Anda di halaman 1dari 147

HUBUNGAN PERSONAL HIGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

SANTRI/SANTRIWATI DAN GAMBARAN HIGIENE SANITASI


PENGELOLAAN MAKANAN SERTA ENTEROBACTER
DI PESANTREN MODREN DAARUL MUHSININ
KABUPATEN LABUHAN BATU DAN
PESANTREN NURUL FALAH
KABUPATEN LABUHAN
BATU SELATAN
TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH

INA YUSANTI RAMBE


NIM: 131000028

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HUBUNGAN PERSONAL HIGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA
SANTRI/SANTRIWATI DAN GAMBARAN HIGIENE SANITASI
PENGELOLAAN MAKANAN SERTA ENTEROBACTER
DI PESANTREN MODREN DAARUL MUHSININ
KABUPATEN LABUHAN BATU DAN
PESANTREN NURUL FALAH
KABUPATEN LABUHAN
BATU SELATAN
TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

INA YUSANTI RAMBE


NIM: 131000028

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN

PERSONAL HIGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

SANTRI/SANTRIWATI DAN GAMBARAN HIGIENE SANITASI

PENGELOLAAN MAKANAN SERTA ENTEROBACTER DI PESANTREN

MODREN DAARUL MUHSININ KABUPATEN LABUHAN BATU DAN

PESANTREN NURUL FALAH KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN

TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan

saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini

saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya

ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini

Medan, Juli 2017

INA YUSANTI RAMBE

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Masalah global di berbagai negara terutama negara berkembang seperti
Indonesia, sebagai penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak
adalah diare. Kejadian diare di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren
Nurul Falah tercatat adanya 26 orang yang terkena diare pada periode Februari
2017- Maret 2017 pada umur anak sekolah dengan frekuensi kejadian yang tetap
ada di setiap bulannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
higiene perorangan dengan kejadian diare pada santri/santriwati dan higiene
sanitasi pengelolaan makanan serta keberadaan enterobacter pada makanan masak
yang disajikan di Pesantren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah.
Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan
cross-sectional yang didapat dengan wawancara langsung menggunakan
kuesioner. Sampel diambil dari 43 santri/santriwati di Pesantren Modren Daarul
Muhsinin dan 32 santri/santriwati di Pesantren Nurul Falah, 3 orang pengolah
makanan di pesantren, dan 6 sampel makanan masak yang diambil dari Pesantren.
Hasil analisis univariat ini akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
higiene perorangan dengan kejadian diare pada santri/santriwati di Pesantren
Modren Daarul Muhsinin dengan hasil uji fisher exactdiperoleh p = 0,048
(p<0,05), dan di Pesantren Nurul Falah dengan hasil uji chi square diperoleh p =
0,02 (p<0,05). Santri/santriwati yang memiliki higiene perorangan kurang lebih
banyak mengalami diare. Higiene sanitasi pengelolaan makanan di Pesantren
Modren Daarul Muhsinin dan di Pesantren Nurul Falah tidak ada yang memenuhi
persyaratan yang diatur dalam Permenkes No.1096/Menkes/PER/VI/2011 tentang
Pedoman Persyaratan Hygiene dan Sanitasi Jasa Boga. Keberadaan enterobacter
pada 6 sampel makanan masak yang disajikan dipesantren seluruhnya terdapat
enterobacter.
Disarankan agar yayasan Pesantren agar meminta promosi kesehatan oleh
Puskesmas tentang kebersihan diri untuk santri/santriwati, Membuat leaflet
kesehatan tentang personal higiene di ruang kelas dan di ruang dapur umum, Para
penjamah makanan sebaiknya lebih memperhatikan kebersihan diri sewaktu ingin
menjamah makanan seperti mencuci tangan sebelum mengolah makanan dan
menyesuaikan waktu memasak sebelum santri/santriwati makan agar makanan
yang disajikan tidak terlalu lama terbuka yang dapat mengakibatkan tumbuhnya
enterobacter pada makanan yang disajikan, dan perlu dilakukan pemeriksaan
kesehatan bagi para penjamah makanan oleh bidan yang ada di POSKESTREN
agar tidak terjadi penularan penyakit oleh penjamah makanan.

Kata Kunci : Higiene Perorangan, Pengelolaan Makanan, Enterobacter,


Diare

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT
Global problem in many countries, especially developing countries such
as Indonesia, as the main cause of morbidity and mortality of children is
diarrhea. The cases of diarrhea at Darul Muhsinin Islamic Boarding School and
Nurul Falah Islamic Boarding School. District of the 26 person recorded during
the period February 2017- March 2017 at the age of school children with a fixed
frequency of occurrence in each month.
This study aims to analyze the relationship of personal hygiene with the
incidence of diarrhea at student, hygiene and sanitation management of food at
Darul Muhsinin Islamic Boarding School and Nurul Falah Islamic Boarding
School. This reisearch is analytic survey with cross-sectional obtained by
directinterview using a questionnaire. Samples were taken from 43 students at
Darul Muhsinin Islamic Boarding School and 32 children at Nurul Falah Islamic
Boarding School, 3 food handler, and 6 samples of food from Darul Muhsinin
Islamic Boarding School and Nurul Falah Islamic Boarding School.
The results of the univariate analysis will be presented in a frequency
distribution table. The results found a significant relationship between personal
hygiene with diarrhea occurrence at Students in Darul Muhsinin Islamic
Boarding School with the results obtained fisher exact test p =0.048 (p<0.05 )
and at Nurul Falah Islamic Boarding School p= 0.02 (p <0.05). Pupils having
bad personal hygiene have diarrhea, The result found that the management of
food hygiene and sanitation as a whole at Daarul Muhsinin Islamic Boarding
School and Nurul Falah Islamic Boarding School were not comply with Ministry
of Health Decree of Indonesia Number 1096/Menkes/PER/VI/2011, and 6 sample
of food all of food positif enterobacter.
It is recommended that institution of Daarul Muhsinin Islamic Boarding
School and Nurul Falah Islamic Boarding School asking for health promotion by
Puskesmas about personal hygiene, making helath leaflet about personal higiene
in classroom and in kitchen, food handlers more is attention of personal hygiene
like cleaning hand before process food and accomodate time of cook before
students eat so that food is not too long open that can lead to the growth of
enterobacter in the food presented, and require to be inspection of health to all
food handler by health officer in POSKESTREN for not to happened infection of
disease from food handler.

Keywords: Personal Hygiene, Management of food, Enterobacter, Diarrhea

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas

segala rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Diare pada

Santri/santriwati dan Gambaran Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan

serta Enterobacter di Pesantren Modren Daarul Muhsinin Kabupaten

Labuhan Batu dan Pesantren Nurul Falah Kabupaten Labuhan Batu Selatan

Tahun 2017. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr.dr. Taufik Ashar, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

4. Dra. Nurmaini, MKM. Ph.D selaku dosen pembimbing I yang telah

meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan masukan dalam

penyempurnaan skripsi ini.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan masukan dalam

penyempurnaan skripsi ini.

6. dr. Surya Dharma, MPH selaku penguji I dan Ir. Indra Cahaya S, MSi selaku

penguji II yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam penyempurnaan

skripsi ini. Safrina Hayati Hasibuan,

7. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU terutama Departemen Kesehatan

Lingkungan (Kak Dian) yang telah banyak membantu saya, saya

mengucapkan terimakasih setinggi-tingginya.

8. Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah yang telah

membantu saya selama melaksanakan penelitian.

9. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Sahrul Rambe dan Ibunda Jeddah

Sitompul, Kedua adikku tersayang Fitrah Husein Rambe dan Sarah

Rahmadani Rambe, Oppung dan nenek tersayang dan seluruh keluarga yang

selalu memberi doa, dukungan, dan mendidik dengan kasih sayang dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat tersayang Eva Elisna Tanjung, Nurholijah Nasution, Ayu Handayani,

Safrina Hayati Hasibuan, Isna Rahmadani Hasibuan, Risya Sepria Al farah,

Fahmaliza, Yunita Sari Rambe, Sri Masitoh Hasibuan, Nurul Mawaddah, Tri

Fitrah Bukit, Siti Nurjannah, Hanny Sabrina, Rizky Nanda, Sri Wahyuni,

Nike Ritonga, dan Ade Fadilah Rambe yang telah memberikan saran,

perhatian, dukungan dan kasih sayang.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11. Kak Prima Indah Kurnia SKM, kak Mariana Siregar SKM, kak mel S.Kep,

kak Nurmaida SKM dan semua senior FKM USU yang selalu

menyumbangkan ide-ide indah, semangat, motivasi dan dukungan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman kelompok 17 PBL FKM USU 2016 di Desa Deli Muda Hilir

Kecamatan Perbaungan (Ruth, Eka, Isna, Nadira, Ira, dan Ari), dan teman-

teman kelompok LKP FKM USU 2016 (Lamtiar, Alfin, kak Delima, kak Eva,

Kak Kesia dan yanti) di BLH PROVSU yang selalu memberikan dukungan

dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Seluruh teman-teman stambuk 2013 FKM USU, dan khususnya Departemen

Kesehatan Lingkungan yang telah berjuang bersama-sama selama masa

perkuliahan serta semua pihak yang telah berperan dalam membantu saya

menyelesaikan skripsi ini.

Saya menyadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena

itu, saya mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Akhir

kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-NYA kepada kita

semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2017

Ina Yusanti Rambe

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................... i


HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................. 7
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10


2.1 PengertianHigiene dan Sanitasi Makanan .............................. 10
2.1.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi ................................ 10
2.1.2 Pengertian Sanitasi Makanan .................................... 11
2.1.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Sanitasi Makanan . 12
2.2 Pengeretian Makanan ............................................................. 13
2.3 Peranan Makanan Sebagai Media Penularan Penyakit .......... 14
2.4 Penyakit Melalui Makanan ..................................................... 15
2.5 Patogenesis atau Kejadian Penyakit ....................................... 18
2.5.1 Teori Simpul Kejadian Penyakit ............................... 18
2.6 Enam Prinsip Higiene dan Sanitasi Makanan ........................ 21
2.6.1 Pengadaan Bahan Makanan ........................................ 21
2.6.2 Penyimpanan Bahan Makanan ................................... 22
2.6.3 Pengolahan Makanan .................................................. 24
2.6.4 Pengangkutan Makanan .............................................. 27
2.6.5 Penyimpanan Makanan Jadi/Masak ........................... 28
2.6.6 Penyajian Makanan..................................................... 29
2.7 Personal Higiene ..................................................................... 30
2.7.1 Macam – Macam Personal Higiene ............................ 31
2.7.2 Tujuan Perawatan Personal Higiene ........................... 32
2.7.3 Faktor yang Mempengaruhi Personal Higiene ........... 32
2.7.4 Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal
Higiene........................................................................ 34
2.7.5 Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun Setelah
Buang Air Besar ......................................................... 35
2.7.6 Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun Sebelum

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Makan ......................................................................... 35
2.7.3 Menjaga Kebersihan Kuku Jari Tangan ..................... 37
2.8 Enterobacter ........................................................................... 38
2.8.1 Klasifikasi Enterobacter.............................................. 38
2.8.2 Morfologi .................................................................... 39
2.8.3 Ekologi........................................................................ 39
2.9 Diare .................................................................................... 40
2.9.1 Defenisi Diare ............................................................. 40
2.9.2 Jenis Diare .................................................................. 40
2.9.3 Etiologi Diare ............................................................. 41
2.9.4 Tanda dan Gejala Diare .............................................. 42
2.9.5 Faktor – Faktor Penyebab Diare ................................. 43
2.9.6 Pencegahan Diare ....................................................... 45
2.10 Pengertian Pesantren .............................................................. 46
2.10.1 Jenis Pesantren........................................................... 48
2.10.2 Pondok Pesantren Salaf (Tradisional) ...................... 48
2.10.3 Pesantren Khalaf (Modren) ...................................... 48
2.11 Kerangka Konsep ................................................................... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 50


3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian............................................... 50
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 50
3.2.1 Lokasi Penelitian ......................................................... 50
3.2.2 Waktu Penelitian.......................................................... 50
3.3 Objek Penelitian ..................................................................... 50
3.4 Populasi dan Sampel................................................................ 51
3.4.1 Populasi ...................................................................... 51
3.4.2 Sampel ........................................................................ 51
3.5 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 52
3.5.1 Data Primer .................................................................. 52
3.5.2 Data Sekunder.............................................................. 53
3.6 Defenisi Operasional ............................................................... 53
3.7 Metode Pengukuran ................................................................. 56
3.8 Pemeriksaan Enterobacter ....................................................... 57
3.8.1 Peralatan dan Bahan .................................................... 57
3.8.2 Tekhnik Pengambilan Sampel ..................................... 58
3.8.2 Cara Kerja Pemeriksaan Entero Bakteri ...................... 59
3.9 Tekhnik Analisa Data .............................................................. 62

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 63


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 63
4.2 Karakteristik Responden Santri/santriwati .............................. 63
4.3 Gambaran Higiene Perorangan Santri/santriwati .................... 64
4.4 Higiene Perorangan Santri/santriwati ...................................... 66
4.5 Kejadian Diare pada Santri/santriwati ..................................... 66

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.6 Karakteristik Penjamah Makanan........................................... 67
4.7 Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan berdasarkan 6 Prinsip
di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren
Nurul Falah .............................................................................. 67
4.7.1 Pengadaan Bahan Makanan......................................... 67
4.7.2 Penyimpanan Bahan Makanan ................................... 68
4.7.3 Pengolahan Makanan.................................................. 69
4.7.4 Pengangkutan Makanan.............................................. 71
4.7.5 Penyimpanan Makanan Masak ................................... 74
4.7.6 Penyajian Makanan .................................................... 76
4.8 Gambaran Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanandi Pesantren
Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah ............. 77
4.9 Keberadaan Enterobacter pada Makanan Masak yang Disajikan
Di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren
Nurul Falah .............................................................................. 78
4.10 Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Diare pada
Santri/santriwatidi Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan
Pesantren Nurul Falah ............................................................. 79

BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 81


5.1 Higiene Perorangan Santri/santriwati di Pesantren Modren
Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah ......................... 81
5.2 Kejadian Diare pada Santri/santriwati ..................................... 82
5.3 Karakteristik Penjamah Makanan........................................... 83
5.4 Prinsip Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan ...................... 84
5.4.1 Pengadaan Bahan Makanan........................................ 84
5.4.2 Penyimpanan Bahan Makanan ................................... 85
5.4.3 Pengolahan Makanan.................................................. 88
5.4.4 Pengangkutan Makanan.............................................. 90
5.4.5 Penyimpanan Makanan Masak ................................... 91
5.4.6 Penyajian Makanan .................................................... 93
5.5 Gambaran Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan di Pesantren
Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah ............. 95
5.6 Keberadaan Enterobacter pada Makanan Masak yang Disajikan
Di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren
Nurul Falah .............................................................................. 96
5.7 Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Diare pada
Santri/santriwatidi Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan
Pesantren Nurul Falah ............................................................. 97
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 98
6.1 Kesimpulan .............................................................................. 98
5.2 Saran ........................................................................................ 99

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Lama Penyimpanan Makanan Jadi Atau Masak ......................... 27
Tabel 2.2 Penyakit Bawaan Makanan ........................................................ 33
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Pesantren
Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah ................ 63
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Higiene Perorangan di
Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah 64
Tabel 4.3 Higiene Perorangan Santri/santriwati di Pesantren Modren
Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah .............................. 66
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Diare dalam
Sebulan Terakhir di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan
Pesantren Nurul Falah ................................................................ 66
Tabel 4.5 Distribusi Penjamah Makanan Berdasarkan Jenis Kelamin di
Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah 67
Tabel 4.6 Hasil Obseravsi Peneliti Terhadap 2 Pesantren Berdasarkan
pengadaan bahan makanan .......................................................... 67
Tabel 4.7 Hasil Obseravsi Peneliti Terhadap 2 Pesantren Berdasarkan
Penyimpanan Bahan Makanan .................................................... 68
Tabel 4.8 Hasil Obseravsi Peneliti Terhadap 2 Pesantren Berdasarkan
Pengolahan Makanan ................................................................. 69
Tabel 4.9 Hasil Obseravsi Peneliti Terhadap 2 Pesantren Berdasarkan
Pengangkutan Makanan .............................................................. 70
Tabel 4.10 Hasil Obseravsi Peneliti Terhadap 2 Pesantren Berdasarkan
Penyimpanan Makanan Masak.................................................... 71
Tabel 4.11 Hasil Obseravsi Peneliti Terhadap 2 Pesantren Berdasarkan
Penyajian Makanan Masak ......................................................... 73
Tabel 4.12 Hasil Observasi Penerapan Prinsip Higiene Sanitasi Pengelolan
Makanan ..................................................................................... 73
Tabel 4.13 Hasil Pemeriksaan Enterobacter pada Makanan Masak
Di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren
Nurul Falah .................................................................................. 74
Tabel 4.14 Analisis Higiene Perorangan Dengan Kejadian Diare pada
Santri/santriwati di Pesantren Modren Daarul Muhsinin ............ 74
Tabel 4.15 Analisis Higiene Perorangan Dengan Kejadian Diare pada
Santri/santriwati di Pesantren Nurul Falah.................................. 75

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Kerangka Konsep Penelitian ....................................................... 49

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Observasi


Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
Lampiran 3. Master Data
Lampiran 4. Print Out SPSS
Lampiran 5 . Hasil Pemeriksaan Enterobacter
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 7. Surat Keterangan Selesei Penelitian Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran USU

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ina Yusanti Rambe

Tempat Lahir : Simatorkis

Tanggal Lahir : 10 Juli 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku Bangsa : Batak Mandailing

Nama Ayah : Sahrul Rambe

Suku Bangsa Ayah : Batak Mandailing

Nama Ibu : Jeddah Sitompul

Suku Bangsa Ibu : Batak Mandailing

Riwayat Pendidikan Formal :

1. SD Islam Al - Ismailiyah : 2001 s/d 2007

2. SMP Islam Al - Ismailiyah : 2007 s/d 2010

3. MAS Daarul Muhsinin : 2010 s/d 2013

4. Universitas Sumatera Utara : 2013 s/d 2017

Fakultas Kesehatan Masyarakat

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang

Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di

seluruh daerah geografis di dunia. Masalah diare di Indonesia sering terjadi dalam

bentuk KLB (Kejadian Luar Biasa). KLB diare sering terjadi terutama didaerah

yang pengendalian faktor resikonya masih rendah. Cakupan perilaku hygiene dan

sanitasi yang rendah sering menjadi faktor resiko terjadinya KLB diare

(Kepmenkes RI 2011).

Jumlah penderita KLB diare tahun 2013 di Indonesia menurun secara

signifikan dibandingkan tahun 2012 dari 1.654 kasus menjadi 646 kasus pada

tahun 2013. KLB diare pada tahun 2013 terjadi di 6 provinsi dengan penderita

terbanyak terjadi di Jawa Tengah yang mencapai 294 kasus. Sedangkan angka

kematian (CFR) akibat KLB diare tertinggi terjadi di Sumatera Utara yaitu

sebesar 11,76%. CFR diare yang terjadi di Sumatera Utara Tahun 2013

mengalami kenaikan dibandingkan Tahun 2012, yaitu dari 1,22% menjadi 11,76%

(Profil Kesehatan Indonesia, 2013).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2013),

jumlah kasus diare yang tercatat ada sebanyak 285.183 kasus, yang ditemukan

dan ditangani sebanyak 223.895 kasus (78,5%), sehingga angka kesakitan (IR)

diare per 1.000 penduduk mencapai 16,80. Capaian ini mengalami kenaikan dari

tahun 2012 yaitu 16,36/1.000 penduduk. Namun, capaian ini mengalami

penurunan dibandingkan tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%.

Pencapaian IR ini jauh di bawah target program yaitu 214 per 1.000 penduduk.

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

Rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya kejadian penyakit

diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak

terdata.

Berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2013),

jumlah kasus diare yang tercatat dari 33 Kabupaten/Kota yang ada, penemuan dan

penanganan kasus diare tertinggi di 3 (tiga) Kabupaten yang melebihi perkiraan

kasus yaitu Padang Lawas (224%), Labuhan Batu Selatan (204,3), dan Samosir

(118,33%). Berdasarkan data RISKESDAS (2013), Jumlah kasus diare yang

tercatat penemuan kasus diare di Kabupaten Labuhan Batu yaitu sebesar 58,1 %.

Penyakit diare bisa diakibatkan dari beberapa faktor. Menurut Sander

(2005), penyebab terjadinya diare bisa dari kurang memadainya ketersediaan air

bersih, air yang tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan, pembuangan

tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta

penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya.

Untuk meningkatkan upaya kesehatan dalam penyiapan dan penyimpanan

makanan, perlu diperhatikan upaya pengelolaan makanan, maka perlu

diselenggarakan program kesehatan yaitu dengan cara memperhatikan enam

prinsip higiene dan sanitasi makanan, yaitu : pengadaan bahan makanan, cara

penyimpanan makanan, cara pengolahan makanan, pengangkutan makanan

masak, penyimpanan makanan masak, penyajian makanan. Pencemaran dapat saja

terjadi pada salah satu dari ke enam prinsip tersebut dan lingkungan tempat kerja

apabila tidak memperhatikan atau tidak mengindahkannya (Depkes RI,2002).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor fisik,

faktor kimia dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan

yang tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang

baik, temperatur ruangan yang panas dan lembab. Sanitasi makanan buruk

disebabkan faktor kimia karena adanya zat-zat kimia yang digunakan untuk

mempertahankan kesegaran bahan makanan, obat-obat penyemprot hama,

penggunaan wadah bekas obat-obat pertanian untuk kemasan pertanian.

