SKRIPSI
OLEH
MEDAN
2017
Oleh:
TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan
saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini
saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya
ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini
iii
iv
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas
segala rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
Labuhan Batu dan Pesantren Nurul Falah Kabupaten Labuhan Batu Selatan
Tahun 2017. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah
6. dr. Surya Dharma, MPH selaku penguji I dan Ir. Indra Cahaya S, MSi selaku
7. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU terutama Departemen Kesehatan
8. Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah yang telah
9. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Sahrul Rambe dan Ibunda Jeddah
Rahmadani Rambe, Oppung dan nenek tersayang dan seluruh keluarga yang
selalu memberi doa, dukungan, dan mendidik dengan kasih sayang dalam
10. Sahabat tersayang Eva Elisna Tanjung, Nurholijah Nasution, Ayu Handayani,
Fahmaliza, Yunita Sari Rambe, Sri Masitoh Hasibuan, Nurul Mawaddah, Tri
Fitrah Bukit, Siti Nurjannah, Hanny Sabrina, Rizky Nanda, Sri Wahyuni,
Nike Ritonga, dan Ade Fadilah Rambe yang telah memberikan saran,
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11. Kak Prima Indah Kurnia SKM, kak Mariana Siregar SKM, kak mel S.Kep,
kak Nurmaida SKM dan semua senior FKM USU yang selalu
12. Teman-teman kelompok 17 PBL FKM USU 2016 di Desa Deli Muda Hilir
Kecamatan Perbaungan (Ruth, Eka, Isna, Nadira, Ira, dan Ari), dan teman-
teman kelompok LKP FKM USU 2016 (Lamtiar, Alfin, kak Delima, kak Eva,
Kak Kesia dan yanti) di BLH PROVSU yang selalu memberikan dukungan
13. Seluruh teman-teman stambuk 2013 FKM USU, dan khususnya Departemen
perkuliahan serta semua pihak yang telah berperan dalam membantu saya
Saya menyadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, saya mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Akhir
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
vi
vii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
xi
xii
xiii
Agama : Islam
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
seluruh daerah geografis di dunia. Masalah diare di Indonesia sering terjadi dalam
bentuk KLB (Kejadian Luar Biasa). KLB diare sering terjadi terutama didaerah
yang pengendalian faktor resikonya masih rendah. Cakupan perilaku hygiene dan
sanitasi yang rendah sering menjadi faktor resiko terjadinya KLB diare
(Kepmenkes RI 2011).
signifikan dibandingkan tahun 2012 dari 1.654 kasus menjadi 646 kasus pada
tahun 2013. KLB diare pada tahun 2013 terjadi di 6 provinsi dengan penderita
terbanyak terjadi di Jawa Tengah yang mencapai 294 kasus. Sedangkan angka
kematian (CFR) akibat KLB diare tertinggi terjadi di Sumatera Utara yaitu
sebesar 11,76%. CFR diare yang terjadi di Sumatera Utara Tahun 2013
mengalami kenaikan dibandingkan Tahun 2012, yaitu dari 1,22% menjadi 11,76%
jumlah kasus diare yang tercatat ada sebanyak 285.183 kasus, yang ditemukan
dan ditangani sebanyak 223.895 kasus (78,5%), sehingga angka kesakitan (IR)
diare per 1.000 penduduk mencapai 16,80. Capaian ini mengalami kenaikan dari
penurunan dibandingkan tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%.
Pencapaian IR ini jauh di bawah target program yaitu 214 per 1.000 penduduk.
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak
terdata.
jumlah kasus diare yang tercatat dari 33 Kabupaten/Kota yang ada, penemuan dan
kasus yaitu Padang Lawas (224%), Labuhan Batu Selatan (204,3), dan Samosir
tercatat penemuan kasus diare di Kabupaten Labuhan Batu yaitu sebesar 58,1 %.
(2005), penyebab terjadinya diare bisa dari kurang memadainya ketersediaan air
bersih, air yang tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan, pembuangan
tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta
prinsip higiene dan sanitasi makanan, yaitu : pengadaan bahan makanan, cara
terjadi pada salah satu dari ke enam prinsip tersebut dan lingkungan tempat kerja
Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor fisik,
faktor kimia dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan
yang tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang
baik, temperatur ruangan yang panas dan lembab. Sanitasi makanan buruk
disebabkan faktor kimia karena adanya zat-zat kimia yang digunakan untuk
seperti penyakit diare apabila masuk kesaluran pencernaan, baik melalui minuman
atau makanan.
merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan
akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat
dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya
masalah kebersihan kurang diperhatikan, hal ini terjadi karena kita menganggap
masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan
perilaku lainnya yang tidak mencerminkan pola hidup sehat dapat menyebabkan
timbulnya diare.
industri. Pesantren dalam hal ini salah satu institusi khusus dalam melayani dan
membimbing anak-anak harapan bangsa yang juga selayaknya tidak luput dari
kasus keracunan makanan di pondok pesantren Darul El Hikmah. Dan kasus ini
merupakan kasus besar karena menimbulkan korban hingga berjumlah 161 orang,
rumah sakit. Mereka diduga keracunan makanan yang disajikan pihak pesantren.
Dan masih banyak lagi kejadian keracunan makanan yang terjadi di berbagai
terakhir yaitu berjumlah 10 orang yaitu data yang diterima dari Pos Kesehatan
mengalami diare dalam satu bulan terakhir yaitu berjumlah 12 orang, dan juga
juga karena fasilitas di Pesantren yang kurang memadai sehingga dari hasil
mengalami penyakit diare, dan hasil wawancara dengan ibu bidan yang ada di Pos
pesantren ini merupakan tumpuan bimbingan anak-anak yang kelak akan menjadi
sumber daya manusia bagi bangsa Indonesia. Maka perlu sekali dilakukan
higiene dari santri, dan keberadaan enterobacter pada makanan di Pesantren agar
tidak ada lagi kasus diare yang sekarang banyak di jumpai di Pesantren.
Berdasarkan dari uraian diatas maka penulis dalam hal ini tertarik untuk
santri/santriwati yang mengalami diare dalam satu bulan terakhir yaitu berjumlah
12 orang yaitu data yang diterima dari Pos Kesehatan Pesantren, Penyakit diare
merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan dan erat kaitannya dengan
ini adalah bagaimana hubungan personal higiene dengan kejadian diare pada
makanan.
