Dalam pelatihan terdapat tiga tahapan perubahaan perilaku peserta pelatihan yang
dievaluasi. Ketiga tahapan perubahan itu dapat digambarkan sebagi berikut :
Teknik- teknik ini mencakup pengamatan, kontak pandang, penugasan berkala, kerja
praktek, kerja kelompok, presentasi, dan sebagainya.
1. Pertanyaan sokratik. Pertanyaan sokratik memiliki kekuatan dan nilai positif dalam
pembelajaran selama pelatihan. Di antara berbagai keuntungan pertabyaan sokratik
adalah bahwa pelatih dapat memperoleh gambaran tentang jalan pikiran peserta
pelatihan dan tingkat penyerapan materi.
3. Kuis atau ulangan spontan. Sambil mengulas kembali materi yang telah dipelajari,
pelatih dapat mengulang topik yang telah dibahas dengan menggunakan format
pertanyaan, melalui kusi tertulis dan atau lisan, yang ditunjukan kepada para peserta
pelatihan
4. Penugasan berkala. Teknik ini merupakan kegiatan terjadwal atau berkala pada panti
pelatihan yang dilakukan oleh pelatih kepada peseta pelatihan. Penugasan berkala
berguna bagi pelatih untuk mengetahui sejauhmana pemahaman dan penampilan para
peserta pelatihan dalam mengerjakan suatu tugas dan pekerjaan. Melalui evaluasi ini
pelatihan pun dapat memberikan tanggapan tertulis atau lisan terhadap kegiatan dan
hasil penugasan tersebut tentang tingkay penugasan peserta pelatihan terhadap materi
pembelajaran dan pelaksanaan tugas.
5.kajian kasus. Kajian kasus adalah teknik evaluasi yang melibatkan peserta pelatihan
dalam mempraktekkan hasil belajar dalam kehidupan nyata. Kajian kasus digunakan
sebgai stimulasi yang diajukan kepada peserta pelatihan sehingga pelatih dapat
mengetahui sejauhmana penggunaan hasil pembelajaran dan bagaimana penerapnnya
untuk memecahkan masalah dallam kehidupan nyata atau di masyarakat.
Pengguanaan kajian kasus dapat dilakukan dalam dua cara 1. Sebagai langkah
penerapan suatu materi pelatihan atau serangkaian materi pelatihan 2. Sebagai
struktrus pembelajaran dalam materi pelatihan kejuruan atau keterampilan
6. Kerja praktek teknik penilaian ini sebaiknys dilakukan sekitar masa akhir
pembelajaran dalam pelatihan. Maksud penggunaan teknkk ini adalah untuk
mengetahhi sejauhmana kemampuan peserta pelatihan dalam mengorfanisasian
berbagai materi pelatihan yang telah dipelajari dalam melakukan suatu tugas terstruktur
yang ditetapkan. Kegiatan penilaian dengan menggunakan teknik ini dapat memberikan
peluang bagi pelatih untuk menilai kemampuan peserta dalam penerapan hasil
belajarnya dan untuk memberikan umpan balik kepads peserta pelatihan.
Penilain sumatif terhadap hasil belajar dalam pelatihan sering menggunakan teknik tes,
kuesioner, wawancara, observasi, dan tes performansi.
A.Tes uraian. Apabila tes ini direncanakan dan disusun dengan baik maka akan sangat
berguna untuk mengukur ketepatan berpikir peserta pelatihan. Namun tes bentuk uraisn
ini memiliki kelemahan yaitu keterbatasan bahan pelatihan yang dinilai dan kesulitan
dalam memmerikasa hasil jawaban secara objektif. Salah satu cara mengatasi kesulitan
pemeriksaan hasil tes uraian adalah dengan memeriksa semua jawaban soal yang
sama bagi semua peserta pelatihan kemudian membandingkannya antara satu dengan
yang lainnya serta diikuti dengan pemberian skor. Lebih dianjurkan pula untuk
menggunakan tes uraian terbatas sehingga jawaban yang di harapkan sudah lebih
spesifik dan terarah.
2. Jelaskan titik berat perubahan perilaku, sebagai keluaran (output) uang dihasilkan
oleh pendidikan di lingkungan sekolah, keluarga, lembaga atau masyarakat.
B. Tes objektif. Bentuk tes objektif sering digunukan untuk penilaian hasil belajar dalam
kegiatan pelatihan. Tes ini dapat mengakomodasi bahan pembelajaran yang luas,
disamping mudahnya dalam pemeriksaan hasil jawaban. Benguk bentuk tes objektif :
Pertanyaan atau pernyataan sebaiknya tidak langsung diambil dari sumber tetapi diolah
dan diformulasikan oleh pelatih dan atau penilai sendiri.
