Anda di halaman 1dari 3

2.2.

2 The Alcohol Use Disorders Identification Test (AUDIT)


Kuesioner ini dikembangkan sebagai instrumen penyaringan untuk mengidentifikasi efek
ketergantungan alcohol, perilaku minum dan masalah yang berhubungan dengan alcohol,
yang dirancang untuk digunakan dalam perawatan kesehatan primer, dan merupakan
satu-satunya tes skrining alkohol yang berlaku untuk penggunaan internasional.
Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan yang berfokus pada penggunaan alkohol baru-
baru ini; skor berkisar antara 0 hingga 40 dengan skor 8–14 ditafsirkan sebagai
penggunaan alkohol berbahaya dan ≥15 sebagai kemungkinan ketergantungan. Studi
kolaboratif WHO menunjukkan bahwa AUDIT adalah instrumen yang valid di enam
negara (sensitivitas 92% dan kekhususan 94%) dan juga valid disluruh jenis kelamin dan
dalam berbagai kelompok ras/etnis.
Menurut penelitian Hanafi dkk, nilai AUDIT yang didapatkan rendah sejalan dengan
pernyataan WHO, dengan adanya pembatan kontak fisik dan adanya ketakutan infeksi
COVID-19 sehingga memyebabkan turunnya konsumsi alcohol di Indonesia. Namun
penyataan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, dimana karena adanya COVID-19
memberikan efek rutinitas pasangan dan keluarga yang menyebabkan adanya kekerasan
rumah tangga sehingga meningkatkan adanya konsumsi alkohol.
Hanafi E, et al. “Alcohol- and Cigarette-Use Related Behaviors During Quarantine and
Physical Distancing Amid COVID-19 in Indonesia.” Front. Psychiatry, 2021
| https://doi.org/10.3389/fpsyt.2021.622917
Johnson J, Lee A, Vinson D, Seale P. “Use of AUDIT-Based Measures to Identify
Unhealthy Alcohol Use and Alcohol Dependence in Primary Care: A Validation Study.”
Alcohol Clin Exp Res, Vol 37, No S1, 2013: pp E253–E259

2.2.3 Cigarette Dependence Scale-10


Cigarette Dependence Scale ini digunakan untuk menentukan tingkat keparahan ketergantungan
pada nikotin. Setiap pertanyaan memiliki lima jawaban pilihan ganda. Pertanyaan nomor 1
menanyakan ketergantungan rokok dengan skor 0 sd 100 dibagi menjadi lima interval (0-20, 21-
40, dst). Pertanyaan nomor 2 menanyakan jumlah batang rokok yang dihisap dari 0 sampai lebih
dari 30 batang yang dibagi dalam lima interval (0–5, 6–10, dst). Pertanyaan nomor 3
menggunakan skala likert dengan nilai dari 1 sampai 5, seperti “sangat mudah” sampai “tidak
mungkin”. Sementara itu, Skala Likert yang digunakan di pertanyaan lainnya adalah "sangat
tidak setuju" hingga "sangat setuju". Output kuesioner ini adalah dalam bentuk numerik tanpa
batas yang ditentukan, dan skor yang lebih tinggi menunjukkan ketergantungan nikotin yang
lebih parah. Evaluasi CDS versi bahasa Indonesia menunjukkan bahwa modifikasi CDS dari 12
menjadi 10 pertanyaan meningkatkan nilai statistik instrumen dengan reliabilitas yang baik
(Cronbach's alpha = 0.91, ICC = 0.91) (16). Item yang dikecualikan adalah pertanyaan nomor 3
(rokok pertama hari itu) dan 9 (terlalu banyak merokok). Dari penelitian Hanafi E dkk,
didapatkan kenaikan konsumsi rokok berkorelasi dengan tingginya skor CDS.
2.2.4 Symptom Checklist 90
Kuesioner yang dilaporkan sendiri terdiri dari 90 pernyataan yang diberi skor pada skala Likert 5
poin, 0 (= Tidak Pernah) hingga 4 (= Selalu), dalam 30 hari terakhir. SCL-90 versi Indonesia
menunjukkan validitas yang baik, sensitivitas 82,9%, dan spesifisitas 83,0%. Kuesioner ini
digunakan untuk menilai gejala psikopatologis, termasuk somatisasi (kesusahan terkait masalah
fisik), obsesif-kompulsif (berkaitan dengan impuls, pikiran, dan tindakan yang tak tertahankan,
berulang, dan tidak diinginkan), kepekaan interpersonal (ekspektasi negatif, keraguan diri, dan
perasaan inferior dalam hubungan dengan orang lain), depresi (disforia, kehilangan kesenangan,
pesimisme, dll.), kecemasan (gugup, ketakutan, ketakutan, dan gemetar), emosi (agresi, mudah
tersinggung, dan marah), kecemasan fobia (irasional atau ketakutan berlebihan yang berkaitan
dengan orang, tempat, objek atau situasi), ide paranoid (pemikiran permusuhan, kebesaran, dan
kecurigaan dan kebutuhan untuk kontrol berdasarkan rasa takut), psikotisme (gejala yang sangat
terisolasi dan inti dari skizofrenia, termasuk halusinasi dan pengendalian pikiran), subskala
tambahan (nafsu makan yang buruk, gangguan tidur, takut mati, dan makan berlebihan), dan
indeks gejala global secara keseluruhan (GSI) (18-20). Menurut penelitian Hanafi E dkk, pada
penelitian ini penurunan merokok hanya berkorelasi pada gejala ansietas pobik, emosi, dan
psikotik, dikarenakan rendahnya nikotin yang dikonsumsi dapat menyebabkan kadar dopamin
juga ikut menurun tidak seperti biasanya pada saat mengonsumsi nikotin sehingga
mengakibatkan efek tersebut mempengaruhi emosi pengguna, namun secara keseluruhan tidak
ada hubungan yang signifikan antara tingkat kebiasaan merokok dengan gejala psikopatologis.
2.2.5 Pittburgh Sleep Quality Index
PSQI adalah instrumen yang umum digunakan untuk menilai tidur kualitas dalam populasi klinis
atau non-klinis. Itu kuesioner terdiri dari 24 item, 20 di antaranya pertanyaan pilihan ganda dan
empat adalah pertanyaan terbuka. Selanjutnya, lima item penilaian seorang partner diperlukan
atau individu lain dalam pola tidur responden. Itu 19 pertanyaan yang dijawab sendiri di PSQI
dapat dikumpulkan menjadi tujuh komponen dan masing-masing berbobot antara 0–3
(maksimum 21), skor> 5 menunjukkan kualitas tidur yang buruk. Pada penelitian Hanafi E,
menunjukan peningkatan konsumsi alkohol korelasi positif dengan skor PSQI yang lebih tinggi.

2.2.6 Tatalaksana Kecanduan Alkohol dan Rokok

Anda mungkin juga menyukai