2. Bagi Santri/Santriwati
3. Bagi Peneliti
pemeliharaan kesehatan.
timbulnya penyakit.
dengan higiene adalah tindakan seseorang yang diperlukan pada seluruh rantai
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak
dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit
pada manusia. Dengan demikian, tujuan sebenarnya dari upaya sanitasi makanan,
dari segala bahaya yang dapat mengganggu kesehatan, mulai dari makanan
sanitasi makanan yang efektif. Faktor – faktor tersebut berkaitan dengan makanan,
1. Faktor makanan
antara lain:
d. Pemasaran makanan.
e. Pengolahan makanan.
f. Penyajian makanan.
g. Penyimpanan makanan.
2. Faktor manusia
Orang – orang yang bekerja pada tahapan diatas juga harus memenuhi
3. Faktor peralatan
energi karena panas dapat dihasilkan dari makanan sepertijuga energi. Kedua,
jaringan tubuh yang baru, memelihara, dan memperbaiki jaringan tubuh yang
sudah tua. Fungsi ketiga, makanan sebagai zat pengatur karena makanan turut
serta mengatur proses alami, kimia, dan proses faal dalam tubuh.
diakibatkan oleh makanan (food borne disease) dapat dipengaruhi oleh berbagai
tradisional, penyimpanan dan penyajian yang tidak bersih, dan tidak memenuhi
persyaratan sanitasi.
1. Agent
– mana dan hampir dapat tumbuh pada semua substrat, fungi ini akan
tumbuh pada buah busuk, sayuran, biji – bijian, roti, dan bahan pangan
lainnya.
2. Vehicle
Seperti bahan kimia atau parasit yang ikut termakan bersama makanan dan
3. Media
jumlahnya kecil, jika dibiarkan dalam makanan dengan suhu dan waktu
gejala-gejala : mual, muntah, perut mules, buang air besar terus menerus yang
dari tanah, air, udara, hewan dan manusia. Sedangkan kontaminasi dapat terjadi
pada berbagai tahap, baik selama maupun setelah pengolahan bahan makanan.
1. Infeksi
sanitasi pengelolaan makanan misalnya setelah dia buang air besar dia
tidak mencuci tangannya dengan sabun dan tidak bersih maka bisa saja
tersebut.
infeksi.
a. Pembawa kuman:
1. staphylococus aereus
2. E Coli
3. Pseudomonas sp
2. Keracunan Makanan
biasanya telah terkontaminasi oleh bahan – bahan fisika, mikroba, ataupun kimia
mengandung racun, seperti jamur beracun, ketela hijau, gadung dan umbi
racun.
mikroba dalam jumlah besar, yang kemudian hidup dan berkembang biak,
3. Kimia yaitu bahan berbahaya dalam makanan yang masuk dkedalam tubuh
penyakit atau proses kejadian penyakit dapat diuraikan ke dalam 4 simpul, yakni :
penyakit.
kekuatan cahaya.
1. Udara
2. Air
3. Tanah/pangan
4. Binatang/serangga
5. Manusia/langsung
lingkungan lain, masuk ke dalam tubuh melalui satu proses yang kita
cara-cara yang khas. Ada 3 cara jalan raya atau route of entry, yakni :
1. System pernapasan
2. System pencernaan
Seseorang dikatakan sakit kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan
fungsi, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan, baik fisik maupun social
(Achmadi, 2008).
tersedianya makanan yang sehat seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
upaya higiene dan sanitasi makanan harus mendasarkan pada 6 prinsip, yakni
penyajian makanan.
Pengadaan makanan adalah semua bahan baik terolah atau tidak, termasuk
dari pencemaran, baik yang terbawa oleh bahan makanan ataupun faktor
Menurut Depkes RI (2011) ada 2 (dua) jenis bahan makanan, yaitu bahan
keadaan baik, segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna
dan rasa, serta sebaiknya berasal dari tempat resmi yang diawasi.
1) Makanan dikemas
d. Belum kadaluwarsa
kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun bahan
berbahaya. Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan
makanan, contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari
pendingin dan bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering dan tidak
berikut :
makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah menjadi makanan
makanan dan dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus dan hewan
lainnya.
dalam memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan harus higienis dan
semua bahan yang siap dimasak harus dicuci dengan air mengalir.
e. Peralatan
angin harus bersih, kuat dan berfungsi dengan baik, tidak menjadi
(kecelakaan).
mulut.
yang akan digunakan dan bahan makanan yang akan diolah sesuai urutan
prioritas.
g. Pengaturan suhu dan waktu perlu diperhatikan karena setiap bahan makanan
agar kuman patogen mati dan tidak boleh terlalu lama agar kandungan zat gizi
kulkas/lemari es.
keadaan panas.
telah diolah dan disimpan dengan cara higienis akan menjadi tercemar kalau cara
4. Wadah harus utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya memadai dengan
5. Isi tidak boleh penuh untuk menghindari terjadi uap makanan yang mencair
(kondensasi).
6. Pengangkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan diatur agar
makanan tetap panas pada suhu 60ºC atau tetap dingin pada suhu 40ºC.
dengan kondisinya. Oleh karena itu mutlak diperlukan suatu metode penyimpanan
1. Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau,
lain.
berlaku:
makanan.
(10°-18°C).
3. Jumlah kandungan logam berat atau residu pestisida, tidak boleh melebihi
firstexpired first out (FEFO) yaitu makanan yang disimpan terlebih dahulu
5. Tempat atau wadah penyimpanan harus terpisah untuk setiap jenis makanan
jadi dan mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna tetapi berventilasi
dingin
Sumber : Depkes RI Permenkes No.1096/MENKES/PER/VI/2011
Makanan yang disajikan adalah makanan yang siap santap. Makanan yang siap
2. Kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi (makanan
3. Pemisah yaitu makanan yang ditempatkan dalam wadah yang sama seperti
dus atau rantang harus dipisah dari setiap jenis makanan agar tidak saling
campur aduk.
