Anda di halaman 1dari 6

Fase 1 (Diagnosis Sosial)

Masalah sosial yang muncul jika dilihat dari sudut pandang John Q adalah kenyataan
bahwa tidak semua orang memiliki kemampuan finansial untuk menutupi biaya
pemeliharaan kesehatan dalam hal ini adalah operasi transplantasi jantung. Permasalahan
yang dihadapi oleh keluarga John Q adalah kenyataan bahwa dia tidak memiliki cukup
uang untuk membayar biaya pengobatan Mike. Pihak rumah sakit memberikan solusi
padanya untuk mengajukan permohonan bantuan bantuan dana ke pihak asuransi,
sementara badan asuransi menolak untuk membiayai pengobatan Mikey karena status
pekerjaan ayahnya hanya sebagai pegawai paruh paruh waktu.
Golongan buruh atau menengah kebawah merasa tidak terwakili haknya untuk
mendapatkan fasilitas kesehatan yang layak. Pada film ini mereka tidak akan dengan susah
mendapatkan transpalasi jantung dan mendapatkan perawatan yang layak bagi anaknya.
Berbeda dengan golongan menengah keatas, mereka mereka bisa dengan mudahnya
mendapatkan fasilitas dan perawatan di rumah sakit dari asuransi yang mereka miliki.

Fase 2 (Diagnosis Epidemiologi)

Penyebab utama dari penyakit tersebut, yang paling utama adalah faktor akses ke
pelayanan kesehatan yaitu susah mendapatkan transpalasi jantung dan mendapatkan
perawatan yang layak disebabkan karena status sosial, selanjutnya, faktor perilaku
(sedikitnya aktivitas fisik, diet yang buruk, merokok, atau konsumsi alkohol), dan faktor
genetik (riwayat penyakit keluarga), faktor lingkungan (racun, kondisi kerja yang penuh
tekanan, atau kondisi pekerjaan yang tidak terkontrol).

Fase 3 (Diagnosis perilaku dan lingkungan)

Dalam mengidentifikasi perilaku yang terdapat dalam film kami mengacu pada beberapa
indikator masalah perilaku yang mempengaruhi status kesehatan mereka.

1. Upaya pemeliharaan kesehatan sendiri


Kebiasaan sang ayah menunjukkan beberapa perilaku yang akan membahayakan
kesehatannya diantaranya kebiasaan merokok yang kedepannya akan memberikan dampak
yang buruk bahkan di tempat kerja beliau di ajak oleh temannya untuk merokok padahal
ditambah lagi lokasi pekerjaan mereka dengan tingkat paparan debu yang cukup tinggi hal
ini menunjukkan mereka menjadikan hal tersebut menjadi kebiasaan terutama di jam kerja.
Dan juga kemungkinan ayah membawa zat berbahaya dari tempat kerja misalnya debu hasil
proses penggerindaan yang melekat ditubuh dan akan kontak dengan keluarga di rumah dan
terhirup kemereka akan mempengaruhi kesehatannya.

Kebiasaan sarapan mereka sebelum menjalankan aktivitas (bekerja dan sekolah) dengan
menu donat tentu hal ini tidak akan sehat dan tidak memberi cukup energi dalam
menjalankan aktivitas, sebagaimana sebuah literatur menyatakan donat hanya mengandung
karbohidrat sederhana yang dipenuhi oleh gula tentu hal ini bukanlah sumber energi yang
efisien, kandungan gula yang tinggi akan membuat tubuh bekerja ekstra untuk mengolahnya,
jika tidak memiliki cukup energi untuk melewati hari yang penuh tantangan fisik maupun
pikiran akan sangat sulit untuk menjaga pola pikir yang sehat sehingga akan lebih mudah
tersulut emosi, stress bahkan depresi. Tergambar jelas dalam film bagaimana sang ayah
sarapan dan bekerja di pabrik yang butuh energi yang besar dan juga anak untuk belajar, dan
juga sang ayah yang sulit dalam mengontrol emosinya.

2. Pemanfaatan pelayanan kesehatan


RS mengutamakan kekayaan dalam pemberian pelayanan kesehatan, perilaku petugas
selaku pemegang keputusan benar benar menunjukkan tindakan diskriminasi dan melupakan
rasa kemanusiaan yang diutamakan petugas pelayanan kesehatan, memeng benar mereka
menerima pasien (Anak) namun saat mereka mengetahui kalau keluarga tersebut tidak dapat
membayar bahkan mereka telah membayar sebagian namun belum mencukupi sebesar uang
muka yang diinginkan tetap akan dibawa pulang dan tidak mendapat pelayanan kesehatan.
Pemberi jaminan kesehatan pekerja tidak menunjukkan sikap konsisten cakupan
penerima bisa saja berubah tanpa sepengetahuan pekerja sedangkan sang ayah telah bekerja
bertahun-tahun pada perusahaan tersebut yang awalnya memiliki asuransi kesehatan menjadi
tidak terdaftar karena perubahan aturan, pekerja tingkat 2 tidak termasuk, keadaan ini benar-
benar membatasi akses mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Dengan tidak adanya kebijakan atau keringanan dari pihak rumah sakit sang Ayah
harus mengambil tindakan yang mengancam, dengan perilaku ini, tindakan yang diambil ini
akan membahayakan keselamatannya, dimana hampir saja tertembak oleh pihak kepolisian
dan membahayakan nyawanya, cara tersebut satu-satunya agar anaknya bisa mendapat
pelayanan dan menjadi penerima transpalantasi jantung.
3. Kepatuhan
Mengemudi dengan tidak mengutamakan tingkat keselamatan, bagaimana perilaku
ayahnya sangat mengemudikan mobil tidak fokus dalam menyetir tentu ini akan sangat
berbahaya berisiko terjadinya kecelakaan lalu lintas tidak hanya membahayakan dirinya dan
keluarganya namun juga pengguna lalu lintas lainnya.
Kurangnya bentuk perlindungan kesehatan (APD) di tempat kerja, berhubungan
dengan debu saat melakukan penggerindaan ataupun percikan api seharusnya saat bekerja
menggunakan APD misalnya kacamata dan masker, dengan kelalaian tersebut akan memberi
dampak masalah kesehatan pada pekerja.

Sedangkan terkait lingkungan yang mempengaruhi perilaku:

Keadaan ekonomi ekonomi, karena keterbatasan ekonomi menunjang perilaku tersebut yang
dapat menimbulkan masalah kesehatan, sang Ayah harus bekerja dan tidak memenuhi standar
kesehatan dan keselamatan kerja yakni bekerja hingga 20 jam sehari untuk membayar hutang
dan biaya sewa rumah dan kebutuhan sehari-hari, dengan lingkungan sangat berisiko dan
keterbatasan penggunaan APD kemungkinan karena pihak pabrik tidak menerapkan K3
diperusahaannya, setelah Anak sakit dan membutuhkan biaya yang besar lingkungan pekerja pun
tidak mendukung, yang mengatur terkait asuransi kesehatan pekerja malah menolak dan tidak
akan membayar, aturan baru penerima asuransi pekerja tidak disampaikan secara jelas kepada
pekerja. Rumah sakit yang memiliki kebijaksanaan keras terkait pembayaran, perlu uang muka
sebesar 35% dari total pembiayaan sebelum memasukkan nama pasien dalam daftar penerima
jantung dan keluarga harus memiliki jaminan seperti tabungan, kepemilikan rumah, dan
inverstasi. Tidak adanya kebijaksanaan dari pihak RS disaat pasien telah membayar sebagian
namun tetap akan dikeluarkan dari rumah sakit tersebut.

FASE 4 (Diagnosis pendidikan dan perilaku)

1. Faktor predisposisi
Faktor yang mempermudah atau mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu:
Keterbatasan ekonomi, kurangnya pengetahuan akan bahaya tempat kerja, kurangnya
pengetahuan keamanan berkendara, kebiasaan merokok, kurangnya pengetahuan terkait
asuransi kesehatan pekerja yang dimiliki, jaminan kekayaan dalam akses pelayanan
kesehatan (semua mudah jika memiliki uang).

2. Faktor pemungkin
Faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku:
Tidak adanya sosialisasi terkait asuransi pekerja, perusahaan tidak menerapkan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3), kebutuhan hidup harus terpenuhi.
3. Faktor penguat
Faktor yang memperkuat suatu perilaku (pengulangan atau tetapnya perilaku):
Aturan Rumah Sakit dan ketidakpedulian pimpinan perusahaan/pabrik tempat ayah pasien
bekerja.

