Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN An.

A USIA SEKOLAH DENGAN SINDROM


NEFROTIK Di RUANG ALAMANDA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.
Hi. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

Tanggal 17-18 Mei 2016

STUDY KASUS

OLEH :

BAYU INDRA SETIAWAN

144012013053

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMDIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2015/2016
ASUHAN KEPERAWATAN An.A USIA SEKOLAH DENGAN SINDROM
NEFROTIK Di RUANG ALAMANDA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.
Hi. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

Tanggal 17-18 Mei 2016

Di Susun Dalam Rangka Ujian Akhir Program

Diploma III Keperawatan – STIKes Muhammadiyah

Pringsewu

Oleh :

BAYU INDRA SETIAWAN

144012013053

STIKes MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG


Jl. KH. Gholib No. 112 Telp/Fax. (0725) 22537 Pringsewu Lampung

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah Diujikan Pada Tanggal 19 Met 2016 dan Disetujui Untuk Disusun Sebagai
Studi Kasus Dengan Judul :
ASUHAN KEPERAWATAN An.A USIA SEKOLAH DENGAN
GANGGUAN SISTEM UROGEMTAL : SINDROM NEFROTIK DI RUANG
ALAMANDA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. Hi. ABDUL
MOELOEK PROVINSI

Tanggal 17-18 IYiei


2016 Penguji (initi
si)

s. Siti In S.K . .Kes


NB 967835

Penguji O (Nasional)

s. Pira rehnia ati S.K


NB /L119 72

fNE» left SabadrKcb P 5fiKepSp.Xcp1a)


NOT 1910220 19IM3 2007

Meogetabui
ee ñtubazazaadiyab
Priagsewu

*,'ys. Aw"ntihma ati., S.Kep.,M.Kes)


NBM.909 724

STlKee Muhammadlyah Prlngsewu Lampung


MOTTO

Siapa yang memandang dirinya bURUk, maka dia adalah orang yang baik,
dan jika Siapa yang memandang dirinya baik, maka dia adalah orang
yang bURUk

(ali bin abi thalib)

iv
PERSEMBAHAN

Kupersembahkan studi kasus ini, sebagai salah satu tanda bakti, bukti cinta kasih

kepada kedua orang tua dan kakakku sayang.

Terima kasih atas segala doa dan dukungan yang tak henti-hentinya tercurahkan

sebagai bentuk kasih sayang yang tiada tara

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur punulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelasikan laporan studi kasus dengan

judul “Asuhan Keperawatan An.A Usia Sekolah Dengan Gangguan Sistem urogenital

: Sindrom Nefrotik di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hi. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung”. Di ajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan program

pendidikan Diploma III keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

Dalam penulisan kasus ini penulis mendapat banyak bantuan baik moril Maupin

material, untuk itu pada ksesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis ingin

mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Ibu Ns. Asri Rahmawati, M.Kes, selaku ketua STIKes Muhammdiyah

Pringsewu

2. Ibu Ns. Siti Indarti, S.Kep.,M.Kes selaku penguji institusi

3. Ibu Ns. Pira Prahmawati, S.Kep selaku penguji nasional

4. Ibu Ns. Ida Subardiah P, M.Kes.Sp.An selaku penguji klinik

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuannya.

6. Dyah Resti Utami, SE. Yang selama ini selalu memberikan motivasi –

motivasi tentang semangat untuk hidup.

vi
7. Teman – teman STIKes Muhammdiyah angkatan 18 yang telah berjuan

bersama menyelesaikan studi DIII keperawatan.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun studi kasus ini terdapat kekurangan –

kekurangan, untuk itu penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat

membangun agar kedepan lebih baik lagi.

Atas kekurangan – kekurangan yang ada, penulis berharap studi kasus ini dapat

bermanfaat.

Pringsewu 13 juni 2016

penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iii

MOTTO.............................................................................................................iv

PERSEMBAHAN..............................................................................................v

KATA PENGANTAR.......................................................................................vi

DAFTAR ISI......................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................1

B. Tujuan.....................................................................................................3

C. Ruang Lingkup........................................................................................3

D. Metode Penulisan....................................................................................4

E. Sistematika Penulisan..............................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar..........................................................................................6

B. Konsep Tumbuh Kembang.....................................................................12

C. Konsep Keperawatan..............................................................................14

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian...............................................................................................16

B. Diagnosa keperawatan............................................................................31

C. Implementasi dan Evaluasi.....................................................................36

viii
BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian...............................................................................................40

B. Diagnosa..................................................................................................41

C. Perencanaan keperawatan.......................................................................42

D. Implementasi...........................................................................................42

E. Evaluasi...................................................................................................42

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................43

B. Saran........................................................................................................44

Daftar pustaka

ix
x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut data WHO nefrotik sindrom dapat terjadi akibat penyakit

sistemik yang mempengaruhi organ lain selain ginjal, seperti diabetes,

amiolidosis dan lupus eritematosus, yang terakhir peradangan pada

glomelorus. Glomeronefritis merupakan penyebab dari 78% sindrom

nefrotik pada dewasa dan 93% pada anak – anak. (Prodjosudjadi, 2007

dalam Yunita, 2015).

Menurut Rubeinstein (2007) lebih dari 75% sindrom nefrotik pada anak –

anak dan sisanya 25% terjadi pada orang dewasa. Hasil penelitian di

Amerika Serikat sindrom nefrotik merupakan salah satu penyebab gagal

ginjal kronik dan merupakan masalah kesehatan utama denganjumlah

penderita mencapai 225 per tahun (11,86%) dari 2015 orang yang berobat

kerumah sakit.

