PENDAHULUAN
1
2
Pusri II mulai dibangun pada 7 Desember 1972 dan selesai pada 6 Agustus
1974. Pengerjaan Pusri II dilakukan oleh M.W. Kellogg Overseas Corp dari
Amerika Serikat. Pusri II didirikan didaerah seluas 15 hektar dengan kapasitas
terpasang sebesar 660 ton Amonia/hari dan 1.150 ton Urea/hari.
Pabrik Pusri III dan Pusri IV dibangun untuk memenuhi kebutuhan pupuk di
Indonesia yang meningkat dengan sangat pesat. Pusri III didirikan pada 21 Mei
1975 dengan kapasitas terpasang sebesar 1000 ton Amonia/hari dan 1.725 ton
Urea/hari. Pada 25 Oktober 1975, Pusri IV mulai didirikan dengan kapasitas
produksi sama dengan Pusri III. Produksi perdana Pusri III dilakukan pada
Desember 1976 sedangkan Pusri IV pada Oktober 1977.
Pusri I dihentikan produksinya pada 1985 karena dianggap sudah tidak efisien
lagi. Pusri IB mulai dirikan pada Agustus 1990 sebagai pengganti Pusri I yang
konstruksinya dikerjakan oleh PT Rekayasa Industri dari Indonesia. Pengerjaan
konstruksi Pusri IB didasari oleh Process Engineering Design Package (PEDP).
Kapasitas terpasang Pusri IB sebesar 1350 ton Amonia/hari dan 1.725 ton
Urea/hari dengan pembuatan Amonia berdasarkan proses Kellogg dan Urea
berdasarkan proses ACES (Advance Cost and Energy Saving).
Pemenang lelang proyek pembangunan Pusri IIB diumumkan pada 12
November 2012. Pusri IIB dibangun sebagai upaya revitalisasi Pusri II dengan PT
Rekayasa Industri dan Toyo Engineering Corporation sebagai pelaksana
konstruksi. Pusri IIB menggunakan teknologi KBR Purifier Technology untuk
Pabrik Amonia dan teknologi ACES 21 milik TOYO dan Pusri sebagai Co
Licensor untuk Pabrik Urea. Kapasitas terpasang Pusri IIB sebesar 2.000 ton
Amonia/hari dan 2.750 ton Urea/hari. Pusri IIB selain ramah lingkungan juga
hemat bahan baku gas yakni dengan rasio pemakaian gas per ton produk 31,49
MMBTU/Ton Amonia dan 21,18 MMBTU/Ton Urea. Jika dibandingkan dengan
Pabrik Pusri II yang memiliki rasio pemakaian gas per ton produk 49,24
MMBTU/Ton Amonia dan 36.05 MMBTU/Ton Urea maka akan dihemat
pemakaian gas sebesar 14,87 MMBTU per ton urea.
Pengolahan limbah di PT Pusri Palembang mengalami pengembangan
sebagai bagian dari komitmen PT Pusri terhadap kelestarian lingkungan. Direksi
PT Pusri Palembang, Bapak Edi Madnawijaya mengusulkan proyek pembangunan
3
PGRU (Purge Gas Recovery Unit) di Pusri IV pada 1981. PGRU berfungsi untuk
mengurangi polusi udara, mengambil kembali gas NH3 dan memanfaatkan
kembali gas H2 dari purge gas pada unit sintesa Amonia.
PET (Pusri Effluent Treatment) di bangun pada 1993 untuk memisahkan
limbah cair dan gas yang berasal dari pabrik Urea Pusri II, III, IV, dan IB. Pada
2005, PT Pusri membangun IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) untuk
mengolah limbah cair hasil proses produksi dari Pusri II, III, IV, dan IB serta
dibangunlah MPAL (Minimalisasi Pengolahan Air Limbah) disetiap pabrik Urea
untuk meminimalisasi limbah cair sebelum dikirim ke IPAL. Pengurangan polusi
suara di peralatan pabrik dilakukan dengan pemasangan alat peredam bunyi
(Silencer).
AOP (Ammonia Optimization Project) pada tahun 1992 merupakan proyek
pengoptimalisasian proses. PT Pusri bekerjasama dengan ICI (Imperial Chemical
Industry) untuk meningkatkan efisiensi produksi dan penghematan bahan baku.
Kapasitas produksi mengalami peningkatan dengan adanya penghematan
pemakaian gas alam sebesar 10 % melalui proyek AOP.
Pada tahun 2012, PT Pusri Palembang melakukan review terhadap Visi, Misi,
Nilai dan Budaya perusahaan. Review Visi, Misi, Tata Nilai, dan Makna
perusahaan dibangun dengan dasar perubahan posisi perusahaan sebagai anak
perusahaan dari PT Pupuk Indonesia (Persero) dan lingkup lingkungan bisnis
perusahaan pasca spin off. Dasar pengesahan hasil review Visi, Misi, Tata Nilai
dan Makna perusaan adalah Surat Keputusan Direksi No. SK/DIR/207/2012
tanggal 11 Juni 2012.