Sedangkan yang disebabkan mikrobiologis karena adanya kontaminasi bakteri,

virus, jamur, dan parasit. (Anwar 2005).

Sanitasi makanan buruk yang disebabkan mikrobiologis salah satunya

adalah gambaran keberadaan enterobacter pada makanan dijadikan indikator

terjadinya pencemaran makanan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

seperti penyakit diare apabila masuk kesaluran pencernaan, baik melalui minuman

atau makanan.

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan diri (Personal Hygiene)

merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan

akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat

dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya

masalah kebersihan kurang diperhatikan, hal ini terjadi karena kita menganggap

masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan

terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Memelihara dan memotong

kuku dapat mempengaruhi kesehatan. Kebiasaan penduduk yang tidak mau

mencuci tangan menggunakan sabun sebelum melakukan aktifitasnya, serta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

perilaku lainnya yang tidak mencerminkan pola hidup sehat dapat menyebabkan

timbulnya diare.

Salah satu tempat pengelolaan makanan yang layak untuk mendapatkan

pengawasan secara periodik dan berkesinambungan adalah tempat-tempat

pengelolaan makanan untuk konsumsi baik secara komersial, institusi maupun

industri. Pesantren dalam hal ini salah satu institusi khusus dalam melayani dan

membimbing anak-anak harapan bangsa yang juga selayaknya tidak luput dari

pengawasan secara periodik dan berkesinambungan dalam hal pengelolaan

makanannya. Pelayanan dan pengelolaan makanan yang memenuhi persyaratan

kesehatan di pesantren akan menjamin terwujudnya kualitas gizi dan kemampuan

anak-anak untuk hidup lebih sehat.

Berdasarkan catatan BBPOM Pekanbaru, pada tanggal 20 April 2011

kasus keracunan makanan di pondok pesantren Darul El Hikmah. Dan kasus ini

merupakan kasus besar karena menimbulkan korban hingga berjumlah 161 orang,

meski tidak ada yang meninggal.

Tahun 2007 lalu sebanyak 54 santri pesantren Alfalah Abu Lam`u di

Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam, dilarikan ke

rumah sakit. Mereka diduga keracunan makanan yang disajikan pihak pesantren.

Dan masih banyak lagi kejadian keracunan makanan yang terjadi di berbagai

pesantren-pesantren akibat dari pengolahan makanan yang tidak sesuai dengan

prinsip higiene dan sanitasi makanan (Metronews,2007).

Hasil penelitian Fitria (2010) tentang Sanitasi Pengolahan Makanan Pada

Penyelenggaraan Makanan di Pondok Pesantren N J P Probolinggo menyatakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

bahwa penerapan higiene sanitasi pengolahan makanan masih belum memenuhi

persyaratan KepMenKes No 715/Menkes/SK/V/2003 hanya mencapai 64,51%.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Pesantren Modren Daarul

Muhsinin jumlah santri/santriwati yang mengalami diare dalam satu bulan

terakhir yaitu berjumlah 10 orang yaitu data yang diterima dari Pos Kesehatan

Pesantren, sedangkan di Pesantren Nurul Falah jumlah santri/santriwati yang

mengalami diare dalam satu bulan terakhir yaitu berjumlah 12 orang, dan juga

melalui wawancara yang dilakukan di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan

Pesantren Nurul Falah bahwasanya kebersihan diri santri/santriwati masih kurang

karena kurangnya pengetahuan para santri/santriwati akan kebersihan diri dan

juga karena fasilitas di Pesantren yang kurang memadai sehingga dari hasil

wawancara yang dilakukan kepada santri/santriwati mereka sering mengeluh

mengalami penyakit diare, dan hasil wawancara dengan ibu bidan yang ada di Pos

Kesehatan Pesantren juga mengatakan bahwa santri/santriwati sering mengalami

diare di Pesantren tersebut.

Pesantren yang merupakan institusi pendidikan yang juga perlu

diperhatikan sistem pengelolaan makanannya, sebab bagaimanapun juga

pesantren ini merupakan tumpuan bimbingan anak-anak yang kelak akan menjadi

sumber daya manusia bagi bangsa Indonesia. Maka perlu sekali dilakukan

penilaian terhadap higine sanitasi pengelolaan makanan pada Pesantren, personal

higiene dari santri, dan keberadaan enterobacter pada makanan di Pesantren agar

tidak ada lagi kasus diare yang sekarang banyak di jumpai di Pesantren.

Berdasarkan dari uraian diatas maka penulis dalam hal ini tertarik untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

melakukan penelitian khusus terhadap hubungan personal higiene dengan

kejadian diare pada santri/santriwati dan gambaranhigiene sanitasi pengelolaan

makanan, serta keberadaan enterobacter pada makanan masak yang disajikan

pada kedua Pesantren tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Pesantren Modren Daarul

Muhsinin jumlah santri/santriwati yang mengalami diare dalam satu bulan

terakhir yaitu berjumlah 10 orang, sedangkan di Pesantren Nurul Falah jumlah

santri/santriwati yang mengalami diare dalam satu bulan terakhir yaitu berjumlah

12 orang yaitu data yang diterima dari Pos Kesehatan Pesantren, Penyakit diare

merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan dan erat kaitannya dengan

keadaan higiene sanitasi pengelolaan makanan, personal hygiene dan keberadaan

enterobacter. Oleh karena itu penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian

ini adalah bagaimana hubungan personal higiene dengan kejadian diare pada

santri/santriwati dan gambaran higiene sanitasi pengelolaan makanan, serta

keberadaan enterobacter pada makanan masak di Pesantren Modern Daarul

Muhsinin Kabupaten Labuhan Batu dan Pesantren Nurul Falah Kabupaten

Labuhan Batu Selatan Tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana hubungan personal higiene dengan kejadian

diare pada santri/santriwati dan gambaran higiene sanitasi pengelolaan

Makanan, serta keberadaan enterobacter pada makanan masak di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Pesantren Modern Daarul Muhsinin Kabupaten Labuhan Batu dan

Pesantren Nurul Falah Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2017.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui personal higiene santri/santriwati di Pesantren Modren

Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah tahun 2017.

2. Untuk mengetahui higiene sanitasi pengelolaan makanan di pesantren

yang meliputi proses pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan

makanan, pengolahan bahan makanan, penyimpanan makanan jadi,

pengangkutan dan penyajian makanan jadi yang disesuaikan berdasarkan

Kepmenkes No. 1096/MENKES/PER/VI/2011.

3. Untuk mengetahui keberadaan enterobacter pada makanan yang disajikan

pada kedua pesantren tersebut.

4. Untuk mengetahui hubungan personal higiene santri/santriwati terhadap

kejadian diare di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul

Falah tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi instansi terkait

Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan penanganan

terhadap penyakit diare di pesantren, khususnya mengenai hubungan

antara personal hygiene dengan kejadian diare,dan gambaran higiene

sanitasi pengelolaan makanan serta keberadaan enterobacter pada

makanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

2. Bagi Santri/Santriwati

Sebagai informasi tambahan bagi santri/santriwati agar dapat berperan

aktif dalam mengantisipasi atau menanggulangi penyakit diare serta

santri/santriwati dapat berperilaku hidup bersih dan sehat sehingga

penyakit diare dapat dicegah.

3. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman dalam melaksanakan penelitian serta menambah

pengetahuan mengenai penyakit diare, terutama pada santri/santriwati

mengenai hubungan antara personal hygiene dengan kejadian diare dan

gambaran higiene sanitasi pengelolaan makanan, serta keberadaan

enterobacter pada makanan masak di Pesantren Modren Daarul

Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah.

4. Bagi Peneliti Lain

Sebagai informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti

pada bidang kajian sejenis sehingga hasilnya nanti diharapkan dapat

memperbaharui dan menyempurnakan penelitian ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi Makanan

2.1.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi

Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan

melindungikebersihan individu subjeknya. Misalnya mencuci tangan untuk

melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk kebersihan piring, membuang

bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara

keseluruhan (Depkes, 2004).

Menurut Azwar (1990), higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang

mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya

mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut,

serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin

pemeliharaan kesehatan.

Putu Sudira (1996:17) berdasarkan buku theory of catering dikemukakan

bahwa: hygiene adalah ilmu kesehatan dan pencegahan timbulnya penyakit.

Hygiene lebih banyak membicarakan masalah bakteri sebagai penyebab

timbulnya penyakit.

Dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulakan bahwa yang dimaksud

dengan higiene adalah tindakan seseorang yang diperlukan pada seluruh rantai

produksi makanan, mulai dari pemeliharaan, produksi, penyimpanan sampai

dikonsumsi, untuk menjamin keamanan, kebersihan dan kelayakan makanan.

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan lingkungan dari subjeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih

8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9

untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi

sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).

Menurut Azwar (1990) defenisi sanitasi adalah usaha kesehatan

masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor

lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan. Adapun kegiatan yang

dilakukan dalam usaha higiene dan sanitasi adalah:

1. Keamanan makanan dan minuman yang disediakan.

2. Higiene perorangan dan praktek – praktek penanganan makanan makanan dan

minuman oleh karyawan yang bersangkutan.

3. Keamanan terhadap penyediaan air.

4. Pengolahan pembuangan air limbah dan kotoran.

5. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan,

penyajian dan penyimpanan.

6. Pencucian, kebersihan, dan penyimpanan alat – alat perlengkapan.

2.1.2 Pengertian Sanitasi Makanan

Sanitasi makanan adalah salah satu upaya pencegahan yang

menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan

dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak

kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proes

pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan

minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen

(Depkes RI, 2004).

Sanitasi makanan adalah upaya – upaya yang ditujukan untuk kebersihan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit

pada manusia. Dengan demikian, tujuan sebenarnya dari upaya sanitasi makanan,

antara lain adalah:

1. Menjamin keamanan dan kebersihan makanan.

2. Mencegah penularan wabah penyakit.

3. Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat.

4. Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan.

Didalam upaya sanitasi makanan ini, terdapat beberapa tahapan yang

diperhatikan, seperti berikut (chandra, 2007):

1. Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi.

2. Kebersihan individu dalam pengolahan produk makanan.

3. Keamanan terhadap penyediaan air.

4. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran.

5. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses

pengolahan, penyajian dan penyimpanan.

6. Pencucian dan pembersihan alat perlengkapan.

Sedangkan yang dimaksud dengan Higiene sanitasi pengelolaan

makanan menurut Departemen Kesehatan RI adalah : Suatu usaha yang

menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan

dari segala bahaya yang dapat mengganggu kesehatan, mulai dari makanan

sebelum di produksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan,

pengangkutan, penyajian sampai makanan siap dikonsumsi oleh masyarakat.

2.1.2.1 Faktor yang mempengaruhi sanitasi makanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk dapat menyelenggarakan

sanitasi makanan yang efektif. Faktor – faktor tersebut berkaitan dengan makanan,

manusia, peralatan. Berikut penjelasannya:

1. Faktor makanan

Hal – hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan faktor makanan,

antara lain:

a. Sumber bahan makanan.

b. Pengangkutan bahan makanan.

c. Penyimpanan bahan makanan.

d. Pemasaran makanan.

e. Pengolahan makanan.

f. Penyajian makanan.

g. Penyimpanan makanan.

2. Faktor manusia

Orang – orang yang bekerja pada tahapan diatas juga harus memenuhi

persyaratan sanitasi, seperti kesehatan dan kebersihan individu, tidak

menderita penyakit infeksi, dan bukan carier dari suatu penyakit.

3. Faktor peralatan

Kebersihan dan cara penyimpanan peralatan pengolah makanan harus

yang memenuhi persyaratan kesehatan.

2.2 Pengertian Makanan

Menurut WHO, makanan adalah semua substansi yang dibutuhkan oleh

tubuh tidak termasuk air, obat-obatan, dan substansi-substansi lain yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

digunakan untuk pengobatan. Air tidak termasuk dalam makanan karena

merupakan elemen yang vital bagi kehidupan manusia (Chandra,2007).

Terdapat tiga fungsi makanan yaitu Pertama, makanan sebagai sumber

energi karena panas dapat dihasilkan dari makanan sepertijuga energi. Kedua,

makanan sebagai zat pembangun karena makanan berguna untuk membangun

jaringan tubuh yang baru, memelihara, dan memperbaiki jaringan tubuh yang

sudah tua. Fungsi ketiga, makanan sebagai zat pengatur karena makanan turut

serta mengatur proses alami, kimia, dan proses faal dalam tubuh.

Makanan merupakan salah satu bagian yang penting untuk kesehatan

manusia mengingat setiap saat dapat saja terjadi penyakit-penyakit yang

diakibatkan oleh makanan (food borne disease) dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain, kebiasaan mengolah makanan secara

tradisional, penyimpanan dan penyajian yang tidak bersih, dan tidak memenuhi

persyaratan sanitasi.

2.3 Peranan Makanan Sebagai Media Penularan Penyakit

Menurut Anwar (1997), makanan dalam hubungannya dengan penyakit,

akan dapat berperan sebagai:

1. Agent

Makanan dapat berperan sebagai agent penyakit, contohnya : jamur seperti

Aspergillus yaitu spesies dari genus Aspergillus diketahui terdapat dimana

– mana dan hampir dapat tumbuh pada semua substrat, fungi ini akan

tumbuh pada buah busuk, sayuran, biji – bijian, roti, dan bahan pangan

lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

2. Vehicle

Makanan juga dapat sebagai pembawa (vehicle) penyebab penyakit.

Seperti bahan kimia atau parasit yang ikut termakan bersama makanan dan

juga beberapa mikroorganisme pathogen, serta bahan radioaktif. Makanan

tersebut dicemari oleh zat-zat yang membahayakan kehidupan.

3. Media

Makanan sebagai media penyebab penyakit, misalnya kontaminasi yang

jumlahnya kecil, jika dibiarkan dalam makanan dengan suhu dan waktu

yang cukup, maka bisa menyebabkan wabah yang serius.

2.4. Penyakit Melalui Makanan

Menurut Depkes (1996), yang dimaksud dengan penyakit-penyakit

karenamakanan adalah gangguan pada saluran pencernaan yang ditandai dengan

gejala-gejala : mual, muntah, perut mules, buang air besar terus menerus yang

terjadi setelah makan atau minum.

Sumber kontaminasi mikroorganisme pada makanan umumnya berasal

dari tanah, air, udara, hewan dan manusia. Sedangkan kontaminasi dapat terjadi

pada berbagai tahap, baik selama maupun setelah pengolahan bahan makanan.

Jadi Depkes (1996), membagi 2 (dua) golongan besar penyakit yang

ditularkan melalui makanan, yaitu :

1. Infeksi

Penyakit ini disebabkan karena didalam makanan terdapat kuman atau

mikroorganisme pathogen sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan

seperti cholera, disentri, typhus abdominalis, paratyphus A dan B.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Penyakit infeksi ini dapat disebabkan karena :

a. Makanan diolah oleh petugas pengolah makanan yang sebelumnya

pernah terkena atau sedang menderita penyakit tertentu (carrier),

contohnya yaitu petugas yang mempunyai penyakit disentri yang

belum sembuh sempurna dia dapat menularkan penyakitnya kepada

orang lain apabila ia mengolah makanan tidak memperhatikan hygiene

sanitasi pengelolaan makanan misalnya setelah dia buang air besar dia

tidak mencuci tangannya dengan sabun dan tidak bersih maka bisa saja

tangannya mengandung bakteri penyebab penyakit dysentri dimana

didalam tubuhnya masih terdapat bakteri penyebab penyakit dysentri

tersebut.

b. Makanan yang kotor karena sudah terkontaminasi atau terjamah oleh

tikus atau serangga lain.

contohnya misalnya lalat yang membawa bakteri dan hinggap

dimakanan yang akan disantap, maka dapat menyebabkan penyakit.

c. Cara memasak yang kurang baik atau kurang sempurna.

Contohnya adalah seseorang yang masak apabila kurang

memperhatikan kebersihan maka makanan yang ia masak akan dapat

terjadi kontaminasi sari luar yang dapat menyebabkan penyakit.

Disamping itu manusia bisa sebagai pembawa kuman atau penderita

infeksi.

a. Pembawa kuman:

1. staphylococus aereus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

2. E Coli

3. Pseudomonas sp

2. Keracunan Makanan

Menurut Depkes RI, (2004), yang dimaksud dengan keracunan makanan

adalah timbulnya gejalaklinis penyakit atau gangguan kesehatan lainnya akibat

makanan yang terkontaminasi. Makanan yang menjadi penyebab keracunan

biasanya telah terkontaminasi oleh bahan – bahan fisika, mikroba, ataupun kimia

dalam dosis yang membahayakan. Kondisi tersebut dikarenakan pengelolaan

makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan tidak memperhatikan

kaidah – kaidah hygiene sanitasi makanan. Adapun yang menjadi penyebab

keracunan makanan yaitu:

1. Bahan makanan alami, yaitu makanan yang secara alami telah

mengandung racun, seperti jamur beracun, ketela hijau, gadung dan umbi

racun.

2. Infeksi mikroba, (bacterial food infection), yaitu disebabkan bakteri pada

saluran pencernaan makanan yang masuk kedalam tubuh atau tertelannya

mikroba dalam jumlah besar, yang kemudian hidup dan berkembang biak,

seperti salmonellosis strepcocus.

3. Kimia yaitu bahan berbahaya dalam makanan yang masuk dkedalam tubuh

dengan jumlah yang membahayakan seperti arsen, cadmium, pestisida, dan

zat kimia berbahaya lainnya.

Menurut Depkes (1996), keracunan yang disebabkan makanan sebagai

pembawa agen penyakit dapat berupa faktor-faktor sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

a. Faktor kima, seperti logam berat dan pestisida.

b. Faktor makanan beracun berupa jamur dan hasil-hasil laut.

c. Faktor biologis, seperti kuman, bakteri, virus seta produk dari

kuman berupa toksin.

2.5 Patogenesis atau Kejadian Penyakit

Patogenesis penyakit dalam perspektif lingkungan dan variable

kependudukandapat digambarkan dalam teori simpul ( Achmadi,1991) pada

gambar sebagai berikut:

Sumber Komponen penduduk Sakit / Sehat


Penyakit Lingkungan

Variabel lain yang


berpengaruh

Gambar 2.1. Diagram Skematik Patogenesis Penyakit

Mengacu kepada gambaran skematik tersebut di atas, maka pathogenesis

penyakit atau proses kejadian penyakit dapat diuraikan ke dalam 4 simpul, yakni :

1. Simpul 1, disebut sebagai sumber penyakit.

2. Simpul 2, komponen lingkungan yang merupakan media transmisi

penyakit.

3. Simpul 3, penduduk dengan berbagai variabel kependudukan seperti

pendidikan, perilaku, kepadatan, dan gender.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

4. Simpul 4, penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit setelah

mengalami interaksi dengan komponen lingkungan yang mengandung

bibit penyakit atau agent penyakit.

2.5.1 Teori Simpul Kejadian Penyakit

a. Simpul 1 : Sumber Penyakit

Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan atau mengemisikan

agent penyakit. Agent penyakit adalah komponen lingkungan yang

dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui kontak secara langsung

atau melalui media perantara yang juga komponen lingkungan.

Menurut Achmadi (2008) berbagai agent penyakit yang baru

maupun lama dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok besar, yaitu :

1. Mikroba, seperti virus, amuba, jamur, bakteri, parasit dan lain-lain.

2. Kelompok fisik, misalnya kekuatan radiasi, energy kebisingan,

kekuatan cahaya.

3. Kelompok bahan kimia, misalnya pestisida, merkuri, cadmium,

CO, H2S dan lain-lain.

Achmadi (2008) membagi sumber penyakit dalam 2 kelompok besar,


yakni :

1. Sumber penyakit alamiah, misalnya gunung berapi yang

mngeluarkan gas-gas dan debu beracun, proses pembusukan yang

terjadi karena proses alamiah.

2. Hasil kegiatan manusia, seperti insdustri, rumah tangga, knalpot

kenderaaan bermotor, atau penderita penyakit menular.

b. Simpul 2 : Media Transmisi Penyakit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

Komponen lingkungan yang dapat memindahkan agent penyakit

pada hakekatnya hanya ada 5 komponen lingkungan yang lazim

dikenal sebagai media transmisi penyakit, yakni :

1. Udara

2. Air

3. Tanah/pangan

4. Binatang/serangga

5. Manusia/langsung

c. Simpul 3 : Perilaku Pemajanan

Agent penyakit, dengan atau tanpa menumpang komponen

lingkungan lain, masuk ke dalam tubuh melalui satu proses yang kita

kenal sebagai proses hubungan interaktif. Hubungan interaktif antara

komponen lingkungan dengan penduduk berikut perilakunya, dapat

diukur dalam konsep yang disebut sebagai perilaku pemajanan atau

behavioural exposure (Achmadi,1985). Perilaku pemajanan adalah

jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang

mengandung potensi bahaya.