Kekurangannya:
c. Pemeriksaan hasil akan sulit apabila jawaban tidak fokus atau membingungkan.
Tes ini memuat soal soal dalam bentuk pernyataan sebgaian pertanyaan benar dan
sebagian lagi salah. Bentuk soal ini pada umumnya digunakan untuk mengukur
pengetahuan peserta pelatihan tengang fakta, pengertian, prinsip prinsip dll.
Contoh :
B- S : ilmu dan seni untuk membantu orang dewasa melakukan kegiatan belajar dan
andragogil
Kelebihan :
2. Hanya mengekspresikan daya ingat dan pengetahuan yang telah dimilik sehingga
relatif sulit untuk megukur tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.
3. Tidak dapat menanmpung semua kemampuan peserta karena banyak yang tidak
dapat diungkapkan oleh jawaban dalam bentuk soal benar- salah
Untuk menyusun bentuk soal benar perlu diperhatikan hal hal sebagai berikut:
1. Dalam menyusun pertanyaan hindari penggunaan kata kata yang akan cenderung
mengrahkan jawaban, yaitu kata selalu, umumnya, kadang kadang, sering kali, tidak
pernah, tidak ada, dan lain sebagainya.
3. Menjodohkan ( matching)
Keunggulan :
Kelemahan :
1. Hanya digunakan untuk mengujur pengetahuan faktual dan hasil hafalan
2. Relatif sulit untuk menetapkan bahan tes yang dapat mengukur penyataan
pernyataan yang berhubungan.
Untuk menyusun bentuk soal menjodohkan hendannya diperhatikan hal hal sebagai
berikut:
1. Penyusunan soal diangkat dari materi yang saling berhubungan sehingga soal dan
kemungkinanan jawaban homogen
4. Pilihan ganda
Bentuk soal pilihab berganda adalah tes yang mempunyai satu jawaban yang benar
atau yang dianggap paling tepat. Bentuk soal pilihan berganda terdiri atas:
A. Stem beruapa pertanyaan atau penyataan yang di ajukan untuk dicari alternatif
jawabannya
C. Kunci jawaban berupa jawaban yang dianggap lain bener atau paking tepat
Contoh :
Kunci jawaban adalah a. Pengembangan bentuk soal pilihan berganda adalah bentuk
hubungsn anatara pernyataan dan bentuk pilihan berganda yang kompleks. Pada
kedua bentuk ini, piluhan jawabannya telah ditetapkan dan berfungsi sebagai petunjuk
untuk menjawab soal. Pada bentuk hubungan antar hal, peserta ujian mengindetifikasi
hububgan sebab akibat antara pernyataan pertama (sebagai akibat) dan pernyataan
kedua (sebagai sebab). Pernyataan pertama dan kedua dihubgkan dengan kata sebab.
Kedua perrabyaan ini dapat benar, salah, atau pernyataan yang kesatu benar dan
kedua slaah. Apabila kedua pernyataan itu benar maka perhatikanlah apakag keduanya
mempunyau hubungan sebab akibat.
Contoh :
B. Jika pernyataan pertama benar, pernyataan kedua benar, tetapi keduanya tidak
mempunyai hubungan sebab akibat.
Sebab
Bentuk soal pilihan berganda kompleks adalah hampir sama dengan pilihan berganda
biasa namun cara memjawabnya lebih beragam atau lebih rumit
Contoh:
Soal:
2. Pedagogi
3. Kontium
4. Bimbingan individual
a. Cakupan soal yang diujikan dapat lebih luas dari pada bahan pembelajaran yang
telah dibahas
b. Jawaban setiap soal disusun sudah benar atau salah sehingga pengukurannya lebih
objektif
c. Jawaban dapat diperiksa dengan mudah dan cepat karena menggunakan kunci
jawaban
Kekurangan
c. Penyusunan soal relatif sulit dibandingkan dengan penyusunan bentuk soal pilihan
berganda biasa
Pertama, pokok pernyataan (stem) merupakan hasil perumusan yang jelas tentang
masalah yang diangkat dari bahan pembelajaran
Kedua, perumusan stem dan alternatif jawaban (options) disusun secara singkat padat
dan jelas
Ketiga, pada setiap alternatif jawaban hanya terdapat satu jawaban yang benar atau
palung tepat.
Kelima, options (alternatif jawaban) disusun secara logis dan jawaban pengoceh
berfungsi .
