Anda di halaman 1dari 8

REVIEW JURNAL

“Pemanfaatan Limbah Tahu sebagai Media Pertumbuhan Aspergillus flavus

DUCC-K225 untuk Produksi Enzim Protease”

Disusun Oleh :

Christin Katarina Vonbora Simamora (2010511045)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
I. PENDAHULUAN

Enzim merupakan salah satu dari produk bioteknologi yang paling popular di masa
sekarang. Enzim merupakan biokatalisator yang mempunyai ukuran, sifat, dan peranannya
dalam sel yang beragam. Enzim memiliki peran dalam reaksi biokimia dalam sel hewan,
tumbuhan dan mikroba. Peran dalam reaksi biokimia dimulai dari konversi energi,
metabolisme makanan, mekanisme pertahanan sel, komunikasi antar sel sampai konversi
sifat-sifat keturunan. Oleh sebab itulah, enzim berpotensi menjadi bioteknologi yang tinggi
yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang industri (Suhartono, 2000).

Penjualan dari protease mencapai 65% dari total penjualan enzim di dunia. Hal ini
disebabkan karena protease adalah enzim yang penting yang banyak digunakan pada aplikasi
industri. Enzim protease merupakan salah satu enzim yang aplikasi sangat luas di industri
karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam bidang industri, seperti industri kulit,
makanan, tekstil, farmasi, pengolahan susu, deterjen, dan, proses pengolahan limbah industri.

Kebutuhan dari enzim protease semakin meningkat di Indonesia tetapi masih


tergantung pada produksi impor. Sebuah cara mengatasi persoalan tersebut ialah dengan
mengusahakan untuk memproduksi enzim protease di Indonesia. Enzim protease ini dapat
berasal dari hewan, tanaman dan mikroorganisme. Namun, menjadi sebuah kendala dalam
memproduksi karena kelemahan dari enzim yang dihasilkan oleh hewan maupun tanaman
yaitu kandungan bahan yang berbahaya pada jaringan tanaman, seperti senyawa fenolik,
faktor fisiologi pada organisme yang membutuhkan waktu sangat lama dan adanya inhibitor
enzim. Oleh sebab itu enzim protease yang diproduksi dari mikroorganisme yang banyak
digunakan pada bidang industri karena memiliki kelebihan yaitu dapat diproduksi dalam
jumlah yang besar, waktu produksi yang relatif pendek atau cepat, dan dapat diproduksi
secara berkesinambungan dengan biaya yang relatif rendah.

Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi enzim protease alkalis yang dihasilkan
oleh Aspergillus flavus DUCC-K225 dengan menggunakan medium fermentasi/pertumbuhan
yang berasal dari limbah tahu.
II. METODE

2.1. Pembuatan Larutan Skim Milk

1) Melarutkan 20 gram bubuk susu milk dengan 100 ml akuades steril.


2) Menuang larutan skim milk ke dalam 20 tabung tutup alir dengan volumenya masing-
masing sebesar 5 ml.
3) Melakukan pasteurisasi selama 1 jam pada suhu 60-70oC.
4) Melakukan pasteurisasi larutan skim milk selama 3 hari berurut-turut dengan
perlakuan yang sama kemudian di simpan dalam kulkas.

2.2. Pembuatan Inokulum

1) Melakukan inokulasi kultur jamur Aspergillus flavus DUCCK225 pada medium PDA
dengan menggunakan ose tajam steril.
2) Aspergillus flavus DUCC K225 yang sudah diinokulasi akan diremajakan selama 5-7
hari pada suhu ruang (± 37oC).
3) Melakukan panen konidi dengan menambahkan akuades yang berisi 0,01% Tween 80
hingga kepadatan 108/ml. Hal ini bertujuan untuk memproduksi konidia pada media
miring PDA.

2.3. Pembuatan Media Fermentasi Limbah Tahu

1) Melarutkan 40 ml limbah tahu, 0,2 gram KCl, 0,004 gram FeSO4, 0,2 gram MgSO4,
0,4 gram K2HPO4, 0,8 gram NaNO3 dan 65 ppm Chloramphenicol ke dalam 340 ml
akuades steril.
2) Memasukkan 95 ml media yang telah homogeny ke dalam 4 erlenmeyer.
3) Melakukan sterilisasi pada autoclave.
4) Menambahkan 5 ml skim milk ke masing-masing media.
5) Menambahkan NaOH 1 N sebanyak 1500 µL ke dalam media untuk mencapai derajat
keasaman (pH) sebesar 9,0..

2.4. Produksi Enzim

1) Melakukan inokulasi 1% suspensi spora (108 /ml) A. flavus ke dalam 3 erlenmeyer


yang berisi medium standar dengan sumber N (nitrogen) limbah tahu.
2) Melakukan inkubasi media limbah tahu dan kultur Aspergillus flavus DUCC-K225
diinkubasi di rotary shaker dengan kecepatan 120 rpm pada suhu ruang selama 7 hari.
3) Melakukan penyaringan terhadap kultur A. flavus DUCC-K225 yang telah melalui
tahap fermentasi dengan menggunakan kertas Whatman No. 1.
4) Supernatan yang diperoleh disentrifugasi menggunakan sentrifugator pada kecepatan
4000 rpm selama 20 menit.
5) Supernatan yang didapatkan disimpan dalam lemari pendingin untuk dihitung kadar
protein dan aktivias enzimnya. Propagul yang tersaring dikeringkan di oven pada suhu
70oC selama 3x24 jam, dan ditimbang menggunakan neraca digital.

2.5. Pengukuran Kadar Protein

1) Reagen Lowry A merupakan campuran 10 ml folin 2N dan 10 ml akuades steril.


Reagen Lowry B merupakan campuran 5 gram Na2CO3 dan 250 ml NaOH 1M, yang
kemudian ditambahkan 2,5 ml CuSO4 1% dan 2,5 ml KNa Tartrat 2%.
2) Melakukan inkubasi terhadap supernatan fermentasi dalam inkubator pada suhu 37oC
selama 10 menit. Lalu, ditambahkan 3 ml TCA 10%.
3) 1 ml dari larutan tersebut ditambah dengan 5 ml Na2CO3 0,4 M dan 0,5 ml fenol 0,5
M. Lalu, diinkubasi selama 20 menit pada suhu 37oC dalam inkubator.
4) Melakukan pengukuran aktivitas enzim dari larutan tersebut dengan spektrofotometer
dengan panjang gelombang (λ) 660 nm.
5) Sebanyak 0,05 ml diencerkan dalam 4,95 ml Tris HCl 0,1 M dengan pH 8,6.
6) Menambah 8 ml Lowry B ke dalam 5 ml larutan sampel tersebut dan didiamkan
selama 10 menit.
7) Menambahkan 0,5 ml Lowry A. Kemudian, didiamkan selama 20 menit.
8) Menghitung kadar protein larutan menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang (λ) 600 nm.

2.6. Pengukuran Altivitas Enzim

1) Melakukan pengenceran supernatan fermentasi sebanyak 0,05 ml ke dalam 4,95 ml


Tris HCl 0,1 M dengan pH 8,6.
2) Menambahkan 1 ml larutan sampel ke dalam 1 ml kasein 2% (dalam buffer Tris HCl
0,1 M dengan pH 8,6).
3) Melakukan inkubasi larutab tersebut selama 10 menit pada suhu 37oC dalam
inkubator, Lalu, ditambah 3 ml TCA 10%.
4) Sejumlah 1 ml larutan tersebut ditambah dengan 5 ml Na 2CO3 0,4 M dan 0,5 ml fenol
0,5 M.
5) Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37oC selama 20 menit.
6) Melakukan pengukuran aktivitas enzim tersebut Larutan tersebut menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang (λ) 660 nm.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut merupakan tabel hasil pengukuran biomassa sampel limbah tahu.

Pada gambar 1 disajikan perbandingan biomassa perlakuan dengan biomassa kontrol.

Pada gambar 1 menunjukkan jika biomassa sampel lebih rendah dibandingkan dengan
biomassa kontrol. Jamur Aspergillus flavus DUCC-K225 menggunakan sumber nitrogen dari
sampel limbah tahu untuk pertumbuhannya. Oleh sebab itulah, biomassa jamur A. flavus
DUCC-K225 akan berkurang karena semakin lama media akan kekurangan sumber
nitrogennya.

Pada tabel 2 disajikan hasil absorbansi dari pengukuran aktivitas enzim protease
menggunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang (λ) 660 nm.
Pada tabel 3 disajikan didapatkan data aktivitas enzim protease dari jamur Aspergillus
flavus DUCC-25 pada setiap sampel melalui perhitungan di atas.

Pada gambar 3 disajikan perbandingan hasil produksi enzim protease yang berasal dari
ketiga sampel dengan produksi enzim dari medium kontrol.

Hasil kadar protein yang terkandung dalam enzim pada perlakuan pertama hingga
ketiga sangat tinggi dibandingkan dengan kadar protein medium kontrol. Pada limbah cair
tahu mengandung bahan-bahan (senyawa organik) yang sangat tinggi seperti protein 40-60%,
karbohidrat 25-50%, dan lemak 10%. Apabila semakin lama maka bahan-bahan organik
tersebut volumenya akan semakin meningkat pada limbah cair tahu. Setelah disajikan dan
dipaparkan aktivitas enzim dan kadar protein dari ketiga sampel dengan perlakuan pemberian
limbah tahu pada media untuk megganti NA(NO3) sebagai sumber N sehingga didapatkan
aktivitas spesifik dari ketiga sampel yang disajikan pada tabel 5.

Pada tabel 5 disajikan hasil pengukuran aktivitas spesifik ketiga sampel dengan
perlakuan medum. Rata-rata hasil sampel L-2 dan L-3 digunakan digunakan untuk
perbandingan hasil aktivitas spesifik dengan aktivitas spesifik hasil dari medium kontrol yang
disajikan pada gambar 4. Hasil sampel L-1 tidak digunakan karena hasilnya terlalu rendah.

Berdasarkan gambar 4 menunjukkan bahwa kandungan protein yang tinggi


menyebabkan aktivitas spesifik tinggi. Protein tidak hanya berasal dari enzimnya namun
dalam media limbah tahu mengandung protein. Pada limbah tahu dideteksi mengandung
17,02 ± 0,02% (dw) protein (Febrianti, 2017). Protein merupakan sebuah elemen penyusun
membrane sel yang diharapkan menjadi sumber utama pada pertumbuhan dari
mikroorganisme. Pada tabel 6 disajikan kandungan-kandungan dalam limbah tahu.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam memproduksi


enzim protease alkalis oleh jamur Aspergillus flavus DUCC K225 dapat menggunakan
limbah tahu sebagai media alternatif. Penggunaan limbah tahu dalam menggantikan sumber
nitrogen dapat meningkatkan produksi protease alkaline. Selama fermentasi produk enzim
protease mangalami peningkatan dengan peningkatan aktivitas spesifik yang lebih tinggi
dibandingkan kontrol.
DAFTAR PUSTAKA

Utami, L.A, dan Agung Suprihadi. 2018. Pemanfaatan Limbah Tahu sebagai Media
Pertumbuhan Aspergillus flavus DUCC-K225 untuk Produksi Enzim Protease. Berkala
Bioteknologi. 1(1): 1-6.

Anda mungkin juga menyukai