesar jumlah akspor barang-barang industri dari negara pusat ke negara pinggiran.

Sementara negara-negara pusat semakin kaya dengan pendapatan yang semakin


meningkat yang diperoleh dari hasil ekspornya, di sisi lain negara-negara pinggiran
membutuhkan uang yang semakin banyak untuk mengimpor barang-barang industri,
10
sementara pendapatan dari hasil ekspor barang-barang pertanian relatif tidak berubah.
Semuanya itu mengakibatkan terjadinya defisit dalam neraca perdagangan internasional
dari negara-negara pinggiran, yang mengakibatkan kemiskinan bagi negara-negara
pinggiran.

Adanya monopoli teknologi dari negara pusat menbuat negara pinggiran harus
membayar sewa bila ingin meminjam teknologi tersebut. Akibatnya, proses industrialisasi
di negara-negara pinggiran menjadi semakin tinggi ongkosnya, karena harus membayar
bermacam-macam uang sewa. Ini artinya surplus yang diciptakan negara pinggiran, pada
akhirnya banyak disedot kembali ke negara pusat (Khor Kok, 1989). Karena itu, tidak
mengherankan bila data dari Perdagangan Amerika Serikat menunjukkan bahwa antara
tahun 1946 sampai 1967, modal yang baru masuk ke negara-negara Amerika Latin
berjumlah US$ 4.415 juta, yang diinvestasikan kembali ke Amerika Serikat berjumlah US$
4.424 juta.

Sedangkan keuntungan yang dibawa kembali ke Amerika Serikat berjumlah US$


14.775 juta. Dengan demikkian, jumlah keseluruhan keuntungan dari modal Amerika
Serikat yang berjumlah US$ 5.415 juta adalah US$ 18.983 juta (Dos Santos, 1970),
(Todaro, 1987). Dos Santos juga mengatakan bahwa larinya keuntungan modal ke luar
negeri ini, mengakibatkan mengeringnya modal di dalam negeri. Hal itu memberi dampak
tidak mampunyai modal mendirikan industri nasional sendiri, sehingga industrialisasi yang
dijalankan masih tetap tergantung dari bantuan asing. Ketimpangan keuntungan akibat
ketergantungan ini juga dapat dilihat dari perbandingan rata-rata pendapatan orang
Amerika Serikat dengan India yang pada tahun 1930-an hanya 15:1 menjadi 35:1 pada
tahun 1950-an.

Akibat ketergantungan industri dalam arti teknik (technological industrial


dependence), menurut Dos Santos akan membawa perubahan terhadap struktur negara
pinggiran yaitu berupa:
a. Konflik keruangan timbul, yaitu akibat kebutuhan untuk mempertahankan lahan
pertanian di satu sisi dan di sisi lain adalah kebutuhan untuk mengembangkan
pusat-pusat industri.
b. Industri dan teknologi lebih responsif terhadap kepentingkan perusahaan asing atau
multinasional dari pada kebutuhan nasional dalam negeri.
c. Timbulnya ketimpangan sosial dan ekonomi akibat terkonsentrasinya pendapatan
dan teknologi.

11
Di negara-negara pinggiran, sektor ekonomi yang paling dinamis biasanya dikuasai
oleh modal asing. Karena itu, keuntungan dari sektor ini diserap kembali ke negara-negara
industri maju. Dari data yang ada menunjukkan bahwa modal yang masuk ke negara
pinggiran lebih sedikit dari pada modal yang meninggalkan negara tersebut. Chase-Dunn
(1975) selanjutnya menguraikan bagaimana mekanisme investasi asing dan ketergantungan
pada utang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang negatif yaitu:
(a) Akibat investasi asing, sumber-sumber alam di negara-negara pinggiran menjadi
habis, sehingga negara-negara pinggiran kehilangan sumber bagi pembangunan.
Laba dari investari asing diangkut ke luar negeri.
(b) Produksi yang berorientasi ke luar negeri dan masuknya perusahaan-perusahaan
multinasional mengubah struktur ekonomi negara-negara pinggiran. Struktur
ekonomi baru ini akan menghasilkan dinamika ekonomi yang mengakibatkan
keterbelakangan, karena lebih melayani modal asing dan borjuis lokal yang bekerja
sama dengan pemilik modal asing tersebut. Selain itu, keadaan ini pula
menyebabkan industri kecil di negara pinggiran kalah bersaing dengan industri
multinasional yang disokong oleh investasi asing.
(c) Hubungan antara elite di negara pusat dan negara pinggiran mencegah terjadinya
pembangunan nasional.
(d) Terjadi ketimpangan pendapatan akibat dari kelompok elite di daerah pinggiran
memperoleh bagian yang lebih banyak dari pendapatan nasional karena
kekuatannya didukung oleh keuatan-kekuatan yang ada di negara pusat.

Tetapi, investasi modal asing juga bisa berakibat positif bagi pertumbuhan ekonomi
negara-negara pinggiran:
(a) Modal asing langsung memproduksi barang dan menimbulkan permintaan bagi
barang-barang lain yang diperlukan bagi produksi tersebut. Hal ini akan
mendorong pertumbuhan ekonomi.
(b) Utang luar negeri yang didapat dapat digunakan untuk membiayai sarana dan
prasarana yang dibutuhkan untuk pembangunan nasional.
(c) Terjadi transfer teknologi, perbaikan kebiasaan kerja, modernisasi organisasi
pembangunan, dan sebagainya yang berguna bagi pembangunan.

12
Dari uraian tersebut, jelas terlihat bahwa ketergantungan negara-negara pinggiran
terhadap negara pusat sangat tidak menguntungkan bagi negara pinggiran. Hal itu karena
ketergantungan yang tercipta akan membuat keterbelakangan negara-negara pinggiran.

13

Anda mungkin juga menyukai