4. Panas yaitu makanan yang harus disajikan panas diusahakan tetap dalam
5. Bersih yaitu semua peralatan yang digunakan harus higienis, utuh, tidak
7. Edible part yaitu semua yang disajikan adalah makanan yang dapat
dengan seharusnya yaitu tepat menu, tepat waktu, tepat tata hidang dan
tepat
Personal higiene adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebiasaan berperilaku hidup sehat antara lain seperti kebiasaan mencuci tangan
dengan sabun setelah BAB dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum
2. Perawatan mata
3. Perawatan hidung
4. Perawatan telinga
6. Perawatan genitalia
Wartonah, 2010):
6. Menciptakan keindahan
1. Citra tubuh
fisiknya. Citra tubuh ini sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara
mempertahankan higiene.
2. Praktik sosial
jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan atau air mengalir
kebersihan.
dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo dan alat mandi yang
4. Pengetahuan
5. Kebudayaan
bagaimanapun, hal ini biasa untuk mandi secara penuh hanya sekali dalam
seminggu.
6. Pilihan pribadi
Setiap orang memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk
memilih produk yang berbeda (Misalnya sabun, sampo dan pasta gigi )
7. Kondisi fisik
personal higiene yang kurang, maka dirinya akan dengan mudah terkena
1. Dampak fisik
Bila seseorang tidak memiliki personal higiene yang baik maka seseorang
itu akan mudah terkena virus yang dapat menyebabkan penyakit terhadap
integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
2. Dampak psikososial
stress karena orang lain tidak akan suka bergaul dengan seseorang yang
memiliki personal higiene yang tidak baik karena seseorang itu memiliki
2.7.5 Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun Setelah Buang Air Besar
mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan
sabun dan air. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu tindakan
sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air sabun
sehingga menjadi bersih dan dapat memutuskan mata rantai kuman penyakit.
memindahkan bakteri atau virus patogen dari tubuh, feses atau sumber lain ke
dengan sabun sebagai pembersih serta penggosokkan dan pembilasan dengan air
mikroorganisme.
Mencuci tangan sebelum makan merupakan salah satu cara paling mudah
dan efektif untuk menjaga kesehatan. Tangan bisa menyimpan banyak kuman
seperti salmonella, E. Coli dan virus. Kuman tersebut bisa didapatkan ketika pergi
ke toilet, berjabat tangan dengan orang lain atau bersentuhan dengan sumber
kuman, misalnya sampah atau tinja. Jika tangan yang dipakai untuk makan telah
penyakit. Oleh karena itu sangat penting untuk diketahui dan diingat bahwa
perilaku cuci tangan pakai sabun termasuk perilaku sehat yang sangat efektif
2010).
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air bersih dan sabun oleh
manusia agar menjadi bersih dan juga memutuskan mata rantai kuman. Perilaku
sehat cuci tangan pakai sabun yang merupakan salah satu Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS), saat ini juga telah menjadi perhatian dunia. Hal ini karena
masalah kurangnya praktek perilaku cuci tangan tidak hanya terjadi di negara-
2010).
Cara mencuci tangan yang baik dan benar adalah sebagai berikut
1. Cuci tangan dengan air yang mengalir dan gunakan sabun. Tidak perlu
berbentuk cairan.
kuku.
6. Gunakan tisu atau handuk sebagai penghalang ketika mematikan keran air.
biak di tempat basah juga air yang menggenang, maka apabila menggunakan
sabun batangan sediakan sabun batangan yang berukuran kecil dalam tempat
sabun yang kering. Hindari mencuci tangan di baskom berisi air walaupun telah
bakteri pada sabun yang baru dimasukkan. Apabila tidak tersedia air mengalir,
gunakan ember dengan kran yang dapat dimatikan sementara menyabuni kedua
tangan dan buka kembali untuk membilas atau gunakan ember dan kendi/teko
tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat
Pertumbuhan kuku jari tangan dalam satu minggu rata-rata 0,5 - 1,5 mm, empat
Kuku adalah organ yang berada pada ujung jari sehingga kuku yang paling
banyak melakukan aktivitas. Akibatnya kuku sering cepat kotor dan menyimpan
banyak bibit penyakit yang sangat berbahaya. Anak – anak yang sering bermain
kotor dapat mengakibatkan cacing dan bibit penyakit lainnya bersarang dibawah
kuku, jika tidak cepat dibersihkan maka akan masuk kedalam tubuh dan
namun walaupun begitu harus tetap dilakukan secara teratur. Jaga kebersihan
kuku dari kotoran – kotoran yang bersarang di kuku. Caranya sangat mudah yaitu
dengan cara mencuci tangan setiap selesai bermain, membersihkan kuku – kuku
setiap dua hari sekali, selain itu potong kuku secara teratur minimal seminggu
diare.
2.8 Enterobacter
Enterobacter sp. merupakan salah satu jenis bakteri yang tergolong dalam
batang yang habitat umumnya adalah diusus manusia dan hewan. Enterobacter
sebagainya. Pada keadaan tertentu jika tejadi perubahan pada inang atau bila ada
kesempatan memasuki tubuh yang lain, banyak diantara bakteri ini yang mampu
menimbulkan penyakit. (Irianto, 2006). Habitat umum dari bakteri ini adalah di
usus manusia dan hewan. Beberapa spesies dari Enterobacter yaitu Aerogenes
besar spesies bakteri yang hidup di usus besar manusia dan hewan, tanah, air dan
pencernaan, lambung dan sampai diusus. Diusus hidup dan berkembang biak,
Kingdom : Bakteri
Divisi : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
family : Enterobactericea
Genus : Enterobacter
2.8.2 Morfologi
dari coliform kelompok bakteri, bukan termasuk coliform fecal (coliform tahan
panas) kelompok bakteri, seperti halnya Escherichia coli , karena tidak mampu
tumbuh pada 44,5 ° C dengan adanya garam empedu. Dua spesies dari genus
2.8.3 Ekologi
tanah, air, limbah, saluran usus manusia dan hewan, dan beberapa produk susu
sejenis bakteri dapat ditemukan pada mentimun dan lobak biji serta kacang
2.9 Diare
buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja
dan frekuensinya lebih dari tiga kali dalam satu hari. Diare merupakan penyakit
yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya
(> 3 kali sehari) disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair atau
buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, serta frekuensinya lebih dari
3 kali sehari.
yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair.
a. Diare Akut
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
b. Disentri
Disentri yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri
c. Diare persisten
Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus
gangguan metabolisme.
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga
disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit
lainnya.
a. Infeksi
pencernaan. Agen biologi tersebut dapat dibagi menjadi 3 kelompok antara lain
sebagai berikut:
Campylobacter aeromonas.
b. Mal absorpsi
c. Alergi
suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu membentuk laktosa dan biasanya
d. Keracunan
makanan kaleng.
e. Immunodefisiensi
diare, misalnya pada penderita HIV/AIDS. Diare yang biasa terjadi pada penderita
f. Sebab-sebab lain
Menurut Schwartz (2004), tanda dan gejala diare pada anak antara lain:
a. Gejala umum
1. Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare.
b. Gejala spesifik
1. Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau
amis.
1. Faktor infeksi
2. Faktor Malabsorsi
susu formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau
sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila
bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi
usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul
3. Faktor Makanan
4. Faktor Lingkungan
Dapat terjadi pada lingkungan yang tidak saniter seperti: pasokan air tidak
Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah
diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan
memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja,
misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci
5. Faktor perilaku
sebagai berikut :
kehidupan.
e. Tidak mencuci tangan setelah buang air besar atau sesudah makan dan
menyuapi anak.
cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan,
makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminan mulai
2. Mencuci Tangan
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
3. Menggunakan Jamban
Pengertian pesantren berasal dari kata santri dengan awalan pe-dan akhiran
anberarti tempat tinggal santri. Soegarda Poerbakawatja yang dikutip oleh Haidar
Putra Daulay mengatakan pesantren berasal dari kata santri yaitu seseorang yang
belajar agama Islam sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti tempat
orang berkumpul untuk belajar agama Islam (Sutisna,2010). Menurut kamus besar
bahasa Indonesia pesantren diartikan sebagai asrama tempat santri atau tempat
yang cukup banyak, sehingga kebutuhan makanan yang bersih dan air bersih
secara kualitas dan kuantitas sangat diperlukan sebagai penunjang higiene dan
memerlukan perhatian dari berbagai pihak yang terkait, baik dalam aspek akses
diare dan penyakit kulit masih merupakan masalah kesehatan yang dominan di
pesantren. Pesantren dalam hal ini salah satu institusi khusus dalam melayani dan
membimbing anak-anak harapan bangsa yang juga selayaknya tidak luput dari
pengawasan secara periodik dan berkesinambungan dalam hal higiene dan sanitasi
memenuhi syarat, hal ini dapat diakibatkan karena fasilitas kurang memadai
seperti kurangnya ketersediaan air bersih, air yang tercemar oleh tinja, kekurangan
dan lingkungan yang jelek, serta higiene sanitasi pengelolaan makanan yang tidak
Pesantren tak lagi sesederhana seperti apa yang digambarkan seseorang akan
perkembangan zaman.
salaf memang lebih sering menerapkan model sorogan dan wetonan. Istilah
sorogan berasal dari bahasa jawa yang berarti pengajian, sedangkan Istilah weton
2.12 Permenkes
No.1096/Menkes/PER/VI/2011
Batu dan Pesantren Nurul Falah Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2017.
Labuhan Batu dan Pesantren Nurul Falah Kabupaten Labuhan Batu Selatan.
3.4.1 Populasi
Muhsinin sebanyak 264 dan Pesantren Nurul Falah sebanyak 195 maka total yaitu
sebanyak 459 orang yaitu untuk melihat personal higiene dengan kejadian diare.
49
3.4.2 Sampel
penelitian dan dalam hal ini adalah sebagian dari seluruh santri/santriwati yang
tinggal diasrama Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah.
Besar sampel dari populasi penelitian digunakan rumus Lameshow (1997) adalah
sebagai berikut:
𝑍2. 𝑃 1 − 𝑃 . 𝑁
𝑛=
𝑑2 . 𝑁 − 1 + 𝑍2 . 𝑃 1 − 𝑃
Keterangan :
N: Besar Populasi
3,8416.0,21.459
𝑛=
(0,01.458) + 3,8416.0,21
370
𝑛=
5
𝑛 = 74
Santri/santriwati.
Santri/santriwati.
penelitian (Arikunto, 2011). Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi langsung
tersebut.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi kepustakaan, dan
buang air besar lembek dan cair atau dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya (> 3 kali sehari) dalam satu bulan
terakhir.
dari segala jenis bahaya yang dapat mengganggu kesehatan, mulai dari
hidup manusia.
yang dianjurkan.
jadi.
10. Penyimpanan makanan jadi adalah sebagai cara menjaga kualitas makanan
11. Penyajian makanan adalah suatu proses pengeluaran makanan jadi dengan
kebersihannya.
Permenkes No.1096/Menkes/PER/VI/2011 .
13. Tidak memenuhi syarat kesehatan bila hasil pemeriksaan tidak sesuai
14. Personal higiene adalah cara merawat diri untuk memelihara kesehatan
fisik, seperti mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan
sabun disertai air yang mengalir secara benar setelah buang air besar.
tersebut.
dilakukan pemeriksaan.
1. Kejadian Diare
dikategorikan dengan dua penilaian yaitu “Ya” dan “Tidak”. Sesuai dengan
3. Personal Higiene
benar diberi skor 1, sedangkan jawaban salah diberi skor 0. Jawaban Responden
Baik : Jika hasil jawaban dengan skor >70% atau >5 jawaban benar
Buruk : Jika hasil jawaban dengan skor <70% atau <5 jawaban benar
a. Alat
1. Mikroskop
2. Autoclave
3. Incubator
4. Timbangan
5. Objek glass
7. Gelas takaran
9. Lemari es
12. Pinset
13. Spidol
18. Ose
22. Pisau
b. Bahan
1. Sampel Makanan
a) Sampel makanan berupa sayur dan ikan yang sudah siap disajikan
untuk disantap.
laboratorium.