Menurut Achmadi (2008) agent penyakit masuk kedalam tubuh dengan

cara-cara yang khas. Ada 3 cara jalan raya atau route of entry, yakni :

1. System pernapasan

2. System pencernaan

3. Masuk melalui permukaan kulit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

d. Simpul 4 : Kejadian Penyakit

Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara

penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan.

Seseorang dikatakan sakit kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan

dibandingkan rat-rata penduduk lainnya. Bisa kelainan bentuk atau kelainan

fungsi, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan, baik fisik maupun social

(Achmadi, 2008).

2.6 Enam Prinsip Higiene dan Sanitasi Makanan.

Menurut Permenkes No.1096/Menkes/PER/VI/2011, untuk mencapai

tersedianya makanan yang sehat seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

upaya higiene dan sanitasi makanan harus mendasarkan pada 6 prinsip, yakni

upaya mengamankan (pengadaan) bahan makanan, upaya penyimpanan bahan

makanan, upaya pengolahan makanan, upaya pengangkutan makanan, dan upaya

penyajian makanan.

2.6.1 Pengadaan Bahan Baku Makanan

Pengadaan makanan adalah semua bahan baik terolah atau tidak, termasuk

bahan makanan tambahan dan bahan penolong. Mengamankan bahan makanan

secara praktis menjaga adanya kerusakan, disamping juga menjaga terhindarnya

dari pencemaran, baik yang terbawa oleh bahan makanan ataupun faktor

lingkungan yang akan masuk ke bahan makanan.

Menurut Depkes RI (2011) ada 2 (dua) jenis bahan makanan, yaitu bahan

makanan mentah dan bahan makanan terolah (olahan pabrik).

1. Bahan makanan mentah (segar) yaitu makanan yang perlu pengolahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

sebelum dihidangkan seperti :

a) Daging, susu, telor, ikan/udang, buah dan sayuran harus dalam

keadaan baik, segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna

dan rasa, serta sebaiknya berasal dari tempat resmi yang diawasi.

b) Jenis tepung dan biji-bijian harus dalam keadaan baik, tidak

berubah warna, tidak bernoda dan tidak berjamur.

c) Makanan fermentasi yaitu makanan yang diolah dengan bantuan

mikroba seperti ragi atau cendawan, harus dalam keadaan baik,

tercium aroma fermentasi, tidak berubah warna, aroma, rasa serta

tidak bernoda dan tidak berjamur.

2. Makanan olahan pabrik yaitu makanan yang dapat langsung dimakan

tetapi digunakan untuk proses pengolahan makanan lebih lanjut yaitu :

1) Makanan dikemas

a. Mempunyai label dan merk

b. Terdaftar dan mempunyai nomor daftar

c. Kemasan tidak rusak/pecah atau kembung

d. Belum kadaluwarsa

e. Kemasan digunakan hanya untuk satu kali penggunaan

2) Makanan tidak dikemas

a. Baru dan segar

b. Tidak basi, busuk, rusak atau berjamur

c. Tidak mengandung bahan berbahaya

2.6.2 Penyimpanan Bahan Makanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari kemungkinan

kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun bahan

berbahaya. Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan

makanan, contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari

pendingin dan bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering dan tidak

lembab (Depkes RI,2011).

Bahan makanan sangat penting dalam penyimpanannya, terutama pada

jenis bahan makanan yang rawan busuk. Syarat-syarat penyimpanan bahan

makanan menurut Permenkes No.1096/MENKES/PER/VI/2011 adalah :

1. Penyimpanan bahan mentah

a. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu, sebagai berikut :

No Jenis bahan Digunakan untuk


makanan Kurang dari 3 hari Kurang dari 1 minggu
1 minggu
1 Daging, -5 0C s/d 0 0C -10 0C s/d 5 0C -10 0C
ikan, dan
olahannya
2 Telur, susu, 5 0C s/d 7 0C -5 0C s/d 0 0C 5 0C
dan
minuman
3 Sayur dan 10 0C 10 0C 10 0C
buah
4 Tepung 250C 250C 250C
dan biji –
bijian
Sumber : Depkes RI Permenkes No.1096/MENKES/PER/VI/2011

b. Ketebalan dan bahan padat tidak lebih dari 10 cm

c. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan : 80 – 90%

2. Penyimpanan makanan terolah :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu ± 10ºC

3. Bila bahan makanan disimpan di gudang, cara penyimpanannya

tidak menempel pada langit-langit, dengan ketentuan sebagai

berikut :

a. Jarak makanan dengan lantai 15 cm

b. Jarak makanan dengan dinding 5 cm

c. Jarak makanan dengan langit-langit 60 cm.

d. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-

rak sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan

makanan. Bahan makanan yang disimpan lebih dahulu digunakan

dahulu (antri), sedangkan bahan makanan yang masuk belakangan

terakhir dikeluarkan. Pengambilan dengan cara

seperti ini disebut cara First In First Out (FIFO).

2.6.3 Pengolahan Makanan

Menurut Permenkes RI No.1096/Menkes/PER/VI/2011, pengolahan

makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah menjadi makanan

jadi/masak atau siap santap, dengan memperhatikan kaidah cara pengolahan

makanan yang baik yaitu:

a. Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan

teknis higiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap

makanan dan dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus dan hewan

lainnya.

b. Menu disusun dengan memperhatikan:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

1. Pemesanan dari konsumen

2. Ketersediaan bahan, jenis dan jumlahnya

3. Keragaman variasi dari setiap menu

4. Proses dan lama waktu pengolahannya

5. Keahlian dalam mengolah makanan dari menu terkait

c. Pemilihan bahan sortir untuk memisahkan/membuang bagian bahan yang

rusak/afkir dan untuk menjaga mutu dan keawetan makanan serta

mengurangi risiko pencemaran makanan.

d. Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan prioritas

dalam memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan harus higienis dan

semua bahan yang siap dimasak harus dicuci dengan air mengalir.

e. Peralatan

1. Peralatan yang kontak dengan makanan

a. Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari

bahan yang aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan.

b. Lapisan permukaan peralatan tidak mengeluarkan bahan

berbahaya dan logam berat beracun seperti : Timah Hitam

(Pb), Arsenikum (As), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium

(Cd), dan lain-lain.

c. Talenan terbuat dari bahan selain kayu, kuat dan tidak

melepas bahan beracun.

2. Perlengkapan pengolahan seperti kompor, tabung gas, lampu, kipas

angin harus bersih, kuat dan berfungsi dengan baik, tidak menjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

sumber pencemaran dan tidak menyebabkan sumber bencana

(kecelakaan).

3. Wadah penyimpanan makanan

a. Wadah yang digunakan harus mempunyai tutup yang dapat

menutup sempurna dan dapat mengeluarkan udara panas dari

makanan untuk mencegah pengembunan (kondensasi).

b. Terpisah untuk setiap jenis makanan, makanan jadi/masak serta

makanan basah dan kering.

4. Peralatan bersih yang siap pakai tidak boleh dipegang di bagian

yang kontak langsung dengan makanan atau yang menempel di

mulut.

5. Kebersihan peralatan harus tidak ada kuman Eschericia coli

(E.coli) dan kuman lainnya.

6. Keadaan peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak

gompal dan mudah dibersihkan.

f. Persiapan pengolahan harus dilakukan dengan menyiapkan semua peralatan

yang akan digunakan dan bahan makanan yang akan diolah sesuai urutan

prioritas.

g. Pengaturan suhu dan waktu perlu diperhatikan karena setiap bahan makanan

mempunyai waktu kematangan yang berbeda. Suhu pengolahan minimal 90ºC

agar kuman patogen mati dan tidak boleh terlalu lama agar kandungan zat gizi

tidak hilang akibat penguapan.

h. Prioritas dalam memasak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

1) Dahulukan memasak makanan yang tahan lama seperti

gorenggorengan yang kering.

2) Makanan rawan seperti makanan berkuah dimasak paling akhir.

3) Simpan bahan makanan yang belum waktunya dimasak pada

kulkas/lemari es.

4) Simpan makanan jadi/masak yang belum waktunya dihidangkan dalam

keadaan panas.

5) Perhatikan uap makanan jangan sampai masuk ke dalam makanan

karena akan menyebabkan kontaminasi ulang.

6) Tidak menjamah makanan jadi/masak dengan tangan tetapi harus

menggunakan alat seperti penjepit atau sendok.

7) Mencicipi makanan menggunakan sendok khusus yang selalu dicuci.

i. Higiene penanganan makanan

1) Memperlakukan makanan secara hati-hati dan seksama sesuai dengan

prinsip higiene sanitasi makanan

2) Menempatkan makanan dalam wadah tertutup dan menghindari

penempatan makanan terbuka dengan tumpang tindih karena akan

mengotori makanan dalam wadah di bawahnya.

2.6.4 Pengangkutan Makanan

Berdasarkan Permenkes No.1096/MENKES/PER/VI/2011 makanan yang

telah diolah dan disimpan dengan cara higienis akan menjadi tercemar kalau cara

pengangkutannya tidak baik. Makanan perlu diperhatikan dalam cara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

pengangkutannya, yaitu sebagai berikut :

1. Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).

2. Menggunakan kendaraan khusus pengangkut makanan jadi/masak dan

harus selalu higienis.

3. Setiap jenis makanan jadi mempunyai wadah masing-masing dan bertutup.

4. Wadah harus utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya memadai dengan

jumlah makanan yang akan ditempatkan.

5. Isi tidak boleh penuh untuk menghindari terjadi uap makanan yang mencair

(kondensasi).

6. Pengangkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan diatur agar

makanan tetap panas pada suhu 60ºC atau tetap dingin pada suhu 40ºC.

2.6.5 Penyimpanan Makanan Masak

Kualitas makanan yang telah diolah sangat dipengaruhi oleh suhu

dimanaterdapat titik-titik rawan perkembangan bakteri pada suhu yang sesuai

dengan kondisinya. Oleh karena itu mutlak diperlukan suatu metode penyimpanan

makanan yang harus mempertimbangkan kesesuian antara suhu penyimpanan

dengan jenis makanan yang akan disimpan.

Menurut Permenkes No.1096/MENKES/PER/VI/2011, penyimpanan

makanan jadi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau,

berlendir, berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya cemaran

lain.

2. Memenuhi persyaratan bakteriologis berdasarkan ketentuan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

berlaku:

a. Angka kuman E. coli pada makanan harus 0/gr contoh

makanan.

b. Angka kuman E. coli pada minuman harus 0/gr contoh

minumanDisimpan dalam ruangan tertutup dan bersuhu dingin

(10°-18°C).

3. Jumlah kandungan logam berat atau residu pestisida, tidak boleh melebihi

ambang batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku.

4. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan

firstexpired first out (FEFO) yaitu makanan yang disimpan terlebih dahulu

dan yang mendekati masa kedaluwarsa dikonsumsi lebih dahulu.

5. Tempat atau wadah penyimpanan harus terpisah untuk setiap jenis makanan

jadi dan mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna tetapi berventilasi

yang dapat mengeluarkan uap air.

6. Makanan jadi tidak dicampur dengan bahan makanan mentah.

7. Penyimpanan makanan jadi harus memperhatikan suhu sebagai berikut :

Tabel 2.2. Lama Penyimpanan Makanan Jadi/Masak

NO Jenis Makanan Suhu Penyimpanan


Disajikan Akan segera Belum segera
dalam waktu disajikan disajikan
lama
1 Makanan Kering 250C s/d 300C
2 Makanan basah >600C - 100C
(berkuah)
3 Makana cepat basi - 100C - 50C s/d -10C
(santan, telur,susu)
4 Makanan disajikan 50C s/d 100C < 100C

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

dingin
Sumber : Depkes RI Permenkes No.1096/MENKES/PER/VI/2011

2.6.6 Penyajian Makanan

Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan.

Makanan yang disajikan adalah makanan yang siap santap. Makanan yang siap

santap harus laik santap (Depkes,2001).

Menurut Permenkes No.1096/MENKES/PER/VI/2011, Prinsip penyajian

makanan adalah sebagai berikut :

1. Wadah yaitu setiap jenis makanan di tempatkan dalam wadah terpisah,

tertutup agar tidak terjadi kontaminasi silang dan dapat memperpanjang

masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.

2. Kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi (makanan

berkuah) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah

makanan cepat rusak dan basi.

3. Pemisah yaitu makanan yang ditempatkan dalam wadah yang sama seperti

dus atau rantang harus dipisah dari setiap jenis makanan agar tidak saling

campur aduk.

4. Panas yaitu makanan yang harus disajikan panas diusahakan tetap dalam

keadaan panas dengan memperhatikan suhu makanan, sebelum

ditempatkan dalam alat saji panas (food warmer/bean merry) makanan

harus berada pada suhu > 60ºC.

5. Bersih yaitu semua peralatan yang digunakan harus higienis, utuh, tidak

cacat atau rusak.

6. Handling yaitu setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

kontaklangsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir.

7. Edible part yaitu semua yang disajikan adalah makanan yang dapat

dimakan,bahan yang tidak dapat dimakan harus disingkirkan.

8. Tepat penyajian yaitu pelaksanaan penyajian makanan harus tepat sesuai

dengan seharusnya yaitu tepat menu, tepat waktu, tepat tata hidang dan

tepat

volume (sesuai jumlah).

2.7 Personal Higiene

Personal higiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis (Hidayat, 2006).

Personal higiene adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan

sesuai dengan kondisi kesehatannya, seseorang dinyatakan terganggu keperawatan

dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).

Menurut Entjang (2001), pengertian personal higiene atau hygiene

perseorangan (usaha kesehatan pribadi) adalah upaya dari seseorang untuk

memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa personal higiene

merupakan kegiatan atau tindakan membersihkan seluruh anggota tubuh yang

bertujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang.

Higiene perorangan merupakan ciri berperilaku hidup sehat. Beberapa

kebiasaan berperilaku hidup sehat antara lain seperti kebiasaan mencuci tangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

dengan sabun setelah BAB dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum

makan (Depkes RI, 2006).

2.7.1 Macam-Macam Personal Higiene

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), personal higiene dibagi menjadi:

1. Perawatan kulit kepala dan rambut

2. Perawatan mata

3. Perawatan hidung

4. Perawatan telinga

5. Perawatan kuku kaki dan tangan

6. Perawatan genitalia

7. Perawatan kulit seluruh tubuh

8. Perawatan tubuh secara keseluruhan

2.7.2 Tujuan Perawatan Personal Higiene

Tujuan dari perawatan personal higiene antara lain (Tarwoto dan

Wartonah, 2010):

1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang

2. Memelihara kebersihan diri seseorang

3. Memperbaiki personal higiene yang kurang

4. Pencegahan diri dari penyakit

5. Meningkatkan kepercayaan diri seseorang

6. Menciptakan keindahan

2.7.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Personal Higiene

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), ada beberapa faktor yang

memengaruhi personal higiene seperti:

1. Citra tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan

fisiknya. Citra tubuh ini sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara

mempertahankan higiene.

2. Praktik sosial

Kelompok kelompok sosial wadah bagi seseorang dapat mempengaruhi

praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak – kanak, kanak – kanak

mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga,

jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan atau air mengalir

hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan

kebersihan.

3. Status sosio – ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik

kebersihan yang digunakan. Contohnya personal higiene memerlukan alat

dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo dan alat mandi yang

semuanya memerlukan uang untuk memperolehnya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan

mempengaruhi praktik hygiene. Pengetahuan tentang personal higiene

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan

kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes melitus yang harus

selalu menjaga kebersihan kakinya.

5. Kebudayaan

Kepercayaan kebudayaan seseorang dan nilai pribadi mempengaruhi

perwatan higiene. Orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda

mengikuti praktik keperawatan diri yang berbeda pula. Contohnya, di Asia

kebersihan dipandang penting bagi kesehatan. Di negara – negara Eropa,

bagaimanapun, hal ini biasa untuk mandi secara penuh hanya sekali dalam

seminggu.

6. Pilihan pribadi

Setiap orang memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk

mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut. Misalnya seseorang

memilih produk yang berbeda (Misalnya sabun, sampo dan pasta gigi )

menurut pilihan pribadi.

7. Kondisi fisik

Orang yang menderita penyakit tertentu (misalnya, kanker tahap lanjut)

atau menjalani operasi sering kali kekurangan energi fisik atau

ketangkasan untuk melakukan hygiene pribadi).

2.7.4 Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Higiene

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Apabila seseorang tidak merawat diri atau seseorang memiliki

personal higiene yang kurang, maka dirinya akan dengan mudah terkena

penyakit. Penyakit merupakan dampak dari kurangnya personal higiene

pada seseorang. Berikut dampak yang sering timbul pada masalah

personal higiene menurut Tarwoto dan Wartonah (2010):

1. Dampak fisik

Bila seseorang tidak memiliki personal higiene yang baik maka seseorang

itu akan mudah terkena virus yang dapat menyebabkan penyakit terhadap

orang tersebut. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan

integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan

telinga, serta gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal higiene adalah

gangguan kebutuhan rasa nyaman, seseorang akan cenderung merasakan

stress karena orang lain tidak akan suka bergaul dengan seseorang yang

memiliki personal higiene yang tidak baik karena seseorang itu memiliki

kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri

dan gangguan interaksi sosial.

2.7.5 Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun Setelah Buang Air Besar

Menurut Depkes RI 2007, Mencuci tangan adalah proses yang secara

mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan

sabun dan air. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu tindakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air sabun

sehingga menjadi bersih dan dapat memutuskan mata rantai kuman penyakit.

Menurut Fathonah (2014), tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat

memindahkan bakteri atau virus patogen dari tubuh, feses atau sumber lain ke

makanan. Oleh karenanya kebersihan tangan dengan mencuci tangan perlu

mendapat prioritas tinggi walaupun hal tersebut sering disepelekan. Pencucian

dengan sabun sebagai pembersih serta penggosokkan dan pembilasan dengan air

mengalir akan menghanyutkan partikel kotoran yang banyak mengandung

mikroorganisme.

2.7.6 Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun Sebelum Makan

Mencuci tangan sebelum makan merupakan salah satu cara paling mudah

dan efektif untuk menjaga kesehatan. Tangan bisa menyimpan banyak kuman

seperti salmonella, E. Coli dan virus. Kuman tersebut bisa didapatkan ketika pergi

ke toilet, berjabat tangan dengan orang lain atau bersentuhan dengan sumber

kuman, misalnya sampah atau tinja. Jika tangan yang dipakai untuk makan telah

terkontaminasi kuman – kuman tersebut, maka seseorang bisa terserang berbagai

penyakit. Oleh karena itu sangat penting untuk diketahui dan diingat bahwa

perilaku cuci tangan pakai sabun termasuk perilaku sehat yang sangat efektif

untuk mencegah penyebaran berbagai penyakit menular seperti diare (Anggrainy,

2010).

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan

membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air bersih dan sabun oleh

manusia agar menjadi bersih dan juga memutuskan mata rantai kuman. Perilaku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

sehat cuci tangan pakai sabun yang merupakan salah satu Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS), saat ini juga telah menjadi perhatian dunia. Hal ini karena

masalah kurangnya praktek perilaku cuci tangan tidak hanya terjadi di negara-

negara berkembang saja, tetapi ternyata di negara-negara maju pun kebanyakan

masyarakatnya masih lupa untuk melakukan perilaku cuci tangan (Anggrainy,

2010).

Cara mencuci tangan yang baik dan benar adalah sebagai berikut

(Proverawati dan Rahmawati, 2012):

1. Cuci tangan dengan air yang mengalir dan gunakan sabun. Tidak perlu

harus sabun khusus antibakteri, namun lebih disarankan sabun yang

berbentuk cairan.

2. Gosok tangan setidaknya selama 15-20 detik.

3. Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela-sela jari dan

kuku.

4. Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir.

5. Keringkan dengan handuk bersih atau alat pengering lain.

6. Gunakan tisu atau handuk sebagai penghalang ketika mematikan keran air.

Menurut Tietjen (2004), mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang

biak di tempat basah juga air yang menggenang, maka apabila menggunakan

sabun batangan sediakan sabun batangan yang berukuran kecil dalam tempat

sabun yang kering. Hindari mencuci tangan di baskom berisi air walaupun telah

ditambahkan antiseptik karena mikroorganisme dapat bertahan dan berkembang

biak pada larutan ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Apabila menggunakan sabun cair, jangan menambahkan sabun jika

terdapat sisa sabun pada tempatnya. Penambahan dapat menyebabkan kontaminasi

bakteri pada sabun yang baru dimasukkan. Apabila tidak tersedia air mengalir,

gunakan ember dengan kran yang dapat dimatikan sementara menyabuni kedua

tangan dan buka kembali untuk membilas atau gunakan ember dan kendi/teko

(Ray dkk, 2011).

2.7.8 Menjaga kebersihan kuku jari tangan

Merawat kuku merupakan salah satu aspek penting dalam

mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk kedalam

tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat

dan bersih dan pemerawat kuku juga mempengaruhi pertumbuhan kuku,

Pertumbuhan kuku jari tangan dalam satu minggu rata-rata 0,5 - 1,5 mm, empat

kali lebih cepat dari pertumbuhan kuku jari kaki.

