Anda di halaman 1dari 22

MASA BANI ABBASIYAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu: Zakaria M. Ag

Disusun oleh :

Syahrul Rachmat Rifkyansah 11210511000094

Syakirah Litha Azizah 11210511000095

Irvan Alvianto 11210511000103

Natasya Aurel Maulidya 11210511000105

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1443 H/2021 M
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhaanahu Wa Ta’aala yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan dapat untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
Shallallaahu ‘Alayhi Wasallam yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Subahaanahu Wa Ta’aala atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Makalah ini di buat dengan
judul ”Masa Bani Abbasiyah”. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada Dosen kami yaitu bapak Zakaria M. Ag yang telah membimbing dalam menulis
makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Ciputat, 06 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA P EN GAN TAR . ... .. ... .. ... .. ... .. ... .. ... . ... ... .. ... .. ... .. ... .. ... .. ... .. ... .. ... .. ... .. .. i
DAFTAR ISI ...... ..... ...... ...... ..... ...... ...... .. ........ ...... ..... ...... ...... ..... ...... ...... .. ii
B AB I ( PEND A HUL UAN ) . .. . .. .. .. .. . .. .. .. . .. . .. .. .. . .. .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. .. 1
1 . 1 L a t ar B e la k an g . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................... 1
1.3 Tujuan .......................................................................... 1

B A B I I ( PE MB A HA S A N ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
2.1 Sejarah Perkembangan Bani Abbasiyah …….............................................. 2
2.2 Perbedaan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah …….............................
2.3 Capaian Bani Abbasiyah .....................................................................................
2.4 Faktor Kemajuan dan Kemunduran Bani Abbasiyah .........................................

BAB III (PENUTUP) .............................................................


3.1 Kesimpulan ..............................................................
3.2 Saran ............................................. .............................

D A FTA R PUS TA KA . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . . .. .. . . . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dinasti Abbasiyah atau Kekalifahan Abbasiyah adalah Kekhalifahan kedua Islam yang
berkuasa di Baghdad, Irak. Dinasti Abbasiyah merupakan salah satu kekhalifahan Islam
terlama, yang menguasai dunia selama lebih dari lima abad (750-1258 M). Dinamakan
Dinasti Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas
bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alayhi Wasallam. Berdirinya
Dinasti Abbasiyah bermula dari gerakan kecil dan rahasia sekelompok orang yang
bertempat di kota kecil Hamimah. Meskipun kecil, para tokoh gerakan ini mempunyai visi
yang besar dan jelas, yaitu meruntuhkan Dinasti Ummayah dan mendirikan Dinasti
Abbasiyah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Bani Abbasiyah?


2. Apa saja perbedaan Bani Abbbasiyah dengan Bani Umayyah?
3. Apa saja capaian pada masa Bani Abbasiyah?
4. Apa faktor kemajuan dan kemunduran dalam perkembangan Bani Abbasiyah?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui sejarah berdirinya Bani Abbasiyah


2. Mengetahui perbedaan antara Bani Abbasiyah dengan Bani Umayyah
3. Mengetahui capaian-capaian pada masa Bani Abbasiyah
4. Mengatahui faktor-faktor kemajuan dan kemunduran dalam perkembangan Bani
Abbasiyah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah

a) Propaganda yang Dilakukan oleh Muhammad bin Ali melalu jaringan rahasia

Awalnya Muhammad bin Ali mengumpulkan dukungan kuat dari rakyat agar
mendukung Keluarga Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alayhi Wasallam ini. Sebagai
basis pergerakan, Muhammad bin Ali menjadikan pusat kota kufah sebagai pusat
pergerakan penyebaran propaganda. Penyamaran nama dari Abbasiyah menjadi Bani
Hasyim bertujuan untuk menghindari kericuahan antara mereka dengan kelompok
Syi’ah. Strategi tersebut menambah kekuatan yang lebih besar antara pendukung
fanatik Ali bin Abi Thalib dengan para pendukung kelompok lain. Tempat pelaksanaan
propaganda tersebut meliputi 12 orang propagandis terkenal yang terbesar di berbagai
daerah seperti Khurasan, Kufah, Irak, Mekkah, dan beberapa tempat strategis lainnya.

b) Menghimpun kekuatan militer demi menghancurkan kekuatan Bani Umayyah


Untuk memperoleh hasil maksimal

Dinasti Abbasiyah berupaya sekuat mungkin untuk merebut kekuasaan dan


melengserkan Dinasti Umayyah. Peperangan antara Marwan II (kaum Umayyah)
dengan Abu al –Abbas al-Saffah, Bani Abbas akhirnya berhasil memegang kekuasaan
kekhalifahan selama lima abad, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya
islam dan menyuburkan ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya Timur Tengah.

Awal Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Pada masanya kekhalifahan Abbasiyah berkembang pesat dan menjadikan Islam sebagai
pusat pengetahuan dunia. Kekuasaannya dimulai setelah merebutnya dari Bani Umayyah
dan menaklukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Setelah mereka berhasil
menaklukkan Dinasti Umayyah, Keturunan Al-Abbas menjadi pendiri dinasti Abbasiyah,
yaitu Abdullah al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al-Abbas. Latar
belakang Bani Abbasiyah juga merupakan keturunan paman termuda Nabi
Muhammad.Abbas bin Abdul Muthalib (566 – 652) dan itu sebabnya juga masih termasuk
kepada Bani Hasyim. Anggota dari bani Umayyah yang selamat melarikan diri dari
Damaskus dan menuju Spanyol dengan menyeberangi Laut Tengah lalu mendirikan
Kekhalifahan Umayyah. Keturunan bani Umayyah yang selamat memerintah Spanyol
untuk waktu yang lama.

Bani Abbasiyah menjadi dinasti kekhalifahan terlama sepanjang sejarah berdirinya agama
Islam yang berkuasa mulai tahun 750 M – 1258 M (132 H – 656 H), dan ibukota
pemerintahan dipindahkan ke Baghdad dari Damaskus pada 762 M. Dalam sejarah
berdirinya dinasti Abbasiyah, mereka memerintah seluruh Asia Barat dan Afrika Utara.
Bani Abbasiyah lebih fokus kepada dataran Irak dan Iran daripada wilayah pesisir seperti
Israel, Suriah, Lebanon dan Mesir. Baghdad dengan cepat berkembang menjadi kota besar
dan maju dihuni oleh sekitar hampir setengah juta orang pada tahun 800-an masehi. Banyak
kelompok bangsa berbeda yang tinggal di Baghdad seperti Arab, Persia, Yahudi dan
Yunani, dengan bahasa Arab, Aram dan Persia. Selain Islam yang menjadi agama
mayoritas, ada juga penganut agama lain seperti Kristen, Yahudi dan Zoroaster.
Pemerintahan Abbasiyah berkembang selama tiga abad dan mulai meredup setelah bangsa
Turki yang sebelumnya menjadi bagian dari tentara kekhalifahan bernama Mamluk mulai
naik daun. Hingga sekarang, keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al – Abbasi
banyak tinggal di timur laut Tikrit, Irak.

Pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima periode:

1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), dinamakan periode


pengaruh Arab dan Persia pertama.

2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), dinamakan periode


pengaruh Turki pertama.
3. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), saat kekuasaan dinasti Bani
Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini dinamakan juga saat
pengaruh Persia kedua.

4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), saat kekuasaan daulah Bani
Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; pada umumnya dinamakan juga
dengan saat pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk
Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung).

5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), saat khalifah bebas sama sekali
dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di anggar-anggar
kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.

Pada masa kekhalifahannya dan berhasil menaklukan Bani Umayyah, kaum Al-Abbas
(Kelompok Abbasiyah) merasa lebih layak memegang tonggak kekuasaan daripada Bani
Umayyah karena mereka berasal dari Bani Hasyim yang lebih dekat garis keturunannya
dengan Nabi Muhammad. Pada saat itulah sejarah runtuhnya bani Umayyah. Sejarah
berdirinya dinasti Abbasiyah tidak dapat dilepaskan dari peperangan yang berdarah dan
bergejolak. Pada awalnya, cicit dari Abbas bernama Muhammad bin Ali berkampanye
untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi
ketika Umar bin Abdul Aziz masih memerintah. Pertentangan semakin memuncak pada
masa pemerintahan khalifah Marwan II.

Menjelang berakhirnya dinasti Umayyah, ada kelompok dari Bani Hasyim yang teraniaya
sehingga melakukan perlawanan. Kelompok Bani Hasyim keturunan Ali dipimpin oleh
Abu Salamah dan keturunan Abbas dipimpin oleh Ibrahim Al- Iman. Selain itu juga ikut
kelompok keturunan bangsa Persia, pimpinan Abu Musli al-Khurasany bekerja sama
menaklukkan dinasti Umayyah. Pada akhirnya kaum Abbasiyah berhasil menaklukkan
pemimpin terakhir Umayyah, yaitu Marwan bin Muhammad. Abu Abbas al-Saffah berhasil
meruntuhkan Bani Umayyah dan diangkat sebagai khalifah.
Selama tiga abad bani Abbasiyah memegang kekuasaan kekhalifahan, mengusung
kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan kembali ilmu pengetahuan dan
pengembangan budaya di Timur Tengah.

2.2 Perbedaan Dinasti Umayyah Dan Dinasti Abbasiyah

a) Bani Umayyah (Berfokus pada ekspansi wilayah)

1. Sistem pemerintahan demokratis

Naiknya Muawiyah ke tampuk pemerintahan Islam merupakan awal kekuasaan


Bani Umayyah. Sejak saat itu pula, pemerintah Islam yang bersifat demokratis
seperti yang telah dipraktekkan Rasulullah Shallallaahu 'Alayhi Wasallam dan al-
Khulafa al-Rasyidun berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun).
Muawiyah memperoleh kekuasaan melalui jalan kekerasan, diplomasi, dan tipu
daya, tidak melalui jalan musyawarah. Meskipun dalam menjalankan
kekuasaannya, ia tetap menggunakan istilah khalifah yang diartikan sebagai
penguasa yang diangkat oleh Allah Subhaanahu Wa Ta'aala.

2. Memisahkan urusan otoritas keagamaan dengan urusan otoritas politik

Sejak Bani Umayyah berkuasa, seorang khalifah tidak lagi harus seorang ahli
hukum agama (fuqaha). Dinasti ini mulai memisahkan antara pemegang otoritas
keagamaan dengan pemegang otoritas politik, dan urusan agama diserahkan kepada
para ulama sedangkan urusan politik kepada para penguasa. Pusat penyelenggaraan
administrasi pemerintahan berada di Damaskus, sedangkan pusat aktifitas
keagamaan berada di Madinah.

3. Pergeseran nilai-nilai kepemimpinan yang islami yang sangat mengedepankan


asas-asas musyawarah dan kebersamaan menjadi kepemimpinan yang otoriter

Selama masa pemerintahannya, telah terjadi pergeseran nilai-nilai kepemimpinan


islami yang sangat mengedepankan asas-asas musyawarah dan kebersamaan
menjadi kepemimpinan yang otoriter, yang mana keadaan tersebut memacu
timbulnya keinginan sebagian khalifah bani Umayyah untuk memanfaatkan
kekuasaan sebagai sarana memperkaya diri dan keluarganya, termasuk Baituk Mal
yang sebagai kantor perbendaharaan umat merupakan salah satu institusi yang
disalahgunakan.

4. Kritik dan pengembangan terhadap pengelolaan Baitul Mal

Ketika dunia Islam berada di bawah kepemimpinan Khilafah Bani Umayyah,


kondisi Baitul Maal berubah. Jika pada masa sebelumnya Baitul Maal dikelola
dengan penuh kehati-hatian sebagai amanat Allah Subhaanahu Wa Ta'aala dan
amanat rakyat, pada masa pemerintahan Bani Umayyah Baitul Maal berada
sepenuhnya di bawah kekuasaan khalifah tanpa dapat dipertanyakan atau dikritik
oleh rakyat.

Menanggapi berbagai hal tersebut, Sayyid Qutub menyatakan bahwa kalau bukan
karena kekuatan luar biasa yang dimiliki watak agama ini, niscaya masa-masa
pemerintahan Bani Umayyah dapat dijadikan jaminan bagi lenyapnya Islam di
muka bumi.

5. Mengoptimalkan kekayaan alam yang ada

Datanglah khalifah ke-8 bani Umayyah, yaitu Umar bin Abdul Aziz (717-720 M).
Umar bin Abdul Aziz memiliki pandangan bahwa menciptakan kesejahteraan
masyarakat bukan dengan cara mengumpulkan pajak sebanyak-banyaknya seperti
yang dilakukan oleh para khalifah Bani Umayyah sebelum Umar, melainkan
dengan mengoptimalkan kekayaan alam yang ada, dan mengelola keuangan negara
dengan efektif dan efisien. Uma bin Abdul Aziz akan langsung menegur gubernur
atau pegawainya yang boros dalam menggunakan anggaran Negara.

b) Bani Abbasiyah (Berfokus pada ilmu pengtetahuan)

1. Membangun perpustakaan Al-Hikmah, sekolah-sekolah, dan perguruan tinggi


Di era dinasti Abbasiyah di Baghdad, khalifah membangun Perpustakaan Al-
Hikmah, sekolah-sekolah, dan perguruan tinggi, seperti Nizhomiyah. Baghdad kala
itu sudah menjadi kota metropolitan. Pada saat yang sama, Barat masih gelap gulita.

2. Pengelolaan ekonomi dan keuangan negara

a) Ghanimah

Pada tahun kedua Hijriyah, dalam surat Al Anfal: 41. Allah Subhaanahu Wa
Ta'aala Menentukan tata cara pembagian harta ghanimah dengan formulasi
sebagai berikut : Seperlima bagian untuk Allah dan Rasul-Nya. Dialokasikan
bagi kesejahteraan umum dan untuk para kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan para musafir.

Empat perlima bagian lainnya dibagikan kepada para angggota pasukan yang
terlibat dalam peperangan.

b) Zakat

Pada tahun kedua Hijriyah, Allah Subhaanahu Wa Ta'aala mewajibkan kaum


muslimin menunaikan zakat fitrah pada setiap bulan Ramadhan. Dan
Kewajiban zakat mal diperintahkan pada tahun ke-9 H. menurut Bukhari,
Rasulullah Shallallaahu 'Alayhi Wasalkan bersabda kepada Muadz, ketika ia
mengirimnya ke Yaman sebagai pengumpul dan pemberi zakat, "Katakan
kepada mereka (penduduk Yaman) bahwa Allah telah mewajibkan mereka
untuk membayar zakat yang akan diambil dari orang kaya diantara mereka dan
memberikannya kepada orang miskin diantara mereka. Dengan demikian
pemerintah pusat berhak menerima keuntungan hanya bila terjadi surplus yang
tidak dapat didistribusikan lagi kepada orang-orang yang berhak, dan ditambah
kekayaan yang dikumpulkan di Madinah.

Di Masa Rasulullah Shallallaahu 'Alayhi Wasallam, zakat dikenakan pada hal-


hal berikut:
a. benda logam yang terbuat dari emas dan logam.
b. binatang ternak unta, sapi, domba, kambing
c. Berbagai jenis barang dagang termasuk budak dan hewan
d. Hasil pertanian termasuk buah-buahan
e. Luqta, harta benda yang ditinggalkan musuh
f. Barang temuan

c) Ushr

Ushr adalah pajak yang dikumpulkan dari hasil perdagangan dan bisnis yang
dilakukan oleh warga negara di negara Islam.

d) Fai

Fai adalah harta kekayaan yang diambil dari musuh tanpa melakukan
peperangan. Harta ini harus diserahkan kepada Baitul mal.

e) Jizyah

Jizyah adalah pajak yang dibayar oleh orang nonmuslim khususnya ahli kitab,
untuk jaminan perlindungan jiwa, property, ibadah, bebas dari nilai-nilai dan
tidak wajib militer. Pada masa Rasulullah Shallallaahu 'Alayhi Wasallam,
besarnya jizyah satu dinar per tahun untuk orang dewasa yang mampu
membayarnya. Perempuan, anak-anak, orang tua dibebaskan dari kewajiban
jizyah. Di antara ahli kitab yang harus membayar jizyah sejauh yang diketahui
adalah Nashara Najran.

f) Kharaj

Kharaj atau pajak tanah dipungut dari nonmuslim ketika khaibar ditaklukkan.
Tanahnya diambil alih oleh orang muslim dan pemilik lamanya harus
menawarkan untuk mengolah tanah tersebut sebagai pengganti sewa tanah dan
bersedia memberikan sebagian hasil produksi kepada negara. Kharaj dibayar
oleh orang-orang non-muslim seperti halnya dengan kaum muslimin membayar
ushr dari hasil pertanian.

1. Uang tebusan untuk para tawanan perang (hanya pada kasus perang Badr)

2. Pinjaman-pinjaman untuk pembayaran uang pembebasan kaum muslimin

3. Khums atau rikaz. Khums atau proportional tax adalah persentasi tertentu
dari rampasan perang yang diperoleh oleh tentara Islam sebagai ghanimah
setelah peperangan, dan memperoleh keuntungan 26

4. Amwal fadilah (berasal dari harta benda kaum muslimin yang meninggal
tanpa ahli waris)

5. wakaf, benda yang didedikasikan oleh seseorang kepada kaum muslimin


untuk kepentingan agama Allah dan pendapatannya akan didepositokan di
Baitul Mal.

6. Bentuk sadaqah lainnya seperti qurban dan kafarah. Kafarah adalah denda
atas kesalahan yang dilakukan oleh seorang muslim pada saat melakukan
kegiatan ibadah, seperti berburu pada musim haji.

g) Baitul Mal

Dalam Negara Islam, tampak kekuasaan dipandang sebagai sebuah amanah


yang harus dilaksanakan sesuai dengan perintah Al-Qur'an. Hal ini dipraktekan
oleh Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi Wasallam sebagai seorang kepala Negara
secara baik dan benar.

Status harta hasil pengumpulan itu adalah milik Negara dan bukan milik
individu. Tempat pengumpulan itu disebut sebagai Baitul Mal. Pada masa
pemerintahan Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi Wasallam, Baitul Mal ketika itu
digunakan sebagai kantor pusat Negara yang sekaligus berfungsi sebagai
tempat tinggal Rasulullah.
Harta yang merupakan sumber pendapatan Negara di simpan di masjid dalam
jangka waktu singkat untuk kemudian didistribusikan kepada masyarakat
hingga tidak tersisa sedikit pun.

2.3 Capaian Dinasti (bani) Abbasiyah

Khalifah-khalifah besar Abbasiyah yang tercantum dalam sejarah sebagai khalifah yang
paling berjasa dalam menghantarkan Islam dinasti ini ke puncak kejayaan di bidang
ekonomi, perdagangan, politik, sosial, militer, dan ilmu pengetahuan adalah Abu Ja’far al
Manshur (754—775), Al-Mahdi (775-785 M), Harun al Rasyid (1785-809 M), al Makmun
(81308833 M), al Mu’tashim (833-842 M), al Watsiq (842-847 M), dan al Mutawakkil
(847-861 M). Bahkan pada pemerintahan Harun al Rasyid dan al Ma’mun
perkembangannya itu mencapai puncaknya karena di masa itu kedaulatan benar-benar
dijalankan, Islam sampai kepada puncak kemuliaan, baik kekayaan, kemajuan, dan
kekuasaan serta peradaban yang sangat mulia dan berikut adalah capaian bani Abbasiyah.

A. Bidang Ilmu Agama (Ilmu Tafsir, Hadits, Fiqh,dan Lughah)

Perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam mencapai puncaknya di masa Bani


Abbas, di masa awal tersebut bidang pendidikan terdiri dari dua tingkatan, yaitu:

1. Tingkat dasar yang biasanya diselenggarakan pada maktab/kuttab dan mesjid, yaitu
lembaga pendidikan paling dasar untuk anak-anak dan remaja yang baru mulai
mempelajari dasar-dasar ilmu agama.

2. Tingkat pendalaman yang pengajarannya berlangsung di mesjid-mesjid atau di rumah


ulama/ ahli yang bersangkutan. Lembaga ini lebih berkembang di masa Bani Abbas dengan
berdirinya perpustakaan, dengan kegiatan-kegiatan ilmiah yang diadakan di dalamnya.
Dan ditopang pula dengan banyaknya kota-kota yang dijadikan sebagai pusat kegiatan
keilmuan.

a) Ilmu Tafsir
Pada masa ini telah terdapat perbedaan corak penafsiran yang lebih
sistematis, yaitu Tafsir bi al Ma’tsur : penafsiran yang bersandar pada
interpretasi nabi dan sahabat besar, seperti hadits-hadits yang terdapat pada
Shahih Bukhari Muslim sedangkan Tafsir bi al Ra’yi ; penafsiran dengan
metode rasional yang lebih mengandalkan kekuatan akal dan pemikiran
penafsiran.

b) Ilmu Hadits

Kegiatan pengumpulan ini telah dimulai pada masa Umar ibn Abdil Azis.

c) Ilmu Fiqh

Pada masa ini kegiatan para fiquha telah mencapai puncaknya, fiqh
ditela’ah ulang, dan fatwa-fatwa hukum pun dikeluarkan. mazhab yang
terkenal yang masih bertahan yaitu mazhab Abu Hanifah, mazhab Malik
bin Anas, mazhab Al- Syafi'i, dan mazhab Ahmad ibnu Hambal.

d) Ilmu Lughah

Perkembangan seni bahasa (kesusasteraan) semakin meningkat, baik puisi


maupun prosa mengalami proses pendewasaan.

B. Bidang Ilmu Pengetahuan Umum (Ilmu Kedokteran & Farmasi, Astronomi &
Matematika, dan Filsafat) merupakan cabang ilmu pengetahuan yang pertama kali
dikaji oleh para sarjanawansarjanawan di Baghdad.

1. Ilmu Kedokteran & Farmasi

Ilmu kedokteran merupakan cabang ilmu pengetahuan yang pertama kali dikaji oleh para
sarjanawansarjanawan di Bagdad. Orang pertama kali membuka apotik, Sekolah Tinggi
Farmasi dan menerbitkan buku yang memuat daftar nama obat, lengkap dengan bahan
ramuan dan cara pemakaiannya, orang pertama yang menulis tentang pharmacology ini
ialah Jabir Ibn Hayyan (778), pada masa pemerintahan al Ma’mun dan al Mu’tashim.
2. Astronomi dan Matematika

Pengenalan terhadap ilmu astronomi dimulai setelah penterjemahan buku dari India yang
berjudul : Sidhanta ke bahasa Arab, oleh M. Ahmad Ibrahim, kemudian dilanjutkan dengan
penterjemahan buku astronomi dari Yunani. Dan pada pemerintahan al Ma’mun dibangun
sebuha observatorium di dekat gerbang Bagdad untuk kepentingan lembaga pengetahuan
bait al Hikmah , dan peneliti-peneliti di lembaga ini telah mampu membuat observasi
sistematik terhadap gerakan benda-benda langit, mengetahui garis gerak yang tidak
beraturan dari garis edar, panjang tahun Syamsiah (solar).

Di bidang matematika, dikenal dengan nama Umar al Khayyam (w.1124) sebagai seorang
yang ahli di bidang astronomi dan matematika, melalui hasil penelitiannya ia berhasil
membuat kalender yang diberi nama al Tarikh al Jalali.

3. Ilmu Filsafat

Gerakan penterjemahan kitab-kitab filsafah Yunani pada masa Harun al Rasyid dan al
Ma’mun, menjadi tonggak awal pembahasan ilmu filsafat oleh kaum muslimin.

C. Bidang Seni dan Pembangunan

Seni bangunan Islam memiliki ciri khas dan gaya tersendiri, berbentuk pilar, lengkung
kubah, muqarshanat (hiasan lebah bergantung) yang menonjol tersusun di depan masjid
dan di menara di tempat azan. Dibangunnya kota Bhagdad merupakan lambing
perkembangan seni bangunan Islam. Proyek besar dalam masa Pembangunan ibukota
Baghdad ini, memang telah melalui perencanaan yang matang, hingga tata letaknya telah
diatur sedemikian rupa yaitu : di pinggir belahan Timur sungai Tigris tepatnya di (bekas
ibukota imperium Persi ) merupakan keberhasilan Abbasiyah di bidang arsitektur, karena
membangun kota dengan perencanaan yang matang, dan pemilihan bentuk bundar, tentu
mempunyai latar belakang politisi yang strategis dan makna tersendiri.

2.4 Faktor Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Abbasiyah

1) Kemajuan Dinasti Abbasiyah


Dinasti Abbasiyah tidak hanya sebagai pergantian kepemimpinan, lebih dari itu telah
mengubah, menoreh wajah Dunia Islam dalam refleksi kegiatan ilmiah.
Pengembangan ilmu pengetahuan pada Bani Abbas merupakan iklim pengembangan
wawasan dan disiplin keilmuan. Ini bisa kita lihat dari upaya Khalifah Harun Ar-
Rasyid dan puteranya Al-Mamun ketika mendirikan sebuah akademi pertama
dilengkapi pusat peneropongan bintang, perpustakaan terbesar dan dilengkapi pula
dengan lembaga untuk penerjemahan.

a) Lembaga dan Kegiatan llmu Pengetahuan

⚫ Maktab/kuttub, dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah , tempat anak-


anak mengenal dasar-dasar bacaan, menghitung, dan menulis serta anak remaja
belajar dasar-dasar ilmu agama.

⚫ Tingkat pendalaman, para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar
daerah atau ke mesjid-mesjid bahkan kerumah-rumah gurunya.

⚫ Majlis atau saloon kesusastraan, membahas berbagai macam imu pengetahuan.

⚫ Badiah, merupakan dusun-dusun tempat tinggal orang Arab yang tetap


memperhatikan keaslian dan kemurniaan b.arab

⚫ Rumah sakit, untuk mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan


dan pengobatan.

Pada perkembangan selanjutnya mulailah dibuka madrasah-madrasah yang dipelopori


Nizhaml Mulk (456-485 H). beliaulah pelopor pertama yang mendirikan dalam bentuk
yang ada seperti Ditemukan di Baghdad, Balkan, Naishabur, Hara, Isfahan, Basrah,
Mausil, dan kota-kotalainnya.

b) Corak Gerakan keIlmuan

Bersifat spesifik, kemanfaatannya bersifat keduniaan bertumpu pada ilmu kedokteran,


disamping kajian yang bersifat pada Al-Qur’an dab Al-Hadits, sedang astronomi,
mantik dan sastra baru dikembangkandengan penerjemahan dari Yunani.
c) Kemajuan Dalam Bidang Agama

◆ Ilmu dan metode tafsir mulai berkembang, terutama dua metode


penafsiran, yaitu tafsir bi al-matsur dan tafsir bi al-ra’yi.

◆ Dalam bidang Hadits pada zaman ini mulai diklasifikasikan secara


sistematis dan kronologis. Pengklasifikasian itu secara ketat
dikualifikasikan sehingga kita kenal dengan klasifikasi hadits
Shahih,Dhaif, dan Maudhu. Bahkan dikemukakan pula kritik sanad dan
matan, sehingga terlihat jarah dan takdil rawi yang meiwayatkanhadits
tersebut.

◆ Dalam bidang fiqih, pada masa inilahir fuqaha legendaries yang kita
kenal, seperti imam Hanifah (700-767 M), Imam Malik (713-795 M),
Imam Syafei (767-820 M), dan Imam Ahmad ibnu Hambal (780-855 M).

◆ Ilmu Lughah tumbuh berkembang dengan pesat pula karena bahasa arab
yang semakin dewasa memerlukan suatu ilmu bahasa yag dimaksud
adalah nahwu, sharaf, ma’ani, bayan, badi, arudh, dan insya.

d) Kemajuan Ilmu Pengetahuan, Sains dan Teknologi

⚫ Astronomi, ilmu ini melalui karya India Sindhind kemudian


diterjemahkan oleh Muhammad ibnu Ibrahim Al-Farizi (77 M). ia adalah
Astronom muslim pertama yang membuat astrolabe, yaitu alat untuk
mengukur ketinggian Bintang. Disamping itu, masih ada ilmuwan-
ilmuwan Islam lainnya, seperti Ali ibnu Isa Al-Asturlabi, Al-Faghani, Al-
Batani, Umar Al-Khayan dan Al-Tusi.

⚫ Kedokteran, pada masa ini dokter yang pertama yang terkenal adalah Ali
ibnu Rabban Al-Thabri. Pada tahun (850 M) ia mengarang buku Firdaus
Al-Hikmah. Tokoh lainnya adalah Ar-Razi , Al-Farabi, dan Ibnu Sina.
⚫ Ilmu Kimia, bapak ilmu kimia Islam adalah Jabir ibnu Hayyan (721-815
M). sebenarnya banyak ahli kimia Islam ternama lainnya seperti Ar-Razi,
Al-Tuqrai yang hidup pada abad ke-12 M.

⚫ Sejarah dan Geografi, pada masa Abbasiyah sejarawan ternama abad k3-
3 H adalah Ahmad Al-Yakubi, Abu Jafar Muhammad bin Jafar bin Jarir
Al-Tabari. Kemudian ahli Ilmu Bumi yang termashyur adalah ibnu
Khurdazabah (820-913 M)

e) Perkembangan Politik, Ekonomi, dan Admistrasi

Pada masa pemerintahan Abbasiyah ini merupakan Golden Age dalam


perjalanan sejarah peradaban Islam, terutama pada masa Khalifah Al-Makmun.
Daulah Bani Abbasiyah berkuasa kurang lebih selama lima abad (750-1258
M), pemerintahan yang panjang tersebut dapat dibagi dalam bebeapa periode,
sepeti yang disebutkan di atas.

⚫ Pada masa pemerintahan Abbasiyah periode pertama, kebijakan-


kebiajakan politik yang dikembngkan antara lain.

a. Memindahkan Ibu Kota dari Damaskus ke Baghdad;


b. Memusnahkan keturunan Bani Umayyah;
c. Merangkul orang-orang Persia, dalam rangka politik, memperkuat
diri, Abbasiyah member peluang dan kesempatan yang besar kepada
kaum Mawali;
d. Menumpasa pemberontak-pemberontakan;
e. Menghapus politik Kasta.
f. Adapun langkah-langkah lain yang diambil dalam program
politiknya, diantaranya.
g. Para khalifah tetap dari Arab, sementara para Menteri, gubernur,
panglima perang, dan pegawai lainnya banyak diangkat dari
golongan Mawali;
h. Kota Baghdad ditetapkan sebagai ibu kota ngara dan menjadi pusat
kegiatan politik, ekonomi, dan kebudayaan;
i. Kebebasan berpikir dan berpendapat mendapat porsi yang tinggi.
⚫ Dalam masa permulaan pemerintahan Abbasiyah, pertumbuhan ekonomi
dapat dikatakan cukup stabil da menunjukan angka vertikal. Devisi
Negara penuh berlimpah-limpah. Khalifah Al-Mansur merupakan tokoh
Ekonomi Abbasiyah yang telah mampu meletakkan dasar-dasar yang
kuat dalam bidang ekonomi dan keuangan Negara.

⚫ Disektor pertanian, daerah-daerah pertanian diperluasa disegenap


wilayah Negara, bendungan-bendungan dan digali dikanal-kanal
sehingga tidak ada daerah pertanian yang tidak terjangkau dengan irigasi.

⚫ Disektor perdagangan, kota Baghdad disamping sebagai kota politik,


agama dan kebudayaan, juga merupakan kota perdagangan yang terbesar
di dunia saat itu. Sedangkan kota Damaskus merupakan kota kedua.
Sungai Tigris dan Efrat menjadi pelabuhan tranmisi bagi kapal-kapal
dagang dari berbagai penjuru dunia. Terjadinya kontak perdagangan
tingkat Internasional ini semenjak Khalifaf Al-Mansur.

⚫ Disektor Administrasi Negara, masa dinasti Abbasiyah tidak jauh


berbeda dengan Dinasti Umayyah. Hanya saja pada masa ini telah
mengalami kemajuan-kemajuan, perbaikan, dan penyempurnaan.

Secara umum, menurut Philip K. Hitti, kendali pemerintahan dipegang oleh


Khalifah sendiri. Sementara itu, dalam operasionalnya, yang menyangkut
urusan-urusan sipil dipercayakan kepada wazir (menteri), masalah hukum
diserahkan kepada qadi (hakim) dan masalah militer dipegang oleh amir.

2) Kemunduran Dinasti Abbasiyah

Penyebab kemunduran Bani Umayyah dikelompokan menjadi dua faktor intern dan
ekstern. Di antaranya.

⚫ Faktor Intern ialah:


1) Adanya persaingan tidak sehat diantara beberapa bangsa yang terhimpun
dalam Daulah Abbasiyah, terutama Arab, Persia dan Turki.

2) Terjadinya peselisihan pendapat diantara kelompok pemikiran agama yang


ada yang berkembang menjadi pertumpahan darah.

3) Munculnya dinasti-dinasti kecil sebagai akibat perpecahan sosial yang


berkepanjangan. Akhirnya

4) Terjadinya kemerosotan tingkat perekonomian sebagai akibat dari


bentrokan politik. Sedangkan,

⚫ Faktor ekstern ialah:

Berlangsungnya Perang Salib yang berkepanjangan dalam beberapa


gelombang. Dan yang paling menentukan adalah sebuah pasukan Mongol dan
Tartar yang dipimpin oleh Hulagu Khan, yang berhasil menjarah semua
pusat-pusat kekuasaan maupun pusat ilmu, yaitu perpustakaan di Baghdad.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kekhalifahan Abbasiyah berkembang pesat dan menjadikan Islam sebagai pusat


pengetahuan dunia. Kekuasaannya dimulai setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan
menaklukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Setelah mereka berhasil menaklukkan
Dinasti Umayyah, Keturunan Al-Abbas menjadi pendiri dinasti Abbasiyah, yaitu Abdullah
al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al-Abbas. Capaian pada masa Bani
Abbas cukup beragam, dari bidang ilmu pengetahuan agama, ilmu pengetahuan umum,
hingga bidang seni dan pembangunan.

Namun, di tengah kemajuannya, Bani Abbasiyah mengalami kemunduran yang disebabkan


oleh beberapa faktor. Maka, jadi tugas kita bersama untuk kembali menghidupkan Islam
pada masa kejayaannya.

3.2 Saran

Dari kesimpulan tersebut, maka kami menyarankan untuk:

1. Mengetahui secara mendalam sejarah, capaian, faktor kemajuan dan kemunduran


Bani Abbasiyah.
2. Mengamalkan nilai-nilai Islam secara menyeluruh supaya Islam dapat menghidupkan
kembali masa kejayannya.
DAFTAR PUSTAKA

JOURNALUIN ALAUDDIN

sejarahlengkap.com

Stanford Shaw, History of The Ottoman Empire and Modern Turki, London, Cambridge
University, 1963

William L.Cleveland, A History of The Modern Middle East, Colorado, Westview Press
Inc, 1994

Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta, Penerbit Kota
Kembang, 1989

Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (bagian kesatu & kedua), Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 1999

Philif K.Hitti, History of The Arabs, London, The Macmillon Pres, 1974

P.M.Holt, The Cambridge History of Islam, New York, Cambridge University Press,
1974

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hal.42

Muhammad Zuhri, Hukum Islam Dalam Lintasan Sejarah, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1996, hal. 80.

Sayyid Qutub, Keadilan Sosial Dalam Islam, Bandung: Pustaka Bandung, 1984, Cet, ke
1, hal 311-312.

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994, cet ke-
2, hal.50.

http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/ahkm/article/view/2872/2094 diakses pada Selasa,


5 Oktober 2021 pukul 23.41

http://repository.radenfatah.ac.id/6316/1/MUHAMMAD%20AMIN.pdf diakses pada


Rabu, 6 Oktober 2021 pukul 11.44

Anda mungkin juga menyukai