Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

  Puji dan Syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah pengantar ekonomi ini. Adapun maksud dan tujuan kami disini
untuk menyajikan beberapa hal yang menjadi materi dari makalah kami. Makalah ini membahas
mengenai Perekonomian Terbuka. Makalah ini juga menggunakan bahasa yang mudah dimengerti untuk
para pembacanya. Kami menyadari bahwa didalam makalah kami ini masih banyak kekeurangan , kami
mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan makalah kami agar lebih baik dan dapat berguna
semaksimal mungkin. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan dan penyempurnaan makalah ini. Yogyakarta , Desember 2011 Hormat
Kami Penyusun.

Gorontalo, 03 April 2022

SRI
RAHMIATI G. ISHAK
DAFTAR ISI

 KATA PENGANTAR

 DAFTAR ISI

 PENDAHULUAN

 ISI

INFLASI PENGANGGURAN

 KESIMPULAN

 SARAN

 PENUTUP

 DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
 
1. Latar Belakang
2. Permasalahan
Apakah Laju inflasi mempunyai pengaruh terhadap Produk Domestik Regional Bruto Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta?

3. Tujuan mempelajari Pendapatan Nasional


4. Manfaat mempelajari Pendapatan Nasional
BAB II

PEMBAHASAN
 
INFLASI

Inflasi adalah proses kenaikan harga umum barang secara terus menerus (Nopirin, 1998 : 25). Ini berarti
bahwa harga berbagai macam barang itu naik dengan presentase yang sama, dan kenaikan umum
tersebut terjadi tidaklah bersama-sama yang penting terdapat kenaikan umum secara terus-menerus
dalam periode tertentu. Inflasi (inflation) adalah gejala yang menunjukkan kenaikan tingkat harga umum
yang berlangsung terus menerus. Dari pengertian tersebut maka apabila terjadi kenaikan harga hanya
bersifat sementara, maka kenaikan harga yang sementara sifatnya tersebut tidak dapat dikatakan inflasi.
Semua negara di dunia selalu menghadapi permasalahan inflasi ini. Oleh karena itu, tingkat inflasi yang
terjadi dalam suatu negara merupakan salah satu ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah eko-
nomi yang dihadapi suatu negara. Bagi negara yang perekono-miannya baik, tingkat inflasi yang terjadi
berkisar antara 2 sampai 4 persen per tahun. Tingkat inflasi yang berkisar antara 2 sampai 4 persen
dikatakan tingkat inflasi yang rendah. Selanjut tingkat inflasi yang berkisar antara 7 sampai 10 persen
dikatakan inflasi yang tinggi. Namun demikian ada negara yang meng-hadapai tingkat inflasi yang lebih
serius atau sangat tinggi, misalnya Indonesia pada tahun 1966 dengan tingkat inflasi 650 persen. Inflasi
yang sangat tinggi tersebut disebut hiper inflasi (hyper inflation).

Macam-macam Inflasi dapat digolongkan dalam berbagai aspek (Nopirin, 1998 : 27 ) :

Inflasi Menurut Sifatnya :

a. Inflasi Merayap (Creeping Inflation) laju inflasi yang rendah kurang dari 10% per tahun.

b. Inflasi Menengah (Galloping Inflation) ditandai dengan harga tinggi

c. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation) harga naik diantara 100% per tahun 

Inflasi Menurut Sebabnya (Nopirin, 1998 : 29)

a. Inflasi Permintaan (Demand-pull Inflation), Inflasi timbul karena bertambahnya permintaan


mesyarakat akan barang-barang atau adanya kenaikan permintaan modal total (agregat
Demand).
b. Inflasi Ongkos (Cost-push Inflation), Inflasi ini ditandai dengan kenaikan harga serta turunya
produksi dan dibarengi dengan resesi, keadaan ini dimulai dengan adanya penurunan total
(Agregat Demand)
Inflasi menurut asalnya (Nopirin, 1998 : 30) 

a. Inflasi dari dalam negeri (Domestic Inflation), timbul karena defisit anggaran belanja dengan
percetakan uang baru, panenan gagal, dan sebagainya.
b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (Imported Inflation), Inflasi timbul karena adanya kenaikan barang
dan jasa di luar negeri atau dinegara-negara langganan berdagang yang akibatnya menaikan harga di
dalam negeri. Definisi Inflasi : Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang
dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu .

Komponen Inflasi Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi,
Prathama dan Mandala (2001:203) :

1. Kenaikan harga Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi darpada harga periode
sebelumnya.

2. Bersifat umum Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut
tidak menyebabkan harga secara umum naik.

3. Berlangsung terus menerus Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan
inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan
Tingkat Inflasi

Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian
yaitu

1) Merayap {Creeping Inflation) Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan
harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.

2) Inflasi menengah {Galloping Inflation) Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan
kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang arrinya
harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.

3) Inflasi Tinggi {Hyper Inflation) Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga
sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila
pemerintah mengalami defisit anggaran belanja. Metode Pengukuran Inflasi Suatu kenaiikan harga
dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga.

Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin,1987:25) antara
lain:

 ConsumerPriceIndex (CPI) Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau


pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan
hidup: CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x
100%
 Produsen PriceIndex dikenal dengan Whosale Price Index Index yang lebih
menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw material),
bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.
 GNP Deflator GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI
dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam
hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas:
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%

Faktor – faktor yang mempengaruhi Inflasi Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa
faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi:

a. DemandPull Inflation Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan
potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan
pennintaan agregat.

b. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama
periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.

Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand
Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh :

a) Domestic Inflation Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara
umum di dalam negeri.

b) ImportedInflation Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang
import secara umum

Penyebab inflasi Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi
(kurangnya kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini
dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif),
kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation)
terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya
likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga.
Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan
jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya
permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi,
inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang
bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan
volume likuiditas dipasar yang berlebihan.
Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama
tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank
sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan. Inflasi desakan biaya
(Ingg: cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya
kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara
signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari
rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum
permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap
produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi
akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana
alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi
(penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga
hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan
peranan yang sangat penting. Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu kenaikan
harga,misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji,misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan
usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang. Penggolongan inflasi Berdasarkan asalnya, inflasi
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari
luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja
yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan
makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat
naiknya harga barang impor.

Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif
impor barang. Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika
kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut
inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara
umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan
inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga
orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang
tidak terkendali (Hiperinflasi).

Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :

1. Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)

2. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)

3. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)

4. Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)

Mengukur inflasi Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah
indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
• Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga
rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.

• Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).

• Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang
dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan
tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang
kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.

• Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal,
barang jadi, dan jasa. Dampak Pekerja dengan gaji tetap sangat dirugikan dengan adanya Inflasi. Inflasi
memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu
ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik,
yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak
terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang
menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga
meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan
swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup
mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

• Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang
pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin
hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya
pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di
perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

• Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun.
Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja
menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena,
untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan
masyarakat.

• Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat
pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam.
Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang
pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi
daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan
produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya
produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan
produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak
sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada
pengusaha kecil). • Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,
mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan
pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya
tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

EFEK BURUK INFLASI

Kenaikan harga. Harga yang tinggi terus – menerus bukan saja menimbulkan beberapa efek
buruk ke atas kegiatan ekonomi, tetapi juga kepada kemakmuran individu dan masyarakat. Inflasi dan
Perkembangan Ekonomi Kenaikan harga – harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas
perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barang – barang negara itu tidak dapat bersaing di pasaran
internasional. Maka ekspor menurun. Sebaliknya, harga – harga produksi dalam negeri yang semakin
tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang – barang impor menjadi relatif murah. Maka lebih
banyak impor akan di lakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti pula oleh impor yang bertambah
menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca pembayaran akan
memburuk. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat Di samping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan
ekonomi negara, inflasi juga akan menimbulkan efek – efek yang berikut kepada individu masyarakat.

