Anda di halaman 1dari 15

PENJADWALAN

PRAKTIKUM XI
(Mata Kuliah Perancangan dan Pengendalian Produksi)

Disusun Oleh :

Laela Listiyawati : 2002301055


Muh Ali : 2002301052
Nur Pandu Pertiwi : 2002301028
Risma Andriyani : 2002301013
Steven Cornel S : 2002301037

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap perusahaan selalu melakukan penekanan pada proses
produksi yang efektif dan Efisien. Untuk mendapatkan output yang
optimum dari suatu proses produksi, maka harus Dilakukan
perencanaan yang baik untuk seluruh proses aktivitas produksi.
Masalah yang Sering dihadapi dalam perencanaan produksi adalah
bagaimana melakukan pengaturan Dan penjadwalan produksi (Ginting,
2009)
Pada umumnya, proses produksi diawali dari Konsumen
melakukan pemesanan ke bagian marketing dan kemudian bagian
marketing Melanjutkannya ke bagian produksi dalam bentuk informasi
mengenai jumlah unit yang Dipesan untuk masing-masing jenis produk.
Setelah informasi tersebut masuk ke bagian Produksi, maka bagian
produksi akan membuat penjadwalan produksi berdasarkan waktu
Proses mesin, tenaga kerja, dan kebutuhan bahan baku dengan
mempertimbangkan Kapasitas dari suatu sistem produksi tersebut.
Apabila penjadwalan dilakukan dengan Baik maka akan
memberikan efek yaitu berkurangnya ide time pada unit-unit produksi
Dan dapat meminimasi jumlah work in process. Oleh karena itu, suatu
sistem penjadwalan Produksi yang tepat sangat dibutuhkan oleh
perusahaan agar dapat mengurangi waktu Yang tidak produktif dan
dapat meningkatkan waktu yang produktif dari suatu sistem Proses
produksi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk menguraikan dan
membuat rancangan penjadwalan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persediaan
Persediaan memiliki beberapa pengertian menurut Tersine (1994),
antara lain:
1. Material atau barang yang tersedia pada waktu tertentu yang
merupakan aset nyata yang dapat dilihat, diukur dan dihitung.
2. Daftar barang-barang yang merupakan aset fisik.
3. Jumlah suatu barang yang tersedia. 4.Nilai barang yang ada yang
dimiliki suatu perusahaan pada suatu waktu. Persediaan dapat
diklasifikasikan dengan berbagai cara, antara lain berdasarkan
frekuensi pemesanan, sumber pasokan, sifat permintaan, sifat waktu
tenggang dan tipe sistem persediaan (Sumber:Tersine, 1994).

Ada pun metode yang di gunakan yaitu:


