Anda di halaman 1dari 13

PEMBERDAYAAN DAERAH BENCANA

(Disusun Guna Menyelesaikan Tugas Kelompok Mata Kuliah Pengembangan dan


Pemberdayaan Masyarakat)

Dosen Pengampu:

Lutfi Ariefianto S.Pd., M.Pd

Kelompok G

Oleh:

Dita Indria Saputri 200210201010

Anisa Arizqina Fironika F 200210201016

Muhammad Wahyu Romadhon 200210201029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Karena atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemberdayaan Daerah
Bencana”selesai tepat pada waktunya.

Tujuan Penulis membuat makalah guna memenuhi tugas kelompok dari Mata
Kuliah Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat Program Studi Pendidikan
Luar Sekolah. Tidak hanya itu, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada pihak-pihak terkait atas segala informasi dan dukungan demi kelancaran
makalah penulis, antara lain:

1. Lutfi Ariefianto S.Pd.,M.Pd., sebagai KaProdi Pendidikan Luar Sekolah


dan dosen pengampu Mata Kuliah Pengembangan dan Pemberdayaan
Masyarakat;
2. Perguruan Tinggi Negeri/Swasta yang telah memberikan banyak bantuan
informasi melalui website maupun jurnalnya masing-masing guna
dijadikan bahan referensi dari makalah penulis.

Dan yang terakhir agar makalah yang dibuat dapat lebih baik lagi, penulis membuka
kritik dan saran bagi pembaca.

Jember, 29 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1.2.1 Apa saja bentuk bencana alam yang terjadi pada masyarakat? ............................ 2
1.2.2 Bagaimana upaya yang dilakukan untuk memberdayakan daerah bencana? ........ 2
1.2.3 Bagaimana langkah-langkah dalam pemberdayaan? .......................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2
1.3.1 Untuk mengetahui bentuk bencana alam apa saja yang terjadi di masyarakat . 2
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja upaya yang dilakukan untuk memberdayakan
daerah bencana ...................................................................................................... 2
1.3.3 Untuk mengetahui langkah-langkah dalam pemberdayaan ............................ 2
BAB 2. PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Beberapa Bentuk Bencana Alam yang Terjadi pada Masyarakat ............................ 3
2.2 Upaya yang dilakukan untuk Memberdayakan Daerah Bencana ............................. 4
2.3 Langkah-Langkah dalam Pemberdayaan ................................................................ 7
BAB 3. PENUTUP .............................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 9
3.2 Saran .................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberdayaan memiliki makna suatu pemberian kekuatan untuk yang lemah.
Perlunya pemberdayaan agar objek tersebut tidak tertindas sehingga dapat maju
sesuai dengan perkembangan jaman. Pemberdayaan ada kaitannya dengan
pemberdayaan masyarakat yang memiliki pengertian suatu upaya pemberian
dorongan atau motivasi dan membantu untuk menggali potensi yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri.

Pemberdayan memiliki banyak program, diantaranya seperti pemberdayaan


politik, pemberdayaan ekonomi, pemberdayaan sosial budaya, serta pemberdayaan
lingkungan. Kaitannya dengan pemberdayaan lingkungan yang memiliki pengertian
suatu upaya perawatan dan pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat kepada
lingkungannya karena terdapat hubungan yang saling menguntungkan antara yang
diperintah dengan daerah yang ditempati. Namun masih banyak ditemukan para
warga masyarakat yang belum taat pada peraturan, seperti membuang sampah tidak
pada tempatnya. Jika terjadi musim hujan membuat bencana banjir akibat
penumpukan sampah di sungai yang menghambat aliran air di dalamnya. Dari salah
satu permasalahan kehidupan tersebut. Perlunya pemberdayaan daerah bencana agar
segala bentuk bencana yang terjadi di masyarakat seperti munculnya penyakit AIDS,
pencemaran udara maupun air, banjir, tanah longsor, maupun bencana yang lainnya
dapat terselesaikan dengan baik.

