Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PRAKTIK KEBIDANAN


DOSEN PENGAMPU : ANDI SYARIFAH, S.ST., M.KEB

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. HUSNA FARHANA SALSABILA (202107020)
2. NI KADEK DEWI SRI UTAMI (202107028)
3. RITA (202107043)
4. SANTI DIFINUBUN (202107045)
5. SELVIANA (202107046)

PRODI SARJANA KEBIDANAN DAN PROFESI


INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Analisis Kritis Terhadap Kejadian Kritikal ( Crtical Incident Analysis) dan
Konseling Berpusat Pada Individu (Person-centered concelling) ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen
Pengampu : Andi Syarifah, S.ST., M.Keb pada mata kuliah Komunikasi Efektif
dalam Praktik Kebidanan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang memahami Komunikasi efektif dalam kebidanan bagi para
pembaca dan bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami meyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar,13 maret 2022

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan ............................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5
A. Analisis kritis terhadap kejadian kritikal (critical incident analysis) ........... 5
1. Pengertian berpikir kritis .......................................................................... 5
2. Karakteristik pemikiran kritis ................................................................... 6
3. Tujuan berfikir kritis bagi bidan ............................................................... 8
4. Cara menggembangkan sifat berfikir kritis .............................................. 8
5. Teknik melatih keterampilan berpikir krisis............................................. 9
6. Metode berfikir kritis................................................................................ 9
B. Konseling berpusat pada individu (person-centered concelling) ............... 10
1. Konsep dasar konseling berpusat pada individu .................................... 10
2. Tujuan konseling berpusat pada indvidu ................................................ 10
3. Proses konseling berpusat pada individu ................................................ 12
4. Teknik konseling berpusat pada individu ............................................... 13
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15
A. Kesimpulan ................................................................................................ 15
B. Saran ........................................................................................................... 15
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpikir kritis merupakan seni (Paul and Linda Elder, 2006) gambaran
sikap seseorang dalam menganalisis, mengevaluasi sesuatu yang ia lihat,
mengklarifikasi yang di dengar, metode pengetahuan untuk berfikir logis
dan berargumen serta aplikasi dari ilmu yang dipahami untuk membuat
sesuatu setelah hal tersebut ia Yakini, (Glaser dalam Fisher, 2001; OU,
2008).
Berfikir kritis dan penalaran klinis adalah bentuk hipotesis-dedukatif.
Berfikir dan penalaran yang berfokus pada fakta-fakta biofisik sehingga
memastikan bahwa keputusan diagnostic dan pengobatan nantinya
didasarkan pada pemikiran logis ( Jefford, et al., 2011)
Berfikir kritis memunginkan bagi bidan untuk memanfaatkan potensi
dirinya melihat, memecahkan masalah dan menciptakan suatu hal baru
dalam manajemen asuhan kebidanan. Berfikir kritis meningkatkan
kemampuan verbal dan analitik yang sistematis sehingga
mengeksplorasikan gagasan-gagasan, menganalisis masalah hingga
memahami masalah khususnya dalam manajemen asuhan kebidanan.
Berfikir kritis meningkatkan kreatifitas. Untuk menghasilkan solusi kreatif
terhadap suatu masalah tidak hanya memerlukan gagasan baru namun
dengan berfikir kritis dapat mengevaluasi gagasan lama dan baru, memilih
yang terbaikan memodifikasi bila perlu. Berfikir kritis merupakan upaya
refleksi diri, evaluasi diri terhadap nilai, keputusan yang diambil sehingga
hasil refleksi dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (Lai Emily,
2011; Jefford et al, 2011)

Berfikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berfikir yang


tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintensis, mengenal
pemecahannya, menyimpulkan, mengevakuasi. ( Angelo, 1995: 6 )

1
Berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi
kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah
menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada
sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka
memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan mengumpulkan berbagai
kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua
keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.
Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung
kepada fokus yang akan dituju. (Halpen, 1996).

Menurut BAC (Britisth Association of Counseling, 2001) kata konseling


mencakup bekerja dengan banyak orang dan hubungannya mungkin saja
bersifat penyembangan diri, dukungan terhadap krisis pribadi, spikoterafi
atau pemecahan masalah titik tugas konseling memberikan kesempatan bagi
klien untuk mengeskplorasi, menemukan dan menjelaskan tentang cara –
cara hidup yang lebih Bahagia, memuaskan dan cerdas dalam menghadapi
sesuatu. Jadi inti dari kegiatan konseling menekankan pada proses
eksprolasi dan pemahaman diri.