Inflasi akan menurunkan pendapatan rill orang – orang yang berpendapatan tetap.  Pada
umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga – harga. Maka inflasi akan menurunkan upah
rill individu – individu yang berpendapatan tetap.

Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan masyarakat
disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi – istitusi
keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai rillnya akan menurun apabila inflasi berlaku.

Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukan bahwa penerima pendapatan tetap akan


menghadapi kemerosotan dalam nilai rill pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan
mengalami penurunan dalam nilai rill kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta – harta tetap (tanah),
bangunan dan (rumah) dapat mempertahankan atau menambah nilai rill kekayaannya. Ajuga sebagai
penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai rill pendapatannya. Dengan demikian inflasi
menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan berpendapatan tetap dengan pemilik – pe–ilik
harta tetap dan penjual/pedagang akan menjai semakin tidak merata. 
PENGANGGURAN

Pengangguran adalah suatu kondisi di mana orang tidak dapat bekerja, karena tidak tersedianya
lapangan pekerjaan.

Jenis – jenis pengangguran digolongkan menjadi dua:

 Jenis pengangguran Berdasarkan Penyebabnya :


Berdasarkan penggolongan ini pengangguran dapat dibedakan menjadi empat jenis
pengangguran

1. Pengangguran Normal atau Friksional


Pekerja  yang meninggalkan pekerjaan lama dan mencoba mencari kerja baru.      
2. PengangguranSiklikal
Pengangguran yang diakibatkan kemerosotan permintaan agregat yang mengakibatkan
perusahaan – perusahaan mengurangi pekerja atau menutup perusahaan , maka
penggangguran bertambah.
3. Pengangguran Struktual.
Pengangguran yang diakibatkan kemerosotan itu akan menyebabkan kegiatan produksi 
dalam industry tersebut menurun dan sebagian pekerja diberhentikan dan menjadi
pengangguran.
4. Pengangguran teknologi.
Pengangguran yang ditimbulkan oleh penggunaan mesin dan kemajuan teknologi lainnya.

Kemerosotan itu akan menyebabkan kegiatan produksi industri tersebut menurun, dan sebagai
pekerja terpaksa diberhentikan dan menjadi penganggur. Pengangguran yang wujud digolongkan
sebagai penganggur struktural. Dinamakan demikian karena ia disebabkan oleh perubahan struktur
kegiatan ekonomi. Pengangguran Teknologi Pengangguran dapat pula ditimbulakn oleh adanya
penggantian tenaga manusia oleh mesin – mesin dan bahan kimia. Racun ladang dan rumput, misalnya,
telah mengurangi penggunaan tebaga kerja untuk membersihkan perkebunan, sawah dan lahan
pertanian lain. Begitu juga mesin telah mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk membuat lubang,
memotong rumput, membersikan kawasan, dan memungut hasil. Sedangkan di pabrik – pabrik, ada
kalanya robot telah menggantikan kerja – kerja manusia. Pengganguran yang ditimbulkan oleh
penggunaan mesin dan kemajuan teknologi lainnya dinamakan pengganguran teknologi.
JENIS – JENIS PENGANGGURAN BERDASARKAN CIRINYA.

Berdasarkan kepada ciri pengangguran yang berlaku, pengangguran dapat pula digolongkan sebagai
berikut :

Pengangguran terbuka

Pengangguran Terbuka Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan


pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian
semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperleh pekerjaan. Efek dari keaadaan ini di
dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Jadi mereka
menganggur secara nyata dan sepenuh waktu, dan oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka.

Pengangguran tersembunyi.

Pengangguran Tersembunyi Di banyak negara berkembang, seringkali didapati bahwa jumlah


pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan supaya ia
dapat menjalankan kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan
dalam pengangguran tersembunyi. Contoh –contohnya ialah, pelayan restoran yang lebih banyak dari
yang diperlukan dan kluarga petani dengan anggota kluarga yang besar yang mengerjakan luas tanah
yang sangat kecil.