1
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa saja bentuk bencana alam yang terjadi pada masyarakat?

1.2.2 Bagaimana upaya yang dilakukan untuk memberdayakan daerah


bencana?

1.2.3 Bagaimana langkah-langkah dalam pemberdayaan?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui bentuk bencana alam apa saja yang terjadi di
masyarakat

1.3.2 Untuk mengetahui apa saja upaya yang dilakukan untuk memberdayakan
daerah bencana

1.3.3 Untuk mengetahui langkah-langkah dalam pemberdayaan

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Beberapa Bentuk Bencana Alam yang Terjadi pada Masyarakat


Pada akhir-akhir ini marak terjadinya bencana alam diberbagai provinsi
Indonesia. Kerusakan akibat bencana tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
pemulihan. Menurut(Post Disaster Activities)(Warfield, 2007) terdapat dua
klasifikasi bencana yaitu: Kegiatan pasca bencana jangka pendek, dalam bentuk
penyediaan makanan, pertolongan dan perawatan serta tempat semi pemanen dan
kegiatan pasca bencana jangka panjang(Long Term Disaster Activities), dimana
kegiatan ini dilakukan guna mengembalikan seluruh aspek yang terjadi menuju yang
lebih baik dari terjadinya bencana, meliputi pemulihan sistem bagi kehidupan,
kesehatan, pemulihan sektor ekonomi(Warfield, 2007). Beberapa bencana yang
marak terjad seperti banjir, tanah longsor, kebakaran(baik kebakaran hutan maupun
rumah). Belum lagi bencana yang diakibatkan oleh gempa bumi disertai tsunami
maupun tidak menimbulkan kerugian dengan jumlah yang banyak. Beberapa faktor
terjadinya bencana alam bisa terjadi akibat ulah manusia dan faktor alam. Contoh
bencana alam akibat ulah manusia seperti membuang sampah tidak pada tempatnya
yang mengakibatkan terjadi bencana banjir. Menurut Badan Koordinasi
Penanggulangan Bencana Alam sepanjang 2007 telah terjadi 379 bencana alam dan
tanah longsor. Setidaknya 918 orang tewas dan tidak ditemukan dalam bencana
tersebut disertai 200.000 rumah penduduk mengalami kerusakan. (MT.Zen, 2001)
memiliki pandangan lain, menurutnya bencana alam yaitu fenomena yang terjadi di
alam seperti badai, kekeringan, banjir, bencana kebumian seperti letusan gunung
berapi, tsunami, kekeringan, angin ribut, gunung meletus, wabah penyakit, dan
lainnya. Bencana memiliki pengertian suatu peristiwa yang berlangsung didaerah
masyarakat dan ada manusia yang terancam jiwanya. Namun jika terjadi tanah
longsor seperti ditengah hutan rimba Kalimantan dimana tidak ada manusia sama
sekali, dan tidak ada yang peduli maka bukan dikatan bencana alam. Sebaliknya jika
terjadi tanah longsor didaerah pemukiman manusia disertai korban jiwa, maka

3
kejadian itu dijuluki “bencana alam”. Kegiatan manusia dan industripun dapat
mengakibatkan bencana, contohnya seperti bobolnya waduk serba guna, meledaknya
pabrik petro kimia(Bhopal), terjungkirnya truk yang mengangkut bahan kimia
sehingga mengakibatkan korban jiwa, kebakaran dan terganggunya arus lalu lintas.
Beberapa kegiatan tersebut dapat menarik media dalam sekejap serta sudah dapat kita
lihat dilayar sosial media seluruh dunia.

