Anda di halaman 1dari 20

PRESENTASI KASUS

VAGINAL BIRTH AFTER CESAREAN SECTION (VBAC)

Pembimbing :
dr. Budi M Lumunon, Sp.OG (K)

Disusun Oleh : Dewi Setiawati

41201396100005

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RS HAJI JAKARTA - PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER FAKULTAS

KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021

PERIODE 7 MARET -15 APRIL 2022


BAB I
ILUSTRASI KASUS

1.1. IDENTITAS
Nama : Ny. FR
No. Rekam Medis : 00522517
Umur : 22 tahun 8 bulan 23 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kp. Dalam Pariaman
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Masuk RS : 8 Juni 2019

1.2. DATA DASAR


A. ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Ponek RSUD dengan keluhan kontraksi yang teratur, keluar air air, dan
lender darah 2 jam SMRS.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit paru, hati, ginjal, DM dan hipertensi disangkal. Riwayat alergi disangkal,
Riwayat kelainan pembekuan darah disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit keturunan, menular, kejiwaan
maupun kelainan kongenital

Riwayat Menstruasi :

• Menarche : 13 tahun
• Siklus : 28 hari
• Lamanya : 7 hari
• Dismenore : nyeri tidak menganggu aktivitas

Riwayat Perkawinan :

• Menikah tahun 2017


Riwayat Kontrasepsi : -

Riwayat Obstetri :
Tahun 2016 melahirkan anak perempuan, 3400 gram, lewat bulan, SCTPP ai Malpresentasi dengan
bantuan dokter spesialis obsgyn. Tanpa penyulit.

B. PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : Kompos mentis


Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Antropometri
Tinggi Badan : 168 cm
Berat Badan : 65 kg
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,7 C
Pernafasan : 22x/menit

STATUS GENERALIS
Kepala : Bentuk Simetris
Mata : Konjungtiva Pucat -/-, Sklera ikterik -/-
Telinga : Tidak ada Kelainan
Hidung : Tidak ada Kelainan
Mulut : TIdak ada Kelainan
Leher : Pembesaran KGB (-), Trakea di tengah
Paru : Auskultasi Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : BJ I-II Normal 4 - Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen - Tampak bekas luka operasi, BU (+) normal, perkusi timpani, NT (-)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, Edema +/+

STATUS OBSTETRI
Abdomen :
Inspeksi : tampakmembuncit sesuai kehamilan aterm, lineamediana hiperpigmentasi (+), sikatrik (+)
bekas insisi pfanenstiel

Palpasi :
L1 : Fundus uteri teraba 4 jari dibawah processus xyphoideus. Terabamassa besar, lunak, noduler
L2 :Teraba tahanan terbesar janin di kiri ibu. Teraba bagian-bagian kecil janin di kanan ibu
L3 : Terabamassa bulat, keras, terfiksir
L4 : Divergen
TFU : 28 cm TBJ : 2635 gram His : 4/45”/Kuat

Perkusi : timpani

Auskultasi : DJJ : 140-150 x/menit, bising usus + normal

Genitalia : Inspeksi :V/U tenang, Perdarahan

Pervaginam(-), VT : Ø Lengkap, Ketuban (-) sisa jernih. Teraba kepala H III-IV, UUK anterior

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
HB : 11 ( 12-16)
HT 42% (37-43%)
Leukosit 14.650 (5000-10000)
Trombosit 195000 (150000-400000)

1.3. DIAGNOSIS
G2P1A0H1 Aterm 38 – 39 minggu Kala II + BSC 1x Janin hidup tunggal intrauterin presentasi
kepalaUUK depan HIII-IV

1.4 TATA LAKSANA


Kontrol KU, HIS, DJJ
IVFD RL 20 tpm
Informed Concent dilakukan persalinan pervaginam dan bila didapatkan penyulit maka akan
dilakukan SC cito.
1.5. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia bonam

Quo ad Functionam : dubia ad bonam

Quo ad Sanationam : dubia ad bonam


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian VBAC


VBAC (Vaginal Birth After Cesarean-section) adalah proses melahirkan
normal setelah pernah melakukan seksio sesarea. VBAC menjadi isu yang
sangat penting dalam ilmu kedokteran khususnya dalam bidang obstetrik
karena pro dan kontra akan tindakan ini. Baik dalam kalangan medis
ataupun masyarakat umum selalu muncul pertanyaan, apakah VBAC aman
bagi keselamatan ibu. Pendapat yang paling sering muncul adalah „Orang
yang pernah melakukan seksio harus seksio untuk selanjutnya.‟ Juga banyak
para ahli yang berpendapat bahawa melahirkan normal setelah pernah
melakukan seksio sesarea sangat berbahaya bagi keselamatan ibu dan
section adalah pilihan terbaik bagi ibu dan anak.