Keenam, jangan ada jata kata yang seolah mengarahkan jawaban yang benar
Ketujuh, upayakan tidak menggunakan opition yang menyatakan "semua jawaban
diatas benar atau semua jawaban diatas salah".
Kesembilan, option berupa angka hendaknya disusun beruruntun dari angka terkecil ke
angkat terbesar atau sebaliknya.
Kesepuluh, penggunaan kata kata atau ungkapan tidak tentu (sepeti seringkali, kadang
kadang, pada umumnya, kebanyakan, dan lain sebagianya) harus dihindari dalam stem
Menghasilkan jawaban jawaban yang dapat dinilai secara objektif. Bentuk ini sering
dianggap sebagai " jembata" antara bentuk soal uraian dan bentuk soal tes objektif.
Bentuk soal stau pertanyaan berstruktur mencakup : a. Pengatar sosial b. Seperangkat
data c. Rangkaian bagian- bagian soal
Dibawah ini dikemukakan nilai hasil tes akhir para peserta pelatihan dalam mata latihan
" lengembangan perilaku kewirausahaan" berdasarkan ribcian dari nilai tertinggi sampai
terndah, disertau jumlah peserta pelatihan dan kumulatifnya.
a. Berdasarkan data dia atas, coba anda hitung : mean, median, dan modenya
b. Kemukakan dua hal yang membedakan kurva hasil tes tersebut dengan kurva
normal, serta kemukakan alasannya.
Keunggulan bentuk pertanyaan berstruktur adalah bahwa dalam satu soal terdapat
beberapa sub soal yang mengacu pada data tertentu. Sub soal tersebut dapat disusun
secara berkaitan antara satu dengan yang lainnya dan dapat diururkan sesuia dengan
tingkat kemudahan dan kesungkaranbya. Bentuk soal ini dapat mengatasi kelemahan
bentik soal uraian dan bentuk tes objektif. Data yang diungkapkan bisa dalam bentuk
angka, gambar, grafik, bagan, paragraf, dll.
Lembara pendapat digunakan untuk mengukur nilai hasil akhir pembelajaran para
peserta pelatihan dengan cara membangingkannya dengan nilai awal pembelajaran
pada saat sebeljm mereja mengikuti pelatihan. Penilaian dilakukan terhadap hasil
setiap aspek materu atau pokok bahasan atau semua aspek materi bahasan yang
dipelajari. Dengan lembaran pendapt dapat digambarkan perubahan nilai untuk masing-
masing peserta pelatihan dan nilai rerata untuk semua peserta pelatiha
Format lembaran pendapat memuat:
a. Petunjuk penggunaan
b. Nialu sebelum dan sesudah pelatuhan tentang aspek materi atau pokok bahasan
dalam pembelajaran
Contoh:
a. Petunjuk :
1. Kemukakan pendapat anda tentang kemampuan yang anda miliki sebelum dan
setelah mengikuti pelatihan.
2. Lingkari masing masing satu angka pada saat sebelum mengkuti pembelaharan dan
satu angka setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan pendapat anda
0= tidak menguasai
1= kurang menguasai
2= agak menguasai
3= menguasai
4= lebih menguasai
5= menguasai sekali
b. Nilai
1. apabila angka angka seperti aspek kemampuan pda saar sebelum dan setelah
pembeljaran dilingkari maka dapat ditarik garis antar angka angka setiap aspek
kemampuan pada saat sebelum dan juga setelah pembelajaran. Maka anda dapat
melihat gambaran tingkat perubahan kemampuan yang dimiki oleh setiap pelatihan
2. dapat dihitung angka rerata (mean) nilai pada saat sebelum dan setelah mebgikut
pembelajaran.