Dari beberapa kejadian tersebut membuktikan bahwasanya Indonesia rawan akan


terjadinya bencana alam. Juga masih belum atau masih rendahnya Pemda dalam
menangani korban bencana dan termasuk dalam hal mengantisipasi melalui program
kerja. Karena penganggulangan bencana masih kebanyakan bersifat insidental(tidak
darurat). Para masyarakat maupun instansi pemerintah sibuk berbondong-bondong
memberikan bantuan seperti makanan, obat-obatan, selimut, dan baju yang layak,
yang hal ini hanya berlangsung beberapa minggu saja. Namun setelah 2 bulan-3bulan
dan setersusnya, donator tersebut akan pergi/hilang satu persatu. Tinggalah para
warga yang terdampak mengatasi sendiri masalah ekonomi yang terjadi. Kondisi ini
memerlukan bantuan karena belum meratanya berbagai bantuan secara merata akibat
bencana alam yang terjadi. Hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena dapat
mengakibatkan dampak negatif yang sangat besar seperti angka kematian yang
semakin tinggi, serta angka kemiskinan yang meledak. Perlunya upaya pemberdayaan
daerah bencana secara maksimal untuk mengatasi segala permasalahan yang terjadi
oleh pihak-pihak terkait.

2.2 Upaya yang dilakukan untuk Memberdayakan Daerah Bencana


Secara geografis Indonesia termasuk pada daerah rawan bencana sehingga
membutuhkan sebuah landasan hukum yang kuat guna menyiapkan masyarakat
dalam bentuk kesiagaan menghadapi bencana pada saat tanggap darurat maupun saat
terjadinya bencana dan pasca bencana. Beberapa permasalahan sosial akibat
terjadinya bencana alam diantaranya: hancur atau rusaknya rumah dan perabotan
rumah tangga; sarana dan prasarana sosial ekonomi juga banyak yang hancur/rusak;
trauma yang dialami warga yang terdampak; syok dan penyakit(deare, flu dsb;

4
hilangnya mata pencarian atau lapangan pekerjaan serta tempat tinggal; sementara
hidup ditempat pengungsian dengan segala keterbatasan. Pemberdayaan daerah
bencana merupakan suatu upaya yang dilakukan pada daerah yang terkena bencana
guna mendapatkan sebuah pertolongan, agar daerah yang terdampak dapat selamat
dari bencana yang terjadi. Suatu usulan konkrit yang dilakukan pada lokasi bencana
guna mempercepat proses pemulihan sosial ekonomi para korban yang terdampak.
Sehingga perlunya pemberdayaan pada mereka, karena diasumsikan mereka
sedang/tidak bisa berbuat akibat kejadian bencana. Model pemberdayaan yang
diajukan ini merupakan aksi usaha yang dilakukan dengan mengadopsi Keputusan
Menteri Sosial RI No. 12/HUK/2006 sehingga dapat dijadikan model yang dapat
direplikasikan didaerah yang terkena bencana, serta dapat diadopsi oleh aparat Pemda
untuk mengatasi masalah sosial ekonomi pasca bencana alaam.

Upaya strategis untuk melindungi setiap warga negara dengan langkah-langkah


penanggulangan bencana(manajemen bencana)baik sebelum, pada saat, dan setelah
bencana terjadi merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan. Manajemen
bencana memiliki pengertian suatu upaya yang dilakukan meliputi aspek perencanaan
dan penanggulangan bencana, sebelum, pada saat bencana dan sesudah bencana
terjadi yang dikenal dengan Siklus Manajemen Bencana. Siklus ini bertujuan untuk
mencegah kehilangan jiwa, mengurangi penderitaan manusia, memberikan informasi
pada masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko serta mengurangi kerusakan
insfrastruktur utama, harta benda, dan kehilangan sumber ekonomis. Secara umum
kegiatan manajemen bencana terbagi menjadi tiga macam kegiatan utama, yaitu:

1. Kegiatan pra bencana seperti melakukan kesiapan menghadapi kejadian


bencana meliputi prediksi kejadian bencana(pemantuan bencana, kesiapsiagaan
emergensi(persiapan tanda-tanda bahaya, sistem peringatan dini, dan sistem
evakuasi), dan sosialisasi bencana melalui media cetak ataupun ceramah;
2. Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat guna
meringankan penderitaan sementara dengan menyelamatkan korban, seperti kegiatan

5
search and rescue(SAR), bantuan darurat dan pengungsian, pemberian bahan makan,
pelayanan sosial(santunan) dan pelayanan medik;
3. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitas, dan
rekonstruksi atau pembangunan dan penataan kembali lahan bencana.