Plate Count (TPC) dilakukan dengan menanam suspensi bahan uji pada media
selektif EMB untuk kemudian dihitung dengan menggunakan metode counter. Uji
Angka Lempeng Total atau disebut juga TPC (Total Plate Count) menggunakan
media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual
berupa angka dalam koloni (cfu) per ml/g atau koloni/100 ml. Prinsip pengujian
diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada
suhu yang sesuai. Pada pengujian Angka Lempeng Total menggunakan PDF
(Pepton Dilution Fluid) sebagai pengencer sampel dan menggunakan PCA (plate
Count Agar) sebagai media padatnya. Digunakan juga pereaksi khusus Tri Phenyl
a. Bahan
1. Aquadest
2. Endo agar
3. Larutan bouillon
4. Nutrient agar
5. PCA
b. Alat
1. Autoclave
2. Gelas ukur
3. Inkubator
4. Lampu Bunsen
5. Ose Cincin
6. Petridish
7. Pipet
8. Rak Tabung
9. Tabung Glass
c. Cara Kerja
1. Sampel Makanan
a) Sayur dan ikan dalam bentuk satu porsi diambil kira – kira 200 gram
b) Siapkan 24 tabung reaksi steril, susun pada rak tabung. Masing- masing
tabung secara berurutan doberi tanda 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, 10-6 dan
c) Siapkan pula 24 petri dish steril . pada 24 dish diberi tanda pada bagian
seperti pada butir a.satu petri dish lainnya diberi tanda kontrol.
d) Pada tabung ke dua sampai dengan ke enam diisi dengan 9 ml air garam
phosfat.
yang diperoleh pada keenam tabung adalah 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5,10-
6
sesuai dengan kode pengenceran yang telah tercantum sebelumnya.
masing petri dish steril sesuai dengan kode pengenceran yang sama.
terbalik.
k) Kontrol dibuat dari cairan air garam phisiologis atau aquadest atau
dish control dan dituangi plate count agar cair seperti tersebut diatas
sebanyak 15 – 20 ml.
Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk
data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan.
kategori. Data entry yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
dengan menggunakan Uji Bivariat yaitu untuk melihat ada tidaknya hubungan
hipotesis berdasarkan tingkat signifikan (nilai α) sebesar 95%. Jika nilai p > α
(0,05), maka hipotesis penelitian (Ha) ditolak dan jika nilai p < α (0,05), maka
dari pada laki – laki, hal ini dikarenakan jumlah yang memondok lebih banyak
62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
Muhsinin responden lebih banyak yang tidak selalu mencuci tangan dengan sabun
setelah buang air besar yaitu 72,1 %, tidak selalu menggosok tangan, sela-sela jari
dan kuku setelah buang air besar yaitu 62,8 %, tidak selalu mencuci tangan
dengan menggosok tangan, sela-sela jari dan kuku sebelum makan yaitu 74,4 %.
selalu mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar yaitu 56,3 %, tidak
selalu mencuci tangan dengan menggosok tangan, sela-sela jari dan kuku setelah
buang air besar yaitu 62,5 %, tidak selalu mencuci tangan sebelum makan yaitu
53,1 %, tidak selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan yaitu 56,3, dan
tidak selalu mencuci tangan dengan menggosok tangan, sela-sela jari dan kuku
dan Pesantren Nurul Falah sebagian besar yaitu 65,1% dan 62,5% memiliki
Sebulan Terakhir
tidak mengalami kejadian diare dalam sebulan terakhir ini yaitu 69,8% di
Jenis Kelamin N %
Laki – laki 1 33.3
Perempuan 2 66.7
Total 3 100.0
Pesantren yang terdiri dari Pesantren Modern Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul
makanan berdasarkan umur yaitu berumur 49 tahun yaitu satu orang yang bekerja di
Pesantren Nurul Falah, sebanyak 2 orang yaitu yang berusia 50 tahun dan 52 tahun
yang bekerja di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan untuk pendidikan terakhir
Pesantren Nurul Falah seluruhnya tidak memiliki pakaian kerja dan clemek, dan
mencuci tangan tetapi belum memakai sabun pada saat akan mengolah makanan dan
makanan masih kurang memahami pentingnya higiene dan sanitasi dalam mengolah
makanan.
memotong kuku secara rutin sehingga masih memiliki kuku panjang dan kotor.
Penjamah makanan yang perempuan juga masih memakai cincin perhiasan, dan
penjamah makanan laki – laki terkadang masih merokok pada saat mengolah
makanan.
syarat kesehatan untuk semua kriteria pada pemilihan bahan baku makanan.
bahan makanan terdapat system ventilasi yang cukup, jarak bahan makanan
dengan lantai 15 cm, jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm, menyimpan
bahan makanan dengan kulkas sudah sesuai dengan persyaratan jenis makanan,
disimpan selalu disusun dalam rak dan ditempatkan dalam aturan sejenis, kondisi
tempat penyimpanan bebas dari serangga atau tikus. Sedangkan yang telah
bahan makanan basah dengan bahan makanan kering, jarak bahan makanan
dengan langit – langit 5 cm, bahan makanan yang disimpan didahulukan dalam
jadi/masak.
banyak yang belum memenuhi syarat kesehatan yaitu: tidak memiliki pakaian
kerja dan clemek, tidak tersedia wastafel, makan atau mengunyah pada saat
mengolah makanan, tidak menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian
setiap kali hendak menangani makanan, peralatan masak yang digunakan belum
bebas dari kotoran, lantai dapur tidak selalu dalam keadaan bersih, dan jumlah dan
banyak yang belum memenuhi syarat kesehatan yaitu: belum ditempatkan dalam
wadah yang bersih dan tertutup, tempat pengangkutan tersebut tidak memiliki
tutup yang baik dan mudah dibersihkan, wadah yang digunakan masih bertumpuk
– tumpuk, dan jalan yang dilalui dalam pengangkutan makanan tidak terhindar
dari tempat kotor. Sedangkan yang telah memenuhi syarat kesehatan yaitu: setiap
makanan ditempatkan dalam wadah masing – masing, dan sudah tersedia tempat
syarat kesehatan untuk semua kriteria pada Pengolahan makanan dan hanya dua
kriteria yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu tempat penyimpanan tertutup
dengan baik dan terlindung dari pencemaran dan cara penyimpanan makanan
memenuhi syarat kesehatan untuk semua kriteria pada Penyajian makanan dan
hanya satu kriteria yang memenuhi syarat kesehatan yaitu tersedia air yang cukup
Pesantren dapat diketahui sejauh mana penerapan 6 prinisp higiene sanitasi dalam
makanan dan hanya prinsip pengadaan bahan baku makanan yang sudah
di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah yang telah
yang memiliki higiene perorangan yang kurang dan mengalami diare yaitu 64,3%
dibandingkan dengan yang tidak mengalami diare yaitu 35,7 %. Sedangkan yang
dibandingkan dengan yang tidak mengalami diare yaitu 80,0 %. Hasil analisa
statistik dengan menggunakan uji fisher exact diperoleh nilai P=0,048 (P<0,05),
artinya ada hubungan yang bermakna antara higiene perorangana murid dengan
kejadian diare.