Penyebab utama sindrom nefrotik biasanya digambarkan oleh histologi,

yaitu sindroma nefrotik kelainan minimal (SNKM) yang merupakan

penyebab paling umum dari sindrom nefrotik pada anak dengan umur

rata-rata 2,5 tahun dan pada umumnya penyakit ini banyak ditemukan

11
pada anak-anak usia 1 sampai 5 tahun dan kecenderungan penyakit ini dua

kali lebih banyak menyerang anak laki-laki disbanding anak perempuan.

Menurut Alatas, 2002 dalam Yunita 2015 penyakit sindroma nefrotik di

Indonesia mencapai 6 kasus pertahun dari 100.000 anak berusia kurang

dari 14 tahun dan untuk kejadian di Jawa Tengah sendiri mencapai 4 kasus

terhitung mulai dari tahun 2011. Hal ini di buktikan dari penelitian yang

dilakukan secara dinamik di Yogyakarta pada tahun 2011 yang

menunjukan ada sebanyak 6 orang yang menderita nefrotik sindrom dalam

rentang usia 8-12 tahun.

Berdasarkan catatan rawat inap Rumah Sakit Umum dr. Zainal Abidin

Banda Aceh didapatkan seluruh pasien yang di rawat dari bulan mei 2010

sampai desember 2010 sebanyak 335 orang yang berobat ada sebanyak 5

orang yang menderita sindrom nefrotik.

Menurut dinas kesehatan Provinsi Lampung dari tahun 2012-2013

terdapat 65 orang yang menderita nefrotik sindrom. Berdasarkan catatan

rawat inap diruang Alamanda Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Abdoel

Moeloek pada januari – juni 2014 yang menderita nefrotik sindrom

sebanyak 39 orang pasien.

2
Berdasarkan hal itu maka penulis tertarikuntuk membuat Studi Kasus

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Sindroma

Nefrotik Di ruang Alamanda RSUD. Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar

Lampung”.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penulisan studi kasus ini adalah untuk mengetahui

Asuhan keperawatan yang benar pada pasien dengan sindrom nefrotik.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan studi kasus ini adalah agar

penulis mampu :

a. Melaksanakan pengkajian pada An. A dengan sindroma nefrotik

b. Mendapatkan analisa data pada pasien sindrom nefrotik

c. Menegakkakan diagnosa keperawatan pada An. A dengan sindrom

nefrotik

d. Merumuskan intervensi keperawatan pada pasien sindrom nefrotik

e. Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien sindroma

nefrotik

f. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan

sindrom nefrotik

3
C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan laporan studi kasus ini mengacu pada asuhan

keperawatan An. A dengan diagnose medis sindrom nefrotik di ruang

alamanda RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek provinsi Lampung, dengan waktu

pelaksanaan selama 2 hari dimulai dari tanggal 17 Mei sampai dengan tanggal

18 Mei 2016.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan studi kasus ini menggunakan metode diskriptif yaitu

metode yang menggambarkan keadaan sebenarnya dengan proses

keperawatan dimulai dari pengkajian diagnosa keperawatan, perencanaan

asuhan keperawatan, implementasi sampai evaluasi. Teknik pengumpulan

data pada studi kasus di lakukan dengan pengamatan, wawancara,

pemeriksaan fisik, dan dokumentasi keperawatan.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika pelaporan dalam pembuatan studi kasus ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

4
BAB II TINJAUAN TEORITIS

Memuat tentang konsep dasar penyakit, konsep dasar tumbuh kembang, dan

konsep keperawatan yang digunakan sebagai kerangka atau landasan untuk

melakukan proses keperawatan secara komprehensif.

BAB III TINJAUAN KASUS

Bagian ini memuat tentang data pengkajian pasien, diagnosa keperawatan

yang ditegakkan, rencana keperawatan yang telah disusun dan catatan

perkembangan yang setiap kegiatan yang dilakukan.

BAB IV PEMBAHASAN

Berisi tentang kesenjangan antara teori yang ada dengan data yang di temukan

di lapangan, selain itu pada bab ini berisi tentang hal – hal yang menjadi

kendala dan solusi dari setiap masalah yang ditemukan.

BAB V PENUTUP

Kesimpulan, memuat pedapat singkat mengenai proses keperawatan yang


telah di lakukan berdasarkan hasil dan pembahasan pada bagian sebelumnya.

Saran, berisi masukan untuk berbagai pihak yang terkait dalam proses tersebut

guna meningkatkan kualitas bagi para mahasiswa dan pihak – pihak yang

terkait.

5
KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN – LAMPIRAN

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR

1. Definisi

Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,

hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat

hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal ( Ngastiyah, 2005

dalam Rahma, 2012).

Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan

peningkatan protein urine (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam

darah (hipoalbuminemia), dan kelebihan lipid dalam darah

(hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma

protein ke dalam urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler

glomerulus. (dr.Nursalam, dkk. 2009).

Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi

proteinuria masif > 3,5 gr/hr, hipoalbuminemia, edema, hiperlipidemia.

Manifestasi dari keempat kondisi tersebut yang sangat merusak membran

kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas

glomerulus (Muttaqin, 2012).

7
2. Etiologi

Menurut Mansjoer, 2010 Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum

diketahui, akhir- akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun,

yaitu suatu reaksi antigenantibodi. Umumnya etiologi dibagi menjadi:

a. Sindrom Nefrotik Bawaan

Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal.

Resisten terhadap semua pengobatan. Prognosis buruk dan biasanya

pasien meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.

b. Sindrom Sefrotik Sekunder

Disebabkan oleh: malaria kuartana atau parasit lainnya, penyakit

kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid,

glumerulonefritis akut atau kronik, trombosis vena renalis, bahan

kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, air

raksa, amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis

membranoproliferatif hipokomplementemik.

c. Sindrom nefrotik idiopatik

Tidak diketahui sebabnya atau disebut sindroma nefrotik primer.

Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dgn

pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron. Churg dkk

membagi menjadi 3 golongan yaitu kelainan terpadu, nefropati

8
membranosa, dan glomerolunefritis. (Ngastiyah, 2005 dalam Niken,

2014).

3. Patofiologi

Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat

pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria.

Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan

menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan

intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut

menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan

jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.

Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi

dengan merangsang produksi renin - angiotensin dan peningkatan sekresi

anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi

retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan

edema.

Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari

peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma

albumin dan penurunan onkotikplasma.

Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi

lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya

protein, dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria).

9
Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan

disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi

seng. (Yuliani, 2007 dalam Niken, 2014).

Pathway Nefrotik Sindrom

Kerusakan glomerolus Ginjal

proteinuria
Peningkatan sekresi
protein dan lipid

hipoproteinemi
hiperlipedemia Penurunan tekanan onkotik hipovolemi

Peningkatan sekresi ADH danPenurunan


aldostron darah
Oedema

Pelepasan Renin

Reabsorbsi
Na+
Vasokontrik
Dan air

10
4. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang menyertai sindrom nefrotik (Ngastiyah, 2005)

antara lain :

a. Proteunuria

b. Edema

c. Penurunan jumlah urine, urine gelap dan berbusa

d. Hematuria

e. Anoreksia

f. Diare

g. Pucat

5. Komplikasi

a. Penurunan volume intravascular

b. Pemburukan pernafasan

c. Kerusakan kulit

d. Infeksi sekunder akibat kadar immunoglobulin yang rendah karena

hipoalbumenia. (alimul aziz, 2009).

6. Pemeriksaan penunjang

a. Uji urine

1) Protein urin : >3,5 g/1,73 m2 luas permukaan tubuh

2) Berat jenis urin (normal : 285 mOsmol)

11
b. Uji darah

1) Albumin serum <3 g/dl

2) Kolesterol serum meningkat

3) Hemoglobin dan hematokrit meningkat

4) LED meningkat

c. Uji diagnostik

1) Rotgen dada menunjukan adanya cairan berlebih

2) USG ginjal dan CT scan

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis

1) Istirahatkan sampai edema berkurang, batasi asupan natrium

1g/hari

2) Diit protein tinggi sebanyak 2 – 3 g/kg BB dengan garam minimal

bila edema masihh beratdan bila edema berkurang dapat di beri

sedikit garam

3) Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam sapat

digunakan deuretik (furosemid 1mg/kg BB/hari)

4) Mencegah infeksi harus diperiksa, kemungkinan anak menderita

tuberkolosis

b. Penatalaksanaan keperawatan

12
1) Tirah baring: Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama

beberapa harimungkin diperlukan untuk meningkatkan diuresis

guna mengurangi edema.

2) Berikan alas bantal pada kedua kakinya sampai pada tumit (bantal

diletakkan memanjang, karena jika bantal melintang maka ujung

kaki akan lebih rendah dan akan menyebabkan edema hebat).

3) mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbnagan harian,

pencatatan tekanan darah dan pencegahan dekubitus.

4) Bila pasien seorang anak laki-laki, berikan ganjal dibawah skrotum

untuk mencegah pembengkakan skrotum karena tergantung

(pernah terjadi keadaan skrotum akhirnya pecah dan menjadi

penyebab kematian pasien). (Ngastiyah, 2005 dalam Niken, 2012).

B. KONSEP TUMBUH KEMBANG

1. Pengertian Tumbuh Kembang

a. Pertumbuhan (Growth)

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur

tumbuh dalam arti sebagian atau seluruhnya multiplikasi (bertambah

banyak) sel – sel tubuh dan bertambahnya sel. Adanya multiplikasi

dan bertambahnya ukuran sel bearti adanya pertambahan secara

kuantitatif dan hal tersebut terjadi konsepsi yaitu pertemuan sel telur

dan sperma hingga dewasa. (Nursalam, 2005 dalam Wati, 2012).

13
Pertumbuhan adalahnya bertumbuhnya ukuran fisik dan stuktur tubuh

dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiple sel – sel

tubuh dan juga karena bertambahnya sel. (Ngastiyah, 2005 dalam

Niken, 2012)

b. Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur atau

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dapat

diperkirakan dan di ramalkan sebagai hasil deforensi sel, jaringan

tubuh, organ – organ dan system yang terorganisasi. (Alimun H,

2006).

Konsep tumbuh kembang anak usia sekolah menurut William, 2007:

1) Perkembangan Kognitif Anak (Piaget)

Anak usia 9 tahun Fase Operasional Konkrit (7-11 tahun), pada

fase ini,Pengalaman dan kemampuan yang diperoleh pada fase

sebelumnya menjadi mantap. Ia mulai belajar untuk menyesuaikan

diri dengan teman-temannya dan belajar menerima pendapat yang

berbeda dari pendapatnya sendiri.

2) Perkembangan Psikosexsual Anak (Sigmund freud)

Anak usia 9 tahun pada Fase Falik antara umur 3-12 tahun. Fase

ini dibagi 2 yaitu fase oediopal antara 3-6 tahun dan fase laten

antara 6-12 tahun. Fase oediopal dengan pengenalan akan bagian

tubuhnya umur 3 tahun. Disini anak mulai belajar menyesuaiakan

14
diri dengan hukum masyarakat. Perasaan seksual yang negative ini

kemudia menyebabkan dia menjauhi orang tua dengan jenis

kelamin yang sama. Disinilah proses identifikasi seksual. Anak

pada fase praoediopal biasanya senang bermain dengan anak yang

jenis kelaminnya berbeda, sedangkan anak pasca oediopal lebih

suka berkelompok dengan anak sejenis.

3) Perkembangan Psikososial Anak (Erik Erikson)

Anak usia 9 tahun menurut Erikson, pada fase Berkarya vs rasa

rendah diri. Masa usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai

memasuki sekolah yang lebih formal. Ia sekarang berusaha

merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya. Ia belajar untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan padanya, rasa tanggung jawab

mulai timbul, dan ia mulai senang untuk belajar bersama.

C. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu proses yang berkelanjutan yang dilakukan semua

fase pemecahan masalah dan menjadi dasar untuk pengambilan keputusan.

Pengkajian menggunakan banyak keterampilan keperawatan dan terdiri

atau pengumpulan klasifikasi dan analisa data dari berbagai sumber untuk

memberikan pengakajian yang akurat dan konprehensif.

Pengkajian yang harus di lakukan pada pasien nefrotik sindrom adalah :

15
a. Kaji keadaan umum, termasuk pengkajian edema

b. Kaji riwayat kesehatan dengan cermat yang berhubungan dengan

penambahan berat badan

c. Observasi penambahan berat badan, edema pada wajah, ekstremitas

dan abdomen serta kaji ansietas pada pasien.

d. Observasi asupan cairan yang berlebih

e. Kaji pada sistem integumen apakah ada tandan – tanda kerusakan pada

kulit

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawataan adalah penyebutan sekelompok petunjuk yang

didapat selama fase pengkajian (Wong, 2010).

Diagnosa pengkajian yang akan muncul pada pasien nefrotik sindrom

adalah :

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan

dalam jaringan dan ruang ke tiga

b. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Akumulasi cairan berlebih

dalam tubuh

c. Ansietas b.d. Hospitalisasi pada anak

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan

16
BAB III

TINJAUAN KASUS

- Tanggal Masuk RS : 30 April 2016

- Tanggal Pengkajian : 17 Mei 2016

- Peperawat Yang Mengkaji : Bayu Indra Setiawan

- Ruang Rawat : Alamnda

- No. Registrasi : 45.80.00

- Diangnosa Medis : Sindrom Nefrotik

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien dan Keluarga

a. Nama pasien : An.A

1. Tanggal lahir/umur : 9 tahun

2. Jenis kelamin : Perempuan

3. Agama : Islam

4. Pendidikan : Kelas 3 SD

5. Alamat : Way Urang, Kalianda

b. Nama ayah : Tn.H

1. Umur : 34 tahun

2. Agama : Islam

17
3. Pekerjaan : PNS

4. Pendidikan : SMA

c. Nama ibu : Ny.H

1. Umur : 32 tahun

2. Agama : Islam

3. Pekerajaan : IRT

4. Pendidikan : SMA

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Saat Ini

1. Alasan Masuk Rumah Sakit

Pasien masuk ke RSUD Abdul Muluk melalui IGD pada tanggal 30

mei 2016 dengan keluhan batuk, demam, tanda-tanda oedema dan

kelemahan. Pasien merupakan pasien rujukan dari RS Urip

Sumoharjo Bandar Lampung.

2. Keluhan Utama : Oedema

Pasien mengalami oedema pada wajah, abdomen, ekstremitas atas

dan bawah.

Turgor kulit pasien tidak elastis saat di tekan, kembali >5 detik,

derajat oedema III. Oedema di alami pada saat pertama kali di rujuk

dari rumah sakit Urip Sumoharjo.

18
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1. Penyakit yang pernah di alami

Orang tua pasien mengatakan dalam 1 tahun terakhir anaknya 6

kali mengalami demam dan 4 kali mengalami batuk/pilek. Selain

itu anaknya tidak pernah mengalami keluhan sakit apapun, seperti

kejang atau mimisan.

2. Riwayat di rumah sakit/alergi/kecelakaan

Orang tua pasien mengatakan anakanya pernah di rawat di rumah

sakit Urip Sumoharjo selama 10 hari, dengan keluhan penyakit

yang sama yaitu pada bulan april yang lalu. Kemudian anaknya di

rujuk ke RS abdul muluk pada tanggal 30 mei 2016. Orang tua

pasien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat operasi dan

riwayat kecelakaan yang berat. Orang tua paien juga mengatakan

anaknya memliki alergi terhadap udang.

c. Riwayat Keluarga

1. Penyakit yang pernah di derita

Keluarga mengatakan di dalam keluarganya tidak memiliki

riwayat penyakit menular ataupun penyakit keturunan jenis

apapun.

19
2. Genogram

Keterangan :

= laki – laki = garis perkawinan

o = perempuan = pasien

= garis keturunan

d. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran ( tidak terkaji )

e. Riwayat Imunisasi ( tidak terkaji )

f. Riwayat Pertumbuhan ( tidak terkaji )

g. Riwayat Psikososial

Orang tua pasien mengatakan interaksi anaknya dengan orang tua,

saudara-saudaranya baik, tidak ada masalah. Di dalam keluarga

pasien bahasa yang di gunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia.

Lingkungan tempat tinggal pasien adalah perkampungan dan jauh

20
dari sumber polusi. Orang tua pasien mengatakan menanamkan nilai-

nilai religious dan hal-hal positip di dalam kehidupan sosial pada

anaknya.

3. Pola Kebiasaan Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari

a. Pola Nutirsi

 Sebelum sakit

Orang tua pasien mengatakan anaknya makan sebanyak 3-4 kali

dalam sehari. Makanan pokok yang di makan adalah nasi putih.

Pasien mengatakan menyukai semua jenis makanan. Lauk pauk

yang di konsumsi meliputi daging, tahu/tempe, ikan, sayur dan

buah-buahan. Pasien memiliki alergi terhadap udang.

 Saat sakit

Saat di rawat di RS pasien makan sebanyak 3x/hari dengan porsi

makan rumah sakit (10 sendok makan). Pasien selalu menghabiskan

makanan yang di berikan.

b. Pola Eliminasi

1. BAK

 Sebelum sakit

Pasien BAK 5x/hari, warna urine kuning jernih, jumlah urine

±1200 cc/hari. Pasien mengatakan tidak ada keluhan saat

berkemih.

21
 Saat Sakit

Saat di RS pasien BAK 3x/hari, warna urine kuning pekat,

jumlah ±300 cc/hari.

2. BAB

 Sebelum sakit

Pasien BAB 2x/hari dengan konsistensi feses lembek, berwarna

kuning kecoklatan, bau khas.

 Saat sakit

Pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek, berwarna

kecoklatan, bau khas.

c. Pola cairan dan elektrolit

 Sebelum sakit

Jenis minuman yang di konsumsi adalah air mineral dan

minuman perasa manis. Dalam 1 hari pasien dapat minum

sebanyak ± 1200 cc/hari.

 Saat sakit

Pasien minum air mineral saja, yaitu sebanyak ± 820 cc/hari.

Pasien tidak terpasang infuse.

IWL = 10xBB

= 10x30

= 300 cc/hari

22
Balance cairan = (total intake-total input)

= (minum+IVFD)-(IWL+urine)

= (820+0)-(300+300)

= 820+600

= +220 cc

d. Pola tidur

 Sebelum sakit

Waktu tidur malam pasien 8 jam dan siang 3 jam. Tidak ada

gangguan dengan tidur pada pasien.

 Saat sakit

Waktu tidur malam pasien 6 jam dan siang selama 2 jam. Pasien

mengatakan suasana di rumah sakit membuat pasien merasa tidak

nyaman saat tidur.

e. Pola hygine tubuh

 Sebelum sakit

Pasien mandi sebanyak 2x/hari pagi dan sore hari. Pasien selalu

menggosok gigi dan mencuci rambut saat mandi.

 Saat sakit

Saat di rawat pasien mengatakan mandi sebanyak 1-2x/hari, pasien

menggosok gigi dan mecuci rambutnya. Kuku pasien terlihat

pendek dan bersih.

23
f. Pola aktivitas

 Sebelum sakit

Akitivitas sehari-hari pasien adalah bersekolah selama 5 jam,

bermain sepeda dan lain-lain.

 Saat sakit

Pasien saat ini hanya menghabiskan waktu di ruang rawat RS

dengan berbaring.

4. Kondisi Psikososial (Saat Sakit)

a. Psikologis

Pola interaksi dengan keluarga baik, kooperatif dengan tim kesehatan.

Pasien mengatakan tidak betah di rumah sakit, dan paisen terlihat

murung.

b. Pola pertahanan

Keluarga selalu memberikan semangat dan dukungan untuk anaknya.

c. Pengetahuan keluarga

Orang tua pasien mengatakan tidak memahami tentang penyakit yang

did derita anaknya.

5. Pemeriksaan Fisik Umum

a. Pengukuran pertumbuhan

- Tinggi badan : 150 cm

24
- BB Sebelum sakit : 26 kg

- BB saat sakit : 30 kg

- Status gizi : 30/1,21 = 24,8

b. Perkembangan saat ini (tidak terkaji)

c. Reflek primitive (tidak terkaji)

d. Keadaan umum

- Kesadaran: composmentis

- TTV :

TD = 90/60 mmHg RR = 23x/menit

S = 36,40c N = 90x/menit

6. Pemeriksaan Fisik Khusus

a. Sistem penglihatan

Fungsi penglihatan baik, posisi mata simetris, keadaan kelopak

mata baik, pergerakan bola mata baik, konjungtiva anemis,

keaddan kornea baik/putih, keadaan pupil baik, tidak ada tanda-

tanda peradangan. Pasien juga tidak menggunakan alat bantu

penglihatan.

b. Sistem pendengaran

Fungsi pendengaran baik, posisi telinga simetris, keadaan daun

telinga baik dan bersih. Kondisi umum telinga baik, tidak cairan,

25
tidak mengalami tinitus, tidak ada serumen dan tidak mengalami

peradangan serta tidak menggunakan alat bantu mendengar.

c. Sistem pernafasan

Pasien tidak mengalami pernafasan cuping hidung, jalan nafas

bersih, klien mengalami batuk tidak produktif, jenis pernafasan

vasikuler, bentuk dada normal, tidak ada tarikan dinding dada,

irama nafas teratur, suara nafas vasikuler dan pasien tidak

terpasang selang O2. RR : 23x/menit.

d. Sistem kardiovaskuler

1. Sirkulasi perifer

N: 90x/menit dengan irama teratur, temperature kulit hangat,

warna kulit pucat CPR : < 2detik, terlihat odema, tidak ada

distensi vena jogularis.

2. Sirkulasi jantung

Kecepatan denyut apical 87x/menit, irama teratur, tidak ada

kelainan bunyi jantung dan pasien tidak mengalami nyeri

dada.

e. Sistem syaraf pusat

GCS : 15 (E:4, V:5, M:6). Respon pupil baik, pasien tidak

mengalami peningkatan TIK dan kejang.

26
f. Sistem pencernaan

Keadaan mulut bersih, kemampuan menelan baik, pasien tidak

mual maupun muntah. Tidak ada nyeri pada perut, bising usus

8x/menit. Pasien tidak mengalami pemebesaran hati dan limfa.

Pasien menglami asites, saat di lakukan perkusi terdengar suara

pekak.

g. Sistem endokrin

Tidak ada pemebesaran kelenjar tiroid.

h. Sistem urogenital

Pola berkemih pasien mengalami perubahan dan pasien tidak

menggunakan kateter urine.

i. Sistem integument

Rambut pasien mengalami kerontokan, kulit kepala bersih, kuku

pendek dan bersih. Turgor kulit tidak elastis, warna kulit pucat,

pigmentasi tidak merata, kulit teraba kering, pasien mengalami

oedema anasraka. Derajat oedema III.

j. Sistem musculoskeletal

Pasien tidak mengalami keluhan. Kekuatan otot norma.

5555 5555

5555 5555
k. Sistem imunologi

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

27
7. Test Diagnostik

a. Hasil laboratorium

urine Tanggal 16 mei

2016

Pemeriksaan Hasil Nilai normal satuan


Urine :
Warna kuning Kuning
Kejernihan Jernih jernih
Berat jenis 1.010 1.00-8.00
pH 6.0 5.00-800
Protein 100 Negative <30 Mg/dl
Glucose Negative Negative <30 Mg/dl
Bilirubin Negative Negative <2 Mg/dl
Darah samar Negative Negative <10 Ery/dl
Sedimen
Kristal 0-2/lpb 1-4
Silender Negative Negative
b. Pemeriksaan diagnostic

Tanggal pemeriksaan 09 Mei 2016

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan


Albumin 1,4 3,5-5,2 g/dl

8. Pengobatan

Nama Obat Dosis Waktu Cara pemberian

-prednison 4mg 24jam Oral

-captopril 2x2,5mg 12jam\ i.v

-furosemide 25mg 8jam i.v

28
9. Resume Keperawatan

a. Alasan masuk RS

Pasien masuk ke RSUD Abdul Muluk melalui IGD pada tanggal

30 mei 2016 dengan keluhan batuk, demam, tanda-tanda oedema

dan kelemahan. Pasien merupakan pasien rujukan dari RS Urip

Sumoharjo Bandar Lampung.

b. Riwayat saat ini

Pasien mengalami oedema pada wajah, abdomen, ekstremitas atas

dan bawah.Turgor kulit pasien tidak elastis saat di tekan, kembali

>5 detik, derajat oedema III. Oedema di alami pada saat pertama

kali di rujuk dari rumah sakit Urip Sumoharjo.

10. Data Fokus

a. Data subyektif (DS) :

- Klien mengatakan sudah tidak betah berada di RS

- Klien mengatakan jenuh/bosan berada di RS

- Klien mengatakan ingin cepat pulang

- Orang tua Klien mengatakan tidak memahami tentang

penyakit yang diderita anaknya saat ini

b. Data Obyektif (DO) :

- Terlihat oedema pada wajah, perut, ekstremitas atas dan

bawah klien

29
- Turgor kulit klien tidak elastic

- Terdengar suara pekak pada abdomen saat dilakukan

perkusi

- Balance cairan klien = +220 cc

- Warna kulit terlihat pucat dan pigmentasi tidak merata

- Kulit klien teraba kering

- Derajat oedema III

- Orang tua klien tidak dapat menjelaskan tentang penyakit

klien

- Klien terlihat gelisah

- Klien terlihat tidak bersemangat

11. Analisa Data

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1 DS : Kelebihan volume Retensi


DO : cairan albumin,
-Terlihat oedema pada wajah, perut, ekstremitas protein, dan
atas dan bawah klien air
-Turgor kulit klien tidak elastis
-Terdengar suara pekak pada abdomen saat
dilakukan perkusi
-Balance cairan klien = +220cc
-Derajat oedema III

30
2 DS : Resiko tinggi Akumulasi
kerusakan integritas cairan
DO : kulit berlebih
-Turgor kulit tidak elastis dalam tubuh
-Kulit klien teraba kering
-Terlihat oedema pada wajah, perut, ekstremitas
atas dan bawah klien
-Warna kulit terlihat pucat dan pigmentasi tidak
merata
-Derajat oedema III

3 DS : Ansietas Hospitalisasi
-Klien mengatakan sudah tidak betah berada di pada anak
RS
-Klien mengatakan jenuh/bosan berada di RS
-Klien mengatakan ingin cepat pulang
DO :
c. Klien terlihat gelisah
d. Klien terlihat tidak bersemangat

4 DS : Kurangnya informasi Terbatasnya


-Orang tua Klien mengatakan tidak paham tentang penyakit sumber
tentang penyakit yang diderita anaknya saat ini informasi
DO :
-Orang tua klien tidak dapat menjelaskan tentang
penyakit klien

12. Diagnosa Keperawatan

a. Kelebihan volume cairan b.d. Retensi albumin, protein, dan air

b. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Akumulasi cairan

berlebih dalam tubuh

31
c. Ansietas b.d. Hospitalisasi pada anak

d. Kurangnya informasi tentang penyakit b.d terbatasnya

sumber informasi

13. Prioritas Masalah

a. Kelebihan volume cairan b.d. Retensi albumin, protein, dan air

b. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Akumulasi cairan

berlebih dalam tubuh

c. Ansietas b.d. Hospitalisasi pada anak

d. Kurangnya informasi tentang penyakit b.d terbatasnya

sumber informasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kelebihan volume cairan b.d. Retensi albumin, protein, dan air.

Ditandai dengan:

DS:

DO:

 Terlihat oedema pada wajah, perut, ekstremitas atas dan bawah klien

 Turgor kulit klien tidak elastic

 Terdengar suara pekak pada abdomen saat dilakukan perkusi

 Balance cairan klien = +220cc

 Derajat oedema III

Intervensi

32
1) Kaji masukan cairan yg relatif terhadap keluaran secara

adekuat

2) Timbang BB setiap hari

3) Kaji perubahan edema

4) Atur masukan cairan secara cermat

5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian kostekosteroid


Rasional

1) Perlu unruk menentukan fungsi ginjal

2) Mengkaji retensi cairan

3) Untuk menkaji sisi umum edema

4) Agar tidak mendapatkan lebih dari jumlah cairan

Untuk mempertahankan masukan yang di

resepkan

2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Akumulasi cairan berlebih

dalam tubuh

Ditandai dengan:

DS:

DO:

