Anda di halaman 1dari 10

Makalah

ILMU RASMUL QUR’AN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


ULUMUL QUR’AN

Disusun oleh:
Kelompok 12
TIARA SHALINA
AHMAD ULIL MA’ARIF

Dosen pembimbing:
NURDIANTI, M.Pd

MAHASISWA JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) KERINCI
2021 M / 1443 H
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk,rahmat,
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat Menyelesaikan tugas ini tanpa adanya halangan
apapun sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah pada ulumul qur’an.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi
para pembaca. Aamiin

Kerinci,06 November 2021

Penyusun,
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rasmul qur’an merupakan salah satu bagian disiplin ilmu alqur’an yang mana di
dalamnya mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara
khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan.
Rasimul Qur’an dikenal juga dengan nama Rasm Utsmani.
Tulisan al-Quran ‘Utsmani adalah tulisan yang dinisbatkan kepada sayyidina utsman
ra. (Khalifah ke III). Istilah ini muncul setelah rampungnya penyalinan al-Quran yang
dilakukan oleh team yang dibentuk oleh Ustman pada tahun 25 H. oleh para Ulama cara
penulisan ini biasanya di istilahkan dengan “Rasmul ‘Utsmani’. Yang kemudian
dinisbatkan kepada Amirul Mukminin Ustman ra.
Para Ulama berbeda pendapat tentang penulisan ini, diantara mereka ada yang
berpendapat bahwa tulisan tersebut bersifat taufiqi (ketetapan langsung dari Rasulullah),
mereka berlandaskan riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah menerangkan kepada
salah satu Kuttab (juru tulis wahyu) yaitu Mu’awiyah tentang tatacara penulisan wahyu.
diantara Ulama yang berpegang teguh pada pendapat ini adalah Ibnul al-Mubarak dalam
kitabnya “al-Ibriz” yang menukil perkataan gurunya “ Abdul ‘Aziz al-Dibagh”, “bahwa
tlisan yang terdapat pada Rasm ‘Utsmani semuanya memiliki rahasia-rahasia dan tidak ada
satupun sahabat yang memiliki andil, sepertihalnya diketahui bahwa al-Quran adalh
mu’jizat begitupula tulisannya”. Namun disisi lain, ada beberapa ulama yang mengatakan
bahwa, Rasmul Ustmani bukanlah tauqifi, tapi hanyalah tatacara penulisan al-Quran saja.
Makalah yang kami buat untuk membahas tentang pengertian Rasm Al-Qur’an, dan
tentang pendapat rasmul qur’an serta kaitannya dengan qiaraah. Untuk lebih jelasnya pada
bab selanjutnya akan dibahas secara terperinci.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian rasmul qur’an?
2. Cara cara penulisan rasmul qur’an!
3. Apa pendapat para ulama tentang rasmul qur’an?

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini dimaksudkan agar kita lebih mengerti tentang ilmu al qur’an, khususnya
tentang ilmu rasmul qur’an. Dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagipara
mahasiswa khususnya bagi diri kami sendiri.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………I
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ……………………………………………………………….....III
B. Rumusan masalah ………………………………………………………………IV
C. Tujuan …………………………………………………………………………..V

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Rasmul Qur’an………………………………………………….1
B. Cara cara penulisan rasmul qur’an……………………………………………….2
C. Pendapat Para ulama tentang rasmul qur’an……………………………………..3

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………………………….4
B. Kritik dan saran…………………...……………………………………………...5

DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN

A Pengertian Rasmul Qur’an

Rasm berasal dari kata rasama, yarsamu, rasma, yang berarti menggambar atau
melukis.4 Kata rasm ini juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang resmi atau menurut
aturan.5 Jadi rasm berarti tulisan atau penulisan yang yang mempunyai metode tertentu.
Adapun yang dimaksut rasm dalam makala ini adalah pola penulisan Al-Qur’an yang
digunakan Usma bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan al-
Qur’an.

Pada mulahnya mushaf para sahabat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya
mereka mencatat wahyu al-Qur’an tanpa pola penulisan standar, karena umumnya
dimaksutkan hanya untuk kebutuhan pribadi, tidak direncanakan akan diwariskan kepada
generasi sesudahnya.

Di zaman Nabi saw, al-Qur’an ditulis pada benda-benda sederhana, seprti kepingan-
kepingan batu, tulang-tulang kulit unta dan pelepah kurma. Tulisan AL-Qur’an ini masih
terpencar-pencar dan belum terhimpun dalam sebuah msuhaf dan disimpan dirumah Nabi
saw. Penulisan ini bertujuan untuk membantu memelihara keutuhan dan kemurnian Al-
Qur’an. Di zaman Abu Bakar, Al-Qur’an yang terpancar-pancar itu di salin kedalam shuhuf
(lembaran-lembaran). Penghimpunan Al-Qur’an ini dilakukan Abu Bakar setelah
menerima usul dari Umar ibn al-Kattab yang khawatir akan semakin hilangnya para
penghafal Al- Qur’an sebagaimana yang terjadi pada perang yamamah yang menyebabkan
gugurnya 70 orang penghafal Al-Qur’an. Karena itu, tujuan pokok dalam penyalinan Al-
Qur’an di zaman Abu Bakar masih dalam rangka pemeliharaan agar jangan sampai ada
yang terluput dari Al- Qur’an.

Di zaman khalifah Usman bin Affan, Al-Qur’an disalin lagi kedalam beberapa
naskah. Untuk melakukan pekerjaan ini, Utsman membentuk tim 4 yang terdiri dari Zaid
bin Tsabit, Abdullah Ibn Az-Zubair, Saad Ibn al-Ash, dan Abd al-Rahman Abd al_harits.
Dalam kerja penyalinan Al-Qur’an ini mereka mengikuti ketentuan-ketentuan yang
disetujui oleh Khalifah Usman. Di antara ketentuan-ketentuan itu adalah bahwa mereka
menyalin ayat berdasarkan riwayat mutawatir, mengabaikan ayat-ayat Mansukh dan tidak
diyakini dibaca kembali dimasa hidup Nabi saw. Tulisannya secara maksimal maupun
diakomodasi ira’at yang berbeda-beda, dan menghilangkan semua tulisan sahabat yang
tidak termasuk ayat Al-Qur’an. Para penulis dan para sahabat setuju dengan tulisan yang
mereka gunakan ini. Para ulama menyebut cara penulisannya ini sebagai rasm al-Mushaf.
Karena cara penulisan disetujui oleh Usman sehingga sering pula dibangsakan oleh Usman.
Sehingga mereka sebut rasm Usman atau rasm al-Usmani. Namun demikian pengertian
rasm ini terbatas pada mushaf oleh tim 4 di zaman Usman dan tidak mencakup rasm Abu
Bakar pada zaman Nabi saw. Bahkan,Khalifah Usman membakar salinan-salinan mushaf
tim 4 karena kawatir akan beredarnya dan menimbulkan perselisihan dikalangan uman
Islam. Hal ini nanti membuka peluang bagi ulama kemudian untuk berbeda pendapat
tentang kewajiban mengikuti rasm Usmani

B. Cara cara penulisan rasmul qur’an

Metode khusus dalam Al-Qur’an yang digunakan oleh 4 sahabat yaitu: Zaid bin
Tsabit, Ubay ibn Ka’ab, Ali bin Abi Thalib dan Utsman bin Affan bersama disetujui oleh
khalifah Utsman. Istilah rasmul Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an yang
digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-
Qur’an. Yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat yang terdiri dari, Mus bin zubair, Said
bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-harits. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu.

Para ulama meringkas kaidah itu menjadi enam istilah, yaitu :

1. membuang huruf (hadhf),

2. menambahkan uruf (al-ziyadah),

3. penulisan hamzah,

4. pergantian huruf (al-badal),

5. kata yang disambung dan diputus penulisannya (al-fasl wa al-wasl), dan

6. penulisan salah satu dari dua qira’at yang tidak bisa disatukan tulisannya (ma fihi qira’atani
wa kutiba ‘ala ihdahuma).

Contoh-contoh sederhana dalam enam kaidah di atas, antara lain;

1. membuang huruf, misalnya; penulisan kata ‫ العالمين‬dalam rasm ditulis dengan tanpa alif
setelah huruf ‘ain ( ‫;)العلمين‬

2. menambahkan huruf, misalnya; penulisan kata ‫ مالقو ربهم‬dalam rasm ditambahkan alif setelah
waw menjadi ‫;مالقوا ربهم‬

3. penulisan hamzah, misalnya penulisan kata ‫ شطاه‬dalam rasm menjadi ‫;شطئه‬

4. pergantian huruf, misalnya penulisan kata ‫ الحياة‬dalam rasm ditulis dengan pergantian alif
dengan waw menjadi ‫;الحيوة‬

5. kata yang disambung dan diputus penulisannya, seperti pada kata ‫ ان ال‬dalam rasm terkadang
ditulis disambung menjadi ‫ ;اال‬dan

6. penulisan salah satu dari dua qira’at yang tidak bisa disatukan tulisannya, misalnya bacaan
Hafs pada QS al-Baqarah/2:132 yang dibaca ‫ ووصي‬karena mengikuti riwayat Qalun maka
ditulis menjadi ‫واوصي‬. Dari semua contoh tersebut bacaannya sama, hanya cara
penulisan rasm-nya yang berbeda.

C. Pendapat Para Ulama Tentang Rasmul Qur’an.

Para ulama berbeda pendapat tentang hal ini. Sebagian mereka berpendapat
bahwa rasm utsmani adalah tauqifi, dan diajarkan oleh rasulullah SAW. Hal ini
berdasarkan riwayat bahwa Rasulullah membacakan ayat al-Quran di hadapan Zaid bin
Tsabit untuk ditulis (imla'), seperti penulisan ‫ واخشوني‬dengan menggunakan ya' pada
surat Al-Baqarah dan tanpa ya' dalam surat Al-Maidah. Contoh-contoh lain banyak di
dalam al-Quran, yang semuanya disaksikan sekelompok besar sahabat. Semua dasar itu
membuktikan rasm al-Qur'an adalah tawqifi bukan hasil hasil ijtihad para sahabat.
Alasan lain adalah sudah ditulisnya al-Qur'an sejak zaman Rasulullah SAW, meski tidak
terkumpul dalam satu tempat dan urutan surat yang belum ditertibkan.

Pendapat yang mengatakan rasm utsmani bukan tauqifi melainkan hasil ijtihad sahabat
memberikan alasan sebagai berikut:

1. Rasulullah adalah seorang ummi, tidak bisa membaca dan menulis,


meskipun ini merupakan mukjizat bagi beliau.
2. Zaid bin Tsabit tidak akan berbeda pendapat dengan sahabat yang lain
pada kalimah ‫ التابوت‬apakah ditulis dengan ta' atau ha' (tak ta'nits), hingga akhirnya
sampai ke telinga Utsman dan beliau memerintahkan menulisnya dengan ta'.
3. Jika rasm utsmani tawqifi, maka tidak akan terjadi perbedaan diantara
mushaf-mushaf yang beliau kirim ke berbagai daerah.
4. Jika tawqifi, maka Imam Malik tidak akan memperbolehkan penulisan al-
Qur'an untuk bahan pelajaran anak-anak yang tidak sesuai dengan rasm utsmani
Meskipun para ulama ini mengatakan demikian, bukan berarti berika
meremehkan para sahabat penulis al-Qura'n, menganggap mereka telah berbuat
teledor atau menganggap mereka bodoh dan tidak paham akan kaidah-kaidah
penulisan bahasa Arab, seperti yang didengungkan para orientalis atau kaum
Syiah yang menganggap para sahabat penulis al-Qur'an telah berkhianat dengan
melakukan tahrif dan taghyir pada al-Qur'an serta membuang banyak ayat al-
Qur'an diantaranya adalah ayat yang menjelaskan keberhakan 'Ali bin Abi Thalib
atas kursi khalifah sesudah Rasulullah SAW.

Ingatlah Allah menjamin Al-Quran melalui firmanNya:

‫إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون‬


"Sesunggunya kami telah menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya kami akan
melindunginya".
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN

Rasmul qur’an atau rasmul ustmani adalah tata cara menuliskan Al-qur’an yang di
tetapkan pada masa khalifah ustman bin affan dengan kaidah-kaidah tertentu.
Sebagian para ulama berpendapat bahwa rasmul qur’an bersifat tauqifi, tapi sebagian besar
para ulama berpendapat bahwa rasmul qur’an bukan tauqifi,tetapi merupakan kesepakatan
cara penulisan yang disetujui ustman dan diterima umatnya,sehingga wajib wajib diikuti dan
di taati siapa pun ketika menulis al-qur’an. Tidak boleh ada yang menyalahinya.
Para ulama merumuskan kaidah kaidah rasm ustmani menjadi enam istilah, yaitu: a).AL-
Hadz berarti mebuang, menghilangkan atau maniadakan huruf. b).AL-Ziyadah berarti
penambahan, c).AL-Hamzah, d).Badal berarti penggantian, e).Washal dan Fashal
(menyambung dan dan pemisahan, f).Kata yang dapat dibaca dua bunyi
Sebagian para ulama berpendapat bahwa rasmul qur’an bersifat tauqifi, tapi sebagian
besar para ulama berpendapat bahwa rasmul qur’an bukan tauqifi,tetapi merupakan
kesepakatan cara penulisan yang disetujui ustman dan diterima umatnya,sehingga wajib
wajib diikuti dan di taati siapa pun ketika menulis al-qur’an. Tidak boleh ada yang
menyalahinya

B. KRITIK DAN SARAN


Hendaknya kita sebagai mahasiswa harus memahami setiap mata kuliah yang berkaitan
dengan materi dan tetap memperhatikan segala sesuatu yang berhubungan dengannya, karna
ilmu pengetahuan itu akan jadi perhiasan kita, akan menjadi bahan ajar kita kepada peserta
didik kita.Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki
kekurangan, baik dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis sangat berharap ada kritikan dan saran yang sifatnya untuk
membangun. Terakhir penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi
penulis begitu juga pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaththan, Manna’, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar,


Cetakan ketujuh, Februari 2012.
Abdul, Wahid, Ramli. Ulum al-Qur’an.Edisi Revisi, Jakarta: P.T Grafindo Persada, Cet,
IV 2002.
Dr. Zainal Arifin Madzkur, MA, Peneliti dan Pentashih di LPMQ Balitbang dan Diklat
Kementerian Agama RI
M.Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an / Tafsir. Jakarta : Bulan
Bintang, Cetakan ketigabelas, Tahun 1990.

Anda mungkin juga menyukai