yang memiliki higiene perorangan yang kurang dan mengalami diare yaitu 65,0%
dibandingkan dengan yang tidak mengalami diare yaitu 35,0 %. Sedangkan yang
memiliki higiene perorangan baik dan mengalami diare yaitu 0,0 % dibandingkan
dengan yang tidak mengalami diare yaitu 100 %. Hasil analisa statistik dengan
menggunakan uji fisher exact diperoleh nilai P=0,04 (P<0,05), artinya ada
diare.
BAB V
PEMBAHASAN
Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah dengan melihat
hubungan personal higiene dengan kejadian diare dan gambaran higiene sanitasi
sebagai berikut:
Nurul Falah juga pada kategori kurang yaitu sebanyak 20 orang (62,5%).
Nurul Falah terutama dalam hal rendahnya kebiasaan mencuci tangan secara
hygienis dan rendahnya kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah buang air
besar, mereka hanya mencuci tangan mereka setelah buang air besar dengan air
saja karena kadang mereka malas membawa sabun ke toilet dan Pesantren juga
Nurul Falah juga karena rendahnya kebiasaan mencuci tangan sebelum makan,
tersedianya wastafel di asrama serta toilet yang begitu jauh dari asrama dan juga
tangan sebelum makan dan hanya mencuci tangan waktu wudhu sebelum shalat
beranggapan sudah mencuci tangan pas waktu wudhu, dan santri/santriwati masih
berperilaku hidup sehat antara lain kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
setelah buang air besar, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
Nurul Falah yang selalu memotong kuku jika terlihat agak panjang atau minimal
seminggu sekali ada 88,4%. Hanya saja ada beberapa dari mereka yang meranjak
disadari oleh sebagian orang karena tidak secara langsung terlihat sebagai
penyebab penyakit, padahal melalui kuku yang kotor dan panjang kuman masuk
ketika makan. Kuku yang panjang dan tidak terawat menjadi tempat melekatnya
dan menggunting serta mengembalikan batas – batas kulit di tepi kuku ke keadaan
normal. Dibawah kuki jari tangan maupun kaki terdapat banyak bakteri yang
sebulan terakhir sebanyak 43,8%. Murid yang terkena diare dapat disebabkan
karena higiene perorangan yang kurang baik, pencemaran mikroba pada makanan
mengolah makanan, semakin tua umur seseorang maka akan cepat merasa lelah
Tingkat pendidikan formal dari kedua pesantren ini kurang baik, karena
Pesantren Nurul Falah seluruhnya tidak memiliki pakaian kerja dan clemek yang
dapat mengotori pakaiannya. Pakaian yang kotor dapat menjadi tempat bersarangnya
memakai celemek dan tutup kepala saat menangani makanan, karena makanan dapat
tercemar oleh bakteri yang ada di pakaian penjamah, untuk itu diharuskan memakai
memotong kuku secara rutin sehingga masih memiliki kuku panjang dan kotor.
Dibawah kuku jari tangan yang kotor terdapat banyak bakteri yang dapat menjadi
infeksi ataupun sumber penyakit (Maryunan, 2015). Maka dari itu penjamah makanan
haruslah menjaga kebersihan kuku agar tidak mencemari makanan yang diolah.
perhiasan. Perhiasan yang dipakai ini akan menjadi sarang kotoran akibat debu,
keringat dan sebagainya. Tangan dilengkapi dengan perhiasan akan sulit dicuci
sampai bersih karena lekukan perhiasan dan permukaan kulit disekitar perhiasan
tidak akan dapat bersih dengan sempurna. Menurut Depkes RI (2004) Perhiasan
yang hanya bisa dipakai adalah sebatas perhiasan tidak terukir, seperti cincin
kawin polos.
mereka sedang sakit, dan pihak Pesantren juga tidak pernah melakukan pemeriksaan
para penjamah makanan yang bekerja di Pesantren Modren Darul Muhsinin dan
Pengadaan bahan makanan adalah semua bahan baik terolah maupun tidak
antara lain zat-zat kimia yang bersifat racun, bakteri-bekteri pathogen dan bibit
pemerintah.
kualitas bahan makanan dalam tempat penyimpanan agar tidak mudah membusuk
dan siap diolah. Meletakkan bahan makanan menurut jenisnya dan aturan sanitasi
masuk serangga atau tikus ke dalam gudang, seperti pada ventilasi tidak dipasang
kawat kassa atau teralis, dan adanya ditemukan barang-barang yang tidak berguna
dalam gudang bahan makanan seperti kardus yang tidak berguna dll, dan juga dari
dinding gudang penyimpanan makanan masih ada celah yang dapat dilalui tikus
atau tikus yang dapat merusak dan mencemari bahan makanan yang disimpan
dalam gudang. Oleh karena itu, lebih baik barang-barang yang tidak dapat
digunakan dibuang saja atau disusun rapi untuk mencegah gudang tempat
jamur, bakteri, virus, parasit serta bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan
makanan diatas tempat tidur yang sudah tidak terpakai lagi yang berada di dapur
umum, bahan makanan yang disimpan seperti bahan – bahan bumbu – bumbu
masak, sayur, ikan asin, ikan teri, telur, dan beras, dll. Sedangkan ikan dan ayam
mereka tida menyimpan stok karena kalau mereka mau memasak ikan atau ayam
mereka biasanya membeli dari penjual ikan pada pagi hari dan mereka langsung
memasaknya pada siang hari dan mereka juga tidak menyimpan bahan makanan
di freezer karena freezer tidak disediakan oleh pihak Pesantren. Bahan makanaan
yang dibeli sebagian disimpan dan sebagian lagi digunakan untuk diolah. Jarak
bahan makanan dengan lantai tidak memenuhi syarat, karena ada bahan makanan
yang diletakkan diatas lantai dan dilapisi dengan karton saja. Jarak ke dinding
juga tidak memenuhi syarat, karena bahan makanan menyentuh dinding gudang.