Kuku adalah organ yang berada pada ujung jari sehingga kuku yang paling

banyak melakukan aktivitas. Akibatnya kuku sering cepat kotor dan menyimpan

banyak bibit penyakit yang sangat berbahaya. Anak – anak yang sering bermain

kotor dapat mengakibatkan cacing dan bibit penyakit lainnya bersarang dibawah

kuku, jika tidak cepat dibersihkan maka akan masuk kedalam tubuh dan

menimbulkan penyakit, seperti sakit perut, diare, dan lain – lain.

Cara menjaga kesehatan kuku sangatlah mudah bahkan sangat murah,

namun walaupun begitu harus tetap dilakukan secara teratur. Jaga kebersihan

kuku dari kotoran – kotoran yang bersarang di kuku. Caranya sangat mudah yaitu

dengan cara mencuci tangan setiap selesai bermain, membersihkan kuku – kuku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

setiap dua hari sekali, selain itu potong kuku secara teratur minimal seminggu

sekali, karena ini dapat meminimalisir terjadinya penyakit diantaranya penyakit

diare.

2.8 Enterobacter

Enterobacter sp. merupakan salah satu jenis bakteri yang tergolong dalam

family Enterobactericeae yang merupakan kelompok gram negatif berbentuk

batang yang habitat umumnya adalah diusus manusia dan hewan. Enterobacter

satu family dengan Shigella, Salmonella, Klebsieell, Proteus, E.coli dan

sebagainya. Pada keadaan tertentu jika tejadi perubahan pada inang atau bila ada

kesempatan memasuki tubuh yang lain, banyak diantara bakteri ini yang mampu

menimbulkan penyakit. (Irianto, 2006). Habitat umum dari bakteri ini adalah di

usus manusia dan hewan. Beberapa spesies dari Enterobacter yaitu Aerogenes

Enterobacter, E. amnigenus, E. asburiae, E. cancerogenus, E. cloacae, E.

cowanii, E. dissolvens, E. gergoviae, E. hormaechei, E. intermedius, E. kobei, E.

nimipressuralis; E. pyrinus , E. sakazakii,.

Enterobacteriaceae adalah suatu family kuman yang terdiri dari sejumlah

besar spesies bakteri yang hidup di usus besar manusia dan hewan, tanah, air dan

dapat pula ditemukan pada dekomposisi material.

Efek minimal dari penyebaran spesies enterobacter yaitu diare, utamanya

enterobacter sakazaki, didalam tubuh setelah tertelan, masuk dalam saluran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

pencernaan, lambung dan sampai diusus. Diusus hidup dan berkembang biak,

setelah matang kemudian menginfeksi dinding usus.

2.8.1 Klasifikasi Enterobacter

Kingdom : Bakteri

Divisi : Proteobacteria

Class : Gammaproteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

family : Enterobactericea

Genus : Enterobacter

spesies : Aerogenes Enterobacter, E. amnigenus, E. asburiae, E.

cancerogenus, E. cloacae, E. cowanii, E. dissolvens, E.

Gergoviae, E. hormaechei, E.intermedius, E. kobei, E.

nimipressuralis; E. pyrinus , E. Sakazakii.

2.8.2 Morfologi

Enterobacter merupakan genus umum gram – negatif, anaerob

fakultatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora bakteri dari keluarga

enterobacteriaceacea. Genus enterobacter adalah anggota

dari coliform kelompok bakteri, bukan termasuk coliform fecal (coliform tahan

panas) kelompok bakteri, seperti halnya Escherichia coli , karena tidak mampu

tumbuh pada 44,5 ° C dengan adanya garam empedu. Dua spesies dari genus

klinis penting ini adalah E. aerogenes dan E. cloacae.

2.8.3 Ekologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Enterobacter dapat ditemukan pada kulit manusia dan tanaman serta

tanah, air, limbah, saluran usus manusia dan hewan, dan beberapa produk susu

(Health Canada). Namun, beberapa spesies enterobacter, seperti enterobacter

sakazakii, patogen manusia oportunistik. Enterobacter cloacae A-11 dan yang

sejenis bakteri dapat ditemukan pada mentimun dan lobak biji serta kacang

polong, kedelai, bunga matahari, dan biji jagung manis.

2.9 Diare

2.9.1 Defenisi Diare

Menurut Depkes RI (2011), diare adalah suatu kondisi dimana seseorang

buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja

dan frekuensinya lebih dari tiga kali dalam satu hari. Diare merupakan penyakit

yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya

(> 3 kali sehari) disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair atau

lembek, dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmadja, 2010).

Menurut Irianto (2014), diare adalah suatu kondisi dimana seseorang

buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, serta frekuensinya lebih dari

3 kali sehari.

Hipocrates mendefinisikan diare sebagai buang air besar dengan frekuensi

yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair.

2.9.2 Jenis Diare

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Berdasarkan jenisnya, diare dibagi empat yaitu (Depkes RI, 2000) :

a. Diare Akut

Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya

kurang dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi

merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.

b. Disentri

Disentri yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri

adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan

terjadinnya komplikasi pada mukosa.

c. Diare persisten

Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus

menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan

gangguan metabolisme.

d. Diare dengan masalah lain

Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga

disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit

lainnya.

2.9.3 Etiologi Diare

Diare dapat diakibatkan oleh beberapa faktor penyebab yang

diklasifikasikan menjadi 6 golongan besar (Depkes RI, 2002), yaitu:

a. Infeksi

Keberadaan agen biologi yang masuk melalui makanan dan minuman

kemudian bereaksi di dalam tubuh menimbulkan infeksi di dalam sistem

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

pencernaan. Agen biologi tersebut dapat dibagi menjadi 3 kelompok antara lain

sebagai berikut:

1) Bakteri, seperti: Shigella, Salmonella, Entamoeba coli, golongan Vibrio,

Bacillus aureus, Clostridium perferingens, Staphilococcus aureus,

Campylobacter aeromonas.

2) Parasit, seperti: protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia,

Balantidium coli, Cryptospiridium), cacing perut (Ascaris, Trichiuris,

Strongyloides, Blasisitis huminis) dan jamur (Candida).

3) Virus, seperti rotavirus dan adenovirus.

b. Mal absorpsi

Mal absorpsi adalah kelainan fungsi usus yang menyebabkan gangguan

dalam proses penyerapan nutrisi dari makanan, seperti karbohidrat, protein,

lemak, vitamin dan mineral yang terjadi di dalam usus besar.

c. Alergi

Salah satu contoh seseorang yang mengalami laktosa intoleransi yaitu

suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu membentuk laktosa dan biasanya

terjadi pada bayi.

d. Keracunan

Keracunan disebabkan oleh racun yang dikandung dan diproduksi oleh

mikroba dalam makanan, misalnya Pseudomonas cocovenenans menghasilkan

racun asam bongkrek dan Clostridium botulinum biasanya mengkontaminasi pada

makanan kaleng.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

e. Immunodefisiensi

Immunodefisiensi atau penurunan daya tahan tubuh bisa menimbulkan

diare, misalnya pada penderita HIV/AIDS. Diare yang biasa terjadi pada penderita

HIV/AIDS adalah diare kronik.

f. Sebab-sebab lain

Seperti kurangnya persediaan air bersih, kurangnya fasilitas sanitasi dan

higiene perorangan, serta kurangnya pemberian ASI.

2.9.4 Tanda dan Gejala Diare

Menurut Schwartz (2004), tanda dan gejala diare pada anak antara lain:

a. Gejala umum

1. Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare.

2. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut.

3. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.

4. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun,

apatis bahkan gelisah.

b. Gejala spesifik

1. Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau

amis.

2. Disentriform: tinja berlendir dan berdarah.

2.9.5 faktor – faktor penyebab diare

Diare dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain:

1. Faktor infeksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama

diare yang disebabkan sebagai berikut (Widoyono, 2008):

a. Infeksi bakteri : Vibrio cholerae, E. coli, Salmonella, Shigella

sp.,Campilobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

b. Infeksi virus : Rotavirus, Adenovirus.

c. Infeksi parasit : Cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides,

Blastsistis huminis, protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia

labila, Belantudium coli dan Crypto.

2. Faktor Malabsorsi

Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat dan

lemak. Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam

susu formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau

sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila

dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida, dengan

bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi

usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul

karena lemak tidak terserap dengan baik (Widjaja, 2002).

3. Faktor Makanan

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,

beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang.

4. Faktor Lingkungan

Dapat terjadi pada lingkungan yang tidak saniter seperti: pasokan air tidak

memadai, air terkontaminasi tinja, jamban tidak memenuhi syarat kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah

pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab

diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan

memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja,

misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci

yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2004).

5. Faktor perilaku

Menurut Depkes RI (2005), faktor perilaku yang dapat menyebabkan

penyebaran bakteri pathogen dan meningkatkan risiko terjadinya diare adalah

sebagai berikut :

a. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama

kehidupan.

b. Menggunakan botol susu yang memudahkan pencemaran bakteri

pathogen, karena botol susu susah dibersihkan.

c. Menyimpan makanan pada suhu kamar, yang jika didiamkan beberapa

jam bakteri pathogen akan berkembang biak.

d. Menggunakan air minum yang tercemar.

e. Tidak mencuci tangan setelah buang air besar atau sesudah makan dan

menyuapi anak.

f. Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar.

2.9.6 Pencegahan Diare

Pencegahan menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006),

adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

1. Menggunakan Air Bersih yang Cukup

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur

fecal-oral. Hal tersebut dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut,

cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan,

makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih

mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat

yang tidak mendapatkan air bersih.

Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap diare yaitu dengan

menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminan mulai

dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

2. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting

dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan

sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum

menyiapkan makanan, sebelum menyuapi anak dan sebelum makan, mempunyai

pengaruh dalam kejadian diare.

3. Menggunakan Jamban

Penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan

risiko terhadap penyakit diare.

2.10 Pengertian Pesantren

Pengertian pesantren berasal dari kata santri dengan awalan pe-dan akhiran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

anberarti tempat tinggal santri. Soegarda Poerbakawatja yang dikutip oleh Haidar

Putra Daulay mengatakan pesantren berasal dari kata santri yaitu seseorang yang

belajar agama Islam sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti tempat

orang berkumpul untuk belajar agama Islam (Sutisna,2010). Menurut kamus besar

bahasa Indonesia pesantren diartikan sebagai asrama tempat santri atau tempat

murid-murid belajar mengaji

Pondok pesantren juga merupakan suatu tempat dengan jumlah penghuni

yang cukup banyak, sehingga kebutuhan makanan yang bersih dan air bersih

secara kualitas dan kuantitas sangat diperlukan sebagai penunjang higiene dan

sanitasi lingkungan serta higiene perorangan.

Dilihat dari sisi kesehatan, pada umumnya pondok pesantren masih

memerlukan perhatian dari berbagai pihak yang terkait, baik dalam aspek akses

pelayanan kesehatan, perilaku sehat maupun aspek kesehatan lingkungannya.

Penyakit menular berbasis lingkungan dan perilaku seperti penyakit ISPA,

diare dan penyakit kulit masih merupakan masalah kesehatan yang dominan di

pesantren. Pesantren dalam hal ini salah satu institusi khusus dalam melayani dan

membimbing anak-anak harapan bangsa yang juga selayaknya tidak luput dari

pengawasan secara periodik dan berkesinambungan dalam hal higiene dan sanitasi

lingkungan dari pihak yang terkait.

Higiene dan sanitasi di pesantren masih sangat banyak yang tidak

memenuhi syarat, hal ini dapat diakibatkan karena fasilitas kurang memadai

seperti kurangnya ketersediaan air bersih, air yang tercemar oleh tinja, kekurangan

sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

dan lingkungan yang jelek, serta higiene sanitasi pengelolaan makanan yang tidak

memenuhi syarat maka akan menimbulkan penyakit seperti penyakit Diare.

2.10.1 Jenis Pesantren

Seiring dengan laju perkembangan masyarakat maka pendidikan

pesantrenbaik tempat bentuk hingga substansi telah jauh mengalami perubahan.

Pesantren tak lagi sesederhana seperti apa yang digambarkan seseorang akan

tetapi pesantren dapat mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan dan

perkembangan zaman.

2.10.2 Pondok pesantren salaf (Tradisional)

Pesantren salaf menurut Zamakhsyari Dhofier adalah lembaga pesantren

yangmempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik (salaf) sebagai inti

pendidikan. Sedangkan sistem madrasah ditetapkan hanya untuk memudahkan

sistem sorogan, yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama,

tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Sistem pengajaran pesantren

salaf memang lebih sering menerapkan model sorogan dan wetonan. Istilah

sorogan berasal dari bahasa jawa yang berarti pengajian, sedangkan Istilah weton

berasal dari bahasa Jawa yang berarti waktu.

2.10.3 Pesantren khalaf (Modern)

Pesantren khalaf adalah lembaga pesantren yang memasukkan

pelajaranumum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, atau pesantren

yang menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum seperti; MI/SD, MTs/SMP,

MA/SMA/SMK dan bahkan PT dalam lingkungannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

2.11 Kerangka Konsep

2.12 Permenkes
No.1096/Menkes/PER/VI/2011

Higiene sanitasi pengelolaan


Keberadaan Enterobacter :
makanan di pesantren berdasarkan
6 prinsip:  Positif
1. Upaya Pemilihan Bahan  Negatif
Baku Makanan.
2. Upaya Penyimpanan Bahan
Makanan.
3. Upaya Pengolahan Makanan.
4. Upaya Penyimpanan
Makanan Jadi.
5. Upaya Pengangkutan
Makanan.
6. Upaya Penyajian
Makanan

Personal higiene Santri/Santriwati


Kejadian Diare

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survey yang bersifat analitik dengan menggunakan

rancangan penelitian sekat silang (cross sectional), yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan personal higiene dengan kejadian diare pada

santri/santriwati dan deskriptif mengenai higiene sanitasi pengelolaan makanan

serta enterobacter di Pesantren Modren Daarul Muhsinin Kabupaten Labuhan

Batu dan Pesantren Nurul Falah Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pesantren Modern Daarul Muhsinin Kabupaten

Labuhan Batu dan Pesantren Nurul Falah Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari - April 2017.

3.3 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah 2 Pesantren untuk melihat higiene

sanitasi pengelolaan makanan dan untuk mengetahui keberadaan enterobacter di

Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Santri/santriwati yang tinggal di asrama Pesantren Modren Daarul

Muhsinin sebanyak 264 dan Pesantren Nurul Falah sebanyak 195 maka total yaitu

sebanyak 459 orang yaitu untuk melihat personal higiene dengan kejadian diare.

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

3.4.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian dari seluruh elemen yang menjadi obyek

penelitian dan dalam hal ini adalah sebagian dari seluruh santri/santriwati yang

tinggal diasrama Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah.

Tekhnik penarikan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel secara

acak sederhana (simple random sampling) untuk santri/santriwati dan seluruh

populasi (total sampling) untuk melihat higiene sanitasi pengelolaan makanan.

Besar sampel dari populasi penelitian digunakan rumus Lameshow (1997) adalah

sebagai berikut:

𝑍2. 𝑃 1 − 𝑃 . 𝑁
𝑛=
𝑑2 . 𝑁 − 1 + 𝑍2 . 𝑃 1 − 𝑃

Keterangan :

n : Besar populasi yang diperlukan

Z : Tingkat kemaknaan 95% (1,96)

P :Proporsi variabel yang dikehendaki 30% (0,3)

N: Besar Populasi

d: Persisi yang ingin dicapai dinyatakan dalam desimal 0,1

Maka dari rumus diatas besar sampel penelitian:

1,962 . 0,3 1 − 0,3 . 459


𝑛=
0,12 . 459 − 1 + 1,962 0,3 1 − 0,3

3,8416.0,21.459
𝑛=
(0,01.458) + 3,8416.0,21

370
𝑛=
5

𝑛 = 74

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Untuk pengambilan jumlah sampel ditiap – tiap pesantren dengan proporsi

 Pesantren Modren Daarul Muhsinin = 264/459 × 100% = 57,5% × 74 = 42

Santri/santriwati.

 Pesantren Nurul Falah = 195/459 × 100% = 42,5% × 74 = 32

Santri/santriwati.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data untuk keperluan

penelitian (Arikunto, 2011). Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

Primer dan data Sekunder.

3.5.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi langsung

mengenai higiene sanitasi ke lokasi tempat pengelolaan makanan di kedua

Pesantren dengan menggunakan lembar observasi, hasil kuesioner tentang

personal higiene santri/santriwati, dan hasil kuesioner tertulis yang diberikan

kepadaresponden mengenai kejadian diare, serta hasil pemeriksaan Laboratorium

yaitu keberadaan enterobacter terhadap makanan masak di kedua Pesantren

tersebut.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi kepustakaan, dan

literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.6 Defenisi Operasional

1. Diare merupakan suatu keadaan dimana santri/santriwati mengalami

buang air besar lembek dan cair atau dapat berupa air saja yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

frekuensinya lebih sering dari biasanya (> 3 kali sehari) dalam satu bulan

terakhir.

2. Higiene pengolahan makanan adalah proses kegiatan penyelenggaraan

makanan yang pada prinsipnya menekankan kepada kebersihan individu

dalam pengelolaan makanan.

3. Sanitasi pengolahan makanan adalah suatu usaha yang menitikberatkan

kepada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan

dari segala jenis bahaya yang dapat mengganggu kesehatan, mulai dari

makanan tersebut belum diproduksi, selama pengolahan, penyimpanan,

pengangkutan, penyajian. Diutamakan kepada faktor-faktor lingkungan

hidup manusia.

4. Pengelolaan makanan adalah kegiatan yang dilakukan suatu tempat

pengolahan makanan yang dimulai dari pengadaan bahan baku,

penyimpanan bahan baku, pengolahan makanan, pengangkutan makanan

jadi serta penyajian makanan tersebut kepada konsumen.

5. Pengelolaan makanan yang memenuhi syarat kesehatan adalah kegiatan

pengelolaan makanan yang memiliki nilai gizi, kemurnian, dan kebersihan

yang baik serta memenuhi persyaratan kesehatan (higiene dan sanitasi)

yang dianjurkan.

6. Pengadaan bahan makanan adalah pengadaan (penyediaan) bahan mentah

(baku) sebelum makanan tersebut diolah untuk mendapatkan makanan

jadi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

7. Penyimpanan bahan makanan adalah suatu cara dalam memberikan

kualitas bahan makanan dalam tempat penyimpanan agar tidak mudah

membusuk dan siap diolah.

8. Pengolahan makanan adalah kegiatan dalam pengolahan bahan makanan

dengan memperhatikan faktor penjamah makanan, cara pengolahan

makanan, tempat pengolahan makanan dan perlengkapan atau peralatan

dalam pengolahan makanan.

9. Pengangkutan makanan adalah suatu cara untuk memindahkan makanan

jadi ketempat penyimpanan makanan sementara sampai kepada

penghidangan dan tetap memperhatikan kebersihan cara pengangkutan,

alat pengankutan dan tenaga pengangkutnya.

10. Penyimpanan makanan jadi adalah sebagai cara menjaga kualitas makanan

jadi dalan suatu wadah penyimpanan khusus untuk mencegah

pertumbuhan bakteri dan menghindari terjadinya kebusukan makanan.

11. Penyajian makanan adalah suatu proses pengeluaran makanan jadi dengan

cepat untuk disajikan kepada konsumen dengan tetap menjaga

kebersihannya.

12. Memenuhi syarat kesehatan bila hasil pemeriksaan sesuai dengan

Permenkes No.1096/Menkes/PER/VI/2011 .

13. Tidak memenuhi syarat kesehatan bila hasil pemeriksaan tidak sesuai

dengan Permenkes No.1096/Menkes/PER/VI/2011.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

14. Personal higiene adalah cara merawat diri untuk memelihara kesehatan

fisik, seperti mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan

sebelum makan dan juga menjaga kebersihan kuku.

15. Kebiasaan cuci tangan dengan sabun setelah buang airbesar

santri/santriwati adalah kebiasaan santri/santriwati mencuci tangan dengan

sabun disertai air yang mengalir secara benar setelah buang air besar.

16. Kebiasaan cuci tangan dengan sabun sebelum makan santri/santriwati

adalah kebiasaan santri/santriwati mencuci tangan dengan sabun disertai

air yang mengalir secara benar sebelum makan.

17. Kebiasaan menjaga kebersihan kuku adalah kebiasaan santri/santriwati

memotong kuku tangan dengan rutin yaitu seminggu sekali.

18. Kandungan enterobacter dalam makanan adalah bakteri yang terdapat

dalam bahan makanan ataupun makanan masak yang keberadaannya dapat

menularkan penyakit pada orang yang mengonsumsinya.

19. Pesantren adalah tempat santri/santriwati menuntut ilmu dimana mereka

tersebut tinggal/memondok diasrama yang telah disediakan pesantren

tersebut.

20. Pemeriksaan laboratorium adalah suatu kegiatan tentang pemeriksaan

enterobacter dalam sampel makanan yang dilakukan dilaboratorium untuk

dilakukan pemeriksaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

3.7 Metode Pengukuran

1. Kejadian Diare

Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner tentang

kejadian diare pada santri/santriwati dalam satu bulan terakhir.