VBAC belum banyak diterima sampai akhir tahun 1970an. Melihat


peningkatan angka kejadian seksio sesarea oleh United States Public Health
Service, melalui Consensus Development Conference on Cesarean Child
Birth pada tahun 1980 menyatakan bahwa VBAC dengan insisi uterus
transversal pada segmen bawah rahim adalah tindakan yang aman dan dapat
diterima dalam rangka menurunkan angka kejadian seksio sesarea pada
tahun 2000 menjadi 15% (Cunningham FG, 2001). Pada tahun 1989
National Institute of Health dan American College of Obstetricans and
Gynecologists mengeluarkan statemen, yang menganjurkan para ahli
obstetri untuk mendukung "trial of labor" pada pasien-pasien yang telah
mengalami seksio sesarea sebelumnya, dimana VBAC merupakan tindakan
yang aman sebagai pengganti seksio sesarea ulangan (O'Grady JP, 1995,
Caughey AB, Mann S, 2001). Walau bagaimanapun, mulai tahun 1996
jumlah percobaan partus pervaginal telah berkurang dan menyumbang
kepada peningkatan jumlah partus secara seksio sesarea ulang.
Pelbagai faktor medis dan nonmedis diperkirakan menjadi penumbang
kepada penurunan jumlah percobaan partus pevaginam ini. Faktor-faktor ini
sebenarnya masih belum difahami dengan jelas. Salah satu faktor yang
paling sering dikemukan para ahli adalah resiko ruptur uteri. Pada tindakan
percobaan partus pervaginal yang gagal, yaitu pada maternal yang harus
melakukan seksio sesarea ulang didapati resiko komplikasi lebih tinggi
berbanding VBAC dan partus secara seksio sesarea elektif. Faktor nonmedis
termasuklah restriksi terhadap akses percobaan partus pervaginal. (NIH
Consensus Development Conference Statement, 2010)

Gambar 2.1 : Kadar seksio sesarea total, seksio sesarea primer dan VBAC
(NIH Consensus Development Conference Statement, 2010)

2.2. Indikasi VBAC

American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) pada tahun


1999 dan 2004 memberikan rekomendasi untuk menyeleksi pasien yang
direncanakan untuk persalinan pervaginal pada bekas seksio sesarea
Menurut Cunningham FG (2001) kriteria seleksinya adalah berikut :
1. Riwayat 1 atau 2 kali seksio sesarea dengan insisi segmen bawah
rahim.
2. Secara klinis panggul adekuat atau imbang fetopelvik baik
3. Tidak ada bekas ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus
4. Tersedianya tenaga yang mampu untuk melaksanakan monitoring,
persalinan dan seksio sesarea emergensi.
5. Sarana dan personil anastesi siap untuk menangani seksio sesarea
darurat

Menurut Cunningham FG (2001) kriteria yang masih kontroversi adalah :


1. Parut uterus yang tidak diketahui
2. Parut uterus pada segmen bawah rahim vertikal
3. Kehamilan kembar
4. Letak sungsang
5. Kehamilan lewat waktu
6. Taksiran berat janin lebih dari 4000 gram