 Turgor kulit tidak elastic

 Kulit klien teraba kering

 Terlihat oedema pada wajah, perut, ekstremitas atas dan bawah klien

 Warna kulit terlihat pucat dan pigmentasi tidak merata


33
 Derajat oedema III

Intervensi

1) Berikan perawatan intensifpada kulit

2) Hindari pakaian ketat

3) Bersihkan dan berikan lotion pada permukaan kulit

4) Berikan tirah baring secara berkala

5) Pertahankan kelebaban kulit

Rasional

1) Untuk mencegah kerusakan kulit

2) Dapat mengakibatkan area yg menonjol tertekan

3) Untuk mencegah iritasi ada kulit

4) Dapat mencegah terjadinya ulkus

Menurunkan resiko terjadinya

iritasi

3. Ansietas b.d. Hospitalisasi pada

anak Ditandai dengan:

DS:

 Klien mengatakan sudah tidak betah berada di RS

 Klien mengatakan jenuh/bosan berada di RS

 Klien mengatakan ingin cepat pulang

34
DO :

Klien terlihat gelisah

Klien terlihat tidak bersemangat

Intervensi

1) Validasi perasaan cemas

2) Petahankan kontak dengan klien

3) Upayakan anak selalu di temani oleh keluarga

4) Anjurkan kepada keluarga untuk membawakan mainan

Rasional

1) Membantu pasien untuk terbuka

2) Memantapkan hubungan

3) Dukungan dapat mengurangi kecemasan

4) Meminimalkan dampak hospitalisasi

4. Kurangnya informasi tentang penyakit b.d terbatasnya

sumber informasi

Ditandai dengan:

DS:

Orang tua Klien mengatakan tidak paham tentang penyakit

yang diderita anaknya saat ini

DO :

Orang tua klien tidak dapat menjelaskan tentang penyakit klien

35
Intervensi

1) Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien

2) Berikan penjelasan kepada orang tua klien ttg penyakit anaknya

3) Berikan pendidikan kesehatan tentang cara perawatan pada kulit

anaknya

4) Evaluasi tentang apa yg sudah di sampaikan oleh perawat.

Rasional

1) Mengetahui sejauh mana tingkat penegtahuan orang tua

2) Agar orang tua paham mengenai penyakit anaknya

3) Agar orang tua dapat merawat ankanya di rumah

4) Untuk mengavaluasi tingkat pengetauan orang tua klien

setelah di jelaskan.

36
D. Implementasi dan

Evaluasi Nama Pasien : An.A

Dx. Medis : Nefrotik Sindrom

Rauang : Alamanda

No. RM : 45.50.00

No Hari dan tanggal Implentasi Paraf Evaluasi


dx
1. Selasa 17 Mei 1. Mengkaji masukan yang relative terhadap S:-
2016 keluaran secara adekuat O:
R : pasien dan keluarag kooperatif - Pengeluaran belum adekuat
H : pengeluaran belum adekuat - BB Pasien 30kg
2. Menimbang BB setiap hari - Oedema anasarka
R : pasien kooperatif A : Masalah Kelebihan vol. Cairan belum teratasi
H : BB pasien 30kg S : lanjutkan intervensi
3. Mengkaji perubahan edema - atur masukan cairan secara cermat
R : pasien kooperatif - kolaborasi dengan dokter dalam pemberian kortikosteroid
H: tidak ada tanda – tanda penurunan pada
edema

37
3. Selasa 17 Mei 1. Mempertahankan kontak dengan pasien S:
2016 R : pasien kooperatif - Pasien mengatakan rasa bosan yg di alaminya berkurang
H : pasien masih percaya terhadap O:
perawat - klien terlihat rileks dan tidak tegang
2. Mengupayakan pasien selalu ditemani A : masalah ansietas belum teratasi
oleh keluarga P : lanjutkan intervensi
R : kluarga kooperatif - validasi perasaan cemas
H : ibu pasien selalu menemani pasien - pertahankan kontak dengan pasien
3. Menganjurkan kepada keluarga untuk
memberikan mainan
R : keluarga kooperatif
H : orang tua pasien bersedia
1. Rabu 18 Mei 2016 1. Atur Masukan Cairan Secara Cermat S:-
R : Pasien kooperatif O:
H : minum pasien di batasi - Pengeluaran belum adekuat
2. Menimbang BB setiap hari - BB Pasien 30kg
R : pasien kooperatif - Oedema anasarka
H : BB pasien 30kg A : Masalah Kelebihan vol. Cairan belum teratasi
3. kolaborasi dengan dokter dalam S : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
pemberian kortikosteroid
R : pasien kooperatif
H : klien mau minum obat prednison

38
2. Rabu 18 Mei 2016 1. Memberikan perwatan pada kulit S:
pasien O:
R : klien kooperatif - Kulit pasien menjadi lembab
H : klien tampak nyaman - Resiko Kerusakan kulit berkurang
2. Memberikan lotion pada A : masalah kerusakan kulit belum teratasi
permukaan kulit P : Lanjutkan intervensi
R : Pasien kooperatif - Berikan lotion pada kulit
H : lotion merata - Berikan tirah baring
3. Memberikan tirah baring secara - Pertahankan kelembapan kulit
berkala
R : pasien kooperatif
H : pasien mengukuti
4. Rabu 18 Mei 2016 1. Mengkaji tingkat pengetahuan S:
orang tua tentang penyakit - Orang Tua Klien Mengatakn Sudah Mengerti Dan Paham
anaknya O:
R : orang tua kooperatif - Orang Tua Klien Mampu Menjelaskan Kembali
H : orang tua pasien tidak bisa A : Masalah teratasi
menjawab O : hentikan intervensi
2. Memberikan pendidikan kesehatan
dan cara perawatan kulit anaknya
R : keluarga kooperatif
H : orang tua pasien memahami
apa yang di jelaskan perawat

39
3. Mengavaluasi apa yang sudah di
jelaskan
R : keluarga kooperatif
H : orang tua paien dapat
mengulang apa yang sudah di
jelaskan oleh perawat

40
BAB IV

PEMBASAHAN

Pada pembasahan ini penulis membahas mengenai kesenjangan antara teori dan

kenyataan dalam kasus pada An.A dengan masalah Nefrotik Sindrom yang ada di

ruang Alamanda RSUD dr. H. Abdoel moeloek Bandar Lampung. Melalui proses

keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Penulis dalam

memberikan asuhan keperawatan pada An.A mengacu pada tinjauan teori atau

tinjauan pustaka.

A. Pengakajian

Berikut adalah manifestasi klinis yang sesuai drngan teori kasus nefrotik

sindrom menurut (Ngastiyah, 2005)

1. Terdapat peningkatan berat badan

2. Pasien mengalami oedema anasarka

3. Penurunan jumlah urin dan berbusa

4. Protein urine meningkat

5. Hematuria

Terdapat kesenjangan antara teori di atas dengan kondisi klinis pasien saat

ini, yaitu pasien saat dilakukan pengkajian tidak mengalami hematuria dan

warna urine gelap.

41
Dalam melaksanakan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 17 Mei 2016

keempat metode itu telah dilaksanakan dan pada saat pengumpulan data,

penulis tidak menemukan hambatan. Hal ini dikarenakan pasien kooperatif

terhadap penulis.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dan masalah pasien yang

aktual maupun potensial yang membutuhkan tindakan keperawatan sehingga

masalah pasien dapat berkurang atau teratasi. Pada tahap ini tidak semua

diagnosa yang ada pada konsep teori muncul pada kasus.

Diagnosa keperawatan didalam teori :

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan


dalam jaringan dan ruang ke tiga
2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Akumulasi cairan berlebih
dalam tubuh
3. Ansietas b.d. Hospitalisasi pada anak
4. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan

Diagnosa yang ditegakkan dalam studi kasus :

1. Kelebihan volume cairan b.d. Retensi albumin, protein, dan air


2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Akumulasi cairan berlebih
dalam tubuh
3. Ansietas b.d. Hospitalisasi pada anak
4. Kurangnya informasi tentang penyakit b.d. Terbatasnya sumber informasi

42
Pembahasan :

Adapun kesenjangan dalam menegakan diagnosa keperawatan pada pasien

nefrotik sindrom antara teori kasus dan kennyataan adalah sebagai berikut :

- Intoleransi aktivitas b.d kelelahan. Pada kasus ini pasien bisa

melakukan aktivitas di ruang perawatan, seperti berjalan ke kamar

mandi dan lain – lain.

C. Rencana Keperawatan

Intervensi dibuat pada tanggal 17 Mei 2016. Dalam melakukan perencanaan

keperawatan pada kasus ini disesuaikan dengan landasan teori ada dan di

sesuaikan dengan kondisi pasien.

D. Implementasi

Implementasi dilaksanakan/dilakukan pada tanggal 17 s.d 18 Mei 2016.

Implemtasi dilakukan sesuai dengan perencanaan keperawatan yang sudah

dibuat dan disesuaikan dengan keadaan pasien.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah bagian akhir dari proses keperawatan. Perawat

mengumpulkan analisis data untuk menetapkan apakah tujuan telah dicapai,

rencana memerlukan modifikasi (Wong, 2009 dalam Marloviana, 2012).

43
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada An.A dengan nefrotik sindrom di

RSUD. dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung, didapatkan kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pengkajian

Berdasarkan pengkajian pada An.A dengan nefrotik sindrom ditemukan

tanda dan gejala sesuai dengan teori yaitu: pasien mengalami edema pada

wajah, abdomen, ekstremitas atas dan bawah,

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang muncul pada An.A sebagai berikut:

a. Kelebihan volume cairan b.d. Retensi albumin, protein, dan air

b. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Akumulasi cairan

berlebih dalam tubuh

c. Ansietas b.d. Hospitalisasi pada anak

d. Kurangnya informasi tentang penyakit b.d terbatasnya sumber

informasi.

44
3. Intervensi

Dalam melakuan tindakan keperawatan, penulis menyesuaikan dengan

rencana tindakan yang ditentukan dan mengacu pada kondisi pasien dan

dari berbagai sumber buku.

4. Implementasi

Penulis dalam melakukan implementasi pada An.A menyesuaikan dengan

kondisi pasien.

5. Evaluasi

Evaluasi yang dibuat penulis menggunakan metode SOAP, evaluasi

dilakukan secara terus-menerus, tetapi penulis memiliki keterbatasan

waktu.

B. SARAN

Adapun saran yang diberikan untuk studi kasus yang akan datang sebagai

berikut:

1. Dalam melakukan pengkajian keperawatan diharapkan dilakukan secara

menyeluruh dan teliti untuk mendapatkan data yang sesuai.

2. Perlu adanya komunikasi terapeutik terhadap pasien, dan kerja sama

antara perawat, pasien, keluarga pasien, dan tim medis yang lain.

3. Dalam menentukan diagnosa keperawatan, baik aktual maupun resiko

harus berdasarkan masalah yang diperoleh saat pengkajian.

45
DAFTAR PUSTAKA

Yuliani, Rita. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Suharyanto, Toto , Abdul Madjid. 2009. Asuhan Keperwatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.

Israr, Yayan Akhar. 2008. Sidroma Nefrotik (SN). http://www.Belibis17.com.


diakses tanggal 29 Mei 2016.

Marloviana, Niken F. 2014. “Asuhan Keperawatan pada An.A Usia Toddler


(1,5tahun)Dengan Diagnosa Medis Nefrotik Sindrom di Ruang Alamanda
RSUD. dr. Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung”. Studi Kasus. STIKes
Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

46
47

Anda mungkin juga menyukai