1. Economic Order Quantity (EOQ)
Merupakan sistem yang digunakan untuk mengatur
inventory perusahaan dengan cara menentukan jumlah pemesanan
untuk meminimalkan biaya penyimpanan dan pemesanan (Sipper
& Bulfin, Jr., 1997). Penggunaan EOQ menggunakan beberapa
asumsi sebagai berikut:
 Terdapat 1 jenis item dalam sistem persediaan
 Permintaan bersifat seragam dan deterministic, dengan
jumlah per satuan waktu
 Tidak diadakan kekurangan
 Tidak ada leadtime order
 Jumlah yang dipesan datang dalam waktu bersamaan
2. Economic Production Quantity (EPQ)
Menurut Sipper & Bulfin, Jr. (1997), EPQ adalah
pengembangan dari EOQ dengan melenturkan asumsi dari EOQ,
yaitu kedatangan jumlah pesanan dalam waktu bersamaan, dimana
sifat dari produk manufaktur yang memiliki waktu berdasarkan
kapasitas produksi. Sistem EPQ juga memperhitungkan keadaan
shortage dan backlog dengan asumsi adanya level maksimum
toleransi terjadinya backlog.
3. Material Requirement Planning (MRP)
Menurut Smith (1989), MRP digunakan untuk
merencanakan produksi atau Pengadaan dari subassemblies,
komponen, dan bahan baku yang mendukung hasil MPS. Tujuan
dibentuknya MRP pada perusahaan sebagai penentu jenis
komponenyang digunakan pada MPS, jumlah komponen yang
digunakan pada MPS, dan waktu ketersediaan komponen.
Pada fitur desain sistem MRP memerlukan komponen-
komponen seperti Planning horizon, panjang time bucket, jenis
order (planned order, firm planned Order, order, firm order), safety
stock dan safety leadtime. Planning horizon pada MRP sama
dengan planning horizon pendek untuk MPS, begitu juga dengan
Panjang time bucket pada MRP, dimana perusahaan biasanya
menggunakan durasi Time bucket selama satu bulan.
4. Tepat Waktu (JIT)
Istilah JIT digunakan untuk merujuk pada operasi Sistem di
mana bahan dipindahkan melalui Sistem dan layanan disampaikan
dengan tepat Waktu sehingga mereka disampaikan pada setiap
langkah dari Proses seperti yang dibutuhkan-maka namanya Tepat
waktu . Awalnya, istilah JIT disebut Untuk pergerakan bahan,
bagian dan semi-Barang jadi dalam suatu sistem produksi.
Menggambarkannya sebagai sistem Tarik inventaris Strategi
manajemen. Demikian pula, Just-in-Time (JIT) Bisa dikatakan
sinonim dengan Theory of Batasan (TOC). Menurut sebuah studi
tentang Perbandingan JIT, TOC dan tradisional Metode
menunjukkan bahwa sulit untuk menyimpulkan Dengan keyakinan
bahwa salah satu sistem di atas adalah Lebih baik dari yang lain.
2.2 Penjadwalan
Penjadwalan merupakan suatu fungsi pengambilan keputusan untuk
membuat atau menentukan jadwal. Penjadwalan dibutuhkan untuk
mengurangi alokasi tenaga operator, mesin dan peralatan produksi, dan
dari aspek lainnya untuk lebih efisien. Hal ini sangat penting dalam
pengambilan keputusan dalam proses kelangsungan produksi. Sistem
volume berproduksi di bagi menjadi 3 yaitu:
1. Sistem volume tinggi ( mass production)
Flow Shop Production adalah jenis proses produksi yang
digunakan untuk produk-produk yang dirakit atau diproduksi dalam
jumlah banyak dan berturut-turut (continuous). Sistem produksi Flow
Shop ini menggunakan jalur produksi (production line) untuk
memproduksi produk-produknya. Semua produk diproduksi dengan
standar dan proses yang sama. Flow Shop Production ini sering disebut
juga dengan Mass Production atau Produksi Massal. Karakteristik dari
Flow Shop production adalah sebagai berikut ini :
 Memiliki Standarisasi Produk dan urutan proses.
 Menggunakan Mesin dan peralatan kerja khusus yang memiliki
kapasitas produksi dan tingkat output yang lebih tinggi.
 Volume produksi yang tinggi.
 Siklus produksi yang lebih pendek.
 Perencanaan dan Pengendalian produksi lebih mudah dilakukan.
 Penanganan material dapat dilakukan secara otomatis.
 Persediaan material dapat lebih cepat untuk dikonversikan menjadi
penjualan (sales).
Contoh produk-produk yang menggunakan Flow shop production
diantaranya seperti pada produksi pakaian jadi ataupun pada produk
elektronik komersil (Televisi, Smartphone, DVD Player, Laptop).
2. Sistem volume menengah ( batch production)
Batch Production adalah sistem produksi yang termasuk
repetitive production (produksi berulang) yang berada diantara sistem
produksi Job Shop dan Flow Shop. Standarisasi produk pada Batch
Production lebih baik dan Volume produksi lebih tinggi jika
dibandingkan dengan Job shop namun volume lebih rendah dan tidak
selalu terstandarisasi seperti flow shop (mass production). Metode
produksinya mirip dengan proses produksi dengan sistem Job Shop,
perbedaannya terletak pada jumlah atau volume yang akan
diproduksinya yang lebih banyak dan berulang-ulang. Dibawah ini
merupakan karakteristik dari Batch Production :
 Waktu produksi lebih pendek.
 Tempat dan Mesin lebih fleksibel.
 Tempat dan Mesin diatur untuk memproduksi produk dalam bentuk
batch dan diubah lagi pengaturannya untuk batch yang berikutnya.
 Waktu dan biaya produksi lebih rendah dibandingkan dengan Job
Shop.
3. Sistem volume rendah ( jobbing shop production)
Job Shop adalah jenis aliran proses produksi yang digunakan
untuk produk-produk dengan jumlah produksi yang sedikit tetapi
banyak model atau variannya. Produk-produk “custom-made” yang
harus mengikuti desain unik dan spesifikasi khusus dari pelanggan
dengan waktu dan biaya yang ditentukan biasanya menggunakan jenis
aliran proses produksi ini. Tujuan dari Job Shop production ini adalah
untuk memenuhi kebutuhan khusus pelanggan. Pada umumnya, proses
produksi dengan Job Shop ini tidak menggunakan Jalur Produksi
(Production Line) khusus untuk mengerjakannya. Karakteristik dari
proses produksi Job Shop Production adalah sebagai berikut :
 Memiliki ragam produk atau Varian yang banyak dan rendah volume
produksi.
 Menggunakan fasilitas dan mesin-mesin umum (general).
 Tenaga kerja yang sangat terampil dan yang dapat menerima tantangan
pekerjaan atas keunikan produk yang dikerjakannya.
 Memerlukan Persediaan bahan dan peralatan yang banyak.
 Memerlukan perencanaan yang sangat terperinci terhadap setiap
permintaan dan kebutuhan.
Contoh produk-produk yang menggunakan Job Shop Production
diantaranya seperti Percetakan yang menerima desain poster-poster
tertentu dengan jumlah yang terbatas, pabrik fabrikasi yang menerima
pesanan pembuatan peralatan dengan desain khusus, pabrik pakaian yang
membuat seragam dengan desain dan jumlah yang ditentukan.
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 28 Desember 2021,