Istilah konseling sering digunakan untuk mengindikasikan hubungan


profesional antara konselor yang telah terlatih dengan klien. Hubungan ini
biasanya bersifat individu per individu walaupun terkadang melibatkan
lebih dari satu orang. Konseling didesain untuk menolong klien dalam
memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap kehidupan, dan
untuk menolongnya mencapai tujuan penentuan diri (self- determination)
melalui berbagai pilihan yang telah informasikan dengan baik dan bermakna
bagi klien, melalui pemecahan masalah emosi atau karakter interpersonal.
Jadi, konseling lebih menekankan pada pola hubungan profesional dan
bertujuan menemukan diri. (Buks dan Steffire, 1997).

Konseling adalah terapi yang bertujuan untuk memberikan penyusunan


Kembali kepribadian seseorang, termasuk usaha – usaha penyembuhan
gangguan emosi, gangguang penyesuaian diri dilingkungan, pencapain

2
aktualisasi diri, reduksi rasa cemas, dan penghapusahan prilaku adaktif.
Dalam kegiatan konseling klien diberikan kesempatan mengeskplorasi
dirinya yang mengarah pada peningkatan kesadaran dan kemungkinan
memilih. Dengan demikian, focus utama konseling adalah proses singkat,
dan membantu klien menyingkirkan hal – hal yang menghambat
pertumbuhan pribadi. Melalui konseling klien akan dibantu untuk
menemukan solusi, keputusan, harapan – harapan, kebutuhan, dan perasaan
agar bisa hidup lebih efektif. (Gerald Coray, 1887).

B. Rumusan Masalah
1. Analisis kritis terhadap kejadian kritikal (critical concelling)
a). Apa pengertian berfikir kritis ?

b). Bagaimana karakteristik pemikiran kritis ?

c). Apa tujuan dari berpikir kritis bagi bidan ?


d). Bagaimana cara menggembangkan sifat berfikir kritis ?
e). Bagaimana Teknik melatih keterampilan berpikir kritis ?
f). Bagaimana metode berfikir kritis ?
2. Konseling berpusat pada individu (person centered concelling)

a). Bagaimana konsep dasar konseling berpusat pada individu ?

b). Apa tujuan konseling berpusat pada individu ?

c). Bagaimana proses konseling berpusat pada individu ?

d). Bagaimana teknik konseling berpusat pada individu ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian berfikir kritis.

2. Untuk karakteristik pemikiran kritis.

3. Untuk mengetahui tujuan berfikir kritis bagi bidan.

4. Untuk mengetahui cara mengembangkan sifat berfikir kritis.

3
5. Untuk mengetahui teknik melatih keterampilan berpikir kritis.

6. Untuk mengetahui metode berfikir kritis.

7. Untuk mengetahui konsep dasar konseling berpusat pada individu.

8. Untuk mengetahui tujuan konseling berpusat pada individu.

9. Untuk mengetahui proses konseling berpusat pada individu.

10. Untuk mengetahui teknik konseling berpusat pada individu.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Analisis kritis terhadap kejadian kritikal (critical incident analysis)


1. Pengertian berpikir kritis
Berfikir kritis merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki
oleh bidan, yang professional, sehingga mampu menyeesaikan masalah.
Dalam makalah ini, kita membahas cara membangkitkan semangat,
kebahagian, dan pengharapan. Menjelaskan salah satu cara berpikir
tidak bisa dilakukan secara luas, karena bagian dalam kebidanan sebagai
perkumpulan profesi dengan “bagaimana mengerjakan sesuatu ?”
bagaimana pun juga semua tindakan kebidanan yang bidan lakukan
membutuhkan tingkat pemikiran yang tinggi, tidak ada tindakan yang
dilakukan tanpa berpikir kritis (Th. Endang Purwoastuti & Elisabeth
Siwi Walyani, 2015:150).
Berfikir bukan proses yang statis tetapindapat berubah setiap hari
bahkan setiap jam. Karena berpikir merupakan sesuatu yang dinamis
karena tindakan kebidanan selalu membutuhankan berfikir, hal ini
sangat penting untuk memahami berfikir secara umum. Dan sangat
diperlukan pula untuk menghadapi klien dengan gaya yang unik dan
untuk mengedentifikasi apa yang bisa membuat mereka lebih baik(Th
Endang Purwoastuti & Elisabeth Siwi Walyani, 2015:151).
Kemampuan berfikir kritis merupakan kemampuan yang sangat
esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua
aspek kehidupan lainnya, berpikir kritis telah lama menjadi tujuan
pokok dalam Pendidikan sejak 1942. Menurut halpen (1996) berfikis
kritis adalah memberdayakan keterampilan atau starategi kongnitif
dalam menentukan tujuan. Proses terebut dilalui setelah menentukan
tujuan, mempertimbangkan, dan mengacuh langsung kepada sasaran –
merupakan bentuk berfikir yang perlu dikembangkan dalam rangka
memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan

5
berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan Ketika menggunkakan
semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang
tepat. Berfikir kritis juga merupakan kegiatan mengevakuasi –
mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil mana kala
menentukan beberapa factor pendukung untuk membuat keputusan,
berfikis kritis juga biasa disebut directed thingking, sebab berfikir
langsung kepda foku yang akan dituju. Pendapat senada dikemukakan
anggelo (1995: 6) berfikir kritis adalah mengaplikasiakn rasioanl
kegiatan berfikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis,
mensentesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya,
menyimpulkan, dan mengevaluasi. Penekanan pada proses dan tahapan
berfikir dilontarkan pula oleh seriven, berfikir kritis yaitu proses
intelektual yang aktif dan penuh dengan ketampilan dalam membuat
pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat
sintesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil
observasi,pengalaman,pemikiran,pertimbangan,dan komunikasi,yang
akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan
(Walker,2001:6),bahwa berpikir kritis harus memenuhi karakteristik
kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis, pengenalan masalah
dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian (Th. Endang Purwoastuti
& Elisabeth Siwi Walyani, 2015:152).
2. Karakteristik pemikiran kritis
Berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas. Ini
dapat diartikan bahwa awa munculnya kreativitas adalah karena secara
kritis kita melihat fenomena-fenomena yang kita lihat dengar dan
rasakan maka akan tamapak permasalahan yang kemudian akan
menuntut kita untuk berfikir kreatif. Karakteristik yang berhubungan
dengan berfikir kritis, dijelaskan beyer (1995: 12-15) secara lengkap
dalam buku Critical Thinking, yaitu:
a. Watak

6
Seseorang yang mempunyai keterampilan berfikir kritis
mempunyai sikap skeptis, sanagt terbuka, menghargai sebuah
kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek
terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan pandangan
lain yang berbeda, dan akan berubah sikap Ketika terhadap sebuah
pendapat yang dianggapnya baik.
b. Kriteria
Dalam berfikir kritis harus mempunyai sebuah kreteria. Untuk
sampai arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan
atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari
beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kreteria yang
berbeda. Apabila kita akna menerapakan standarlisasi harus
berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan
sumber yang kredibel, teliti, bebas dari logika yang keliru, logika
yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
c. Argumen
Argumen merupakan suatu pernyataan atau proposisi yang
dilandasi atau berdasarkan oleh data-data. Keterampilan berpikir
kritis akan meliputi hal-hal seperti kegiatan pengenalan, dan
penilaian, serta menyusun argumen.
d. Pertimbangan atau pemikiran
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau
beberapa premis, prosesnya akan meliputi kegiatan menguji
hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
e. Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia
ini, yang akan menentukan kontruksi makna seseorang yang berpikir
dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari brebagai
sudut padang yang berbeda.
f. Prosedur penerapan kreteria

7
Prosedur penerapan berfikir kritis sangat kompleks dan
procedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan
permasahan, menentukan keputusan yang akan diambil (Th. Endang
Purwoastuti & Elisabeth Siwi Walyani, 2015:152).
3. Tujuan berfikir kritis bagi bidan
Tujuan berfikir kritis bagi bidan adalah dengan berfikir kritis akan
menunjang bidan maupun seorang calon bidan (mahasiswa) untuk
Menyusun masukan tentang manfaat serta kerugiaan dalam pilihan atau
alternatif memilih mana yang utama dalam hal keperluan dan Menyusun
peoritas dengan memakai kerangka kerja, juga memilih tugas yang bisa
diwakilkan atau tugas yang patut dilengkapi pribadi. Oleh karena itu,
berfikir krtitis sangat dibutuhkan pada prosedur kebidanan guna
memecakan sebuah masalah serta tercipta sebuah keputusan efektif dan
efesien (Paramitha Amelia Kusumawardani & Rahfani
Rosyidah,2020:38).
4. Cara menggembangkan sifat berfikir kritis
Untuk meningkatkan kemampuan beerpikir kritis mahasiswa perlu
dilakukan inovasi pembelajaran. Dengan pembelajaran yang inovatif
diharapkan mahasiswa menjadi pribadi pemikir kritis yang dapat dilihat
dari keterampilannya menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi,
dan menyimpulkan, menjelaskan apa yang dipikirkannya dan membuat
keputusan, menerapkan kekuatan berpikir kritis pada dirinya sendiri,
dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis terhadap pendapat-
pendapat yang dibuatnya. Seseorang yang mampu melakukan keenam
keterampilan kognitif tersebut berarti kemampuan berpikir kritisnya
jauh di atas seseorang yang hanya mampu melakukan interpretasi,
analisis, dan evaluasi saja. Dengan demikian dapat dibuat penjenjangan
kemampuan berpikir kritis setiap orang berbeda-beda dan perbedaan ini
dapat dipandang sebagai suatu keberlanjutan yang dimulai dari
tingkatan terendah sampai tertinggi (Suparni, 2016:42
).

8
5. Teknik melatih keterampilan berpikir krisis
a. Merumuskan teori awal (draf tingkat berfikir kritis) berdasarkan
teori yang didukung dengan data empiris.
b. Memvalidasi draf tingkat berfikir kritis kepada ahli untuk
mengetahui validitas isi dan konstruk teori yang dikembangkan.
c. Melakukan pe-penelitian untuk membuktikan kebaradaan tingkat
berfikir krtitis
d. Merevisi darf tingkat berfikir kritis berdasar hasil pra penelitian
e. Melakukan pengambilan data untuk mengetahui keberadaan tingkat
kemampuan berfukir kritis dalam matematika sesuai dengan teori
hipotetik yang dibuat (Suparni, 2016:52).
6. Metode berfikir kritis
Berikut ini metode dalam berfikir kritis:
a. Mengenali masalah (defining and clarifying problem) meliputi
mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok, membandingkan
kesamaan dan perbedaan-perbedaan, memilih informasi yang
relevan, merumuskan masalah.
b. Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta
maupun opini, mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi
kalimat, mengenali kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan
ideologi.
c. Pemecahan masalah atau penarikan kesimpulan yang meliputi
mengenali data-data yang diperlukan dan meramalkan konsekuensi
yang mungkin terjadibdari keputusan/pemecahan
masalah/kesimpulan yang diambil (Th. Endang Purwoastuti &
Elisabeth Siwi Walyani, 2015:153).

9
B. Konseling berpusat pada individu (person-centered concelling)
1. Konsep dasar konseling berpusat pada individu
Konseling merupakan sebuah aktivitas yang muncul Ketika
seseorang yang bermasalah mengundang dan mengizinkan orang lain
memasuki hubungan tertentu diantara mereka. Yang tidak dapat mereka
pecahkan dengan sumber daya keseharian mereka dan hal tersebut
membuat mereka merasa terasing dari beberapa aspek kehidupan sosial.
Seseorang ysng membutuhkan konseling mengundang orang lain untuk
menyediakan ruang dan waktu untuknya, ditandai dengan sejumlah fitur
yang tidak selalu tersedia kehidupan sehari-hari, seperti izin berbicara,
menghargai perbedaan, kerahasiaan dan afirmasi. Salah satu karakter
yang esensial yang terdapat pada semua pendekatan konseling adalah
semua itu terjadi jika seseorang mencari pertolongan. Konseling
mendapatkan tempatnya saat seseorang dirundung masalah,
mengundang dan kebebasan kepada orang lain memasuki hubungan
personal tertentu diantara mereka (Herri Zan Pietter, 2012:235).
Konseling dianggap sebuah aktivitas yang sederhana dan sekaligus
kompleks. Suatu konseling dikatakan sebagai aktivitas sederhana di
karenakan dalam kegiatan konseing terkandung unsur-unsur pencapaian
masalah kepada pendengarnya. Sementara konseling dikatakan sebagai
aktivitas yang kompleks di karenakan dalam kegiatan konseling bukan
hanya terkandung unsur-unsur penyampaian pesan, melainkan juga ada
usaha-usaha mencari tahu dan menjadi tahu, menrefleksikan dan
bertindak. Dalam kegiatan konseling orang bercerita tentang segala hal.
Hubungan konselor dengan klien terjadi secara simultan pada level fisik
dan psikologis melalui Bahasa, pemikiran, perasaan, dan ingatan dari
kedua belah pihak (Herri Zan Pietter, 2012:235).
2. Tujuan konseling berpusat pada indvidu
Konseling bertujuan untuk mencari dan menemukan berbagai
potensi yang dimiliki oleh pasien asuhan kebidanan. Setelah
menemukan berbagai potensi itu, proses konseling kemudian membantu