2.3. Kontraindikasi VBAC


Menurut Depp R (1996) kontra indikasi mutlak melakukan VBAC adalah :
1. Bekas seksio sesarea klasik
2. Bekas seksio sesarea dengan insisi T
3. Bekas ruptur uteri
4. Bekas komplikasi operasi seksio sesarea dengan laserasi serviks yang
luas
5. Bekas sayatan uterus lainnya di fundus uteri contohnya miomektomi
6. Disproporsi sefalopelvik yang jelas.
7. Pasien menolak persalinan pervaginal
8. Panggul sempit
9. Ada komplikasi medis dan obstetrik yang merupakan kontra indikasi
persalinan pervaginal
2.4. Prasyarat VBAC
Panduan dari American College of Obstetricians and Gynecologists pada tahun
1999 dan 2004 tentang VBAC atau yang juga dikenal dengan trial of scar
memerlukan kehadiran seorang dokter ahli kebidanan, seorang ahli anastesi dan
staf yang mempunyai keahlian dalam hal persalinan dengan seksio sesarea
emergensi. Sebagai penunjangnya kamar operasi dan staf disiagakan, darah yang
telah di-crossmatch disiapkan dan alat monitor denyut jantung janin manual
ataupun elektronik harus tersedia (Caughey AB, Mann S, 2001).
Pada kebanyakan senter merekomendasikan pada setiap unit persalinan yang
melakukan VBAC harus tersedia tim yang siap untuk melakukan seksio sesarea
emergensi dalam waktu 20 sampai 30 menit untuk antisipasi apabila terjadi fetal
distress atau ruptur uteri (Jukelevics N, 2000).
2.5. Faktor yang berpengaruh
Seorang ibu hamil dengan bekas seksio sesarea akan dilakukan seksio sesarea
kembali atau dengan persalinan pervaginal tergantung apakah syarat persalinan
pervaginal terpenuhi atau tidak. Setelah mengetahui ini dokter mendiskusikan
dengan pasien tentang pilihan serta resiko masing- masingnya. Tentu saja menjadi
hak pasien untuk meminta jenis persalinan mana yang terbaik untuk dia dan
bayinya (Golberg B, 2000).

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam menentukan VBAC telah diteliti selama


bertahun-tahun. Ada banyak faktor yang dihubungkan dengan tingkat keberhasilan
persalinan pervaginal pada bekas seksio (Caughey AB, Mann S, 2001).

2.5.1. Teknik operasi sebelumnya


Pasien bekas seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim transversal
merupakan salah satu syarat dalam melakukan VBAC, dimana pasien dengan tipe
insisi ini mempunyai resiko ruptur yang lebih rendah dari pada tipe insisi lainnya.
Bekas seksio sesarae klasik, insisi T pada uterus dan komplikasi yang terjadi pada
seksio sesarea yang lalu misalnya laserasi serviks yang luas merupakan
kontraindikasi melakukan VBAC. (Toth PP, Jothivijayani, 1996, Cunningham FG,
2001). Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (2004),
tiada perbedaan dalam mortalitas maternal dan perinatal pada insisi seksio sesarea
transversalis atau longitudinalis.
2.5.2. Jumlah seksio sesarea sebelumnya
VBAC tidak dilakukan pada pasien dengan insisi korporal sebelumnya maupun
pada kasus yang pernah seksio sesarea dua kali berurutan atau lebih, sebab pada
kasus tersebut diatas seksio sesarea elektif adalah lebih baik dibandingkan
persalinan pervaginal (Flamm BL, 1997).

Resiko ruptur uteri meningkat dengan meningkatnya jumlah seksio sesarea


sebelumnya. Pasien dengan seksio sesarea lebih dari satu kali mempunyai resiko
yang lebih tinggi untuk terjadinya ruptur uteri. Ruptur uteri pada bekas seksio
sesarea 2 kali adalah sebesar 1.8 – 3.7 %. Pasien dengan bekas seksio sesarea 2
kali mempunyai resiko ruptur uteri lima kali lebih besar dari bekas seksio sesarea
satu kali (Caughey AB, 1999, Cunningham FG, 2001).

Menurut Miller (1994) melaporkan bahwa insiden ruptur uteri terjadi 2 kali lebih
sering pada VBAC dengan riwayat seksio sesarea 2 kali atau lebih. Pada penelitian
ini, jumlah VBAC dengan riwayat seksio sesarea 1 kali adalah 83% manakala 2
kali atau lebih adalah 17 %.

2.5.3. Penyembuhan luka pada seksio sesarea sebelumnya


Pada seksio sesarea insisi kulit pada dinding abdomen biasanya melalui sayatan
horizontal, kadang-kadang pemotongan atas bawah yang disebut insisi kulit
vertikal. Kemudian pemotongan dilanjutkan sampai ke uterus. Daerah uterus yang
ditutupi oleh kandung kencing disebut segmen bawah rahim, hampir 90 % insisi
uterus dilakukan di tempat ini berupa sayatan horizontal (seperti potongan bikini).
Cara pemotongan uterus seperti ini disebut "Low Transverse Cesarean Section".
Insisi uterus ini ditutup/jahit akan sembuh dalam 2 – 6 hari. Insisi uterus dapat juga
dibuat dengan potongan vertikal yang dikenal dengan seksio sesarea klasik, irisan
ini dilakukan pada otot uterus. Luka pada uterus dengan cara ini mungkin tidak
dapat pulih seperti semula dan dapat terbuka lagi sepanjang kehamilan atau
persalinan berikutnya (Hill AD, 2002).