Pengangguran bermusim

Pengangguran Bermusim Pengangguran ini terutama terdapat di sektor pertanian dan


perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka
dan terpaksa menganggur. Pada musim kemarau pula para pesawah tidak dapat mengerjakan tanahnya.
Di samping itu, pada umumnya para pesawah tidak begitu aktif di antara waktu sesudah menanam dan
sudah menuai. Apabila dalam masa di atas penyadap karet, nelayan dan pesawah tidak melakukan
pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur. Pengnggur seperti ini digolongkan
sebagai pengangguran bermusim. Setengah Menganggur Di negara – negara berkembang penghijrahan
atau migrasi dari desa ke kota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnyatidak semua orang yang pindah ke
kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya menjadi penganggur sepenuh waktu

Pengangguran menganggur
Pengangguran Siklikal Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat
imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran
kerja. Pengangguran juga dapat dibedakan atas pengangguran sukarela (voluntary unemployment) dan
dukalara (involuntary unemployment). Pengangguran suka rela adalah pengangguran yang menganggur
untuk sementara waktu karna ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Sedangkan pengangguran
duka lara adalah pengengguran yang menganggur karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun
belum berhasil mendapatkan kerja.
PERTUMBUHAN EKONOMI
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan
perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu
negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth);
pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi
memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah
proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi
peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi. Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi
keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat
output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan
hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan
alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan
teknik. Faktor Sumber daya alam yang dimiliki mempengaruhi pembangunan ekonomi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun
pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan
faktor nonekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau
kewirausahaan. Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah,
keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat mempengaruhi pertumbuhan industri
suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan
kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki
nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi). Sumber daya manusia juga menentukan
keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang
besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk
menentukan seberapa besar produktivitas yang ada. Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan
manusia untuk mengolah bahan mentah tersebut.
Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan. Sumber
daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran
pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas. Faktor
nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik, kelembagaan, dan
sistem yang berkembang dan berlaku. Hubungan inflasi, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi Ada
suatu hubungan terbalik antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran dalam suatu perekonomian.
Semakin banyak pengusaha memperluas kesempatan kerja semakin dia harus membayar dengan faktor
tertentu produksi dan pembayaran lebih banyak faktor produksi peningkatan biaya produksi unit akan
diamati dan dalam rangka mempertahankan profitabilitas produk pengusaha akan mengembang harga
produk tersebut.. Sebuah proses serupa akan diamati di seluruh perekonomian ketika pemerintah
bermaksud untuk menciptakan pekerjaan.
KASUS
 Diduga ada hubungan positif dan signifikan antara Jumlah Penduduk terhadap Produk Domestik
Regional Bruto Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Semakin tinggi jumlah penduduk
semakin tinggi tingkat konsumsi dan semakin tinggi pemekaran industri yang dapat
mempengaruhi nilai jumlah PDRB.
 Diduga ada hubungan positif dan signifikan antara Penanaman Modal Asing terhadap Produk
Domestik Regional Bruto Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Semakin tinggi tingkat
penanaman modal asing semakin tinggi tingkat pemekaran industri dan produksi yang dapat
mempengaruhi nilai jumlah PDRB.
 Diduga ada hubungan positif dan signifikan antara Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap
Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
 Diduga ada hubungan positif dan signifikan antara Laju Inflasi terhadap Produk Domestik
Regional Bruto Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tingkat inflasi yang mempengaruhi
tingkat harga, semakin tinggi tingkat inflasi semakin tinggi tingkat harga dan sebaliknya yang
dapat mempengaruhi nilai jumlah PDRB.
 Diduga ada hubungan signifikan secara bersama-sama antara Jumlah Penduduk, Penanaman
Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Laju Inflasi terhadap Produk Domestik
Regional Bruto Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

TUJUAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

Tujuan Bersifat Ekonomi


Tujuan untuk mengatasi pengangguran didasarkan kepada pertimbangan – pertimbangan yang
bersifat ekonomi. Dalam hal ini ada tiga hal pertimbangan utama : untuk menyediakan lowongan
pekerjaan baru, untuk meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat dan memperbaiki kesamarataan
pembagian pendapatan.

 Menyediakan Lowongan Pekerjaan  

Dalam jangka panjang usaha mengatasi pengangguran diperlukan karena jumlah penduduk yang
selalu bertambah akan menyebabkan pertambahan tenaga kerja yang terus menerus. Maka, untuk
menghindari masalah pengangguran yang semakin serius, tambahan lowongwn pwkwrjaan yang cukup
perlu disediakan dari tahun ke tahun. Dalam jangka pendek pengangguran dapat menjadi bertambah
serius, yaitu ketika berlaku kemunduran atau pertumbuhan ekonomi yang lambat. Dalam masa seperti
itu kesempatan kerja bertambah dengan lambat dan pengangguran meningkat. Menghadapi keadaan
yang seperti ini usaha – usaha pemerintah untuk mengatasi pengangguran perlu ditingkatkan.
 Meningkatkan Taraf Kemakmuran Masyarakat

Kenaikan kesempatan kerja dan penganguran sangat berhubungan dengan pendapatn nasional dan
tingkat kemakmuran masyarakat. Kenaikan kesempatan kerja menambah produksi nasional dan
pendapatan nasional. Ukuran kasar dari kemakmuran masyarakat adalah pendapatan per kapita yang
diperoleh dengan cara membagikan pendapatan nasional dengan jumlah penduduk. Dengan demikian
kesempatan kerja yang semakin meningkat dan pengangguran yang semakin berkuran bukan saja
menambah pendapatan nasional tetapi juga meningkatkan pendapatan per kapita. Melalui perubahan
ini kemakmuran masyarakat akan bertambah.

 Memperbaiki Pembagian Pendapatan  

Pengangguran yang semakin tinggi manimbulkan efek yang buruk kepada kesamarataan pembagian
pendapatan. Pekerja yang menganggur tidak memperoleh pendapatan. Maka semakin besar
pengangguran, semakin banyak golongan tenaga kerja yang tidak mempunyai pendapatan. Seterusnya
penganggran yang terlalu besar cenderung untuk mengekalkan atau menurunkan upah golongan
berpendapatan rendah. Sebaliknya, pada kesempatan kerja yang tinggi tuntutan kenaikan upah akan
semakin mudah diperoleh. Dari kecenderungan ini dapat disimpulakn bahwa usaha menaikkan
kesempatan kerja dapat juga digunakan sebagai alat untuk memperbaiki pembagian pendapatan dalam
masyarakat.

Tujuan Bersifat Sosial dan Politik


Tujuan untuk mengatasi masalah sosial dan politik tidak kalah pentingnya dengan tujuan yang
bersifat ekonomi. Tanpa kestabilan sosial dan politik, usaha – usaha untuk mengatasi masalah ekonomi
tidak dapat di capai dengan mudah. Berikut ini diterangkan masalah sosial dan politik utama yang ingin
diatasi melalui kebijakan pemerintah mengurangi pengangguran. 

 Menghindari Masalah Kejahatan  

Di satu pihak pengangguran menyebabkan para pekerja kehilangan pekerjaannya. Akan tetapi di lain
pihak, ketiadaan pekerjaan tidak akan mengurangi kebutuhan untuk berbelanja. Seringkali yaitu apabila
tidak ada tabungan dan sumber pendapatan lain, pengangguran manggalakkan kegiatan kejahatan.
Terdapat perkaitan yang erat di antar masalah kejahatan dan masalah pengangguran, yaitu semakin
tinggi pengangguran, semakin tinggi kasus kejahatan. Dengan demikian usaha mengatasi pangangguran
secara tak langsung menyebabkan pengurangan dalm kejahatan.

 Mewujudkan Kestabilan Politik  

Kestabilan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang diperlukan untuk menaikkan taraf kemakmuran
masyarakat memerlukan kestabilan politik. Tanpa kstabilan politik tidak mungkin suatu negara dapat
mencapai pertumbuhan yang cepat dan terus – menerus. Pengangguran merupakan salah satu sumber /
penyebab dari ketidakstabilan politik. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak merasa puas
dengan pihak pemerintah. Mereka merasa pemerintah tidak melakukan tindakan yang cukup untuk
masyarakat.