Visi:
“Menjadi perusahaan yang kuat dan tumbuh dalam industri pupuk di tingkat
Nasional maupun Regional”.
Misi:
4
Lambang Perusahaan
Adapun penjabaran mengenai arti dari bentuk serta arti dari warna-warna
yang di gunakan pada lambang perusahaan di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
adalah sebagai berikut :
Keterangan:
A. Pos satpam 1. Primary reformer
B. Kantor utama 2. Secondary reformer
C. Lapangan 3. Stripper
D. Perumahan 4. Absorber
E. Gedung serba guna 5. Methanator
F. Diklat 6. HTSC dan LTSC
G. Sekolah 7. ARU
H. Kolam 8. HRU, PGRU
I. Masjid 9. Molecular sieve
J. Rumah makan 10. Kompresor
K. Parkir 11. Refrigerasi
L. Tenik proses 12. Reaktor ammonia
M. Dinas K3 13. Seksi recovery
N. Main Lab 14. Seksi purifikasi
O. Ammonia storage 15. Seksi kristalisasi dan
pembutiran (prilling) 16. Seksi sintesis urea
P. Kantor 17. Sistem pembangkit listrik
Q. Wisma 18. Package boiler
R. Lapangan olahraga 19. Waste heat boiler
S. Perluasan pabrik 20. Kantor dan pusat kontrol
T. Gudang 21. Cooling Tower
U. Dermaga 22. GMS
V. PPU 23. Unit penukar ion
W.Rumah sakit 24. Filter water
X. Wisma 25. Sand filter
26.Clarifier
27. Kantor Instrumentasi dan
Pemeliharaan
8
Komposisi (%wt)
1.
NH3 99,5 % Minimum
2.
H2O 0,5 % Maksimum
3.
Oil 5 ppm (b/b) Maksimum
Fasilitas loading :
1. Kecepatan muat 300 metrik ton/jam Minimum
2. Panjang vessel 190 meter Maksimum
3. Vessel draft 6,5 meter
4. Jenis vessel yang Semi / full
dapat digunakan refrigerated vessel
(Sumber : Dinas Teknik Proses PT Pusri Palembang, 2021)
Komposisi (% wt) :
1. Nitrogen 46% Minimum
2. Biuret 0,39% Maksimum
3. Kandungan air 0,24% Maksimum
4. NH3 bebas 150 ppm (b/b) Maksimum
15 ppm (b/b) Maksimum
5. Debu (pan)
1 ppm (b/b) Maksimum
6. Fe
Bengkulu 24.847 -
Lampung 265.796 -
DI Yogyakarta 37.717 -
Jambi - 25.957,9
Fasilitas
Kantor Perwakilan
Perusahaan memiliki kantor perwakilan di setiap ibukota provinsi yang di
sebut dengan Kantor Pusri Pemasaran Daerah (PPD) yang berada untuk wilayah
Sumatera, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.
Kantor Perwakilan berfungsi sebagai pelaksana teknis dalam penjualan produk
dan mewakili kepentingan perusahaan di daerah.
Dermaga / Pelabuhan
Perusahaan memiliki 5 (lima) Dermaga Untuk Kepentingan Sendiri (DUKS),
guna mengeluarkan hasil produksi dari pabrik di Palembang, selain melalui jalur
darat (via truk). Dermaga/pelabuhan ini sewaktu-waktu bisa digunakan juga
sebagai pelabuhan bongkar, selain berfungsi sebagai pelabuhan/dermaga
pemuatan produk urea dan amonia, yang berada di tepi Sungai Musi, dengan
panjang keseluruhan ± 760 meter.
Kelima dermaga tersebut, terdiri dari dua dermaga pemuatan pupuk urea curah
yang masing-masing dilengkapi dengan QSL (Quadrant Ship Loader) dan PS
(Portal Scrapper), dua dermaga pemuatan pupuk urea kantong yang masing-
masing dilengkapi dengan BSL (Bag Ship Loader), serta satu dermaga untuk
pemuatan amonia curah yang berdampingan dengan pemuatan pupuk urea secara
konvesional.
Armada/Angkutan Laut
Pusri memiliki sebuah angkutan laut Kapal SPUB (Self Propelled Urea Barge)
KM Pusri Indonesia-I dengan kapasitas angkut 11.000 ton urea.
Unit Pengantongan
Selain dari unit pengantongan yang ada di Unit Produksi Palembang,
Perusahaan juga memiliki 5 (lima) unit pengantongan di daerah yaitu Unit
Pengantongan Pupuk (UPP) di Belawan, Cilacap, Surabaya,
Meneng/Banyuwangi, dan Perwakilan Semarang, yang masing-masing dilengkapi
13
Gudang Penampungan/Penyimpanan
Untuk menjaga ketersediaan pupuk, perusahaan juga memiliki Gudang
Penyimpanan Pupuk (GPP) di masing-masing kabupaten/kotamadya di seluruh
Indonesia, sebanyak 108 Unit, belum termasuk gudang sewa.