Tujuan pengolahan data adalah untuk mengubah data mentah sebagai hasil
pengukuran menjadi data lebih halus dan bermakna sehingga memudahkan untuk
pengkajian labih lanjut. Kegitan pengeloan data dilakukan melalui:
a. Memriksa hasil tes dengan menggunakan kunci jawaban dan memberi disbtibusi
frekwensi skor untuk tes dan frekuensi jawaban untuk angket yang menghasilkan
data nominal
b. Mengkaji table distibusi sesuai dengan kebutuhan penilian dan jenis data yang
diperoleh
Teknik statiska yang digunakan bias any berkisar pada sebaran frekuensi ukuran
memusat, ukuran keragaman, skor baku, korelasi, analis, variasi dan regresi
Sebaran frekuensi digunakan untk menghasilkan data dalam bentuk jawaban pertanyan
yang bisa dihitung jumlahnya dan muat dalam table frekuensi. Dengan sebaran
ferkuensi,data interval skor-skor hasil penilian. Dapat dibuat menjadi kategori skor yang
muat dalam table distribusi skor. Dibawah ini adalah data hasil penilian pembelajaran
dalam mata latihan “perencanaan pelatihan” dari 50 orang peserta pelatihan. Jumlah
soal terbanyak 100 item. Setiap item yang dijawab debanr diberikan skor 1 sehingga
skor maksimum yang dapat diperoleh peserta pelatihan adalah 100
Data tersebut di atas kemudian dibuat dalam bentuk table frekuensi skor, melalu
langkah – langkah sebgai berikut:
a. Menentukan skor terbesar dan skor terkecil, kemudian rentangnya (range) . skor
tertinggi adalah 64 dan skor terendah 5. Rentangnta adalah selisiih skor tertinggi
dan terendah yaitu (64-50= 59
c. Membuat kelom[pok skor dengan jarak interval yang dimulai dari skor terendah
sampai dengan skor tertinggi.
d. Menentukan frekuensi skor untuk setiap kelas dengan mengunakan turus (tally)
a. Menentukan rereta duga. Rerata duga biasanya ditetapkan pada kelas interval
yang memiliki frekuensi terbesar. Dalam contoh di atas adalah kelas interval 33-
39 dengan frekuensi 15. Besarnya rerata duga adalah jumlah batas batas
interval dibagi 2. Dalam contoh diatas
b. Menentukan simpang baku atau strandar deviasi yang diberi symbol d. pada
kelas interval yang mengandung RD diberi symbol 0, kemudian naik satu satu
untuk setiap kelas interval di atasnya, dan turun satu satu untuk setiap kelas
interval dibawahnya.
d. Menghitung konversi untuk mengubah angka ke dalam nilai angka berskala 1-10
dengan tabel sebgai berikut
Berdasarkan tabel di atas, peserta pelatihan yang memperoleh skor 63,73 di ubah
menjadi nilai 10, yang mendapat skor 39,33 diubah menjadi nilai 6 dan yang mendapat
skor 8,83 diubah menjadi nilai 1
Disamping rerata, kecendrungan memusat dapat lula mengguakan media dan modus.
Median diberi simbol x adalah titik tengah yang terletak diantara duu data yang telah
diurutkan sehingga median membatasi setengah data berada dibswahnya dan
setengah data lagi berada diatasnya.
Contoh median untuk nilai para peserta pelatihan secara berurutan adalah
10,9,8,8,7,6,6,5,5 (angkat 7 sebagai median). Urutan nilai 10,9,9,9,9,8,8,7,7,6 (anhka 9-
8=85 adalah median)
Median bagi data nilai yang dikelompokan dihutung dengan rumus sebagai berikut:
Dimana :
i = interval
X
X
Contoh:
Kelas median berada pada rentang 71-75. Stengah dari n adalah 25 berada pada
kumulatif 36. L dihitung dari batas bawah rentang 71-75 yakni 70,5
Karena ........
Modus adalah skor nilai yang dimikiki frekuensi paling banyak. Modus diberi simbol x
dan merupakan kecenderungan paling kasar. Misalnya urutan nilai 5,6,7,7,7,8,8,9,9
maja modusnya adalah 7 karena ada tiga kali atau tiga nilai. Bila urutan nialu 5,6,7,8,9
maka tidak ada modus. Apabila nilainya 5,6,6,7,8,8,9 maka modusnya ada 2 yaitu 6
dan 8. Kumpulan nilai yang terdiri atas 2 modus disebut bimodal dan yang mempunyai
lebih dari 2 modus disebut multimodal
Modus data nilai yang dikelompokkan dapat dihitung dengan mengguanakn rumus
sebagai berikut :
Contoh
Skor x
Data nilai dalam satu urutan yang dibagi menjadi empat kelompok yang sama
banyaknya disebut kuartil. Dalam satu urutan terdiri atas 4 kelompok dengan kuartil
yang beri simbol Q1,Q2,Q3. Q1 disebut kuartil bawah yaitu 25% data berada
dibawahnya dan 75% berada di atasnya. Q2 sama dengan median yaitu 50% data
berada dibawahnya dan 50% berada di atasnya. Q3 disebut kusrtil atas karena 75%
data berada dibawahnya 25% berada diatasnya.