Menurut Depp R (1996) dianjurkan VBAC, kecuali ada tanda-tanda ruptur uteri
mengancam, parut uterus yang sembuh persekundum pada seksio sesarea
sebelumnya atau jika adanya penyulit obstetrik lain ditemui.

Pemeriksaan USG trans abdominal pada kehamilan 37 minggu dapat mengetahui


ketebalan segmen bawah rahim. Ketebalan segmen bawah rahim (SBR)  4,5 mm
pada usia kehamilan 37 minggu adalah petanda parut yang sembuh sempurna.
Parut yang tidak sembuh sempurna didapat jika ketebalan SBR < 3,5 mm. Oleh
sebab itu pemeriksaan USG pada kehamilan 37 minggu dapat sebagai alat skrining
dalam memilih cara persalinan bekas seksio sesarea. (Cheung V, 2004)

Pada sikatrik uterus yang intak tidak mempengaruhi aktivitas selama kontraksi
uterus. Aktivitas uterus pada multipara dengan bekas seksio sesarea sama dengan
multipara tanpa seksio sesarea yang menjalani persalinan pervaginal (Chua S,
Arulkumaran S, 1997).

2.5.4. Indikasi operasi pada seksio sesarea yang lalu


Indikasi seksio sesarea sebelumnya akan mempengaruhi keberhasilan VBAC.
Maternal dengan penyakit CPD memberikan keberhasilan persalinan pervaginal
sebesar 60 – 65 % manakala fetal distress memberikan keberhasilan sebesar 69 –
73% (Caughey AB, Mann S, 2001).

Keberhasilan VBAC ditentukan juga oleh keadaan dilatasi serviks pada waktu
dilakukan seksio sesarea yang lalu. VBAC berhasil 67 % apabila seksio sesarea
yang lalu dilakukan pada saat pembukaan serviks kecil dari 5 cm, dan 73 % pada
pembukaan 6 sampai 9 cm. Keberhasilan persalinan pervaginal menurun sampai
13 % apabila seksio sesarea yang lalu dilakukan pada keadaan distosia pada kala
II (Cunningham FG, 2001).

Menurut Troyer (1992) pada penelitiannya mendapatkan keberhasilan penanganan


VBAC boleh dihubungkan dengan indikasi seksio sesarea yang lalu seperti pada
tabel dibawah ini :
Tabel 2.1 Hubungan indikasi seksio sesarea lalu dengan keberhasilan
penanganan VBAC
Indikasi seksio yang lalu Keberhasilan VBAC (%)

Letak sungsang 80.5


Fetal distress 80.7
Solusio plasenta 100
Plasenta previa 100
Gagal induksi 79.6
Disfungsi persalinan 63.4

(Troyer, 1992)
2.5.5. Usia maternal
Usia ibu yang aman untuk melahirkan adalah sekitar 20 tahun sampai 35 tahun.
Usia melahirkan dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun digolongkan resiko
tinggi. Dari penelitian didapatkan wanita yang berumur lebih dari 35 tahun
mempunyai angka seksio sesarea yang lebih tinggi. Wanita yang berumur lebih
dari 40 tahun dengan bekas seksio sesarea mempunyai resiko kegagalan untuk
persalinan pervaginal lebih besar tiga kali dari pada wanita yang berumur kecil
dari 40 tahun (Caughey AB, Mann S, 2001).

Menurut Weinstein (1996) dan Landon (2004) mendapatkan pada penelitian


mereka bahwa faktor umur tidak bermakna secara statistik dalam mempengaruhi
keberhasilan persalinan pervaginal pada bekas seksio sesarea.

2.5.6. Usia kehamilan saat seksio sesarea sebelumnya


Pada usia kehamilan < 37 minggu dan belum inpartu misalnya pada plasenta previa
dimana segmen bawah rahim belum terbentuk sempurna kemungkinan insisi
uterus tidak pada segmen bawah rahim dan dapat mengenai bagian korpus uteri
yang mana keadaannya sama dengan insisi pada seksio sesarea klasik (Salzmann
B, 1994).