Beberapa bentuk upaya pemberdayaan masyarakat melalui pranata


sosial/lembaga lokal yang selama ini peduli dan membantu korban serta dekat dengan
masyarakat korban. Seperti membentuk desa siaga bencana/desa tangguh bencana,
RW/RT siaga bencana, forum masyarakat siaga bencana, sekolah siaga bencana dan
sebagainya. Program-program tersebut dapat diinisiasi oleh Badan Penanggulangan
Bencana Daerah yang berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait dan LSM. Penulis
menemukan permasalahan bencana alam terkait banjir. Upaya mitigasi banjir rob
yang terjadi di Desa Gebangmekar, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon telah
dilakukan upaya mitigasi terkait banjir meliputi sosialisasi terkait bencana, coastal
clean up, konservasi mangrove dan pembuatan peta mitigasi. Upaya mitigasi bencana
juga berhasil karena terbentuknya POKJA(Kelompok Kerja) yang tugas utamanya
menangani sebelum bencana, saat bencana, dan pasca bencana. Namun masih
ditemukannya upaya pemberdayaan daerah bencana yang masih belum maksimal,
seperti yang ditemui permasalahan pada masyarakat yang terdampak Gunung Merapi
perlu mendapatkan perhatian serius. Selama pasca erupsi, banyaknya penyuluhan,
pelatihan dan bantuan yang diberikan kepada masyarakat, namun menjadi kurang
mendukung pada aspek keberlanjutan, karena tidak disertai pendampingan. Selain itu
masih kurangnya kebutuhan permodalan, penyediaan bahan baku, dan akses jaringan
pemasaran bagi kelompok usaha.

6
2.3 Langkah-Langkah dalam Pemberdayaan
Langkah pemberdayaan terhadap pranata sosial/lembaga sosial lokal secara
berkolaborasi ini memiliki beberapa tahapan, dan berlangsung antara 2 sampai 3
tahun. Tahapan yang dimaksud adalah:

A. Tahap Persiapam
1. Kajian/penelitian

Melakukan kajian/penelitian awal guna mengetahui permasalahan sosial


ekonomi pasca bencana; jumlah korban yang memerlukan bantuan, mengetahui
keberadaan pranata sosial/lembaga sosial lokal yang ada dan peduli, dan upaya apa
yang pernah dilakukan; mengetahui akan potensi dan sumber daya yang dapat
dikempangkan; memprediksi hambatan/kendala dan kemudahan dalam upaya
pemberdayaan; mengetahui upaya yang pernah dilakkan Pemda setempat terhadap
korban benca alam dan kesiapan aparat Pemda terkait upaya pemberdayaan bencana;
dan mencari serta mempersiapkan tenaga fasilitator yang dianggap sudah memiliki
keahlian atau sudah menjadi pakarnya sebanyak 2 orang, dan tenaga pendamping 2
orang yang dianggap bersedia untuk kerjasama dengan para warga korban bencana
alam, juga bersedia mendampingi kegiatan sampai dengan dilakukan terminasi(akhir
kegiatan).

2. Pra Pemberdayaan
a. Membentuk tim peneliti
b. Membuat kerangka pemberdayaan, modul fasilitator dan pendamping, yang
menjadi acuan dari hasil kajian/penelitian lapangan, menetapkan pranata
sosial/lembaga sosial lokal guna diberdayakan, menetapkan lokasi
pemberdayaan dan menetapkan stimulun guna mendukung program
kegiatan.
c. Surat menyurat, izin penelitian dan waktu pemberdayan.