2. Pengamatan higiene dan sanitasi penegelolaan makanan

Data diperoleh dengan melakukan observasi untuk penilaian pengamatan

higiene dan sanitasi pengelolaan makanan.Untuk penilaian pengamatan

dikategorikan dengan dua penilaian yaitu “Ya” dan “Tidak”. Sesuai dengan

Permenkes No. 1096 / Menkes /PER/VI/2011.

1. Dikatakan memenuhi syarat, apabila semua/seluruh responden

menjawab pertanyaan dengan jawaban ”Ya”

2. Dikatakan tidak memenuhi syarat apabila ada/salah satu dari jawaban

pertanyaan responden dengan pilihan ”Tidak”.

3. Personal Higiene

Data diperoleh dengan wawancara dengan santri/santriwati. Jumlah

pertanyaan mengenai higiene perorangan berjumlah 7 pertanyaan. Untuk jawaban

benar diberi skor 1, sedangkan jawaban salah diberi skor 0. Jawaban Responden

kemudian diberi nilai dengan rumus:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟


Nilai higiene perorangan = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 × 100%

kemudian jawaban dari kuesioner sebanyak 7 pertanyaan dikategorikan menjadi:

 Baik : Jika hasil jawaban dengan skor >70% atau >5 jawaban benar

(memenuhi syarat kesehatan).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

 Buruk : Jika hasil jawaban dengan skor <70% atau <5 jawaban benar

(memenuhi syarat kesehatan).

3.8 Pemeriksaan Enterobacter

3.8.1 Peralatan dan Bahan

a. Alat

1. Mikroskop

2. Autoclave

3. Incubator

4. Timbangan

5. Objek glass

6. Labu elenmeyer 300 cc

7. Gelas takaran

8. Rak tabung reaksi

9. Lemari es

10. Botol steril bermulut besar

11. Lampu spirtus

12. Pinset

13. Spidol

14. Water bath

15. Tabung reaksi 16 mm – 20 mm

16. Petri dish 10 om

17. Pipet takar 1 cc, 5 cc, 10 cc

18. Ose

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

19. Koloni counter

20. Kaca pembesar

21. Pembuka kaleng atau pembuka tutup botol

22. Pisau

23. Blander / mortal

b. Bahan

1. Sayur kol yang sudah dimasak

2. Ikan teri yang sudah dimasak

3. Ikan rebus yang sudah dimasak

4. Ikan asin yang sudah dimasak

5. Nasi yang diambil dari 2 Pesatren tersebut

6. Ayam yang sudah dimasak

3.8.2 Teknik Pengambilan Sampel

1. Sampel Makanan

a) Sampel makanan berupa sayur dan ikan yang sudah siap disajikan

untuk disantap.

b) Sebagian yang lain (satu sendok makan) dari sampel tidak

dimasukkan dalam botol steril dengan sendok yang sudah

dipanaskan dahulu, semua bahan yang sudah terambil dibawa ke

laboratorium.

c) Sampel tersebut segera di periksa angka total enterobacter.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

3.8.3 Cara Kerja Pemeriksaan Enterobacter

Metode pemeriksaan enterobacter dengan menggunakan metode Total

Plate Count (TPC) dilakukan dengan menanam suspensi bahan uji pada media

selektif EMB untuk kemudian dihitung dengan menggunakan metode counter. Uji

Angka Lempeng Total atau disebut juga TPC (Total Plate Count) menggunakan

media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual

berupa angka dalam koloni (cfu) per ml/g atau koloni/100 ml. Prinsip pengujian

Angka Lempeng Total menurut metode Analisis Mikrobiologi (MA PPOM

61/MIK/06) yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan

diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada

suhu yang sesuai. Pada pengujian Angka Lempeng Total menggunakan PDF

(Pepton Dilution Fluid) sebagai pengencer sampel dan menggunakan PCA (plate

Count Agar) sebagai media padatnya. Digunakan juga pereaksi khusus Tri Phenyl

Tetrazalin Chlotide 0,5 % (TTC).

a. Bahan

1. Aquadest

2. Endo agar

3. Larutan bouillon

4. Nutrient agar

5. PCA

b. Alat

1. Autoclave

2. Gelas ukur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

3. Inkubator

4. Lampu Bunsen

5. Ose Cincin

6. Petridish

7. Pipet

8. Rak Tabung

9. Tabung Glass

10. Timbangan Analisis

c. Cara Kerja

1. Sampel Makanan

a) Sayur dan ikan dalam bentuk satu porsi diambil kira – kira 200 gram

sebagai sampel kemudian dihaluskan diatas mortal secara aseptis

b) Siapkan 24 tabung reaksi steril, susun pada rak tabung. Masing- masing

tabung secara berurutan doberi tanda 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, 10-6 dan

seterusnya sebagai kode pengenceran dan tanggal pemeriksaan.

c) Siapkan pula 24 petri dish steril . pada 24 dish diberi tanda pada bagian

belakangnya sesuai dengan kode pengenceran dan tanggal pemeriksaan

seperti pada butir a.satu petri dish lainnya diberi tanda kontrol.

d) Pada tabung ke dua sampai dengan ke enam diisi dengan 9 ml air garam

phisiologis atau aquades atau larutangaram buffer phosfat, untuk

pemeriksaan bacillus cereus harus menggunakan larutan garam buffer

phosfat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

e) Kocok bahan spesimen diatas dalam labu Erlenmeyer sebanyak 25 kali

sampai homogen. Ambil 10 ml masukan pada tabung kesatu.

f) Pindahkan 1 ml bahan dari tabung ke dua ke dalam tabung ketiga

dengan pipet, cairan dibuat sampai homogen.

g) Demikian seterusnya dilakukan sampai tabung ke enam. Pengenceran

yang diperoleh pada keenam tabung adalah 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5,10-
6
sesuai dengan kode pengenceran yang telah tercantum sebelumnya.

h) Dari masing-masing tabung diatas di mulai dari tabung ke enam dengan

menggunakan pipet steril, di ambil 1 ml dimasukkan kedalam masing-

masing petri dish steril sesuai dengan kode pengenceran yang sama.

i) Kemudian kedalam masing-masing petri dish dituang plate count agar

cair yang telah dipanaskan dalam water bath ± 45𝑜 𝐶 sebanyak 15 – 20

ml. masing-masing petri dish digoyang perlahan-lahan hingga

tercampur merata dan biarkan hingga dingin dan membeku.

j) Masukkan dalam incubator 37𝑜 𝐶 selama 2 x 24 jam dalam keadaan

terbalik.

k) Kontrol dibuat dari cairan air garam phisiologis atau aquadest atau

larutan garam buffer phosfat. Untuk pemeriksaan bacillus cereus harus

menggunakan larutan garam buffer phosfat, dimasukkan kedalam petri

dish control dan dituangi plate count agar cair seperti tersebut diatas

sebanyak 15 – 20 ml.

l) Pembacaan dilakukan setelah 2 x 24 jam dengan cara menghitung

jumlah koloni enterobacter yang tumbuh pada tiap petri dish.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

3.9 Teknik Analisis Data

Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk

mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan

data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan.

Coding, yaitu memberikan kode numerik atau angka kepada masing-masing

kategori. Data entry yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam

master tabel atau database komputerisasi.

Untuk melihat Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Diare yaitu

dengan menggunakan Uji Bivariat yaitu untuk melihat ada tidaknya hubungan

antara variabel dependen dengan variabel independen. Peneliti menggunakan uji

perbedaan yaitu uji chi square. Dasar pengambilan keputusan penerimaan

hipotesis berdasarkan tingkat signifikan (nilai α) sebesar 95%. Jika nilai p > α

(0,05), maka hipotesis penelitian (Ha) ditolak dan jika nilai p < α (0,05), maka

hipotesis penelitian (Ha) diterima.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Pesantren Moderen Daarul Muhsinin ber lokasi di Dusun Janji Manahan

Kawat Desa Tanjung Siram Kabupaten Labuhan Batu.

Pesantren Nurul Falah ber lokasi di Desa Tanjung Marulak Kabupaten

Labuhan Batu Selatan.

4.2 Karakteristik Responden Santri/Santriwati

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Pesantren

Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah

Jenis Kelamin Pesantren Modren Daarul Pesantren Nurul Falah


Muhsinin
n % n %
Laki – laki 17 53,1 14 32,6
Perempuan 15 46,9 29 67,4
Total 32 100,0 43 100,0

Tabel 4.1 Menunjukkan bahwa jumlah responden lebih banyak perempuan

dari pada laki – laki, hal ini dikarenakan jumlah yang memondok lebih banyak

perempuan dari pada laki – laki.

62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63

4.3 Gambaran Higiene Perorangan Santri/Santriwati di Pesantren

Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Higiene Perorangan di

Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah

No Higiene Perorangan Pesantren Modren Pesantren Nurul


Santri/Santriwati Daarul Muhsinin Falah
n % n %
1 Selalu mencuci tangan setelah
buang air besar
Ya 30 69,8 30 93,8
Tidak 13 30,2 2 6,3
Jumlah 43 100,0 32 100,0

2 Selalu mencuci tangan dengan


sabun setelah buang air besar
Ya
Tidak 12 27,9 14 43,8
31 72,1 18 56,3
Jumlah 43 100,0 32 100,0
3 Selalu mencuci tangan dengan
menggosok tangan, sela-sela jari
dan kuku setelah buang air besar
Ya
Tidak
16 37,2 12 37,5
27 62,8 20 62,5
Jumlah 43 100,0 32 100,0
4 Selalu mencuci tangan sebelum
makan
Ya 38 88,4 15 46,9
Tidak 5 11,6 17 53,1
Jumlah 43 100,0 32 100,0
5 Selalu mencuci tangan dengan
sabun sebelum makan
Ya 29 67,4 14 43,8
Tidak 14 32,6 18 56,3

Jumlah 43 100,0 32 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

Lanjutan tabel 4.2

No Higiene Perorangan Pesantren Modren Pesantren Nurul


Santri/Santriwati Daarul Muhsinin Falah
n % n %
6 Selalu mencuci tangan
dengan menggosok
tangan, sela-sela jari
dan kuku sebelum makan
Ya 11 25,6 11 34,4
Tidak 32 74,4 21 65,6
Jumlah 43 100,0 32 100,0
7 Selalu memotong kuku
secara teratur minimal
seminggu sekali
Ya 38 88,4 26 81,3
Tidak 5 11,6 6 18,8
Jumlah 43 100,0 32 100,0

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa di Pesantren Modren Daarul

Muhsinin responden lebih banyak yang tidak selalu mencuci tangan dengan sabun

setelah buang air besar yaitu 72,1 %, tidak selalu menggosok tangan, sela-sela jari

dan kuku setelah buang air besar yaitu 62,8 %, tidak selalu mencuci tangan

dengan menggosok tangan, sela-sela jari dan kuku sebelum makan yaitu 74,4 %.

Sedangkan di Pesantren Nurul Falah responden lebih banyak yang tidak

selalu mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar yaitu 56,3 %, tidak

selalu mencuci tangan dengan menggosok tangan, sela-sela jari dan kuku setelah

buang air besar yaitu 62,5 %, tidak selalu mencuci tangan sebelum makan yaitu

53,1 %, tidak selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan yaitu 56,3, dan

tidak selalu mencuci tangan dengan menggosok tangan, sela-sela jari dan kuku

sebelum makan yaitu 65,6 %.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

4.4 Higiene Perorangan Santri/santriwati

Tabel 4.3 Higiene Perorangan Santri/santriwati di Pesantren Modren Daarul

Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah

Kategori Higiene Pesantren Modren Daarul Pesantren Nurul Falah


Perorangan Muhsinin
n % n %
Baik 15 34,9 12 37,5
Kurang 28 65,1 20 62,5
Total 43 100,0 32 100,0

Dari uraian diatas, santri/santriwati di Pesantren Modren Daarul Muhsinin

dan Pesantren Nurul Falah sebagian besar yaitu 65,1% dan 62,5% memiliki

higiene perorangan yang kurang baik.

4.5 Kejadian Diare Pada Santri/santriwati di Pesantren Modren Daarul

Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Diare Dalam

Sebulan Terakhir

Kejadian Diare Pesantren Modren Pesantren Nurul Falah


Daarul Muhsinin
n % n %
Ya 13 30,2 14 43,8
Tidak 30 69,8 18 56,2
Total 43 100,0 32 100,0

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden lebih banyak yang

tidak mengalami kejadian diare dalam sebulan terakhir ini yaitu 69,8% di

Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan 50,9% di Pesantren Nurul Falah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

4.6 Karakteristik Penjamah Makanan

Tabel 4.5 Distribusi Penjamah Makanan Berdasarkan Jenis Kelamin di

Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah

Jenis Kelamin N %
Laki – laki 1 33.3
Perempuan 2 66.7
Total 3 100.0

Berdasarkan hasil wawancara terhadap penjamah makanan di 2 (dua)

Pesantren yang terdiri dari Pesantren Modern Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul

Falah, Responden penjamah makanan laki-laki ada 1orang (33,3%) sedangkan

perempuan sebanyak 2 orang (66,7%), Sedangkan untuk distribusi penjamah

makanan berdasarkan umur yaitu berumur 49 tahun yaitu satu orang yang bekerja di

Pesantren Nurul Falah, sebanyak 2 orang yaitu yang berusia 50 tahun dan 52 tahun

yang bekerja di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan untuk pendidikan terakhir

penjamah makanan seluruhnya hanya berpendidikan terakhir SD.

Penjamah makanan seluruhnya di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan di

Pesantren Nurul Falah seluruhnya tidak memiliki pakaian kerja dan clemek, dan

menggunakan jilbab sebagai penutup kepala. Seluruh penjamah makanan semuanya

mencuci tangan tetapi belum memakai sabun pada saat akan mengolah makanan dan

setelah memegang kotoran seperti sampah yang menggambarkan bahwa penjamah

makanan masih kurang memahami pentingnya higiene dan sanitasi dalam mengolah

makanan.

Penjamah makanan juga tidak memperhatikan kebersihan kuku, mereka tidak

memotong kuku secara rutin sehingga masih memiliki kuku panjang dan kotor.

Penjamah makanan yang perempuan juga masih memakai cincin perhiasan, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

penjamah makanan laki – laki terkadang masih merokok pada saat mengolah

makanan.

4.7 Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan Berdasarkan 6 Prinsip di

Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah

4.7.1 Pengadaan Bahan Baku Makanan

Hasil obseravsi peneliti terhadap 2 Pesantren berdasarkan pengadaan

bahan makanan disajikan dalam tabel 4.6 berikut:

No Pengadaan Bahan Makanan Pesantren Modren Pesantren Nurul


Daarul Muhsinin Falah
n % n %
1 Bahan makanan yang akan
digunakan dicuci dengan air
bersih sebelum diproses
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0

2 Bahan makanan dalam


kondisi baik (segar, tidak
busuk) .
Ya 1 100 1 100
Tidak - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0
3 Bahan kemasan tidak rusak.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0
4 Memperhatikan masa
kadaluarsa makanan.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0
5 Tersedia stok yang cukup
untuk pengolahan yang akan
datang.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

Lanjutan tabel 4.6

No Pengadaan Bahan Makanan Pesantren Modren Pesantren Nurul


Daarul Muhsinin Falah
n % n %
6 Bahan makanan tambahan
yang digunakan berasal dari
sumber resmi.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0

Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh bahwa kedua Pesantren telah memenuhi

syarat kesehatan untuk semua kriteria pada pemilihan bahan baku makanan.

4.7.2 Penyimpanan Bahan Makanan

Hasil obseravsi peneliti terhadap 2 Pesantren berdasarkan pengadaan

bahan makanan disajikan dalam tabel 4.7 berikut:

No Penyimpanan Bahan Pesantren Modren Pesantren Nurul


Makanan Daarul Muhsinin Falah
n % n %
1 Dilakukan tempat pemisahan
penyimpanan bahan makanan
basah dengan bahan makanan
kering.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0

2 Gudang penyimpanan bahan


makanan terdapat system
ventilasi yang cukup.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0
3 Jarak bahan makanan dengan
lantai 15 cm.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

Lanjutan tabel 4.7


No Penyimpanan Bahan Pesantren Modren Pesantren Nurul
Makanan Daarul Muhsinin Falah
n % n %
4 Jarak bahan makanan dengan
dinding 5 cm.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0
5 Jarak bahan makanan dengan
langit – langit 60 cm.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0
6 Menyimpan bahan makanan
dengan kulkas sudah sesuai
dengan persyaratan jenis
makanan.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0
7. Bahan makanan yang
disimpan duluan, didahulukan
dalam pengolahannya.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0
8. Tempat penyimpanan
makanan terpisah dengan
tempat makanan masak/jadi.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0
9. Selalu membersihkan tempat
penyimpanan bahan
makanan.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

Lanjutan tabel 4.7

No Penyimpanan Bahan Pesantren Modren Pesantren Nurul


Makanan Daarul Muhsinin Falah
n % n %
10. Bahan makanan yang
disimpan selalu disusun
dalam rak dan ditempatkan
dalam aturan sejenis.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0
11. Kondisi tempat penyimpanan
bebas dari serangga atau
tikus.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0

Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh bahwa kedua Pesantren masih lebih

banyak yang belum memenuhi syarat kesehatan yaitu: gudang penyimpanan

bahan makanan terdapat system ventilasi yang cukup, jarak bahan makanan

dengan lantai 15 cm, jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm, menyimpan

bahan makanan dengan kulkas sudah sesuai dengan persyaratan jenis makanan,

selalu membersihkan tempat penyimpanan bahan makanan, bahan makanan yang

disimpan selalu disusun dalam rak dan ditempatkan dalam aturan sejenis, kondisi

tempat penyimpanan bebas dari serangga atau tikus. Sedangkan yang telah

memenuhi syarat kesehatan yaitu: dilakukan tempat pemisahan penyimpanan

bahan makanan basah dengan bahan makanan kering, jarak bahan makanan

dengan langit – langit 5 cm, bahan makanan yang disimpan didahulukan dalam

pengolahannya, tempat penyimpanan makanan terpisah dengan tempat makanan

jadi/masak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

4.7.3 Pengolahan Makanan

Hasil obseravsi peneliti terhadap 2 Pesantren berdasarkan pengolahan

makanan disajikan dalam tabel 4.8 berikut:

No Pengolahan Makanan Pesantren Modren Pesantren Nurul


Daarul Muhsinin Falah
n % n %
1 Memiliki pakaian kerja dan
clemek.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0
2 Merokok selama mengolah
makanan.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0
3 Letak toilet berhubungan
langsung dengan tempat
pengolahan.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0
4. Tersedia wastafel.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100 1 100
5 Makan atau mengunyah pada
saat mengolah makanan.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0
6 Menjaga kebersihan tangan,
rambut, kuku dan pakaian
setiap kali hendak menangani
makanan.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

Lanjutan tabel 4.8


No Pengolahan Makanan Pesantren Modren Pesantren Nurul
Daarul Muhsinin Falah
n % n %
7. Menggunakan air bersih
dalam mengolah makanan.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0
8. Peralatan masak yang
digunakan bebas dari kotoran.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0
9. Peralatan masak yang
digunakan anti karat, tidak
cacat, tidak mengeluarkan
logam berat beracun
berbahaya, dan mudah
dibersihkan.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0
10. Lantai dapur selalu dalam
keadaan bersih.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0
11. Terdapat tempat pembuangan
sampah.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0

Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh bahwa kedua Pesantren masih lebih

banyak yang belum memenuhi syarat kesehatan yaitu: tidak memiliki pakaian

kerja dan clemek, tidak tersedia wastafel, makan atau mengunyah pada saat

mengolah makanan, tidak menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian

setiap kali hendak menangani makanan, peralatan masak yang digunakan belum

bebas dari kotoran, lantai dapur tidak selalu dalam keadaan bersih, dan jumlah dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

jenis peralatan untuk mengolah makanan belum mencukupi. Sedangkan yang

telah memenuhi syarat kesehatan yaitu: tidak merokok selama mengolah

makanan, letak toilet tidak berhubungan langsung dengan tempat pengolahan

makanan, menggunakan air bersih dalam mengolah makanan, terdapat tempat

pembuangan sampah, terdapat ruang khusus untuk melakukan pengolahan

makanan, dan tidak bekerja pada saat sakit.

4.7.4 Pengangkutan Makanan

Hasil obseravsi peneliti terhadap 2 Pesantren berdasarkan pengangkutan

makanan disajikan dalam tabel 4.9 berikut:

No Pengangkutan Makanan Pesantren Modren Pesantren Nurul


Daarul Muhsinin Falah
n % n %
1. Setiap makanan mempunyai
wadah masing – masing.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0

2. Ditempatkan dalam wadah


yang bersih dan tertutup.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0
3. Tersedia tempat khusus untuk
pengangkutan makanan yang
sudah matang.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0
4. Tempat tersebut memiliki
tutup yang baik dan mudah
dibersihkan.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

Lanjutan tabel 4.9

No Pengangkutan Makanan Pesantren Modren Pesantren Nurul


Daarul Muhsinin Falah
n % n %
5. Wadah yang digunakan tidak
bertumpuk – tumpuk.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0
6. Jalan yang dilalui dalam
pengangkutan makanan
terhindar dari tempat kotor.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0

Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh bahwa kedua Pesantren masih lebih

banyak yang belum memenuhi syarat kesehatan yaitu: belum ditempatkan dalam

wadah yang bersih dan tertutup, tempat pengangkutan tersebut tidak memiliki

tutup yang baik dan mudah dibersihkan, wadah yang digunakan masih bertumpuk

– tumpuk, dan jalan yang dilalui dalam pengangkutan makanan tidak terhindar

dari tempat kotor. Sedangkan yang telah memenuhi syarat kesehatan yaitu: setiap

makanan ditempatkan dalam wadah masing – masing, dan sudah tersedia tempat

khusus untuk pengangkutan makanan yang sudah matang.

4.7.5 Penyimpanan Makanan Jadi/Masak

Hasil obseravsi peneliti terhadap 2 Pesantren berdasarkan Penyimpanan

Makanan Jadi/Masak disajikan dalam tabel 4.10 berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

No Penyimpanan Makanan Pesantren Modren Pesantren Nurul


Jadi/Masak Daarul Muhsinin Falah
n % n %
1. Tempat penyimpanan tertutup
dengan baik dan terlindung
dari pencemaran.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0

2. Tersedia tempat khusus untuk


menyimpan makanan yang
telah matang.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0
3. Tempat penyimpanan terpisah
dengan penyimpanan bahan
makanan.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0
4. Tempat penyimpanan dekat
dengan saluran buangan air
limbah.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0

5. Cara penyimpanan makanan


selalu dalam keadaan
tertutup.
Ya - - 1 100
Tidak 1 100 - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0

Berdasarkan Tabel 4.10 diperoleh bahwa kedua Pesantren telah memenuhi

syarat kesehatan untuk semua kriteria pada Pengolahan makanan dan hanya dua

kriteria yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu tempat penyimpanan tertutup

dengan baik dan terlindung dari pencemaran dan cara penyimpanan makanan

selalu dalam keadaan tertutup.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

4.7.6 Penyajian Makanan

Hasil obseravsi peneliti terhadap 2 Pesantren berdasarkan Penyajian

Makanan Jadi/Masak disajikan dalam tabel 4.11 berikut:

No Penyajian Makanan Pesantren Modren Pesantren Nurul


Jadi/Masak Daarul Muhsinin Falah
n % n %
1. Menyajikan makanan dengan
cara ditutup.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0

2. Menggunakan pakaian kerja


dan celemek saat menyajikan
makanan.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0
3. Merokok selama menyajikan
makanan.
Ya 1 100 - -
Tidak - - 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0
4. Makan atau mengunyah pada
saat menyajikan makanan.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0
5. Tempat atau wadah penyajian
makanan bebas dari debu.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0
6. Menjaga kebersihan tangan,
rambut, kuku dan pakaian
setiap kali hendak
menyajikan makanan .
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

Lanjutan tabel 4.11

No Penyajian Makanan Pesantren Modren Pesantren Nurul


Jadi/Masak Daarul Muhsinin Falah
n % n %
7. Makanan jadi diletakkan pada
tempat bersih.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100
Jumlah 1 100,0 1 100,0
8. Tersedia air yang cukup
untuk mencuci tangan dan
mencuci peralatan.
Ya 1 100 1 100
Tidak - - - -
Jumlah 1 100,0 1 100,0
9. Makanan yang disajikan
dalam keadaan hangat.
Ya - - - -
Tidak 1 100 1 100

Jumlah 1 100,0 1 100,0

Berdasarkan Tabel 4.11 diperoleh bahwa kedua Pesantren belum

memenuhi syarat kesehatan untuk semua kriteria pada Penyajian makanan dan

hanya satu kriteria yang memenuhi syarat kesehatan yaitu tersedia air yang cukup

untuk mencuci tangan dan mencuci peralatan.

4.8 Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan di Pesantren Modren Daarul

Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti pada kedua

Pesantren dapat diketahui sejauh mana penerapan 6 prinisp higiene sanitasi dalam

pengelolaan makanan yang disajikan dalam tabel 4.12 berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

No Higiene Sanitasi Pengelolaan Pesantren Modren Pesantren Nurul


Makanan Daarul Muhsinin Falah
1. Pengadaan Bahan Baku Makanan Memenuhi Syarat Memenuhi syarat
Kesehatan Kesehatan
2. Penyimpanan Bahan Makanan Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi
Syarat Kesehatan Syarat Kesehatan
3. Pengolahan Makanan Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi
Syarat Kesehatan Syarat Kesehatan
4. Pengangkutan Makanan Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi
Syarat Kesehatan Syarat Kesehatan
5. Penyimpanan Makanan Masak Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi
Syarat Kesehatan Syarat Kesehatan
6. Penyajian Makanan Masak Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi
Syarat Kesehatan Syarat Kesehatan
Berdasarkan hasil observasi pada Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa kedua

Pesantren belum memenuhi syarat kesehatan dalam higiene sanitasi pengelolaan

makanan dan hanya prinsip pengadaan bahan baku makanan yang sudah

memenuhi syarat kesehatan.

4.9 Keberadaan Enterobacter Pada Makanan Masak Yang Disajikan Di

Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah

Tabel 4.13 Hasil Pemeriksaan Enterobacter pada Makanan Masak di

Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah

Sampel dari Pesantren Modren Daarul Muhsinin Hasil


Nasi Putih Positif
Ikan Teri Sambel Positif
Sayur Sawi Positif
Sampel dari Pesantren Nurul Falah Hasil
Nasi Putih Positif
Tahu Goreng Positif
Sambal Cabe Positif

Berdasarkan tabel 4.13, diketahui bahwa seluruh sampel makanan masak

di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah yang telah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

diperiksa semua hasilnya Positif terdapat Enterobacter maka dapat dikatakan

bahwa belum memenuhi syarat kesehatan.

4.10 Hubungan Higiene Perorangan Dengan Kejadian Diare Pada

Santri/santriwati di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan

Pesantren Nurul Falah

Tabel 4.14 Analisis Higiene Perorangan Dengan Kejadian Diare Pada

Santri/santriwati di Pesantren Modren Daarul Muhsinin

Higiene Perorangan Kejadian Diare


Santri/Santriwati Diare Tidak Diare Total P
n % n % n %
Baik 3 20,0 12 80,0 15 100 0,048
Kurang 10 64,3 18 35,7 28 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak santri/santriwati

yang memiliki higiene perorangan yang kurang dan mengalami diare yaitu 64,3%

dibandingkan dengan yang tidak mengalami diare yaitu 35,7 %. Sedangkan yang

memiliki higiene perorangan baik dan mengalami diare yaitu 20,0 %

dibandingkan dengan yang tidak mengalami diare yaitu 80,0 %. Hasil analisa

statistik dengan menggunakan uji fisher exact diperoleh nilai P=0,048 (P<0,05),

artinya ada hubungan yang bermakna antara higiene perorangana murid dengan

kejadian diare.

Tabel 4.15 Analisis Higiene Perorangan Dengan Kejadian Diare Pada


Santri/santriwati di Pesantren Nurul Falah

Higiene Perorangan Kejadian Diare


Santri/Santriwati Diare Tidak Diare Total P
n % n % n %
Baik 1 0,0 12 100 13 100 0,02
Kurang 13 65,0 7 35,0 28 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak santri/santriwati

yang memiliki higiene perorangan yang kurang dan mengalami diare yaitu 65,0%

dibandingkan dengan yang tidak mengalami diare yaitu 35,0 %. Sedangkan yang

memiliki higiene perorangan baik dan mengalami diare yaitu 0,0 % dibandingkan

dengan yang tidak mengalami diare yaitu 100 %. Hasil analisa statistik dengan

menggunakan uji fisher exact diperoleh nilai P=0,04 (P<0,05), artinya ada

hubungan yang bermakna antara higiene perorangana murid dengan kejadian

diare.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada santri/santriwati di

Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah dengan melihat

hubungan personal higiene dengan kejadian diare dan gambaran higiene sanitasi

pengelolaan makanan serta keberadaan enterobacter pada makanan masak adalah

sebagai berikut:

5.1 Higiene Perorangan pada Santri/Santriwati di Pesantren Modren

Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah

Hasil penelitian, diketahui bahwa higiene perorangan pada

santri/santriwati di Pesantren Modren Daarul Muhsinin sebagian besar adalah

pada kategori kurang yaitu sebanyak 28 orang (65,1%), Sedangkan di Pesantren

Nurul Falah juga pada kategori kurang yaitu sebanyak 20 orang (62,5%).

Kurangnya higiene perorangan di Pesantren modren Daarul Muhsinin dan

Nurul Falah terutama dalam hal rendahnya kebiasaan mencuci tangan secara

hygienis dan rendahnya kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah buang air

besar, mereka hanya mencuci tangan mereka setelah buang air besar dengan air

saja karena kadang mereka malas membawa sabun ke toilet dan Pesantren juga

tidak menyediakan sabun di toilet. Kurangnya higiene perorangan di Pesantren

Nurul Falah juga karena rendahnya kebiasaan mencuci tangan sebelum makan,

santri/santriwati mengatakan mereka malas mencuci tangan karena tidak

tersedianya wastafel di asrama serta toilet yang begitu jauh dari asrama dan juga

penyediaan air di asrama masih kurang sehingga santri/santriwati malas mencuci

tangan sebelum makan dan hanya mencuci tangan waktu wudhu sebelum shalat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

karena jadwal makan santri/santriwati adalah sehabis shalat sehingga mereka

beranggapan sudah mencuci tangan pas waktu wudhu, dan santri/santriwati masih

kurang pengetahuan dalam mencuci tangan secara higienis. Beberapa kebiasaan

berperilaku hidup sehat antara lain kebiasaan mencuci tangan dengan sabun

setelah buang air besar, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan

dan kebiasaan buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006).

Santri/santiwati di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren

Nurul Falah yang selalu memotong kuku jika terlihat agak panjang atau minimal

seminggu sekali ada 88,4%. Hanya saja ada beberapa dari mereka yang meranjak

remaja senang memanjangkan kuku untuk kecantikan. Kuku yang panjang

mengandung kuman penyakit dibaliknya. Pentingnya memotong kuku sering tidak

disadari oleh sebagian orang karena tidak secara langsung terlihat sebagai

penyebab penyakit, padahal melalui kuku yang kotor dan panjang kuman masuk

ketika makan. Kuku yang panjang dan tidak terawat menjadi tempat melekatnya

berbagai kotoran yang mengandung berbagai kuman penyebab penyakit.

Perawatan kuku yang rutin termasuk didalamnya adalah membersihkan

dan menggunting serta mengembalikan batas – batas kulit di tepi kuku ke keadaan

normal. Dibawah kuki jari tangan maupun kaki terdapat banyak bakteri yang

dapat menjadi infeksi ataupun sumber penyakit (Maryunani, 2015).

5.2 Kejadian Diare

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian diare pada santri/santriwati

di pesantren Modren Daarul Muhsinin dalam sebulan terakhir sebanyak 30,2 %.

Sedangkan kejadian diare pada santri/santriwati di Pesantren Nurul Falah dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

sebulan terakhir sebanyak 43,8%. Murid yang terkena diare dapat disebabkan

karena higiene perorangan yang kurang baik, pencemaran mikroba pada makanan

dan juga makanan yang kurang hygiene (Depkes RI, 2005).

5.3 Karakteristik Penjamah Makanan

Hasil wawancara dan observasi pada penjamah makanan, Tingkat umur

penjamah makanan di Pesantren Daarul Muhsinin, rata-rata penjamah makanan

berumur 50 – 52 tahun. Sedangkan di Pesantren Nurul Falah umur penjamah

makanan dibawah 50 tahun. Umur juga mempengaruhi cara – cara dalam

mengolah makanan, semakin tua umur seseorang maka akan cepat merasa lelah

sehingga tidak lagi memperhatikan makanan yang mereka olah.

Tingkat pendidikan formal dari kedua pesantren ini kurang baik, karena

ketiga penjamah makanan berpendidikan terakhir SD. Latar belakang pendidikan

dapat mempengaruhi cara-cara mereka dalam menangani makanan.

Penjamah makanan seluruhnya di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan di

Pesantren Nurul Falah seluruhnya tidak memiliki pakaian kerja dan clemek yang

dapat mengotori pakaiannya. Pakaian yang kotor dapat menjadi tempat bersarangnya

debu dan kotoran. Depkes RI (1992) juga mengharuskan penjamah makanan

memakai celemek dan tutup kepala saat menangani makanan, karena makanan dapat

tercemar oleh bakteri yang ada di pakaian penjamah, untuk itu diharuskan memakai

celemek yang bersih pada saat mengolah makanan

Penjamah makanan juga tidak memperhatikan kebersihan kuku, mereka tidak

memotong kuku secara rutin sehingga masih memiliki kuku panjang dan kotor.

Dibawah kuku jari tangan yang kotor terdapat banyak bakteri yang dapat menjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

infeksi ataupun sumber penyakit (Maryunan, 2015). Maka dari itu penjamah makanan

haruslah menjaga kebersihan kuku agar tidak mencemari makanan yang diolah.

Penjamah makanan yang perempuan juga masih memakai cincin

perhiasan. Perhiasan yang dipakai ini akan menjadi sarang kotoran akibat debu,

keringat dan sebagainya. Tangan dilengkapi dengan perhiasan akan sulit dicuci

sampai bersih karena lekukan perhiasan dan permukaan kulit disekitar perhiasan

tidak akan dapat bersih dengan sempurna. Menurut Depkes RI (2004) Perhiasan

yang hanya bisa dipakai adalah sebatas perhiasan tidak terukir, seperti cincin

kawin polos.

Penjamah makanan juga tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan

secara berkala, penjamah makanan hanya akan memeriksa kesehatannya ketika

mereka sedang sakit, dan pihak Pesantren juga tidak pernah melakukan pemeriksaan

secara berkala untuk penjamah makanan.

5.4 Prinsip Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan pada

para penjamah makanan yang bekerja di Pesantren Modren Darul Muhsinin dan

Pesantren Nurul Falah dalam prinsip-prinsip higiene sanitasi makanan secara

keseluruhan tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Permenkes RI

No.1096 tahun 2011.

5.4.1 Pengadaan Bahan Makanan

Pengadaan bahan makanan adalah semua bahan baik terolah maupun tidak

termasuk bahan tambahan dan bahan penolong. Dimana pengadaan atau

pemilihan bahan makanan di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren

Nurul Falah telah memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Permenkes

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

No.1096/Menkes/PER/VI/2011 yaitu kondisi fisik bahan makanan dalam keadaan

baik, terdaftar pada Departemen Kesehatan dan memperhatikan masa kadaluarsa

makanan dalam kemasan.

Untuk memelihara kesehatan masyarakat perlu sekali pengawasan

terhadap pembuatan dan penyediaan bahan-bahan makanan dan minuman agar

tidak membahayakan kesehatan masyarakat. Hal-hal yang dapat membahayakan

antara lain zat-zat kimia yang bersifat racun, bakteri-bekteri pathogen dan bibit

penyakit lainnya, parasit-parasit yang berasal dari hewan, serta tumuh-tumbuhan

yang beracun (Entjang, 2000).

Pemilihan bahan baku oleh penjamah makanan berasal dari pasar

tradisional yang diawasi oleh pemerintah. Dalam pengadaan/pemilihan bahan

makanan tersebut mereka mengutamakan kualitas, karena tidak terlihat busuk

ataupun rusak. Semuanya juga memeperhatikan masa kadaluarsa dalam memakai

bahan tambahan makanan dan membeli di pasar tradisional yang diawasi

pemerintah.

5.4.2 Penyimpanan Bahan Makanan

Penyimpanan bahan makanan adalah suatu cara dalam memberikan

kualitas bahan makanan dalam tempat penyimpanan agar tidak mudah membusuk

dan siap diolah. Meletakkan bahan makanan menurut jenisnya dan aturan sanitasi

tempat penyimpanan makanan, suhu penyimpanan, dan lamanya penyimpanan di

rak-rak makanan (Depkes, 2011).

Pada Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah

penyimpanan bahan makanan tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

Permenkes No.1096/Menkes/PER/VI/2011. Ini disebabkan karena adanya jalan

masuk serangga atau tikus ke dalam gudang, seperti pada ventilasi tidak dipasang

kawat kassa atau teralis, dan adanya ditemukan barang-barang yang tidak berguna

dalam gudang bahan makanan seperti kardus yang tidak berguna dll, dan juga dari

dinding gudang penyimpanan makanan masih ada celah yang dapat dilalui tikus

untuk masuk ke gudang. Ini semua memungkinkan untuk keberadaan serangga

atau tikus yang dapat merusak dan mencemari bahan makanan yang disimpan

dalam gudang. Oleh karena itu, lebih baik barang-barang yang tidak dapat

digunakan dibuang saja atau disusun rapi untuk mencegah gudang tempat

bersarangnya serangga dan tikus.

Menurut Prabu (2009) lokasi penyimpanan yang tidak memenuhi syarat

kesehatan akan memudahkan terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme seperti

jamur, bakteri, virus, parasit serta bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan

resiko terhadap kesehatan.

Hasil wawancara dengan penjamah makanan dan observasi yang

dilakukan di Pesantren Modren Daarul Muhsinin mereka menyimpan bahan

makanan diatas tempat tidur yang sudah tidak terpakai lagi yang berada di dapur

umum, bahan makanan yang disimpan seperti bahan – bahan bumbu – bumbu

masak, sayur, ikan asin, ikan teri, telur, dan beras, dll. Sedangkan ikan dan ayam

mereka tida menyimpan stok karena kalau mereka mau memasak ikan atau ayam

mereka biasanya membeli dari penjual ikan pada pagi hari dan mereka langsung

memasaknya pada siang hari dan mereka juga tidak menyimpan bahan makanan

di freezer karena freezer tidak disediakan oleh pihak Pesantren. Bahan makanaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

yang dibeli sebagian disimpan dan sebagian lagi digunakan untuk diolah. Jarak

bahan makanan dengan lantai tidak memenuhi syarat, karena ada bahan makanan

yang diletakkan diatas lantai dan dilapisi dengan karton saja. Jarak ke dinding

juga tidak memenuhi syarat, karena bahan makanan menyentuh dinding gudang.

Begitu juga pada Pesantren Nurul Falah sanitasi tempat penyimpanan

bahan makanan tidak memenuhi syarat, bahan makanan yang dibeli sebagian

disimpan dan sebagian lagi digunakan untuk diolah. Karena mereka tidak

memiliki gudang khusus penyimpanan bahan makanan, bahan makanan disimpan

di rumah penjamah makanan. Bahan makanan yang disimpan dimasukkan ke

dalam baskom plastik, toples, keranjang plastik dan tampi terbuka dan bahkan ada

yang diletakkan dilantai saja, dan mereka juga tidak menyimpan bahan makanan

di freezer karena freezer tidak disediakan oleh pihak pesantren. Freezer sangat

membantu penyimpanan bahan makanan dibandingkan dengan tempat

penyimpanan lain seperti lemari makan atau laci – laci penyimpanan makanan.

freezer tidak mengubah penampilan,citarasa dan tidak pula merusak nutrisi bahan

makanan yang disimpan selama batas waktu penyimpanan (Depkes RI , 2004).

Jarak bahan makanan dengan lantai tidak memenuhi syarat, karena ada

bahan makanan yang diletakkan diatas lantai. Jarak ke dinding juga masih belum

memenuhi syarat, karena bahan makanan masih dekat dengan dinding rumah

penjamah makanan. Menurut Depkes RI (2011), syarat-syarat penyimpanan bahan

makanan yaitu dalam suhu yang sesuai, ketebalan bahan padat tidak lebih dari 10

cm, disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak sehingga tidak

mengakibatkan rusaknya bahan makanan, bila bahan makanan disimpan di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

gudang cara penyimpanannya tidak menempel pada dinding, lantai, dan langit-

langit.

5.4.3 Pengolahan Makanan

Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah

menjadi makanan jadi/masak atau siap santap, dengan memperhatikan kaidah cara

pengolahan makanan yang baik (Depkes, 2011).

Hasil wawancara pada penjamah makanan dan observasi tentang

pengolahan makanan, Di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul

Faalah seluruh penjamah makanan tidak mempunyai pakaian kerja yang berupa

celemek, dan ini tidak sesuai dengan Permenkes No.1096 tahun 2011. Celemek

digunakan untuk mencegah agak pakaian tidak kotor dan kotoran yang menempel

di baju tidak mencemari makanan selama proses pengolahan makanan. Penjamah

dapat berperan sebagai media penyebaran penyakit, mereka hanya mengenakan

pakaian biasa yang digunakan sehari-hari, dan bila memenuhi syarat dapat

berfungsi sebagai pelindung dari pencemaran silang (cross contamination).

Menurut Widyati dan Yuliarsih (2002) pakaian kerja karyawan di dapur

selayaknya dipilih model yang dapat melindungi tubuh pada waktu memasak, mudah

dicuci, berwarna terang/putih, terbuat dari bahan yang kuat, dapat menyerap keringat,

tidak panas, dan ukurannya tidak begitu ketat sehingga dpat mengganggu pada waktu

bekerja.

Seluruh penjamah makanan dari kedua pesantren menggunakan alat

khusus untuk mengambil makanan, penutup kepala berupa jilbab, dan pada saat

bekerja mereka tidak menggunakan sepatu dapur tapi hanya memakai sandal, dan

mereka memasak menggunakan kayu bakar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

Menggunakan alat bantu saat mengambil makanan seluruh penjamah

makanan sudah memenuhi syarat kesehatan, sehingga makanan terhindar dari

pencemaran melalui tangan si pengolah. Pengolahan makanan selalu memakai alat

berupa penjepit makanan atau alat bantu lainnya, dan apabila tidak memenuhi

syarat dapat menyebabkan pencemaran makanan melalui tangan si pengolah.

Peralatan masak yang digunakan penjamah sudah memenuhi syarat karena terbuat

dari bahan besi kayu dan stainless steel yang mudah dibersihkan dan tidak

mengandung ataupun mengeluarkan zat-zat yang berbahaya.

Seluruh penjamah makanan semuanya mencuci tangan tetapi belum

memakai sabun setelah memegang kotoran seperti sampah dan sebelum mengolah

makanan yang menggambarkan bahwa penjamah makanan masih kurang

memahami pentingnya higiene dan sanitasi dalam mengolah makanan, akan tetapi

penjamah makanan tidak ada yang memelihara kuku panjang, tidak merokok saaat

bekerja dan tidak memakai perhiasan, karena penjamah makanan 2 orang

perempuan sehingga mereka tidak merokok dan 1 orang laki – laki menyediakan

waktu istirahat untuk ia merokok.

Saat mengolah makanan seluruh penjamah makanan bekerja dengan bersih

tetapi belum menggunakan peralatan dengan benar, karena peralatan yang mereka

gunakan masih terdapat debu dan abu yang berasal dari kayu bakar. Mereka tidak

langsung mencuci peralatan setelah digunakan masih kurang memenuhi

persyaratan kesehatan. Yang terjadi bila tidak memenuhi syarat kesehatan adalah

mengakibatkan pencemaran melalui peralatan makanan (Depkes RI, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

Berdasarkan uraian diatas, maka pada pengolahan bahan makanan pada

Pesantren Modren Darul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah belum memenuhi

syarat kesehatan sesuai dengan Permenkes No.1096/Menkes/PER/VI/2011

karena masih ada beberapa hal dari persyaratan pengolahan makanan yang belum

terpenuhi.

5.4.4 Pengangkutan Makanan

Pengangkutan makanan adalah suatu cara untuk memindahkan makanan

jadi/masak ketempat penyimpanan makanan sementara sampai pada

penghidangan dan tetap memeperhatikan kebersihan cara pengangkutan, alat

pengangkut dan tenaga pengangkutnya. Makanan yang berasal dari tempat

pengolahan makanan memerlukan pengangkutan untuk disimpan dan disajikan.

Selama pengangkutan makanan kemungkinan untuk terjadinya pengotoran

makanan dapat terjadi apabila cara pengangkutannya kurang tepat dan alat

angkutnya kurang baik dari segi kualitasnya.

Cara pengangkutan makanan atau bahan makanan harus memenuhi

persyaratan sanitasi, misalnya apakah saran pengangkutan memiliki alat

pendingin dan tertutup. Pengangkutan tersebut dilakukan baik dari sumber ke

tempat penyimpanan agar bahan makanan atau makanan tidak tercemar oleh

kontaminasi dan tidak rusak. Pengangkutan tersebut dilakukan baik dari sumber

ke tempat penyimpanan agar bahan makanan atau makanan tidak tercemar oleh

kontaminasi dan tidak rusak (Chandra,2006).

Hasil wawancara dan observasi penjamah makanan yang bekerja di

Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan pesantren Nurul Falah mengangkut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

makanan tidak menggunakan gerobak hanya menggunakan wadah yang tidak

tertutup lalu diangkat ke tempat penyimpanan ataupun penyajian.

Wadah yang mereka gunakan sebagai tempat makanan dibersihkan

sebelum digunakan. Wadah yang digunakan tidak tertutup, anti bocor, anti karat,

utuh dan ukurannya memadai untuk makanan yang ditempatkan dan

pengangkutan makanan wadah yang digunakan tidak bertumpuk-tumpuk.

Berdasarkan uraian diatas, maka pada pengangkutan makanan pada

Pesantren Modren Darul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah belum memenuhi

syarat kesehatan sesuai dengan Permenkes No.1096/Menkes/PER/VI/2011

karena masih ada beberapa hal dari persyaratan pengolahan makanan yang belum

terpenuhi.

5.4.5 Penyimpanan Makanan Jadi/Masak

Penyimpanan makanan jadi/masak adalah sebagai cara menjaga kualitas

makanan dalam suatu wadah penyimpanan khusus utuk mencegah pertumbuhan

bakteri dan menghindari terjadinya kebusukan makanan. Dalam perkembangan

bakteri ditentukan oleh jenis makanan yang sesuai atau jenis makanan yang cocok

untuk media pertumbuhannya. Oleh karena itu, perlu diperhatikan teknik

penyimpanan makanan yang baik untuk mencegah pertumbuhan dan

perkembangan dari bakteri pathogen, mengawetkan makanan dan mengurangi

pembusukan.

Hasil wawancara dan observasi penyimpanan makanan jadi/masak dimana

makanan jadi ditutup untuk menghindari debu dari langit-langit yang

berterbangan yang dapat mencemari makanan, makanan jadi diletakkan diatas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

meja dengan wadah yang bersih. Pada Pesantren Modren Daarul Muhsinin

penyimpanan makanan jadi diletakkan diatas meja dengan wadah yang bersih

tetapi makanan tersebut tidak ditutup sehingga banyak terdapat lalat yang hinggap

dimakanan tersebut. Sedangkan pada Pesantren Nurul Falah terdapat tempat

penyimpanan khusus makanan jadi/masak dengan wadah yang bersih dan tetapi

tidak tertutup. Hal tersebut tidak baik bagi kebersihan makanan jika dibiarkan

terbuka maka makanan tersebut tidak terjamin lagi kualitasnya karena pencemar

telah dengan leluasa mengotori seperti lalat untuk hinggap pada makanan.

Penyimpanan makanan jadi harus memperhatikan selalu suhu dan kelembaban

sesuai dengan persyaratan jenis makanan dan cara penyimpanannya harus

tertutup. (Depkes RI, 2003).

Bila lalat tersebut hinggap ke makanan manusia, maka kotoran akan

mencemari makanan yang akan dimakan oleh santri/santriwati sehingga akan

timbul gejala sakit yaitu sakit pada bagian perut serta lemas. Penyakit – penyakit

yang ditularkan oleh lalat antara lain disentri, kolera, tifus, diare dan lainnya yang

lainnya (Depkes, 2001).

Penyimpanan makanan jadi/masak tidak terlalu lama, dalam keadaan

hangat makanan langsung diangkat ke ruang makan untuk disajikan pada para

santri dan santriwati. Tempat penyimpanan makanan jadi/masak pada Pesantren

Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah belum memenuhi syarat.

Menurut Depkes RI (2003), prinsip penyimpanan makanan masak

bertujuan untuk mencegah pertumbuhan dan perkembangan bakteri pada makanan

serta mencegah timbulnya sarang hama dalam makanan. Syarat penyimpanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

makanan jadi yaitu terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga, tikus

dan hewan lainnya serta makanan yang cepat busuk atau basi disimpan dalam

suhu panas (650C atau lebih).

Menurut Permenkes No.1096 tahun 2011, penyimpanan makanan

jadi/masak harus terpisah dengan bahan makanan mentah dan memperhatikan

suhu penyimpanan makanan jadi/masak.

Dalam hal ini kedua Pesantren belum memenuhi syarat keesehatan sesuai

dengan Permenkes No.1096/Menkes/PER/VI/2011 karena masih ada beberapa

hal dari persyaratan pengangkutan makanan yang belum terpenuhi.

5.4.6 Penyajian Makanan

Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan.

Makanan yang disajikan adalah makanan yang siap santap, makanan yang siap

santap harus laik santap (Depkes, 2001).

Dalam penyajian makanan Pesantren Modren Daarul Muhsinin

menggunakan mangkuk kecil yang sudah disediakan nasi dengan lauk pauknya

dan disajikan diatas meja dalam keadaan terbuka dimana dalam keadaan seperti

ini dapat menjadi sumber penularan penyakit karena dari makanan terbuka itu

akan menyebabkan banyaknya lalat yang hinggap yang dapat menjadi sumber

pencemaran oleh mikroba. Apabila lalat hinggap di sampah dan/atau tinja kemudian

hinggap di makanan/minuman manusia maka akhirnya manusia yang

memakan/meminum yang sudah dihinggapi lalat dapat berpotensi terkena penyakit

seperti diare (Kusnoputranto, 2001).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

Penjamah menyajikan makanan setengah jam lebih cepat dari jadwal

makan para santri dan santriwati, karena mereka menggunakan sistem antrian

dalam mendapatkan makanan sehingga mereka menyajikan makanan seperti itu

kemudian nasi yang dimangkuk kecil tersebut dipindahkan ke piring masing

masing santri/santriwati, agar santri/santriwati tidak terlalu lama antri dalam

mendapatkan makanan. Hal ini memungkinkan makanan dapat tercemar dari debu

ataupun lalat yang hinggap ke makanan, karena makanan yang disajikan terbuka,

makanan yang tidak ditutup akan dapat terkontaminasi dengan udara luar dari

tangan si penyaji. Sedangkan pada Pesantren Nurul Falah, Penjamah menyajikan

makanan setengah jam lebih cepat dari jadwal makan para santri dan santriwati,

karena mereka juga menggunakan sistem antrian, penjamah makanan yang

meletakkan makanan mereka pada masing – masing piring yang dibawa oleh

santri/santriwati. Sehingga makanan yang akan disajikan diletakkan dalam wadah

yang besar seperti wadah nasi, wadah sayur, dan wadah ikan juga terbuka.

Sedangkan untuk minuman para santri/santriwati disediakan drum besar yang

dilengkapi kran untuk santri/santriwati.

Menurut Azwar (1990) ketika menyajikan makanan yang telah dimasak,

maka kebersihan orang yang menyajikan pun harus diperhatikan dengan baik.

Menyajikan makanan harus dalam keadaan hangat, suhu yang digunakan

tidak lebih dari 60ºC, agar meningkatkan selera dan mencegah pertumbuhan

bakteri. Dalam hal ini Pesantren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah

belum memenuhi syarat, karena mereka menyajikan makanan setengah jam lebih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

awal dari jam makan. Sehingga makanan yang disajikan bagi para santri masih

dalam keadaan hangat.

Berdasarkan uraian diatas, maka penyajian makanan pada Pesantren

Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah belum memenuhi syarat

kesehatan sesuai dengan Permenkes No.1096/Menkes/PER/VI/2011 karena

masih ada beberapa hal dari persyaratan penyajian makanan yang belum

terpenuhi.

5.4.7 Gambaran Higiene Sanitasi Pengolahan Makanan di Pesantren


Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah Tahun 2017

Higiene sanitasi pengelolaan keripik sanjai balado di Kecamatan

Payakumbuh Barat Tahun 2017 secara umum tidak memenuhi syarat kesehatan

mulai dari tahap penyimpanan bahan makanan hingga penyajian makanan yang

sesuai dengan Permenkes No.1096/Menkes/PER/VI/2011 tentang Persyaratan

Higiene Sanitasi Jasa Boga.

Pada prinsip I higiene sanitasi makanan yaitu pemilihan bahan baku pada

kedua Pesantren telah memenuhi syarat kesehatan. Untuk membuat suatu produk

makanan ada tahap demi tahap yang harus dilalui. Setiap tahap yang dilakukan

memiliki tujuan tertentu untuk menghasilkan suatu produk yang bermutu.

Makanan dapat terkontaminasi oleh berbagai racun.

Racun dapat berasal dari bahan makanan, cara pengolahan, penyimpanan

dan penyajian. Oleh karena itu, pencegahan keracunan harus dimulai dari bahan

baku sampai pada penyajian makanan (Slamet, 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

5.5 Kandungan Enterobacter Pada Makanan Masak Yang Disajikan di

Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah

Kandungan Enterobacter pada makanan masak di Pesantren Modren

Daarul Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah belum memenuhi standar kesehatan.

Hal ini dapat dilihat dari hasil laboratorium 6 sampel makanan (nasi, ikan teri

sambal, sayur sawi, tahu goreng, sambal cabe dan nasi) bahwa seluruh sampel

makanan ditemukan Enterobacter (Positif).

Enterobacter termasuk dalam family Enterobactericeae yang merupakan

kelompok gram negative berbentuk batang yang habitat umumnya adalah di usus

manusia dan hewan. Enterobacter satu family dengan E.coli, Klebsiella,

Salmonella, Shigella, Proteus, dan sebagainya. Pada keadaan tertentu jika terjadi

perubahan pada inang atau bila kesempatan memasuki tubuh yang lain, banyak

diantara bakteri ini yang mampu menimbulkan penyakit (Irianto, 2006).

Enterobacter yang ditemukan pada makanan tersebut yaitu Enterobacter

Asburiae, shigella dysenteriae, Proteus Mirabilis, Proteus Vagaris, dan Klebsiella

Pneumoniae. Hal ini dapat disebabkan oleh perilaku penjamah makanan yang

tidak mencuci tangan saat akan bekerja/menjamah makanan, lokasi tempat

pengolahan makanan yang tidak bersih dan berisiko tercemar debu dari asap kayu

bakar yang digunakan saat memasak, ditambah lagi makanan yang disajikan tidak

dalam keadaan tertutup sehingga sangat berisiko terkontaminasi oleh pencemar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

5.6 Hubungan Personal Higiene Dengan Kejadian Diare Pada

Santri/Santriwati di Pesantren Daarul Muhsinin dan Pesantren

Nurul Falah

Berdasarkan hasil peneitian menunjukkan bahwa higiene perorangan

berhubungan terhadap kejadian diare. Murid dengan higiene perorangan yang

kurang lebih banyak mengalami diare. Dapat dilihat dari rendahnya kebiasaan

mencuci tangan secara higienis.

Perpindahan kuman penyebab diare terjadi dalam berbagai hal, contohnya

perpindahan kuman dari tangan manusia ke dalam mulut kemudian masuk ke

tubuh. Tangan merupakan anggota tubuh yang menyentuh segala benda atau

obyek dalam aktivitas sehari-hari. Benda atau obyek yang disentuh tangan belum

tentu semuanya bersih sempurna. Terdapat kuman dan bakteri penyebab penyakit

diare pada benda atau obyek tersebut. Apabila tangan yang menyentuh obyek atau

benda yang terdapat kuman penyebab diare kemudian tidak mencuci tangan

sebelum makan maka orang tersebut berpotensi terkena penyakit diare. Kuman

dan bakteri penyebab diare dapat hilang dan dimusnahkan dengan mencuci tangan

menggunakan sabun secara baik dan benar (Anggrainy, 2010).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nadeak (2016) yang menyatakan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara personal hygiene dengan kejadian

diare pada anak sekolah dasar di SDN 101769 Percut Sei Tuan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan

1. Higiene perorangan pada Santri/Santriwati di Pesantren Modren Daarul

Muhsinin lebih banyak pada kategori kurang sebanyak 65,1% , dan di

Pesantren Nurul Falah sebanyak 62,5 % yang berarti sebagian besar

santri/santriwati memiliki higiene perorangan yang kurang baik.

2. Kejadian diare dalam sebulan terakhir pada Santi/Santriwati di Pesantren

Modren Daarul Muhsinin ada sebanyak 13 orang, Sedangkan di Pesantren

Nurul Falah ada sebanyak 13 orang juga.

3. Higiene sanitasi pengelolaan makanan di Pesantren Modren Daarul

Muhsinin dan Pesantren Nurul Falah tidak ada yang memenuhi

persyaratan yang diatur dalam Permenkes No.1096/Menkes/PER/VI/2011.

tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Jasa Boga.

4. Kandungan Enterobacter yang terdapat pada makanan masak yaitu

semuanya positif.

5. Ada hubungan antara higiene perorangan dengan kejadian diare pada

Santri/Santriwati di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dengan p = 0,035

(p<0,05), dan juga di Pesantren Nurul Falah dengan p = 0,04 (p<0,05).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

6.2 Saran

1. Bagi yayasan Pesantren agar meminta promosi kesehatan oleh Puskesmas

tentang kebersihan diri untuk santri/santriwati.

2. Membuat leaflet kesehatan tentang personal higiene di ruang kelas dan di

ruang dapur umum.

3. Para penjamah makanan sebaiknya lebih memperhatikan kebersihan diri

sewaktu ingin menjamah makanan seperti mencuci tangan sebelum

mengolah makanan dan menyesuaikan waktu memasak sebelum

santri/santriwati makan agar makanan yang disajikan tidak terlalu lama

terbuka yang dapat mengakibatkan tumbuhnya enterobacter pada makanan

yang disajikan.

4. Perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi para penjamah makanan oleh

bidan yang ada di POSKESTREN agar tidak terjadi penularan penyakit

oleh penjamah makanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, 1991. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Penerbit PT Raja


Grafindo. Jakarta

Anggrainy, R. 2010. Cuci Tangan Pakai Sabun Untuk Menurunkan Angka


Diare di Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Program Mendukung
Perilaku Hidup Bersih. http:www.perilakuhidupbersih(PHBS).com.
Diakses tanggal 10 Agustus 2016

Anwar, 1997. Sanitasi Makanan Dan Minuman Pada Institusi Pendidikan


Tenaga Sanitasi, Pusat Pendidikan Tenaga Sanitasi, Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan Depkes RI. Jakarta.

Arahmadi. 2012. Enterobacter Sakazakii. http://arahmadi.net/Jurnal-Enterobacter


Sakazakii pdf Diakses tanggal 26 Agustus 2016

Ayu Diana Fitria, 2010. Gambaran Higiene Sanitasi Pengolahan Makanan


Pada Penyelenggaraan Makanan di Pondok Pesantren. Laporan Hasil
Penelitian Lembaga Penelitian Universitas Airlangga. Surabaya.

Azwar, Azrul, 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber


Widya. Jakarta.

BPOM RI, 2003. Pedoman Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri
Rumah Tangga (CPPB-IRT). Jakarta

Chandra, Budiman, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta.

Dedy Alamsyah, Ratna Muliawati, 2013. Pilar Dasar Ilmu Kesehatan


Masyarakat. Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta

Depkes RI, 1996. Pedoman Teknis Pengelolaan Makanan dan Pencegahan


Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit. Direktorat Jendral Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PPM &
PLP)

Depkes RI, 2001. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1216/
Menkes/SK/XI/2001 tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare.
Jakarta

100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Depkes RI, 2002. Pedoman Penatalaksanaan Program P2 Diare. Jakarta:
Direktorat Jendral PPM dan PL

Depkes RI, 2006. Pedoman Tatalaksana Diare. Jakarta: Direktorat Jendral PPM
dan PL

Depkes RI, 2007. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Berbagai
Tatanan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah. Jakarta: Pusat
Promosi Kesehatan

Depkes RI, 2011. Kejadian Diare di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral PPM
dan PL

Depkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan

Entjang, Indan, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Citra Adtya Bakti.


Bandung.

Fathonah, S. 2014. Higiene dan Sanitasi Makanan. Unnes Press. Semarang

Halisa Kurniati, 2016. Gambaran Hygiene Sanitasi Pengelolaan Makanan dan


Pemeriksaan Escherichia coli pada Makanan di Rumah Makan Khas
Minang Jalan Setia Budi Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan
Medan Sunggal. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Medan.

Hidayat, A. A. A., 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika. Jakarta.

Iqbal Mubarak, W. dan Nurul Chayatin, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat


Teori dan Aplikasi. Salemba Medika. Jakarta.

Irianto, K. 2013. Mikrobiologi Medis (Medical Microbiology). Penerbit


Alfabeta. Bandung

Irianto, K. 2014 Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular panduan


klinis. Alfabeta. Bandung

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1098/MENKES/SK/VII. 2003. Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah
Makan dan Restoran. Jakarta.

101

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor1096/MENKES/PER/VI.2011. Persyaratan Higiene Sanitasi
Jasaboga, Jakarta.

Lili Aryanti, 2011. Higiene Dan Sanitasi Pengelolaan Makanan Di Pesantren


Modern Unggulan Terpadu Darul Mursyid Dan Pesantren Kh.
Ahmad Dahlan Di Kabupaten Tapanuli Selatan. Skripsi, Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU. Medan

Metrotvnews. 2007. Puluhan Santri Keracunan Makanan.


http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2007/06/24/41019/ -
Puluhan- Santri-Keracunan-Makanan-. (diakses pada tanggal 10 juli
2016)

Mundiatun, Daryanto. 2015. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan. Penerbit


Gava Media. Yogyakarta

Oginawati, K. 2008. Sanitasi Makanan dan Minuman. Penerbit Institut


Teknologi Bandung Press. Bandung

Proverawati, A.: Rahmawati,E. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


(PHBS). Nuha Medika. Yogyakarta

Profil Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu

Profil Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu Selatan

Ray, s. 2011. A Study On Prevalence Of Bacteria in The Hands Of Children


and Their Perception on Hand Washing in Two Schools Of Bangalore
and Kolkata. Indian Journal Of Public Health, Volume 55, Issue 4: 293 -
297

Rejeki, Sri. 2015. Sanitasi, Hygiene, dan Kesehatan & Keselamatan kerja
(K3). Penerbit Rekayasa Sains. Bandung

Schwarts, M.W. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. EGC. Jakarta

Tarwoto.: Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta

102

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tietjen, L. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan
Dengan Sumber Daya Terbatas. Penerbit Yayasan Bina Pustaka.
Jakarta

Sarah Safira, 2015. Hubungan Kepadatan Lalat, Personal Hygiene Dan Sanitasi
Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Lingkungan I Kelurahan
Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Skripsi,
Fakultas kesehatan masyarakat USU. Medan.

Susila , Suyanto. 2015. Metodologi Penelitian Cross Sectional Kedokteran &


Kesehatan. Penerbit Bossscript. Klaten.

Said, Muhammad, 2011. BBPOM Pekanbaru Tak Bisa Ungkap Keracunan


Makanan. http://www.antarariau.com/id/modul/14374/bbpom-
pekanbaru- tak-bisa-ungkap-keracunan-makanan.html. (diakses pada
tanggal 10 juli 2016).

Suharyono, 2012. Diare Akut: Klinik dan Laboratorik. Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta

Sutisna, 2010. Pengertian Pondok Pesantren. http://sutisna.com/artikel/artikel-


keislaman/pengertian-pondok-pesantren/ (diakses tanggal 18 agustus
2016)

Widjaja, 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan
Pustaka

Widyati, R.dan Yuliahsih, 2002. Higiene dan Sanitasi Umum dan Perhotelan.
PT Gramedia Widiarsana Indonesia, Jakarta.

Widoyono, 2008. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga
Zaenab, 2008. Kasus Keracunan Makanan.
http://keslingmks.wordpress.com/2008/12/26/makalah-tentang-kasus-
keracunan- makanan/ (diakses tanggal 12 juli 2016)

Zein, U. 2011. Diare Akut Dewasa. USU Press. Medan

103

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1

LEMBAR OBSERVASI
HIGIENE DAN SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DI PESANTREN
MODERN DARUL MUHSININ DAN PESANTREN NURUL FALAH
TAHUN 2016

NO P. Daarul Muhsinin P. Nurul Falah


Objek Pengamatan Kategori
Ya Tidak Ket Ya Tidak Ket
Pengadaan Bahan Makanan
1. Bahan makanan yang akan
dipergunakan dicuci dengan
air bersih sebelum diproses.
2. Bahan makanan dalam
kondisi baik (segar, tidak
busuk) .
3. Bahan kemasan tidak rusak.

4. Memperhatikan masa
kadaluarsa makanan.

5. Tersedia stok yang cukup


untuk pengolahan yang akan
datang.
6. Bahan makanan tambahan
yang digunakan berasal dari
sumber resmi.
Penyimpanan Bahan Makanan
1. Dilakukan tempat pemisahan
penyimpanan bahan makanan
basah dengan bahan makanan
kering .
2. Gudang penyimpanan bahan
makanan terdapat system
ventilasi yang cukup.
3. Jarak bahan makanan dengan
lantai 15 cm.

104

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Jarak bahan makanan dengan
dinding 5 cm.

5. Jarak bahan makanan dengan


langit – lantai 5 cm.

6. Menyimpan bahan makanan


dengan kulkas sudah sesuai
dengan persyaratan jenis
makanan.
7. Bahan makanan yang
disimpan duluan, didahulukan
dalam pengolahannya.
8. Tempat penyimpanan
makanan terpisah dengan
tempat makanan jadi/masak.
9. Selalu membersihkan tempat
penyimpanan bahan
makanan.
10. Bahan makanan yang
disimpan selalu disusun
dalam rak dan ditempatkan
dalam aturan sejenis.
11. Kondisi tempat penyimpanan
bebas dari serangga atau
tikus.
Pengolahan bahan makanan
1. Memiliki pakaian kerja dan
celemek.

2. Merokok selama mengolah


makanan.

3. Letak toilet berhubungan


langsung dengan tempat
pengolahan.
4. Tersedia wastafel.

5. Makan atau mengunyah pada


saat mengolah makanan.

105

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Menjaga kebersihan tangan,
rambut, kuku, dan pakaian
setiap kali hendak menangani
makanan.
7. Menggunakan air bersih
dalam mengolah makanan.

8. Peralatan masak yang


digunakan bebas dari kotoran.

9. Peralatan masak yang


digunakan anti karat, tidak
cacat, tidak mengeluarkan
logam berat beracun
berbahaya, dan mudah
dibersihkan.
10. Lantai dapur selalu dalam
keadaan bersih.

11. Terdapat tempat pembungan


sampah .

12. Terdapat ruang khusus untuk


melakukan pengolahan
makanan.
13. Jumlah dan jenis peralatan
untuk mengolah makanan
sudah mencukupi.
14. Tidak bekerja dalam keadaan
sakit.

Pengangkutan Makanan
1. Setiap makanan mempunyai
wadah masing-masing.

2. Ditempatkan dalam wadah


yang bersih dan tertutup.

3. Tersedia tempat khusus untuk


pengangkutan makanan yang
sudah matang

106

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Tempat tersebut memiliki
tutup yang baik dan mudah
dibersihkan.
5. Wadah yang digunakan tidak
bertumpuk-tumpuk.

6. Jalan yang dilalui dalam


pengangkutan makanan
terhindar dari tempat kotor.
Penyimpanan Makanan Jadi/Masak
1. Tempat penyimpanan tertutup
dengan baik dan terlindung
dari pencemaran.
2. Tersedia tempat khusus untuk
menyimpan makanan yang
telah matang .
3. Tempat penyimpanan
terpisah dengan penyimpanan
bahan makanan.
4. Tempat penyimpanan
makanan dekat dengan
saluran buangan air limbah.
5. Cara penyimpanan makanan
selalu dalam keadaan
tertutup.
Penyajian Makanan Jadi/Masak
1. Menyajikan makanan dengan
cara ditutup.

2. Menggunakan pakaian kerja


dan celemek saat menyajikan
makanan .
3. Merokok selama menyajikan
makanan .

4. Makan atau mengunyah pada


saat menyajikan makanan .

5. Tempat atau wadah penyajian


makanan bebas dari debu .

107

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Menjaga kebersihan tangan,
rambut, kuku, dan pakaian
setiap kali hendak
menyajikan makanan.
7. Makanan jadi diletakkan pada
tempat bersih.

8. Tersedia air yang cukup


untuk mencuci tangan dan
mencuci peralatan.
9. Makanan yang disajikan
dalam keadaan hangat.

108

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

A. Data Responden
Nama Responden :
Jenis Kelamin :
Umur :

B. Kejadian Diare
1. Apakah saudara/saudari pernah terkena diare dalam satu bulan terakhir?
a. Ya
b. Tidak

C. Personal Hygiene
1. Apakah saudara/saudari mencuci tangan setelah buang air besar?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah saudara/saudari mencuci tangan dangan sabun setelah buang air
besar?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah saudara/saudari mencuci tangan dengan menggosok tangan, sela-
sela jari dan kuku setelah buang air besar?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah saudara/saudari mencuci tangan sebelum makan ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah saudara/saudari mencuci tangan menggunakan sabun sebelum
makan?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah saudara/saudari mencuci tangan dengan menggosok tangan, sela-
sela jari dan kuku sebelum makan?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah saudara/saudari memotong kuku secara teratur dan bersih?
a. Ya
b. Tidak

109

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3 Master Data
Master Data Pesantren Modren Daarul Muhsinin
Nama JK PH 1 PH 2 PH 3 PH 4 PH 5 PH 6 PH 7 Diare Status Skor Personal
PH Higiene
Annisa 2 0 0 0 1 0 0 1 1 1 100 %
Wahyuni 2 1 0 0 1 0 0 1 2 2 14 %
Sarah 2 0 0 0 1 0 0 1 2 1 71 %
Rahma 2 1 0 0 1 0 0 1 2 2 29 %
Apriyanti 2 1 0 0 0 0 0 1 1 2 14 %
Aisyah 2 1 0 0 1 0 0 1 2 2 43 %
Laila 2 1 0 0 1 1 0 1 1 1 71 %
Siti 2 1 1 0 1 1 0 1 2 1 29 %
Riska 2 1 1 1 1 0 1 1 2 1 86 %
Maya 2 0 0 0 1 0 0 1 2 2 29 %
Fatimah 2 1 1 0 0 0 0 1 1 2 43 %
Rosida 2 1 1 0 1 0 0 0 2 2 29%
Rizka 2 1 1 1 1 1 0 0 2 1 86 %
Hariyani
Hafizah 2 1 1 1 1 1 0 1 2 2 57 %
Fajariah 2 1 1 1 1 0 1 1 2 2 57 %
Julia 2 1 1 1 0 1 1 1 2 1 86 %
Kiki 2 1 1 0 1 1 0 1 2 1 71 %
Desi 2 1 1 0 0 1 0 1 2 2 43 %
Ulfa 2 1 1 0 1 1 0 1 2 2 43 %
Riski Minta 2 1 1 1 1 1 0 1 2 1 71 %
ito
Nur Jannah 2 1 1 0 1 1 0 1 1 2 29 %
Rika Yanti 2 0 1 0 1 1 1 1 2 1 71 %
Siska 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 14%
Eka 2 1 1 1 1 0 0 1 2 2 29%
Suci 2 0 1 1 1 1 1 1 2 1 100 %
Siti 2 0 1 1 0 1 1 0 1 1 86 %
Aminah
Muhammad 1 1 1 0 1 1 0 0 1 2 57 %
Hasanah 2 0 1 1 1 1 1 0 2 2 57 %
Rizky 1 1 0 0 0 0 0 0 2 2 14 %
Ananda
Namora 1 1 1 0 1 1 0 1 1 2 29 %
Naek
Ismail 1 1 1 0 1 1 0 1 2 2 43%
Demi 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 %
Rambe
Abdul 1 1 0 0 1 0 0 1 2 2 29 %
Delifah 2 0 1 0 1 1 0 1 1 2 29 %
Ade 1 0 0 0 0 0 0 0 2 2 14 %
Pratama
Rangga 1 0 1 0 1 1 1 1 1 2 43 %
Nurli 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 100 %

110

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ahmad 1 1 1 0 1 1 0 1 1 2 29 %
Sembara
Khoirul 1 1 1 0 1 1 0 1 2 2 43 %
Anwar
Arif 1 1 0 0 1 0 0 1 2 2 0%
Syahril 1 0 0 0 1 1 0 1 2 2 29 %
Amri
Azmi 1 1 1 1 1 1 0 1 2 2 29 %
Pratama
Mahmud 1 0 1 1 0 1 0 0 2 2 57 %

Master Data Pesantren Nurul Falah


Nama Jk PH 1 PH 2 PH 3 PH 4 PH 5 PH 6 PH 7 Diare Status Skor Personal
PH Higiene
Rosmita 2 1 0 0 0 0 0 0 2 2 29 %
Zulaiha 2 1 1 1 1 1 0 1 2 1 100 %
Kholis 1 1 0 1 0 1 0 1 2 1 71 %
Sinta 2 1 1 1 1 1 0 1 2 1 100 %
Harapan 1 1 0 0 0 1 1 1 1 2 29 %
Siregar
Derliawati 2 1 0 0 0 1 1 1 1 2 29 %
Fitrah 1 1 1 1 1 1 0 1 2 1 100 %
Alfin 1 1 0 0 0 0 1 0 1 2 14 %
Nurul 2 1 0 0 0 0 1 0 1 2 43 %
James 1 0 0 0 0 0 0 1 1 2 14 %
Jeriadi 1 1 0 0 0 0 0 0 1 2 14 %
Lili 2 1 1 0 1 1 1 1 2 1 86 %
Atikah 2 1 1 1 0 0 0 0 1 2 43 %
Wahyu 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 100 %
Ratih 2 1 0 0 1 0 0 1 1 2 43 %
Ardin 1 0 0 0 1 0 0 0 1 2 14 %
Husein 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 100 %
Mahmud 1 1 1 0 1 0 0 1 2 2 57 %
Parhimpun 1 1 0 0 1 0 0 0 1 2 43 %
an
Rizka 2 1 0 0 0 0 0 1 2 2 43 %
Hasnah 2 1 0 0 1 0 0 1 2 2 43 %
Latifah 2 1 1 0 0 0 0 1 2 2 43 %
Andi 1 1 0 0 1 0 0 1 2 2 29 %
Suhendra
Dika 1 1 0 0 0 0 0 1 1 2 29 %
Fadly 1 1 0 0 1 0 0 1 2 2 43 %
Santi 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 100 %
Aban 1 1 1 1 0 1 0 1 2 1 71 %
Yanti 2 1 1 1 0 0 1 1 2 1 71 %
Rasyid 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 100 %
Saadatul 2 1 0 0 0 0 0 1 1 2 57 %
Jannah
Imam 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 100 %
Yusuf 1 1 0 0 0 0 0 1 1 2 43 %

111

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4 Output SPSS Penelitian
Output SPSS Penelitian
Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Diare pada Santri/Santriwati di
Pesantren Modren Daarul Muhsinin

JK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 14 32.6 32.6 32.6

perempuan 29 67.4 67.4 100.0

Total 43 100.0 100.0

Kejadian Diare

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 13 30.2 30.2 30.2

tidak 30 69.8 69.8 100.0

Total 43 100.0 100.0

Mencuci tangan setelah BAB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 13 30.2 30.2 30.2

ya 30 69.8 69.8 100.0

Total 43 100.0 100.0

Mencuci tangan dengan sabun setelah BAB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 12 27.9 27.9 27.9

ya 31 72.1 72.1 100.0

Total 43 100.0 100.0

112

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Mencuci tangan dengan menggosok tangan, sela-sela jari dan kuku
setelah BAB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 27 62.8 62.8 62.8

ya 16 37.2 37.2 100.0

Total 43 100.0 100.0

Mencuci tangan sebelum makan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 5 11.6 11.6 11.6

ya 38 88.4 88.4 100.0

Total 43 100.0 100.0

Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 14 32.6 32.6 32.6

ya 29 67.4 67.4 100.0

Total 43 100.0 100.0

Mencuci tangan dengan menggosok tangan, sela-sela jari, dan kuku


sebelum makan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 32 74.4 74.4 74.4

ya 11 25.6 25.6 100.0

Total 43 100.0 100.0

113

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Menjaga kebersihan kuku

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 5 11.6 11.6 11.6

ya 38 88.4 88.4 100.0

Total 43 100.0 100.0

Status personal higiene

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 15 34.9 34.9 34.9

krg baik 28 65.1 65.1 100.0

Total 43 100.0 100.0

Crosstabs

Status personal higiene * Kejadian Diare Crosstabulation

Kejadian Diare

ya tidak Total

Status personal higiene baik Count 3 12 15

Expected Count 4.5 10.5 15.0

% within Status personal 20.0% 80.0% 100.0%


higiene

% within Kejadian Diare 23.1% 40.0% 34.9%

% of Total 7.0% 27.9% 34.9%

krg baik Count 10 18 28

Expected Count 8.5 19.5 28.0

% within Status personal 35.7% 64.3% 100.0%


higiene

% within Kejadian Diare 76.9% 60.0% 65.1%

% of Total 23.3% 41.9% 65.1%

Total Count 13 30 43

114

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Expected Count 13.0 30.0 43.0

% within Status personal 30.2% 69.8% 100.0%


higiene

% within Kejadian Diare 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 30.2% 69.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1.144 1 .285
b
Continuity Correction .520 1 .471

Likelihood Ratio 1.192 1 .275

Fisher's Exact Test .487 .238

Linear-by-Linear Association 1.117 1 .291

N of Valid Cases 43

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,53.

b. Computed only for a 2x2 table

Output SPSS Penelitian


Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Diare pada Santri/Santriwati di
Pesantren Nurul Falah

JK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 17 53.1 53.1 53.1

perempuan 15 46.9 46.9 100.0

Total 32 100.0 100.0

115

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Mencuci tangan setelah BAB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 30 93.8 93.8 93.8

tidak 2 6.3 6.3 100.0

Total 32 100.0 100.0

Mencuci tangan dengan sabun setelah BAB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 14 43.8 43.8 43.8

tidak 18 56.3 56.3 100.0

Total 32 100.0 100.0

Mencuci tangan dengan menggosok tangan, sela-sela jari dan kuku


setelah BAB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 12 37.5 37.5 37.5

tidak 20 62.5 62.5 100.0

Total 32 100.0 100.0

Mencuci tangan sebelum makan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 15 46.9 46.9 46.9

tidak 17 53.1 53.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

116

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 14 43.8 43.8 43.8

tidak 18 56.3 56.3 100.0

Total 32 100.0 100.0

Mencuci tangan dengan menggosok tangan, sela-sela jari, dan kuku


sebelum makan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 11 34.4 34.4 34.4

tidak 21 65.6 65.6 100.0

Total 32 100.0 100.0

Menjaga kebersihan kuku

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 26 81.3 81.3 81.3

tidak 6 18.8 18.8 100.0

Total 32 100.0 100.0

Kejadian diare

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 14 43.8 43.8 43.8

tidak 18 56.3 56.3 100.0

Total 32 100.0 100.0

117

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Status personal higiene

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 12 37.5 37.5 37.5

krg baik 20 62.5 62.5 100.0

Total 32 100.0 100.0


Crosstab

Status personal higiene * Kejadian diare Crosstabulation

Kejadian diare

ya tidak Total

Status personal higiene baik Count 1 11 12

Expected Count 5.3 6.8 12.0

% within Status personal 8.3% 91.7% 100.0%


higiene

% within Kejadian diare 7.1% 61.1% 37.5%

% of Total 3.1% 34.4% 37.5%

krg baik Count 13 7 20

Expected Count 8.8 11.3 20.0

% within Status personal 65.0% 35.0% 100.0%


higiene

% within Kejadian diare 92.9% 38.9% 62.5%

% of Total 40.6% 21.9% 62.5%

Total Count 14 18 32

Expected Count 14.0 18.0 32.0

% within Status personal 43.8% 56.3% 100.0%


higiene

% within Kejadian diare 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 43.8% 56.3% 100.0%

118

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 9.786 1 .002
b
Continuity Correction 7.619 1 .006

Likelihood Ratio 11.078 1 .001

Fisher's Exact Test .003 .002

Linear-by-Linear Association 9.480 1 .002

N of Valid Cases 32

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,25.

b. Computed only for a 2x2 table

119

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5 Hasil Pemeriksaan Enterobacter Pada Makanan Masak yang Disajikan di Pesantren Modren Daarul Muhsinin dan

Pesantren Nurul Falah

No Kode Sampel Jumlah Koloni Sampel Mikroskopis Hasil Identifikasi


−1
10 10−2 10−3
1 PPDM 1 > 300 166 86  Bakteri Gram (-)  E-coli
 Bakteri Gram (+)  Shigella Dysentritica
2 PPDM 2 > 300 > 300 332  Bakteri Gram (-)  Klebsiella Pneumonia
 Bakteri Gram (+)
3 PPDM 3 > 300 128 41  Bakteri Gram (-)  Klebsiella Pneumonia
 Proteus Vulgaris
4 PPNF 1 > 300 > 300 188  Bakteri Gram (-)  E-coli
 Klebsiella Pneumonia
 Enterobacter Asburiae
5 PPNF 2 > 300 236 62  Bakteri Gram (-)  E-coli
 Klebsiella Pneumonia
6 PPNF 3 > 300 176 50  Bakteri Gram (-)  Klebsiella Pneumonia

120

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6
DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Pengadaan Bahan Baku dan Penyimpanan bahan Makanan di


Pesantren Nurul Falah

Gambar 2. Pengadaan Bahan Baku dan Penyimpanan bahan Makanan di


Pesantren Modren Daarul Muhsinin

121

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3. Proses Pengolahan Cabe di Pesantren Nurul Falah

Gambar 4. Proses Pengolahan Nasi di Pesantren Modren Daarul Muhsinin

122

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5. Tempat Makanan yang Sudah dimasak di Pesatren Nurul Falah

Gambar 6. Tempat Makanan yang Sudah dimasak di Pesatren Modren


Daarul Muhsinin

123

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 7. Penyajian Makanan di Pesatren Modren Daarul Muhsinin

Gambar 8. Penyajian Makanan di Pesatren Nurul Falah

124

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 9 Tempat Pengolahan Makanan di Pesantren Nurul Falah

Gambar 10 Tempat Pengolahan Makanan di Pesantren Modren Daarul


Muhsinin

125

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 11 Pengisian Kuesioner Oleh Santriwati di Pesantren Daarul
Muhsinin

Gambar 12 Pengisian Kuesioner Oleh Santri di Pesantren Daarul Muhsinin

126

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 13 Pengisian Kuesioner Oleh Santriwati di Pesantren Nurul Falah

Gambar 14 Pengisian Kuesioner Oleh Santri di Pesantren Nurul Falah

127

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 15. Pengambilan Sampel Makanan di Pesantren Nurul Falah

Gambar 16. Pengambilan Sampel Makanan di Pesantren Modren Daarul


Muhsinin

128

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 17. Proses Pemeriksaan Enterobacter di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU

Gambar 18. Proses Pemeriksaan Enterobacter di Laboratorium


Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU

129

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai