Anda di halaman 1dari 5

Nama : Harrys Simon Nababan

NPm. : 198520102
Matkul : administrasi dan kebijakan perpajakan
1. Fungsi fungsi pajak :
 Fungsi anggaran 
Dalam hal ini, pajak berfungsi membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
Pasalnya, untuk melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan
pembiayaan dari dana pajak.
 Fungsi mengatur
Pemerintah dapat mengatur pertumbuhan ekonomi melalui pajak. Dengan
fungsi ini, pajak bisa digunakan sebagai jalan mencapai tujuan yang telah
dicanangkan sebagai berikut.
Pajak bisa meredam laju inflasi.
Pajak bisa digunakan sebagai alat meningkatkan kegiatan ekspor.
Pajak bisa memberikan proteksi perlindungan atas barang produksi
dalam negeri, seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Pajak bisa mengatur dan menarik investasi modal ke Indonesia.
Dengan begitu bisa meningkatkan produktivitas ekonomi demi makin
bisa bersaing dengan produksi luar negeri.
 Fungsi stabilitas 
Fungsi pajak yang ketiga ditujukan menstabilkan kondisi ekonomi nasional
sehingga bisa mengatasi permasalahan inflasi. Adapun caranya, pemerintah
bisa membuat atau mengeluarkan kebijakan pajak yang sesuai dengan
permasalahan yang ada.
 Fungsi redistribusi pendapatan
Pungutan pajak akan digunakan membiayai perawatan dan peningkatan
layanan umum, seperti menggenjot pembangunan infrastruktur, membuka
peluang dan lapangan kerja untuk masyarakat dalam negeri, dan meningkatkan
pendapatan per kapita. Harapannya, masyarakat bisa lebih merasakan tingkat
kemakmuran yang telah ditargetkan negara.
 Fungsi insentif
Pada acara-acara khusus, negara dapat menggunakan sebagian dana pajak
untuk diberikan sebagai insentif kepada warga yang berprestasi bagi
Indonesia. Misalnya, penghargaan uang tunai kepada atlet berprestasi terbaik
di ajang kompetisi olahraga internasional.
2. Asas pemungutan pajak
o Asas Equality, pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai
dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh
bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak.
o Asas Certainty, semua pungutan pajak harus berdasarkan UU, sehingga bagi
yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.
o Asas Convinience of Payment, pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi
wajib pajak (saat yang paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru
menerima penghasilannya atau disaat wajib pajak menerima hadiah.
3. Pajak sudah ada sejak lama, termasuk di Indonesia. Pajak di Indonesia sudah
diperlakukan sejak zaman kerajaan.Hanya saja untuk sistem pungutan pada zaman
kerajaaan dan sekarang berbeda.Zaman kerajaan pungutannya adalah upeti kepada
raja sebagai persembahan yang dianggap sebagai wakil tuhan.Ada timbal balik
dengan rakyat yang membayar upeti tersebut. Di mana rakyat mendapat jaminan
dan ketertiban dari raja. Bahkan pada zaman itu beberapa kerajaan juga
melakukan sistem pembebasan pajak, terutama pada tanah perdikan.

Ketika masuk era kolonial oleh Belanda dan bangsa Eropa pajak mulai
dikenakan.Pajak yang diterapkan itu, seperti pajak rumah, pajak usaha, sewa tanah
maupun pajak kepada pedagang. Itu diperlakukan pada 1839.Adanya sistem itu
membuat masyarakat merasa berat dan terbebani. Apalagi tidak ada kejelasan dan
banyak penyelewengan oleh pemerintah kolonial waktu itu.Pada masa kolonial,
saat itulah mengenal sistem perpajakan modern.Pada 1885, pemerintah Kolonial
Belanda membedakan besar tarif pajak berdasarkan kewarganegaraan wajib pajak.

Pada masa kemerdekaan, pajak dimasukan ke dalam UUD 1945 Pasal 23 pada
sidang BPUPKI. Pasal itu berbunyi segala pajak untuk keperluan negara
berdasarkan undang-undang. Meski sudah dituangkan dalam UU, tapi pemerintah
belum dapat mengeluarkan UU khusus yang mengatur tentang pajak. Ini
disebabkan terjadi Agresi Militer Belanda dan membuat pemerintahan Indonesia
memindahkan ibukota ke Yogyakarta.Karena roda pemerintahan dan pembiayaan
pengeluaran negara harus tetap dijalankan.

Pada tahun 1967-1983, pemungutan pajak dilaksanakan dengan semi self


assesment system atau withholding system, dimana pajak yang terutang ditentukan
oleh fiscus bersama dengan wajib pajak.
Dari tahun 1983 sampai sekarang, pemungutan pajak dilaksanakan dengan
sistem full self assesment system, dimana pajak yang terutang ditentukan wajib
pajak.

4.  Self Assessment System


Ini merupakan sebuah sistem pemungutan pajak yang membebankan penentuan
besaran pajak yang perlu untuk dibayarkan oleh wajib pajak secara mandiri
Sistem self assessment ini biasanya diterapkan untuk jenis pajak yang termasuk
kategori pajak pusat. Seperti misalnya untuk PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dan
PPh (Pajak Penghasilan). Dalam sistem wajib pajak diharuskan untuk menghitung
sendiri besaran pajak terutang yang perlu untuk dibayarkan. Sehingga bisa saja
wajib pajak yang belum memiliki cukup pengetahuan pajak bisa mengalami
kekeliruan. Untuk itu, peran seorang konsultan pajak Surabaya sangatlah
dibutuhkan. Tujuannya agar proses dalam penghitungan hingga pelaporan pajak
bisa terlaksana dengan baik.

Official Assessment System


Sistem pemungutan official assessment ini berbeda dengan sistem self
assessment sebelumnya. Dimana pada sistem pemungutan pajak official
assessment membebankan wewenang dalam menentukan besarnya pajak yang
terutang pada petugas perpajakan. Dimana petugas perpajakan tersebut berperan
sebagai pihak pemungut pajak yang dibebankan kepada seorang wajib pajak. Pada
sistem pemungutan pajak ini, setiap wajib pajak berperan pasif dan nilai pajak
yang terutang akan diketahui setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh
petugas perpajakan.

Withholding System
Dalam sistem pemungutan pajak ini, besaran pajak yang harus dibayarkan
dihitung oleh pihak ketiga. Dimana pihak ketiga yang dimaksud ini bukan
merupakan wajib pajak dan juga bukan merupakan petugas perpajakan. Seperti
contohnya dalam pemotongan penghasilan yang diperoleh seorang karyawan,
dimana hal tersebut dilakukan oleh seorang bendahara sebuah instansi atau HRD
dalam sebuah perusahaan. Jadi, karyawan yang bersangkutan tidak perlu lagi
untuk mengurus pemotongan pajak dan membayarkan pajak miliknya. Pastikan
urusan pajak anda terselesaikan dengan baik dengan bantuan konsultan pajak
Surabaya.

5. Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh
karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.
Teori kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya
perlindungan) masing-masing orang . Semakin besar kepentingan seseorang
terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.
Teori daya pikul
Beban pikul untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar
sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untutk mengukur daya pikul
dapat digunakan dua pendekatan yaitu:
· Unsur Objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan
yang dimiliki seseorang.
· Unsur subjektif dengan memperhhatikan besarnya kebutuhan materil
yang harus dipenuhi.
Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan
negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti rakyat selalu menyadari bahwa
membayar pajak adalah suatu kewajiban.
Teori asas daya beli
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya menarik pajak
berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga
negara. Selanjutnya negara akan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam
bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat.

6. Jenis Pajak provinsi terdiri atas:


Pajak Kendaraan Bermotor;Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; Pajak Bahan
Bakar Kendaraan Bermotor; Pajak Air Permukaan; dan Pajak Rokok.

Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri dari:

1. Pajak Hotel;
2. Pajak Restoran;
3. Pajak Hiburan;
4. Pajak Reklame;
5. Pajak Penerangan Jalan;
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
7. Pajak Parkir;
8. Pajak Air Tanah;
9. Pajak Sarang Burung Walet;
10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan
11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. 

7. Nomor Pokok Wajib Pajak atau NPWP adalah identitas resmi wajib pajak untuk
melaksanakan administrasi dan transaksi pembayaran pajak. NPWP wajib dimiliki
WNI dan WNA yang jadi wajib pajak, baik itu perorangan maupun badan usaha.
8. Digital compliance model dapat meringkas proses tax compliance wajib pajak,
yang diawali dengan melakukan ekstrasi data secara langsung dari sumber data.
Kemudian, dilanjutkan dengan sinkronisasi data secara langsung kepada pihak
otoritas pajak. Dengan demikian, otoritas pajak akan dapat langsung mengakses
data wajib pajak serta melakukan proses audit.Hal tersebut menjadi salah satu
contoh dari sekian banyaknya peluang yang disampaikan terkait perkembangan
administasi pajak di era digital. Oleh karena itu, perlu komitmen dan langkah
strategis agar sistem administrasi pajak selalu dapat berjalan beriringan dengan
perkembangan teknologi digital.

Anda mungkin juga menyukai