KESIMPULAN

Dalam perekonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, pengangguran dan inflasi merupakan masalah
ekonomi yang perlu di hadapi dan di atasi. Dalam sistem pasar bebas, kdua masalah ini tidak dapat
dengan sendirinya diatasi. Kebijakan pemerintah perlu dijalankan apabila salah satu kedua masalah
tersebut timbul. Sesuai dengan keperluan ini dalam analisis makro ekonomi perlu diperhatikan dengan
lebih baik mengenai kdua masalah tersebut dan bentuk – bentuk kebijakan pemerintah yang dapat
digunakan untuk mengatasi kedua masalah. Ada dua cara yg di gunakan untuk melihat masalah
pengangguran. Yang pertama adalah dengan melihar sumber dari wujud masalah tersebut dan yang
kedua adalah berdasarkan ciri – cirinya. Berdasarkan sumbernya pengangguran dibedakan kepada :
pengangguran normal/friksional, pengangguran siklikal (kunjungtur), pengangguran berstruktur dan
pengangguran teknologi. Berdasarkan ciri – cirinya pengangguran dibedakan kepada : pengangguran
terbuka, pengangguran tersembunyi, pengangguran bermusim dan setengah menganggur. Mengapakah
pengangguran perlu diatasi? Kebijakan pemerintah untuk mengatasi pengangguran didorong oleh
tujuan bersifat ekonomi dan tujuan bersifat sosial dan politik. Dari segi ekonomi tujuan mengatasi
pengangguran adalah : Menyediakan kesempatan kerja, meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat
dan memperbaiki distribusi pendapatan. Sedangkan tujuan bersifat sosial meliputi : Meningkatkan
kemakmuran keluarga dan kestabilan keluarga, menghindari masalah kriminal dan mewujudkan
kestabilan politik.

PENUTUP

Sebagai penutup, besar harapan kami bahwa makalah kami yang berjudul ‘INFLASI dan
PENGANGGURAN”dapat berfungsi bagi kita. Jika ada kesalahan dalam penyusunan,baik itu penulisan, isi,
judul diatas kami mohon maaf kepada pembaca, pelihat dan pendengar makalah ini. Dan tidak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu kami menyelesaikan makalah ini.
Semoga jerih payah kami selama penyusunan makalah ini tidaklah sia-sia. Demikian kami sampaikan ,
atas perhatian dan bantuan dari semua pihak kami mengucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

  http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/07/21/0018.html
 Mangkoesoebroto,guritno.Teori Ekonomi Makro/ Guritno Mangkoesoebroto,Aligipari.Ed.ke-13.ke-1
Yogyakarta: Bagian penerbitan sekolah tinggi ilmu ekonom : BPFE.Yoyakarta.1988.
 Sukirno,sadono. Makroekonomi Teori Pengantar .Ed.3-17,Jakarta: PT Raja Grafindo Parsada.2006
 Mankiw,n,Gregory. Teori Makroekonomi.Imam Nurmawan,S.E. Wisnu C. Krestiaji,SE.Ed 5. Jakarta :
Erlangga,2003.
 Bodiono. Ekonomi makro.BEFE : Yogyakarta. 2005
 World Development Report. 2007. Pembangunan dan Generasi Mendatang. World Bank. Salemba Empat.
Jakarta
 Biro Pusat Statistik. 1995. Statistik 50 Tahun Indonesia Merdeka.
sumber: http://www.wikipedia.com
 http://iinnapisa.blogspot.com/2010/12/inflasi-dan-pengangguran.html

Tugas : Ekonomi Mikro Makro

MAKALAH INFLASI DAN


PENGANGGURAN

Oleh
Nama : Sri Rahmiati G. Ishak
NIM : D03421006
Prodi : S1 Akuntansi
Semester : 2 ( Dua )
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
GORONTALO

Anda mungkin juga menyukai