2.5.7. Riwayat persalinan pervaginal


Riwayat persalinan pervaginal baik sebelum ataupun sesudah seksio sesarea
mempengaruhi prognosis keberhasilan VBAC (Cunningham FG, 2001).

Pasien dengan bekas seksio sesarea yang pernah menjalani persalinan pervaginal
memiliki angka keberhasilan persalinan pervaginal yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pasien tanpa persalinan pervaginal (Caughey AB, Mann S, 2001).

Menurut Benedetti TJ (1982) dalam Toth PP (1996), pada pasien bekas seksio
sesarea yang sesudahnya pernah berhasil dengan persalinan pervaginal, makin
berkurang kemungkinan ruptur uteri pada kehamilan dan persalinan yang akan
datang.

Walaupun demikian ancaman ruptur uteri tetap ada pada masa kehamilan maupun
persalinan, oleh sebab itu pada setiap kasus bekas seksio sesarea harus juga
diperhitungkan ruptur uteri pada kehamilan trimester ketiga terutama saat
menjalani persalinan pervaginal (Toth PP, 1996).

2.5.8. Keadaan serviks pada saat partus

Penipisan serviks serta dilatasi serviks memperbesar keberhasilan VBAC (Flamm


BL, 1997).

Menurut Guleria dan Dhall (1997) menyatakan bahwa laju dilatasi seviks
mempengaruhi keberhasilan penanganan VBAC. Dari 100 pasien bekas seksio
sesarea segmen bawah rahim didapat 84 % berhasil persalinan pervaginal
sedangkan sisanya adalah seksio sesarea darurat. Gambaran laju dilatasi serviks
pada bekas seksio sesarea yang berhasil pervaginal pada fase laten rata-rata 0.88
cm/jam manakala fase aktif 1.25 cm/jam. Sebaliknya laju dilatasi serviks pada
bekas seksio sesarea yang gagal pervaginal pada fase late rata-rata 0.44 cm/jam
dan fase aktif adalah 0.42 cm/jam.

Induksi persalinan dengan misoprostol akan meningkatkan resiko ruptur uteri pada
maternal dengan bekas seksio sesarea (Plaut MM, et al, 1999). Dijumpai adanya 1
kasus ruptur uteri bekas seksio sesaraea segmen bawah rahim transversal selama
dilakukan pematangan serviks dengan transvaginal misoprostol sebelum tindakan
induksi persalinan (Scott, 1997).

2.5.9. Keadaan selaput ketuban


Menurut Carrol (1990) dalam Miller (1994) melaporkan pasien dengan ketuban
pecah dini pada usia kehamilan diatas 37 minggu dengan bekas seksio sesarea (56
kasus) proses persalinannya dapat pervaginal dengan menunggu terjadinya inpartu
spontan dan didapat angka keberhasilan yang tinggi yaitu 91 % dengan
menghindari pemberian induksi persalinan dengan oksitosin, dengan rata-rata
lama waktu antara ketuban pecah dini sampai terjadinya persalinan adalah 42,6
jam dengan keadaan ibu dan bayi baik.

2.6. Risiko terhadap maternal


Menurut Kirt EP (1990) dan Goldberg (2000) menyatakan resiko terhadap ibu
yang melakukan persalinan pervaginal dibandingkan dengan seksio sesarea
ulangan elektif pada bekas seksio sesarea adalah seperti berikut :
1. Insiden demam lebih kecil secara bermakna pada persalinan pervaginal yang
berhasil dibanding dengan seksio sesarea ulangan elektif
2. Pada persalinan pervaginal yang gagal yang dilanjutkan dengan seksio sesarea
insiden demam lebih tinggi
3. Tidak banyak perbedaan insiden dehisensi uterus pada persalinan pervaginal
dibanding dengan seksio sesarea elektif.
4. Dehisensi atau ruptur uteri setelah gagal persalinan pervaginal adalah 2.8 kali dari
seksio sesarea elektif.
5. Mortalitas ibu pada seksio sesarea ulangan elektif dan persalinan pervaginal sangat
rendah
6. Kelompok persalinan pervaginal mempunyai rawat inap yang lebih singkat,
penurunan insiden transfusi darah pada paska persalinan dan penurunan insiden
demam paska persalinan dibanding dengan seksio sesarea elektif
2.7. Risiko terhadap anak

Menurut Caughey AB (2001) melaporkan 463 dari 478 (97 %) dari bayi yang lahir
pervaginal mempunyai skor Apgar pada 5 menit pertama adalah 8 atau lebih.
Menurut McMahon (1996) bahwa skor Apgar bayi yang lahir tidak berbeda
bermakna pada VBAC dibanding seksio sesarea ulangan elektif. Menurut Flamm
BL (1997) juga melaporkan morbiditas bayi yang lahir dengan seksio sesarea
ulangan setelah gagal VBAC lebih tinggi dibandingkan dengan yang berhasil
VBAC dan morbiditas bayi yang berhasil VBAC tidak berbeda bermakna dengan
bayi yang lahir normal.

2.8. Komplikasi VBAC


Dilaporkan bahwa kejadian ruptur uteri pada bekas seksio sesarea insisi segmen
bawah rahim lebih kecil dari 1 % (0,2 – 0,8 %). Kejadian ruptur uteri pada
persalinan pervaginal dengan riwayat insisi seksio sesarea korporal dilaporkan
oleh Scott (1997) dan American College of Obstetricans and Gynecologists (1998)
adalah sebesar 4 – 9 %. Kejadian ruptur uteri selama partus percobaan pada bekas
seksio sesarea sebanyak 0,8% dan dehisensi 0,7% (Martel MJ, 2005).

Apabila terjadi ruptur uteri maka janin, tali pusat, plasenta atau bayi akan keluar
dari robekan rahim dan masuk ke rongga abdomen. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan pada ibu, gawat janin dan kematian janin serta ibu. Kadang-kadang
harus dilakukan histerektomi emergensi.

Kasus ruptur uteri ini lebih sering terjadi pada seksio sesarea klasik dibandingkan
dengan seksio sesarea pada segmen bawah rahim. Ruptur uteri pada seksio sesarea
klasik terjadi 5-12 % sedangkan pada seksio sesarea pada segmen bawah rahim
0,5-1 % (Hill DA, 2002).
Tanda-tanda ruptur uteri adalah sebagai berikut :
(Caughey AB, et al, 2001)

1. Nyeri akut abdomen


2. Sensasi popping ( seperti akan pecah )
3. Teraba bagian-bagian janin diluar uterus pada pemeriksaan Leopold
4. Deselerasi dan bradikardi pada denyut jantung bayi
5. Presenting parutnya tinggi pada pemeriksaan pervaginal
6. Perdarahan pervaginal

Menurut Landon (2004), komplikasi terhadap maternal termasuklah ruptur uteri,


histerektomi, gangguan sistem tromboembolik, transfusi, endometritis, kematian
maternal dan gangguan-gangguan lain. Nilai lengkap data tersebut adalah seperti
berikut :

Tabel 2.2 : Komplikasi maternal berdasarkan keberhasilan trial of labor

(Landon, 2004)

Menurut Landon (2004), secara keseluruhannya bayi yang dilahirkan term secara
trial of labor (TOL) mempunyai efek yang lebih buruk berbanding bayi yang
dilahirkan secara elective repeated cesarean delivery (ERCD). Penilaian yang
digunakan adalah antepartum stillbirth, intrapartum stillbirth, hypoxic-ischemic
encephalopathy dan kematian neonatus.

2.9. Sistem skoring VBAC


Untuk memprediksi keberhasilan penanganan persalinan pervaginal bekas seksio
sesarea, beberapa peneliti telah membuat sistem skoring. Flamm dan Geiger
menentukan panduan dalam penanganan persalinan bekas seksio sesarea dalam
bentuk sistem skoring. Weinstein dkk juga telah membuat suatu sistem
skoring untuk pasien bekas seksio sesarea (Weinstein D, 1996, Flamm BL,
1997).

Adapun skoring menurut Flamm dan Geiger (1997) yang ditentukan untuk
memprediksi persalinan pada wanita dengan bekas seksio sesarea adalah seperti
tertera pada table dibawah ini:

Tabel 2.4 : Skor VBAC menurut Flamm dan Geiger


No Karakteristik Skor
1 Usia < 40 tahun 2
2 Riwayat persalinan pervaginal
- sebelum dan sesudah seksio sesarea 4
- persalinan pervaginal sesudah seksio sesarea 2
- persalinan pervaginal sebelum seksio sesarea 1
- tidak ada 0
3 Alasan lain seksio sesarea terdahulu 1
4 Pendataran dan penipisan serviks saat tiba di Rumah Sakit dalam
keadaan inpartu:
- 75 % 2
- 25 – 75 % 1
- < 25 % 0
5 Dilatasi serviks > 4 cm 1
(Flamm BL dan Geiger AM, 1997)