Fase 5 (Assessment Kebijakan dan Administrasi)

Ketersediaan sumberdaya :

1. Sarana dan prasarana kesehatan di Rumah sakit dengan perlengkapan peralatan medis yang
cukup memadai
2. Tersedia SDM (paramedis dan dokter)
3. Ada Jaminan Kesehatan dari perusahan bagi karyawan

Hambatan :

1. Masalah regulasi yang mengatur tentang jaminan sosial dan masih terdapat jutaan orang di
Amerika yang belum memiliki jaminan sosial
2. Hambatan administrasi dan prosedur klaim asuransi di perusahan
3. Aturan / syarat di Rumah Sakit yang mengutamakan keuntungan dengan mewajibkan
pembiayaan penuh sebelum melakukan tindakan medis
4. Tidak ada informasi yang jelas terkait dengan hak karyawan memperoleh Asuransi
kesehatan

Fase 6 ( Implementasi)

Tujuan Program :
Adapun tujuan dari program ini yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
semua unsur yang berkepentingan dalam jaminan social dan untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat.

Penetapan Prioritas Masalah :

Dari hasil assessment social, assessment epidemiologi, assessment perilaku dan lingkungan,
assessment pendidikan dan organisasional serta assessment kebijakan dan administrasi. Maka
prioritas masalah yang kami angkat untuk dilakukan intervensi yaitu masalah kualitas
pelayanan kesehatan yang diperoleh oleh masyarakat dan penyakit gagal jantung, dengan akar
permasalahan sebagai berikut : (1) pembiayaan, aturan/syarat dan administrasi rumah sakit
(2) Hambatan dalam memperoleh jaminan sosial / asuransi kesehatan di perusahan (3) Gaya
hidup / lifestyle penyebab PTM

Perencanaan Program :

1. Pembentukan Forum Komunikasi Jaminan Sosial, dengan melibatkan semua unsur yang
memilki kepetingan dalam mendukung Jaminan sosial bagi masyarakat (Pemerintah,
DPR, Badan Pengelola Jaminan Sosial, Rumah Sakit, CSR, Asosiasi Perusahan, Praktisi,
Akademisi dan lain-lain)
2. Sosialisasi manfaat dan hak memperoleh jaminan sosial, sasarannya adalah karyawan
perusahan, pimpinan dan manajemen perusahan
3. Sosialisasi PHBS institusi di perusahan

Metode Intervensi Program

1. Fasilitasi kegiatan pertemuan pembentukan Forum Komunikasi, dengan proses


pelaksanaan pemaparan maksud dan tujuan program, diskusi, komitmen bersama dan
Rencana Tindak Lanjut.
2. Meningkatkan pengetahun karyawan perusahan, pimpinan dan manajemen perusahan
terkait manfaat jaminan sosial dengan metode Sosialisasi, diskusi, komitmen bersama dan
Rencana Tindak Lanjut
3. Meningkatkan pengetahun karyawan perusahan, pimpinan dan manajemen perusahan
dengan metode Sosialisasi PHBS institusi di perusahan, komitmen bersama dan Rencana
Tindak Lanjut serta pembagian brosur dan pemasangan Poster dan spanduk PHBS
Institusi di Perusahan

Fase 7 (Evaluasi Proses)

Dalam proses intervensi program, untuk mengetahui kemajuan dan hambatan, dilakukan
monitoring dan evaluasi pra pelaksanaan Program,

1. Evaluasi Pembentukan Forum Komunikasi, dilakukan pada saat proses kegiatan


Pembentukan Forum berlangsung sasaranya adalah peserta Forum
2. Evaluasi Sosialisasi Jaminan Sosial, dilakukan pada saat proses kegiatan Sosialisasi
berlangsung sasarannya adalah karyawan perusahan, pimpinan dan manajemen perusahan
3. Evaluasi Sosialisasi PHBS Institusi, dilakukan pada saat proses kegiatan Sosialisasi
berlangsung dengan memberikan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan dan
pemahaman terhadap materi yang disoislisasikan sasarannya adalah karyawan perusahan,
pimpinan dan manajemen perusahan

8. Evaluasi Dampak

9. Evaluasi Hasil

GANTT CHART

Anda mungkin juga menyukai