Disusun Oleh :
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
I. PENDAHULUAN
Enzim merupakan salah satu dari produk bioteknologi yang paling popular di masa
sekarang. Enzim merupakan biokatalisator yang mempunyai ukuran, sifat, dan peranannya
dalam sel yang beragam. Enzim memiliki peran dalam reaksi biokimia dalam sel hewan,
tumbuhan dan mikroba. Peran dalam reaksi biokimia dimulai dari konversi energi,
metabolisme makanan, mekanisme pertahanan sel, komunikasi antar sel sampai konversi
sifat-sifat keturunan. Oleh sebab itulah, enzim berpotensi menjadi bioteknologi yang tinggi
yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang industri (Suhartono, 2000).
Penjualan dari protease mencapai 65% dari total penjualan enzim di dunia. Hal ini
disebabkan karena protease adalah enzim yang penting yang banyak digunakan pada aplikasi
industri. Enzim protease merupakan salah satu enzim yang aplikasi sangat luas di industri
karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam bidang industri, seperti industri kulit,
makanan, tekstil, farmasi, pengolahan susu, deterjen, dan, proses pengolahan limbah industri.
Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi enzim protease alkalis yang dihasilkan
oleh Aspergillus flavus DUCC-K225 dengan menggunakan medium fermentasi/pertumbuhan
yang berasal dari limbah tahu.
II. METODE
1) Melakukan inokulasi kultur jamur Aspergillus flavus DUCCK225 pada medium PDA
dengan menggunakan ose tajam steril.
2) Aspergillus flavus DUCC K225 yang sudah diinokulasi akan diremajakan selama 5-7
hari pada suhu ruang (± 37oC).
3) Melakukan panen konidi dengan menambahkan akuades yang berisi 0,01% Tween 80
hingga kepadatan 108/ml. Hal ini bertujuan untuk memproduksi konidia pada media
miring PDA.
1) Melarutkan 40 ml limbah tahu, 0,2 gram KCl, 0,004 gram FeSO4, 0,2 gram MgSO4,
0,4 gram K2HPO4, 0,8 gram NaNO3 dan 65 ppm Chloramphenicol ke dalam 340 ml
akuades steril.
2) Memasukkan 95 ml media yang telah homogeny ke dalam 4 erlenmeyer.
3) Melakukan sterilisasi pada autoclave.
4) Menambahkan 5 ml skim milk ke masing-masing media.
5) Menambahkan NaOH 1 N sebanyak 1500 µL ke dalam media untuk mencapai derajat
keasaman (pH) sebesar 9,0..
Pada gambar 1 menunjukkan jika biomassa sampel lebih rendah dibandingkan dengan
biomassa kontrol. Jamur Aspergillus flavus DUCC-K225 menggunakan sumber nitrogen dari
sampel limbah tahu untuk pertumbuhannya. Oleh sebab itulah, biomassa jamur A. flavus
DUCC-K225 akan berkurang karena semakin lama media akan kekurangan sumber
nitrogennya.
Pada tabel 2 disajikan hasil absorbansi dari pengukuran aktivitas enzim protease
menggunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang (λ) 660 nm.
Pada tabel 3 disajikan didapatkan data aktivitas enzim protease dari jamur Aspergillus
flavus DUCC-25 pada setiap sampel melalui perhitungan di atas.
Pada gambar 3 disajikan perbandingan hasil produksi enzim protease yang berasal dari
ketiga sampel dengan produksi enzim dari medium kontrol.
Hasil kadar protein yang terkandung dalam enzim pada perlakuan pertama hingga
ketiga sangat tinggi dibandingkan dengan kadar protein medium kontrol. Pada limbah cair
tahu mengandung bahan-bahan (senyawa organik) yang sangat tinggi seperti protein 40-60%,
karbohidrat 25-50%, dan lemak 10%. Apabila semakin lama maka bahan-bahan organik
tersebut volumenya akan semakin meningkat pada limbah cair tahu. Setelah disajikan dan
dipaparkan aktivitas enzim dan kadar protein dari ketiga sampel dengan perlakuan pemberian
limbah tahu pada media untuk megganti NA(NO3) sebagai sumber N sehingga didapatkan
aktivitas spesifik dari ketiga sampel yang disajikan pada tabel 5.
Pada tabel 5 disajikan hasil pengukuran aktivitas spesifik ketiga sampel dengan
perlakuan medum. Rata-rata hasil sampel L-2 dan L-3 digunakan digunakan untuk
perbandingan hasil aktivitas spesifik dengan aktivitas spesifik hasil dari medium kontrol yang
disajikan pada gambar 4. Hasil sampel L-1 tidak digunakan karena hasilnya terlalu rendah.
IV. KESIMPULAN
Utami, L.A, dan Agung Suprihadi. 2018. Pemanfaatan Limbah Tahu sebagai Media
Pertumbuhan Aspergillus flavus DUCC-K225 untuk Produksi Enzim Protease. Berkala
Bioteknologi. 1(1): 1-6.