Pada tanggal 1 Desember 1998, pemerintah menghapuskan tata niaga pupuk,
baik produksi dalam negeri maupun impor. Berdasarkan keputusan tersebut,
setiap pabrik pupuk diharuskan memasarkan sendiri produknya di Indonesia.
Untuk mencegah persaingan yang tidak sehat, pemerintah menentukan daerah-
daerah penyaluran untuk setiap pabrik pupuk yang ada dengan sistem rayonisasi.
Keputusan pemerintah ini hanya berlaku pada tata niaga pupuk nasional dan tidak
mempengaruhi status PT Pusri Palembang Holding Company.
dikelola oleh direksi sedemikian rupa sesuai dengan harapan pemegang saham.
Hal ini merupakan peran dengan akuntabilitas yang bersifat aktif bagi komisaris.
Tugas operasional, sesuai dengan SK/DIR/240/2011 tanggal 21 Oktober
20011, pengoperasian PT. Pusri dipimpin oleh Dewan Direksi yang terdiri dari
satu Direktur Utama yang membawahi 4 orang direktur, yaitu :
a. Direktur Produksi
b. Direktur Komersil
c. Direktur Teknik dan Pengembangan
d. Direktur SDM dan Umum
DIREKTUR UTAMA
Kepala Satuan
Sekretaris
Pengawasan Intern
DIREKTUR TEKNIK
DIREKTUR SDM DAN
DIREKTUR PRODUKSI DIREKTUR KOMERSIL DAN
UMUM
PENGEMBANGAN
General Manager
General Manager General Manager General Manager
Perencaan dan
Pemeliharaan Pemasaran Umum
Pengembagnan Usaha
General Manager
Perkapalan
Tugas dan tanggung jawab utama divisi operasi adalah sebagai berikut :
a. Mengoperasikan sarana produksi secara optimal dengan mengusahakan
waktu produksi dan faktor produksi setinggi- tingginya.
b. Menjaga kualitas produksi, bahan baku material, dan peralatan serta
bahan-bahan penunjang sehingga sarana unit produksi tercapai.
c. Membuat sendiri peralatan dan suku cadang yang mampu dibuat dengan
tetap memperhatikan segi teknis dan ekonomis.
d. Menggantikan peralatan pabrik yang pemakaiannya sudah tidak ekonomis.
Divisi ini dipimpin oleh seorang manajer yang dibantu oleh asisten
superintendent yang masing-masing bertugas mengkoordinir jalannya operasi.
Manajer masing-masing membawahi tiga Superintendent, yaitu :
1. Superintendent Operasi Utilitas
2. Superintendent Operasi Amonia
3. Superintendent Operasi Urea
Superintendent Operasi dibantu oleh seorang asisten Superintendent Operasi
dan membawahi langsung foreman senior, foreman, koordinator operator,
operator senior, dan operator lapangan.
2) Divisi Pemeliharaan
Divisi pemeliharaan bertugas memelihara dan memperbaiki alat-alat pabrik
yang berhubungan dengan operasi pabrik. Departemen pemeliharaan dipimpin
oleh seorang general manager pemeliharaan, yang membawahi manager
pemeliharaan mekanikal, manager pemeliharaan listrik dan instrument, manager
perbengkelan, manager jaminan dan pengendalian kualitas, dan manager
perencanaan dan pengendalian Turn Around.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Divisi ini dipimpin oleh seorang manager
yang dibantu oleh :
a) Divisi Pemeriksaan Teknik, terdiri atas :
Bagian Pemeriksaan Teknik Lapangan I
Bagian Pemeriksaan Teknik Lapangan II
Kelompok Jaminan Teknik
Seksi Pemeriksaan Teknik Bengkel
b) Divisi Lingkungan Hidup, terdiri atas :
Bagian Pengendalian Pencemaran
Bagian Pengendalian Lingkungan Hidup
c) Divisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, membawahi :
Bagian Penanggulangan Kebakaran dan Kecelakaan Kerja
Kelompok Teknik Keselamatan Kerja
Bagian Hyegiene dan Pemeriksaan Kesehatan
melakukan shift sedangkan satu grup shift libur (off duty). Setiap grup dikepalai
oleh Senior Foreman shift. Pengaturan jam kerja untuk tiap shift adalah :
Day shift : Pukul 07.00 – 15.00 WIB.
Swing shift : Pukul 15.00 – 23.00 WIB.
Night shift : Pukul 23.00 – 07.00 WIB.
Selain operator dan karyawan lapangan yang dibutuhkan selama 24 jam
sehingga jadwal kerjanya dibagi per-shift, terdapat pula karyawan non-shift untuk
pegawai administrasi dan jabatan setingkat kepala bagian ke atas dengan jadwal
kerja :
Senin-Kamis : 07.30 – 16.30 diselingi istirahat pada pukul 12.00 – 13.00.
Jumat : 07.30 – 17.00 diselingi istirahat pada pukul 11.30 – 13.00.
Sabtu-Minggu : Libur (off).
19