7
B. Tahan Pemberdayaan
1. Sosialisasi atau penyuluhan pada aparat Pemda, pengurus beberapa pranata
sosial/lembaga sosial lokal(4-6 pranata/lembaga) dan tokoh masyarakat.
2. Menetapkan tenaga fasilitator dan tenaga pendamping, menjelasan maksud dan
tujuan pemberdayaan pasca bencana.
3. Menetapkan lokasi pemberdayan, menetapkan pranata sosial/lembaga sosial
lokal, dalam hal ini yaitu pengurus inti yang ditunjuk untuk mewakili(masing-
masing 2 orang), tokoh masyarakat, aparat Pembda(provinsi dan kab/kota)
masing-masing 2 orang dan tokoh informasi 2 orang, sehingga jumlah peserta
kolaborasi ini berjumlah 20 orang.
4. Pelaksanaan waktu pemberdayan 6-8 bulan, dapat mengadopsi Kep.Men.Sos RI
No. 12/HUK/2006, Tentang Model Pemberdayaan Pranata Sosisla dalam
mewujudkan masyarakat berpengetahuan sosial, yang diimplementasikan
beberapa daerah.
5. Memberikan stimlun ke kelompok/forum yang telah diberdayakan sebagai
dukungan kegiatan dan program yang dibuat guna perbaikan sosial ekonomi para
korban bencana. Dana yang diperlukan sesuai besaran kebutuhan dan
ketersediaan anggaran pemerintah.
6. Monitoring dan evaluasi oleh tim peneliti agar kegiatan pemberdayaan dapat
berjalan dengan baik.

C. Tahap Akhir
1. Membuat laporan hasil pemberdayaan oleh tim peneliti sebagai
pertanggungjawaban administrasi dan ilmiah.
2. Penyempurnaan model untuk replikasi di tempat lain.
3. Terminasi, pemutusan kegiatan pemberdayaan.

8
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemberdayaan daerah bencana merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh
pihak terkait guna mengatasi berbagai dampak yang terjadi pada masyarakat.
Dikatakan suatu bencana apabila ada warga masyarakat dan lingkungan yang terkena
dampak, namun jika suatu bencana jauh dari pemukiman dan tidak ada yang
terdampak bukan dikatakan sebagai suatu bencana. Kegiatan pemberdayaan daerah
bencana perlu dilakukan untuk menghindari beberapa dampak negatif yang tidak
diinginkan. Oleh karena itu diupayakan kepada pihak terkait segera bertanggung
jawab atas segala kewajiban yang telah diberikan.

3.2 Saran
Masih ditemukannya pemberdayaan daerah bencana yang belum melaksanakan
tugasnya secara maksimal. Oleh karena itu penulis memberikan saran agar para pihak
yang terkait dapat menjalankan tanggung jawabnya secara maksimal.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bahransyaf, Daud. 2009. Pemberdayaan Masyarakat Pasca Bencana Berbasis


Penelitian. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial. Vol 14.
Pages: 47-56

Wahyu, Novita. S dan Woelandari, Dewi Sri. 2021. Strategi Pemberdayaan dan
Pengembangan Ekonomi di Daerah Pasca Bencana. Jurnal Ilmiah Akuntasi dan
Manajemen(JIAM). Vol 17

Oktaviani, Ananda Diah dan Putri, Febby Amanda dan Pratiwi Murti, Niken
Tunjung. 2020. Pemberdayaan Mayarakat Melalui Program Desa Tangguh
Bencana(DESNATA) sebagai Upaya Mitigasi Bnajir Rob di Kabupaten Cirebon.
Jurnal Inovasi Masyarakat. Vol 2(3). Pages; 357-362

Herdi. 2021. Model Manajemen Bencana Berbasis Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal


Pengkajian Dakwah dan Manajemen. Vol 9. Pages: 1-10

April 5 & 12, 2022. Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana.


Bencana Kesehatan(Online). (https://bencana-kesehatan.net/index.php/arsip-
pengantar/3410-pemberdayaan-masyarakat-dalam-penanggulangan-bencana, 30
Maret 2022)

10

Anda mungkin juga menyukai