bertempat dirumah masing – masing dikarenakan sedang pandemi Covid-
19.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kertas, laptop,
bolpoint. Bahan yang digunakan adalah produk, studi literatur, referensi dari
jurnal dan artikel elektronik

3.3 Prosedur kerja


a. Dibuat dalam kelompok materi powerpoint power point dan video presentasi
tentang materi penjadwalan (durasi maksimum 15 menit).
b. Dibuat Isi materi yang mencakup: Pendahuluan (definisi dan tujuan), Ukuran
keberhasilan dalam penjadwalan, jenis penjadwalan, dan studi kasus
penjadwalan.
c. Dibuat rancangan penjadwalan dalam satu tahun suatu industri yang berbasis
agroindustri dengan menambahkan asumsi-asumsi tertentu dalam
penjadwalan tersebut.
d. Dikumpulkan dalam bentuk video (a dan b) serta penjadwalan dalam bentuk
dokumen (c).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Studi Kasus
PT Sukma Jaya memproduksi tepung kanji , dimana perusahaan
mengalami suatu hambatan dalam menyeimbangan lini produksi. Adapun
permintaan setiap tahunnya sebesar 5.250 kg, waktu kerja yang diberikan
perusahaan selama 1 tahun adalah 269 hari dimana 1 harinya bekerja selama
8 jam per hari. Tingkat produksi harian sebesar 20 kg/hari. Berikut operasi
kerja tepung kanji pemarutan singkong (A), pengolahan bubur singkong (B),
ekstraksi (C), pengendapan (D), pengeringan (E), penggilingan (F), dan
pengayakan (G).

Operasi Operasi yang Mendahului Waktu (menit)

A - 15

B A 9

C B 32

D C 40

E D 24

F E 12

G F 10

Waktu Total 142

Tabel waktu operasi 1


4.1.2 Penyelesaian (Penyeimbangan Lini)
 Diagram Predence Tepung Kanji di PT Sukma Jaya

Diagram Predence PT Sukma Jaya 1

 Cycle Time
Waktu produksi perhari 8 × 60 menit
Cycle time= = =24
Tingkat produksi perhari 20 kg
 Stasiun kerja
Waktu total produksi 142
Work Station= = =8 stasiun
Cycle Time 24

Diagram Stasiun Kerja 1

Stasiun Kerja Pengelompokan Waktu


Cycle Time Idle Time
(WS) kerja (menit)
WS-1 A 15 24 24 – 15 = 9
WS-2 B 9 24 24 – 9 = 15
24 – 72 = -
WS-3 C,D 32 + 40 = 72 24
48
WS-4 E 24 24 24 – 24 = 0
24 – 12 =
WS-5 F 12 24
12
24 – 10 =
WS-6 G 10 24
14
Total 142 144 2
Tabel Perhitungan Waktu Idle Time 1