bahan makanan tidak memenuhi syarat, bahan makanan yang dibeli sebagian
disimpan dan sebagian lagi digunakan untuk diolah. Karena mereka tidak
dalam baskom plastik, toples, keranjang plastik dan tampi terbuka dan bahkan ada
yang diletakkan dilantai saja, dan mereka juga tidak menyimpan bahan makanan
di freezer karena freezer tidak disediakan oleh pihak pesantren. Freezer sangat
penyimpanan lain seperti lemari makan atau laci – laci penyimpanan makanan.
freezer tidak mengubah penampilan,citarasa dan tidak pula merusak nutrisi bahan
Jarak bahan makanan dengan lantai tidak memenuhi syarat, karena ada
bahan makanan yang diletakkan diatas lantai. Jarak ke dinding juga masih belum
memenuhi syarat, karena bahan makanan masih dekat dengan dinding rumah
makanan yaitu dalam suhu yang sesuai, ketebalan bahan padat tidak lebih dari 10
cm, disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak sehingga tidak
gudang cara penyimpanannya tidak menempel pada dinding, lantai, dan langit-
langit.
menjadi makanan jadi/masak atau siap santap, dengan memperhatikan kaidah cara
Faalah seluruh penjamah makanan tidak mempunyai pakaian kerja yang berupa
celemek, dan ini tidak sesuai dengan Permenkes No.1096 tahun 2011. Celemek
digunakan untuk mencegah agak pakaian tidak kotor dan kotoran yang menempel
pakaian biasa yang digunakan sehari-hari, dan bila memenuhi syarat dapat
selayaknya dipilih model yang dapat melindungi tubuh pada waktu memasak, mudah
dicuci, berwarna terang/putih, terbuat dari bahan yang kuat, dapat menyerap keringat,
tidak panas, dan ukurannya tidak begitu ketat sehingga dpat mengganggu pada waktu
bekerja.
khusus untuk mengambil makanan, penutup kepala berupa jilbab, dan pada saat
bekerja mereka tidak menggunakan sepatu dapur tapi hanya memakai sandal, dan
berupa penjepit makanan atau alat bantu lainnya, dan apabila tidak memenuhi
Peralatan masak yang digunakan penjamah sudah memenuhi syarat karena terbuat
dari bahan besi kayu dan stainless steel yang mudah dibersihkan dan tidak
memakai sabun setelah memegang kotoran seperti sampah dan sebelum mengolah
memahami pentingnya higiene dan sanitasi dalam mengolah makanan, akan tetapi
penjamah makanan tidak ada yang memelihara kuku panjang, tidak merokok saaat
perempuan sehingga mereka tidak merokok dan 1 orang laki – laki menyediakan
tetapi belum menggunakan peralatan dengan benar, karena peralatan yang mereka
gunakan masih terdapat debu dan abu yang berasal dari kayu bakar. Mereka tidak
persyaratan kesehatan. Yang terjadi bila tidak memenuhi syarat kesehatan adalah
Pesantren Modren Darul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah belum memenuhi
karena masih ada beberapa hal dari persyaratan pengolahan makanan yang belum
terpenuhi.
makanan dapat terjadi apabila cara pengangkutannya kurang tepat dan alat
tempat penyimpanan agar bahan makanan atau makanan tidak tercemar oleh
kontaminasi dan tidak rusak. Pengangkutan tersebut dilakukan baik dari sumber
ke tempat penyimpanan agar bahan makanan atau makanan tidak tercemar oleh
sebelum digunakan. Wadah yang digunakan tidak tertutup, anti bocor, anti karat,
Pesantren Modren Darul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah belum memenuhi
karena masih ada beberapa hal dari persyaratan pengolahan makanan yang belum
terpenuhi.
bakteri ditentukan oleh jenis makanan yang sesuai atau jenis makanan yang cocok
pembusukan.
meja dengan wadah yang bersih. Pada Pesantren Modren Daarul Muhsinin
penyimpanan makanan jadi diletakkan diatas meja dengan wadah yang bersih
tetapi makanan tersebut tidak ditutup sehingga banyak terdapat lalat yang hinggap
penyimpanan khusus makanan jadi/masak dengan wadah yang bersih dan tetapi
tidak tertutup. Hal tersebut tidak baik bagi kebersihan makanan jika dibiarkan
terbuka maka makanan tersebut tidak terjamin lagi kualitasnya karena pencemar
telah dengan leluasa mengotori seperti lalat untuk hinggap pada makanan.
timbul gejala sakit yaitu sakit pada bagian perut serta lemas. Penyakit – penyakit
yang ditularkan oleh lalat antara lain disentri, kolera, tifus, diare dan lainnya yang
hangat makanan langsung diangkat ke ruang makan untuk disajikan pada para
makanan jadi yaitu terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga, tikus
dan hewan lainnya serta makanan yang cepat busuk atau basi disimpan dalam
Dalam hal ini kedua Pesantren belum memenuhi syarat keesehatan sesuai
Makanan yang disajikan adalah makanan yang siap santap, makanan yang siap
menggunakan mangkuk kecil yang sudah disediakan nasi dengan lauk pauknya
dan disajikan diatas meja dalam keadaan terbuka dimana dalam keadaan seperti
ini dapat menjadi sumber penularan penyakit karena dari makanan terbuka itu
akan menyebabkan banyaknya lalat yang hinggap yang dapat menjadi sumber
pencemaran oleh mikroba. Apabila lalat hinggap di sampah dan/atau tinja kemudian
makan para santri dan santriwati, karena mereka menggunakan sistem antrian
mendapatkan makanan. Hal ini memungkinkan makanan dapat tercemar dari debu
ataupun lalat yang hinggap ke makanan, karena makanan yang disajikan terbuka,
makanan yang tidak ditutup akan dapat terkontaminasi dengan udara luar dari
makanan setengah jam lebih cepat dari jadwal makan para santri dan santriwati,
meletakkan makanan mereka pada masing – masing piring yang dibawa oleh
yang besar seperti wadah nasi, wadah sayur, dan wadah ikan juga terbuka.
