Anda di halaman 1dari 2

Pendidikan adalah senjata dan kekuatan merubah dunia”.

Pendidikan bertujuan mencetak pribadi yang berpengetahuan tinggi berwawasan luas dan berbudi
pekerti luhur. Dalam pendidikan juga merupakan suatu rangkaian proses negara dalam rangka
menyiapkan kualitas sumber daya manusia untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
Pendidikan merupakan usaha sebagai penunjang keberhasilan pembangunan bangsa baik dari
pendidikan formal maupun non formal. Namun, pendidikan di Indonesia masih terlalu banyak
menggambarkan problematika.

Berbicara mengenai problematika pendidikan Indonesia sepertinya tak aka ada habisnya, mengingat
kondisi geografis Indonesia yang sangat luas dan terdiri dari ribuan pulau dari sabang sampai merauke.
Hal ini tentu berakibat pada pemerataan pendidikan utamanya di daerah yang sulit terjangkau. Berbagai
upaya pemerintah untuk membenahi sistem pendidikan terus dilakukan. Salah satu upaya tersebut ialah
dengan menuangkan jaminan pendidikan nasional kedalam undang-undang sebagai landasan yang sah
dan konstitusional.

Seperti halnya yang tertuang dalam undang – undang Sindiknas No. 20 tahun 2013 menyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat bangsa dan negara. Namun, fakta lapangan menyatakan bahwa tidak sepenuhnya anak
Indonesia merasakan amanat yang terdapat dalam undang-undang tehadap pendidikan yang hakikatnya
menjadi sebuah kemutlakan yang mereka genggam saat ini.

Berbagai permasalahan seringkali menghambat peningkatkan pendidikan nasional, khususnya di daerah


tertinggal atau terpencil yang pada akhirnya mewarnai perjalanan pendidikan di Indoenesia. Di suatu
daerah terpencil masih banyak dijumpai kondisi dimana anak-anak belum terlayani pendidikannya,
masalah kekurangan guru karena pemerintah yang lebih memperhatikan pendidikan di perkotaan. Hal
ini membuat kualitas pendidikan antara perkotaan dengan pedesaan menjadi tidak adil. Selain itu, juga
terdapat perbedaan dalam hal bantuan untuk pendidikan, dan masih banyak hal lainnya. Maka tidak
heran kualitas pendidikan di Indonesia masih belum merata dimana kualitas pendidikan di kota lebih
baik dari di desa.

Permasalahan lainnya yaitu sarana dan prasarana belum memadai karena banyak sekolah-sekolah
tertinggal yang bangunannya lebih banyak rubuh atau tidak layak pakai. Kurangnya fasilitas penunjang
seperti meja belajar, buku, perlengkapan teknologi, dan alat-alat penunjang lainnya yang menyebabkan
pendidikan tidak dapat dikembangkan secara optimal. Di samping itu meski pemerintah telah
mencanangkan pendidikan gratis dan bahkan pendidikan wajib 12 tahun, akan tetapi masih ada biaya –
biaya lain untuk menunjang pendidikan seperti biaya untuk perjalanan ke sekolah, membeli buku,
seragam, dan peralatan sekolah lainnya, maka hal ini biaya pendidikan lebih mahal dari biaya pendidikan
itu sendiri. Selain itu, biaya hidup yang semakin tinggi membuat para anak-anak lebih memilih untuk
membantu orang tua mencari nafkah daripada harus meningkatkan pendidikannya Itulah sederet fakta-
fakta yang menghiasi wajah pendidikan di daerah terpencil

Permasalahan lainnya adalah angka putus sekolah juga masih relatif tinggi. Menurut data dari UNICEF
tahun 2017, sekitar 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat menikmati pendidikan lanjutan, dengan rincian
600 ribu anak tidak bisa masuk sekolah dasar dan 1,9 juta anak tidak melanjutkan sekolah menengah
pertama. Begitu pula data dari BPS tahun 2017 sampai pada kesimpulan bahwa anak-anak tertentu yang
terkena dampak dari keluarga miskin itu tidak bisa melanjutkan sekolah.

Hal yang perlu di perhatikan juga adalah masih tersimpan mindset lokal para orang tua pedesaan
dengan pola pikir yang tidak seharusnya di berlakukan kepada anaknya dimana sebagian orang tua tidak
lagi berpikir untuk menyekolahkan anaknya sampai pada perguruan tinggi, kebanyakan pemuda setelah
tamat SMA, SMP bahkan tamat SD sudah putus sekolah dan lebih memilih untuk pergi merantau dengan
dalih bahwa dengan merantau mereka bisa merubah hidupnya dan mengumpulkan sebongkah rupiah
kemudian kembali kekampung untuk menikah setelah menikah pemuda akan menggantikan orang
tuanya untuk berkebun, pola pikir inilah yang sebagian masyarakat masih menerapkan dalam
kehidupannya tanpa pernah berpikir untuk menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi demi masa depan
anaknya lebih baik dari sebelumnya.

Perlu adanya perhatian lebih para pemerintah terhadap pendidikan yang ada di pedesaan karena
melihat mirisnya pendidikan yang terjadi. Selain itu peran pemuda juga harus lebih bisa lebih peka lagi
menanggapi permasalahan pendidikan di pedesaan.

Anda mungkin juga menyukai