Urutan data nilai yang dibagi menjadi 10 kelompok yang sama banyaknya disebut desil
yang diberi simbol s. Desil terdiri atas d1,d2 ,d3, d4 dan seterusnya. Apabila data nilai
dibagi 100 kelompok yang sama banyaknya maka pengelompokan itu disebut persentil
yang beri simbol p. Persentil terdiri atas p1,p2,p3,p4,p5,p6 dan seterusnya. Dengan
demikian, media = q2 = d5 = p50
Cara menghitung kuartil, desil dan persentil hampir sama dengan menghitung median.
Untuk data nilai yang dikelompokkan dapat digunakan rumus yang sama kecuali
mengganti ½ n dengan harga d,q,atau p yang dicari, median diganti dengan fk, d, p
yang dicari
Skor xxx
3. Skala penilaian
Nilai hasil belajar dalam pelatihan dapat dikemukakan dalam skala huruf (A-E), skala 1-
10 , afau skala 1-100. Uraian penggunaan ketiga skala tersebut dijelaskan dibawah ini.
1. Skala huruf dinyatakan dengan huruf A,B,C,D dan E. Penilaian dengan huruf
cenderung melambangkan penilian yang bukan kuantitas melainkan mengambarkan
kualitas.
2. Skala 1-10 sering dilakukan oleh pelatih, terutama dalam pembelajaran di kelas
untuk memberikan nilai bagi prestasi belajar peserta pelatihan. Dalam skala 1-10
pelatih jarang memberikan nilai dengan angka pecahan misalnya 6,4 atau 6,5.
Kalaupun ada biasanya dibulatkan angka 6, 4 dibulatkan menjadi 6 dan angka 6,5
dibulatkan menjadi 7.
Konversi nilai dalam ketiga skala dapat di kemukkan dalam tabel dibawah ini
Hasil pengolahan data nilai peserta pelatihan dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik
dan bagan
Alat evaluasi hasil belajar dalam pelatihan merupakan unsur kurikulum pelatihan.
Sebagaimana dikemukakan dalam bab terdahu bahwa unsur- unsur lainnya dalam
kurikulum pelatihan adalah tujuan pembelajaran, materi atau bahan pembelajaran, serta
metode, teknik dan media pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan.
Alat (instrment) evaluasi awal dan evaluasi akhir digunakan untuk mengukur perbedaan
tingkat kemampuan peserts pelatihan pada saat sebelum memasuki program pelatihan
dan setelag mengikuti program pelatihan.
Ihan dapat berbentuk tes (esei,objektif, performasi) lembaran pendapat dan lain
sebagainya. Evalussk dilakukan pada saat sebeljm mengikuti pelatihan dan evalusi
akhir diberikan pada saat setelah pelatihan berakhir. Pertanyaan dan pernyataan yang
dibuat dalam instrumen awal dapat bersamaan atau hampir sama dengan yang dimuat
dlaam instrumen evaluasi akhir sehingga hasilnya dapat diukur dengan menggunakan
pengukuran yang dapat dipercaya.
Beberapa contoh instrumen evaluasi awal dan akhir adalah sebagai berikut:
A. Tes esei
Tes awal:
Jelaskan pengetahuan, keterampulan, dan sikap serta nilai yang anda miliki mengenai
perencanaan pelatihan karyawan diperusahan dimana anda bekerja?
Tes akhir:
B. Tes objektif
Tes awal dan tes akhir dapat menggunakan pilihan berganda sebagai berikut :
Tes awal dan tes akhir dapat menggunakan langkah langkah, tahapan, atau cara cara
yang dilakukan dalam melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan tertentu, misalnya
langkah langkah dalam mengindentikasi kebutuhan belajar, tahapan pembelajaran.
D. Lembaran pendapat
Pentunjuk pengisian:
Lembaran pendapat hendaknya digubakan secara terpisah antara sebelum dan setelah
mengikuti pelatihan. Lembaran pendapat pertamaa, sebelum mengikuti pelatihan,
dibuat dalam lembaran tersedirii dan diisi oleh peserta pelatihan sebelum memulai
pelatihan. Demikian pula lembaran pendapat kedua, setelah mengikuti pelatihan, dibuat
tersendiri dalam lembaran terpisah untuk diisi oleh peserts pelatihan tanpa mengetahui
atau membaca lembar pendapat pertama.
Hasil pengolahan data lembaran pendapat dapat menggambarkan perbedaan rata rata
skor perorangan dan skor kelompok peserta pelatihan. Dengan demikian akan terlihat
perbedaan perubahan kemampuan perorangan dan atau kelompok antar sebelum
mengikuti pelatihan dan setelah mengikuti pelatihan.