maka kebersihan orang yang menyajikan pun harus diperhatikan dengan baik.
tidak lebih dari 60ºC, agar meningkatkan selera dan mencegah pertumbuhan
bakteri. Dalam hal ini Pesantren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah
belum memenuhi syarat, karena mereka menyajikan makanan setengah jam lebih
awal dari jam makan. Sehingga makanan yang disajikan bagi para santri masih
Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah belum memenuhi syarat
masih ada beberapa hal dari persyaratan penyajian makanan yang belum
terpenuhi.
Payakumbuh Barat Tahun 2017 secara umum tidak memenuhi syarat kesehatan
mulai dari tahap penyimpanan bahan makanan hingga penyajian makanan yang
Pada prinsip I higiene sanitasi makanan yaitu pemilihan bahan baku pada
kedua Pesantren telah memenuhi syarat kesehatan. Untuk membuat suatu produk
makanan ada tahap demi tahap yang harus dilalui. Setiap tahap yang dilakukan
dan penyajian. Oleh karena itu, pencegahan keracunan harus dimulai dari bahan
Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah belum memenuhi standar kesehatan.
Hal ini dapat dilihat dari hasil laboratorium 6 sampel makanan (nasi, ikan teri
sambal, sayur sawi, tahu goreng, sambal cabe dan nasi) bahwa seluruh sampel
kelompok gram negative berbentuk batang yang habitat umumnya adalah di usus
Salmonella, Shigella, Proteus, dan sebagainya. Pada keadaan tertentu jika terjadi
perubahan pada inang atau bila kesempatan memasuki tubuh yang lain, banyak
Pneumoniae. Hal ini dapat disebabkan oleh perilaku penjamah makanan yang
pengolahan makanan yang tidak bersih dan berisiko tercemar debu dari asap kayu
bakar yang digunakan saat memasak, ditambah lagi makanan yang disajikan tidak
Nurul Falah
kurang lebih banyak mengalami diare. Dapat dilihat dari rendahnya kebiasaan
tubuh. Tangan merupakan anggota tubuh yang menyentuh segala benda atau
obyek dalam aktivitas sehari-hari. Benda atau obyek yang disentuh tangan belum
tentu semuanya bersih sempurna. Terdapat kuman dan bakteri penyebab penyakit
diare pada benda atau obyek tersebut. Apabila tangan yang menyentuh obyek atau
benda yang terdapat kuman penyebab diare kemudian tidak mencuci tangan
sebelum makan maka orang tersebut berpotensi terkena penyakit diare. Kuman
dan bakteri penyebab diare dapat hilang dan dimusnahkan dengan mencuci tangan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara personal hygiene dengan kejadian
diare pada anak sekolah dasar di SDN 101769 Percut Sei Tuan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
semuanya positif.
6.2 Saran
yang disajikan.
BPOM RI, 2003. Pedoman Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri
Rumah Tangga (CPPB-IRT). Jakarta
Depkes RI, 2001. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1216/
Menkes/SK/XI/2001 tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare.
Jakarta
100
Depkes RI, 2006. Pedoman Tatalaksana Diare. Jakarta: Direktorat Jendral PPM
dan PL
Depkes RI, 2007. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Berbagai
Tatanan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah. Jakarta: Pusat
Promosi Kesehatan
Depkes RI, 2011. Kejadian Diare di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral PPM
dan PL
Depkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan
101
Rejeki, Sri. 2015. Sanitasi, Hygiene, dan Kesehatan & Keselamatan kerja
(K3). Penerbit Rekayasa Sains. Bandung
102
Sarah Safira, 2015. Hubungan Kepadatan Lalat, Personal Hygiene Dan Sanitasi
Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Lingkungan I Kelurahan
Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Skripsi,
Fakultas kesehatan masyarakat USU. Medan.
Suharyono, 2012. Diare Akut: Klinik dan Laboratorik. Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta
Widjaja, 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan
Pustaka
Widyati, R.dan Yuliahsih, 2002. Higiene dan Sanitasi Umum dan Perhotelan.
PT Gramedia Widiarsana Indonesia, Jakarta.
103
LEMBAR OBSERVASI
HIGIENE DAN SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DI PESANTREN
MODERN DARUL MUHSININ DAN PESANTREN NURUL FALAH
TAHUN 2016
4. Memperhatikan masa
kadaluarsa makanan.
104
105
Pengangkutan Makanan
1. Setiap makanan mempunyai
wadah masing-masing.
106
107
108
A. Data Responden
Nama Responden :
Jenis Kelamin :
Umur :
B. Kejadian Diare
1. Apakah saudara/saudari pernah terkena diare dalam satu bulan terakhir?
a. Ya
b. Tidak
C. Personal Hygiene
1. Apakah saudara/saudari mencuci tangan setelah buang air besar?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah saudara/saudari mencuci tangan dangan sabun setelah buang air
besar?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah saudara/saudari mencuci tangan dengan menggosok tangan, sela-
sela jari dan kuku setelah buang air besar?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah saudara/saudari mencuci tangan sebelum makan ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah saudara/saudari mencuci tangan menggunakan sabun sebelum
makan?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah saudara/saudari mencuci tangan dengan menggosok tangan, sela-
sela jari dan kuku sebelum makan?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah saudara/saudari memotong kuku secara teratur dan bersih?
a. Ya
b. Tidak
109
110
111
JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kejadian Diare
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
112
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
113
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstabs
Kejadian Diare
ya tidak Total
Total Count 13 30 43
114
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 43
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,53.
JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
115
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
116
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kejadian diare
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
117
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kejadian diare
ya tidak Total
Total Count 14 18 32
118
N of Valid Cases 32
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,25.
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129