Dari hasil penelitian Flamm dan Geiger terhadap skor development group
diperoleh hasil seperti tabel dibawah ini:

Tabel 2.5 : Angka keberhasilan VBAC menurut Flamm dan Geiger


Skor Angka Keberhasilan (%)
0–2 42-49
3 59-60
4 64-67
5 77-79
6 88-89
7 93
8 – 10 95-99
Total 74-75
(Flamm BL dan Geiger AM, 1997)

Weinstein (1996) juga telah membuat suatu sistem skoring yang bertujuan untuk
memprediksi keberhasilan persalinan pervaginal pada bekas seksio sesarea, adapun sistem
skoring yang digunakan adalah :

Tabel 2.6 : Skor VBAC menurut Weinstein


FAKTOR TIDAK YA
Bishop Score  4 0 4
Riwayat persalinan pervaginal sebelum seksio sesarea 0 2
Indikasi seksio sesarea yang lalu
Malpresentasi, Preeklampsi/Eklampsi, Kembar 0 6
HAP, PRM, Persalinan Prematur 0 5
Fetal Distres, CPD, Prolapsus tali pusat 0 4
Makrosemia, IUGR 0 3

(Weinstein D, 1996)
Angka keberhasilan persalinan pervaginal pada bekas seksio sesarea pada sistem skoring
menurut Weinstein (1996) adalah seperti di tabel berikut :

Tabel 2.7 : Angka keberhasilan VBAC menurut Weinstein


Nilai skoring Keberhasilan
4  58 %
6  67 %
8  78 %
 10  85 %
 12  88 %
(Weinstein D, 1996)
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. DAFTAR MASALAH


BSC 1x

3.2. URAIAN MASALAH


BSC 1x
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut. Definisi lain dari seksio sesarea adalah sebagai lahirnya janin melalui insisi di dinding
abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi).
Pada pasien indikasi dilakukannya SC ialah akibat terjadinya ketuban pecah dini.

3.3. PEMBAHASAN

Pasien Ny.FR didiagnosis dengan G2P1A0H1 Aterm 38 – 39 minggu Kala II + BSC 1x Janin
hidup tunggal intrauterin presentasi kepalaUUK depan HIII-IV. Pasien Tidak pernah kontrolANC ke rumah
sakit atau ke dokter spesialis Pasien ini telahmemenuhi kriteria kandidatVBAC dan tidak ditemukan
kontraindikasi menjalani VBAC.
Dari hasil skoring didapatkan Skor Flam Geigger 5 memberikan prediksi keberhasilan 88%. Skor
Weinstin 8 memberikan prediksi keberhasilan 78% dan Skor Alamia 7 memberikan prediksi keberhasilan
94,5% sehingga pada pasien ini dapat dilakukan persalinan pervaginam secara spontan atau dibantu dengan
tindakan pervaginam operatif dengan vakum ekstraksi atau forceps ekstraksi, untuk membantu
mempercepat kala II karena bagian terbawah janin yaitu kepala sudah bebrada di hodge III dan masih
adanya keinginan ibu untuk meneran.
DAFTAR PUSTAKA
1. Grobman W. 2019. Vaginal Birth After Cesarean Delivery. Practice Bulletin No. 205. American
College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). Obstet Gynecol. Washington DC: hal 110–
127.
2. Afriani A, dkk. 2013.Kasus Persalinan dengan Bekas Seksio Sesarea Menurut Keadaan Waktu
Mausk di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas:2(3)
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom KD. 2018. William
Obstetrics 25th Edition. USA: McGrawHill
4. Companies.
5. Martel MJ, Mackinnon CJ, Arsenault MY, et all. 2005. Guidelines forVaginal Birth After Previous
Caesarean Birth. No.155. SOGC
6. Weinstein, D., Benshushan, A.,dan Tanos, V,. 1996. Predictive Score for Vaginal Birth After
Cesarean Section. American Journal Obsterics and Gynecology. 174: 192 – 198.
7. Flamm B.L., dan Geiger A.M,. 1997. Vaginal Birth After Cesarean: An Admission Scoring System.
American Journal Obstetrics and Gynecology 90(6): 907 – 1010.

Anda mungkin juga menyukai