10
pasien untuk mencari cara agar potensi itu bisa dikembangkan dan pada
akhirnya dapat bermanfaat bagi kebaikan pasien sendiri. Proses
konseling juga membantu pasien untuk merubah potensi itu menjadi alat
untuk menyelesaikan berbagai masalah dirinya, dan jika memungkinkan
dapat berdampak baik bagi masyarakat luas (Era Revika, 2019:100).
Secara lebih jelas, berikut sejumlah tujuan konseling yang sudah
disistematisasi:
a. Menjadi medium perubahan tingkah laku pasien
Menjadi medium disini artinya bidan hanya memfasilitasi proses
perubahan pada pasien. Bidan tidak benar -benar ikut campur dalam
proses perubahan itu. Seorang bidan hanya memberikan cahaya agar
pasien memahami dan mengerti apa saja permasahan yang dihadapi.
Membantu mematahkan permasalahan itu, lalu memberi
pengetahuan tentang apa saja yang harus dilakukan jika pasien ingin
keluar dari berbagai permasalahan yang ia hadapi.
b. Membantu pasien mampu berelasi denagn baik
Salah satu tujuan konseling adalah membantu seseorang untuk
mampu berelasi baik dengan orang lain. Oleh karena itu, seorang
bidan terlebih dahulu harus mampu menciptakan relai yang baik
dengan pasien. Bidan harus mampu menjadi role model tentang
bagaimana sebuah relasi antar manusia diciptakan dan dipelihara.
Jika relasi antara bidan pasien tidak baik, maka akan sulit untuk
memberi pengarahan kepada pasien tentang bagaimana menciptakan
relasi yang baik antar manusia itu.
c. Mengembangkan kemampuan pasien untuk menyelesaikan masalah
Pada dasarnya setiap manusia diberi kemampuan untuk
menyelesaikan masalahnya masing - masing. Tetapi karena ada
berbagai factor yang menghambat, maka banyak sekali individu
yang tidak mampu menyelesaikan masalahnya. Bahkan banyak yang
tidak tahu ia sedang menghadapi masalah apa.

11
Dalam proses konseling, seorang bidan diharapakan membantu
pasien untuk menggembangkan potensi dirinya agar mampu
mengenali dirinya sendiri, sehingga ia mampu mencari masalahnya
dan mampu mencari jaaln keluar untuk menyelesaikan berbagai
masalah yang sedang dihadapi pasien. Proses konseling ini sejatinya
hanya membantu pasien untuk memetakan diri sendiri, memetakan
berbagai permasalahan yang dia hadapi, lalu memetakan berbagai
solusi yang mungkin bisa diambil. Dan semua proses itu secara aktif
dilakukan oleh pasien sendiri.
d. Membantu pasien untuk membuat keputusan
Banyak individu yang sulit untuk mengambil keputusa, karena
takut berbagai konsekuensi yang mungkin timbul jika ia salah
mengambil keputusan. Jika ia salah mengambil keputusan, maka
mungkin saja permasalahan yang lebih buruk akan muncul dan
menimbulkan konflik - konflik baru lainnya. Dalam konteks ini,
tugas bidan sebagai seorang konselor adalah membantu pasien
mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan sesuai dengan
konteks permasalahannya yang dihadapi. Jika sudah mendapatkan
titik terang itu, bidan juga harus membantu pasien untuk tetap
menyalakan motivasi, serta menjaga emosi pasien agar pasien dapat
mengambil keputusan secara realistis.
e. Membantu pasien menggembangkan potensinya
Setiap orang atau individu pasti memiliki pontensi didalam
dirinya masing - masing . ada orang - orang yang sulit untuk
memahami dirinya sendiri. Oleh karena itu, dalam sebuah proses
konseling, seorang bidan, wajib membantu pasien untuk mengenali
dirinya. Setelah seorang pasien bisa memahami dirinya sendiri,
maka dari situ ia bisa mengenali berbagai pontensi, juga kelemahan
yang dimiliki
3. Proses konseling berpusat pada individu
Proses konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan yaitu:

12
1. Pembinaan hubungan baik (rapport): pembinaan hubungan baik
dimulai sejak awal pertemuan dengan klien dan perlu dijaga seterusnya
dengan:
a. Memberikan salam pada awal setiap pertemuan
b. Memperkenalkan diri
c. Menciptakan suasana nyaman dan aman
d. Memberikan perhatian penuh pada klien
e. Bersabar
f. Tidak memotong pembicaraan klien.
2. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan perencanaan.
Setelah mendapatkan dan memberikan cukup informasi sesuai dengan
masalah dan kondisi klien, tenaga Kesehatan atau bidan membantu
klien memecahkan masalah yang dihadapi atau membuat perencanaan
untuk mengatasi masalah. Factor-faktor yang memengaruhi
pengambilan keputusan adalah.
3. (a) Fisik,
(b) Emosional,
(c) Rasional,
(d) Praktikal,
(e) Interpesonal,
(f) Struktural.

4. menindaklanjuti pertemuan: menindak lanjuti pertemuan konseling


dengan membuat rangkuman, merencanakan pertemuan selanjutnya
atau merujuk klien ( Ribkha Itha Idhayanti , Ayuningtyas, Siti
Maryani, 2020:73-74).

4. Teknik konseling berpusat pada individu

Berikut ini teknik konseling:

a. Teknik Authoritarian atau Directive: proses konseling berpusat pada


konselor.

13
b. Teknik non-Directive atau Conseli Centred: konseling diberi
kesempatan memimpin wawancara atas pemecahan masalahnya
sendiri.
c.Teknik atau pendekatan Edetic: konselor menggunakan cara yang
dianggap paling tepat sesuai dengan masalah konseli (Yunida
Haryanti, 2021:67).

14
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Maka dapat disimpulkan berfikir kritis merupakan seni dan mengaplikasikan
rasional, kegiatan berfikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis,
mensintensis, mengenal pemecahannya, menyimpulkan, mengevakuasi. Berfikir
kritis sangat penting bagi seorang bidan karena dengan berfikir kritis
memungkinkan bagi bidan untuk memanfaatkan potensi dirinya melihat,
memecahkan masalah dan menciptakan suatu hal baru dalam manajemen asuhan
kebidanan. Sedangkan dapat disimpulkan bahwa konseling adalah hubungan
professional antara bidan yang telah terlatih dengan klien. Konseling didesain
untuk menolong klien dalam emahami dan menjelaskan pandangan mereka
terhadap kehidupan, dan untuk menolongnya mencapai tujuan penentuan diri.
B. Saran
kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki baik dengan
tulisnmaupun Bahasa yang kami sajikan, oleh karena itu mohon diberikan
sarannyaafar kami bisa membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi kita semua, dan enjadi wawasan kita dalam memahami
paragraph. Kami juga mengcapkan terima kasih atas dosen pembimbing mata
kuliah komunikasi efektif dalam praktik kebidanan ibu Andi Syarifah,
S,ST.,M.Keb

15
Daftar Pustaka

Th. Endang Purwoastuti & Elisabeth Siwi Walyani. 2015. Perilaku dan soft

Skill Kesehatan. Yogyakarta: Pustakabaruppress.

Paramitha Amelia Kusuma Wardani & Rahfani Rosyidah. 2020: Buku Ajar Mata

Kuliah Evidence Based Midwifery. Sidoarja: UMSIDA PRESS.

Suparni. 2016. Jurnal upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa

Menggunakan Bahan Ajar Berbasis Integrasi Interkoneksi: 52.

Herri Zan Pieter. 2012. Pengantar komunikasi dan konseling dalam praktik

Kebidanan. Jakarta: Rencana prenada media group.

Era Revika. 2019. Komunikasi dan konseling dalam praktik kebidanan.

Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.

Ribka Itha Idhayanti, Ayuningtyas, Siti Maryani. 2020. Komunikasi dan

Konseling dalam praktik kebidanan . Yogyakarta: GRAHA ILMU.

Yunida Haryanti. 2021. Buku ajar komunikasi dan konseling dalam praktik

Kebidanan. Jakarta timur: CV. TRANS INFO MEDIA.

16

Anda mungkin juga menyukai