 Kapasitas Produksi
Hari kerja × jam kerja perhari ×60 269 ×8 ×60
Kapasitas produksi= = =5.380 kg
Cycle time 24
 Efisiensi Kerja
Waktu total produksi 142
Efisiensi Kerja= = ×100 %=98,61 %
Work Station ×Cycle Time 6 ×24
4.2 Pembahasan
Pada praktikum mata kuliah Perancangan dan Pengendalian
Produksi kali ini bertujuan untuk menguraikan dan membuat rancangan
penjadwalan. Pengerjaan laporan praktikum dilaksanakan dimasing-
masing rumah praktikan karena situasi sedang pandemi covid-19 pada
tanggal 28 Desember 2021.
Dimana perusahaan tersebut mengalami suatu hambatan dalam
penyeimbangan lini produksi. Penyeimbangan lini atau line balancing
adalah suatu strategi produksi yang di dalamnya mencakup
menyeimbangkan operator dan juga waktu pada mesin produksi dalam
menyesuaikan tingkat produksi yang dilakukan. Fungsi utamanya adalah
guna membuat lini produksi yang cukup fleksibel agar bisa meminimalisir
adanya ketidakteraturan internal dan juga eksternal.

Adapun hambatan yang dialami yaitu pada permintaan setiap


tahunnya sebesar 5.250 kg dan waktu kerja yang diberikan perusahaan
selama 1 tahun adalah 269 hari dimana 1 harinya bekerja selama 8 jam
perhari. Tingkat produksinya harian sebesar 20 kg/hari. Di mana operasi
kerja sebagai berikut (A) pemarutan singkong, (B) pengolahan bubur
singkong, (C) ekstraksi,(D) pengendapan,(E) pengayakan dimana
penyelesaian menggunakan penyeimbangan lini.

Dari studi kasus yang telah di lakukan pada PT Sukma Jaya. proses
pengolahan tepung tapioka dimulai dari pemarutan singkong di
lambangkan dengan huruf A pada diagram predence yang memerlukan
waktu 15 menit, pengolahan bubur singkong di lambangkan huruf B
proses ini memerlukan waktu 9 menit, ekstraksi dilambangkan huruf C di
perlukan waktu 32 menit, proses pengendapan dilambangkan huruf D di
perlukan waktu 40 menit, pengeringan dilambangkan huruf E di perlukan
waktu 24 menit, penggilingan dilambangkan huruf F memerlukan waktu
12 menit dan pengayakan di lambangkan huruf G memelukan waktu 10
menit.

Pada proses di atas dan waktu yang di lakukan pekerja pada proses
pengerjaan sudah di katakan efesien dikarenakan penjadwalan
penyeimbangan lini telah dapat dilakukan baik dan tidak ada di lakukan
lembur pada pekerja karena proses dan waktu telah memenuhi standar
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum maka dapat disimpulkan bahwa
perancangan produksi yang menggunakan penjadwalan penyeimbangan
lini dapat bekerja secara efisien dikarenakan penjadwalan
penyeimbangan lini telah dapat dilakukan baik dan tidak ada di
lakukan lembur pada pekerja karena proses dan waktu telah memenuhi
standar.
5.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan adalah untuk memperoleh hasil
yang benar pada suatu praktikum, maka praktikan harus mengerjakan
hati - hati dan teliti dalam menganalisis rancangan operasi industri.
DAFTAR PUSTAKA

Batubara, S., & Nainggolan, E. A. (2018). Integrasi Penjadwalan Produksi dan


Preventive Maintenace untuk Meminimasi Makespan dengan
Menggunakan Metode Heijunka dan Batch-Backward Scheduling
(Studi Kasus PT. BMC). Jurnal Teknik Industri, 159-171.
Chandra, S. L., & Sunarni, T. (2020). Aplikasi Model Persediaan Probabilistik
Q dengan Pertimbangan Lost Sales pada Apotek X. Jurnal Ilmiah
Teknik Industri, 90-100.
Gaspersz, V. (1998). Production Planning and Inventory Control Berdasarkan
Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufacturing
21. Jakarta: Gramedia.
Hairiyah, N., & Amalia, R. (2018). Perencanaan Agregat Produksi Kelapa Parut
Kering di PT.XYZ. Teknologi Agro-Industri, 32-41.
Sofyan, D. K. (2013). Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai