Anda di halaman 1dari 7

Nama : Evans Sitanggang

Nim : 030617023
Tugas 3 TAP
Wanprestasi pada Kontrak Jaminan Fidusia
Latuwo (35 Th) dihadang berhenti oleh orang-orang yang menyatakan diri dari Federal Insurance
Finance (FIF), dengan sikap kasar menyita sepihak motor agunan fidusia yang dikendarainya
karena dianggap wanprestasi pembayaran uang cicilan. Diketahui bahwa perjanjian
fidusianya tidak terdaftar ke Kantor Jaminan Fidusia. Atas penyitaan ini Latuwo melaporkan
kejadian perkara eksekusi sepihak PT FIF ke kepolisian sector setempat sebagai perbuatan
perampasan dan tidak menyenangkan. Pihak kepolisian menolak membuatkan laporan polisi
dengan alibi motor tidak ‘dirampas’ namun ‘diamankan’ oleh pihak kantor FIF, dan benar
motornya ada di kantor FIF.  Petugas penyidik kepolisian sektor tetap berpendapat bahwa, “ini
bukanlah pencurian dan juga bukan perampasan. Tapi masalah kredit. Dan polisi tidak bisa
membuatkan laporan polisi jika masalahnya adalah kredit” yaitu “… kredit macet”. Latuwo
frustasi, Ia laporkan perkaranya ke kantor kepolisian Polda. Hasilnya, Ia dibuatkan laporan polisi
dengan tersangka Teguh sebagai pimpinan FIF, dengan sangkaan Pasal 368 KUHP perihal tindak
kekerasan untuk maksud hapusnya hutang-piutang dan Pasal 372 KUHP perihal perbuatan
melawan hukum karena penggelapan. Laporan polisi tingkat Polda (Jatim) ditembuskan ke
kantor polisi tingkat Polrestabes (Surabaya) dan terus ke kantor polisi Polsek Dukuh Pakis
(otoritas locus delicti). Proses penanganan perkara ini cukup lama (hingga 5 bulan di  2016).
namun dengan terbitnya Surat Pemberitahuan Proses Penyidikan (SP2P) atas kasus ini, malah
penanganannya mandeg/berhenti.
Tipe Kasus-2,
Penggadaian Ulang
Kasus gadai menggadai motor jaminan fidusia milik NSC melibatkan peran debitur nakal. Kasat
Reskrim Polres Kebumen AKP Edy Istanto mengatakan, tindakan gadai menggadai yang
dilakukan NM telah berlangsung 4 tahun dalam mengeruk keuntungan. NM telah dua periode
menjabat Kepala Desa di Kecamatan Sempor dan mendapatkan jatah keuntungan gadai
terselubung sebesar 10% hasil transaksi gelap. "Jadi jika sepeda motor digadai Rp 4 juta, ia
akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 400 ribu" kata Istanto. Kasus gadai ulang ini berawal
dari laporan salah satu karyawan NSC, terkait diketahuinya ada dua kendaraan sepeda motor
MNC yang menjadi objek jaminan fidusia telah digadaikan ulang oleh NM. Diketahui lingkaran
penggadaian ulang berawal dari debitur SM warga dari NM menggadaikan dua sepeda motor
padanya. Selanjutnya sepeda motor tersebut digadaikan kembali oleh NM dengan dibantu oleh
perantara tersangka GW (42), warga Sidayu Gombong.Ujung transaksi, sepeda motor berpindah
tangan dari NM kepada tersangka inisial AK warga Kecamatan Puring. Polisi telah
mengembangkan kasus tersebut, mendapatkan adanya proses transaksi penggadaian lain
sebanyak 15 unit kendaraan bermotor dan dua mobil yang disimpan di gudang milik Kepala
Desa NM.
  Tipe Kasus-3,
 SEJUMLAH OKNUM ANGGOTA TNI SERANG POLSEK CIRACAS, PERTOKOAN
HINGGA WARGA SIPIL
Markas Polisi Sektor (Polsek) Ciracas, Jakarta Timur diserang oleh sejumlah Oknum TNI pada
Sabtu (29/8/2020) dini hari. Penyerangan ini merupakan kedua kalinya (Desember 2018).
Penyerangan diduga dilakukan sekitar 100 orang berujung pada pembakaran dua unit mobil di
area parkir Mapolsek Ciracas. Amuk oknum TNI setidaknya merusak 83 unit kendaaraan
bermotor dan menganiaya 16 orang warga sipil para pengendara sepeda motor lewat jalur
tersebut. Sekelompok oknum TNI tersebut juga merusak pertokoan, menyerang warga sipil,
pengerusakan kendaraan bermotor, fasilitas umum dan pembakaran kendaraan bermotor
di Mapolsek Ciracas, Jakarta Timur, Sabtu (29/8/2020) dini hari sebelum menyerang Mapolsek
Ciracas, Jakarta Timur. Penyerangan di Mapolsek Ciracas itu menyebabkan dua orang anggota
polisi dan 79 warga sipil terluka. Puncak kericuhan adalah pembakaran mobil di halaman
Mapolsek Ciracas sebagai sasaran oknum TNI.
Penyerangan Mapolsek Ciracas disebabkan adanya peristiwa kecelakaan lalu lintas tunggal
(Kamis (27/8/2020) malam) yang melibatkan seorang anggota TNI bernama MI, namun
kecelakaan itu dikhabarkan sebagai korban penganiayaan yang disebarkan oleh MI sendiri
kepada teman-temannya. Berita hoax yang disebarkan MI menimbulkan sekitar 100 orang
rekannya terprovokasi melakukan perusakan gerobak di jalan, Alfamart, fasilitas umum hingga
pembakaran di Mapolsek. Namun enam dari sekitar 100 orang yang terlibat dalam perusakan
Mapolsek Ciracas dan fasilitas umum di Jaktim telah menjalani pemeriksaan intensif Polisi
Militer Kodam Jayakarta. Sebanyak 90 oknum TNI dari 38 satuan telah diperiksa, dan 65 oknum
telah ditetapkan sebagai tersangka (16/09/2020_Kompas.com). Para pelaku terancam hukuman
kurungan penjara dan ganti rugi sesuai peran masing-masing. Sebenarnya sejak awal kejadian
kecelakaan tunggal, situasinya sudah diamankan melalui Dandim dengan memberikan
pengarahan tentang hoax penganiayaan itu. Namun para oknum TNI itu tidak mengindahkannya
dan bersikeras melakukan kegiatan anarkis tersebut. Dikhabarkan bahwa hal ini menunjukkan
betapa masih rapuhnya pembinaan prajurit TNI di tingkat bawah terhadap provokasi pergesekan
sosial.-
  Disclaimer: Sumber informasi dihimpun dari beberapa situs berita online yang disimpan ada
pada Tutor. Text diatas merupakan ekstraksi berita hanya dipergunakan untuk keperluan proses
belajar mata kuliah Tugas Akhir Program (TAP HKUM4500) mahasiswa Ilmu Hukum
Universitas Terbuka. 
Pertanyaan:
a)      Dari ketiga tipe kasus di atas:
1. Apakah kasus-kasus tersebut dapat (ada peluang) diselesaikan melalui Alternatif
Penyelesaian Sengketa (APS/non-litigasi)? Jelaskan dan tunjukkan alasan dan landasan
hukumnya;
Jawab : Menurut saya pada kasus 3 diatas tidak dapat dilakukan dengan penyelesaian
Non litigasi karena pada kasus – kasus diatas banyak merugikan pihak – pihak korban
tersebut, sehingga tidak etis jika hanya diselesaikan dengan cara APS/ Non litigasi.
2. Jelaskan pertimbangan hukumnya dan peristiwa yang mana saja yang dapat dan/atau
tidak dapat diselesaikan melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS)? Jelaskan
Jawab :
Pada kasus 1 dapat dikatakan bahwa kasus ini harus melalui jalur hukum karena banyak
hal – hal yang tidak semestinya dilakukan FIF seperti :
1. Tidak membuatkan akta fidusia.
FIF sebagai leasing tidak mendaftarkan jaminan kendaraan tersebut ke pihak berwenang,
dalam hal ini kantor jaminan fidusia. Tentunya FIF tahu tentang hal ini. Dan
mengabaikan aturan tersebut FIF lebih memilih cara-cara diluar aturan hukum. Ini terlihat
FIF dengan sadar dan  sengaja mengabaikan segala aturan purundang-undangan di negara
ini. Artinya FIF MELECEHKAN aturan negara ini.
2. Menganggap remeh peraturan menteri keuangan. Tentang pendaftaran fidusia.
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 130/PMK 010/2012 tentang Pendaftaran Fidusia
yang mewajibkan leasing mendaftarkan jaminan fidusia paling lambat 30 hari sejak
perjanjian kredit ditandatangani. Padahal, Leasing yang tak mendaftarkan jaminan
tersebut terancam dibekukan usahanya. Jika menilik mulai tahun 2012 PMK dibuat
hingga hari ini sudah ratusan bahkan ribuan perjanjian kredit motor yang tidak
didaftarkan jaminan fidusianya.
Jelas nyata pelecehan FIF pada undang-undang peraturan pemerintah indonesia.
3. Melecehkan pihak kepolisian sebagai penegak hukum. Sebab menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011, satu-satunya pihak yang berhak menarik atau menyita
kendaraan kredit bermasalah adalah kepolisian.
Seolah tanpa bersalah pihak FIF mengatakan “sepeda disita karena tunggakan
pembayaran” didepan petugas kepolisian. Dan anehnya petugas kepolisian dukuh pakis
membenarkan apa yang dilakukan oleh FIF..dengan mengatakan “ini bukan pencurian
atau perampasan tapi masalah kredit sehingga motor disita”. Masalahnya. Dalam perkap
no 8 tahun 2011 sudah jelas. Yang berhak menyita atau mengamankan barang fidusia
seperti motor hanya kepolisian. Bukan pihak leasing apalagi eksternal.
4. Tak hiraukan undang-undang perlindungan konsumen. Pada Pasal 4 UU No. 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), tentang hak-hak konsumen, yang
ancaman pidana maupun denda telah diatur dalam pasal 62 UU No. 8 tahun 1999.
Pada kasus 2, yang dilakukan oleh kepala desa tersebut telah melanggar beberapa hal
seperti asal 480 KUH Pidana. pasal 36 UU RI nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan
Fidusia atau pasal 372 KUH Pidana. Semua ancaman ini berada pada rata – rata hukuman
kurang lebih 4 tahun, sehinga lebih baik diselesaikan secara hukum agar tidak ada yang
melakukan hal tersebut .
Pada kasus 3, merupakan tindak penganiayaan, dan sebaiknya hal yang berbau kekeresan
dan penyerangan dilakukan secara hukum.
b)      Lakukan analisa:
1. perbuatan melawan hukum apa saja yang dapat dikenakan terhadap PT. FIF sebagai
korporasi, ke 65 Oknum TNI, NM (52) seorang Kepala Desa di Kecamatan Sempor?
Jelaskan dan tunjukkan unsur-unsur melawan hukumnya!;
Jawab :
Kasus 1

tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai Perbuatan Melawan Hukum (PMH)


sesuai diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata  dan dapat
digugat ganti kerugian. Dalam konsepsi hukum pidana,  eksekusi objek fidusia di bawah
tangan masuk dalam tindak pidana Pasal 368 KUHPidana jika kreditor melakukan
pemaksaan dan ancaman perampasan. Pasal ini menyebutkan:

1. Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun
menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan dengan pidana penjara paling
lama sembilan bulan. 
2. Ketentuan pasal 365 ayat kedua, ketiga, dan keempat berlaku bagi kejahatan ini.

Situasi ini dapat terjadi jika kreditor dalam eksekusi  melakukan pemaksaan dan
mengambil barang secara sepihak, padahal diketahui dalam barang tersebut sebagian
atau seluruhnya milik orang lain. Walaupun juga diketahui bahwa sebagian dari barang
tersebut adalah milik kreditor yang mau mengeksekusi tetapi tidak didaftarkan dalam di
kantor fidusia. 
Bahkan pengenaan pasal-pasal lain dapat  terjadi mengingat bahwa dimana-mana
eksekusi merupakan bukan hal yang mudah, untuk itu butuh jaminan hukum dan
dukungan aparat hukum secara legal. Inilah urgensi perlindungan hukum yang
seimbang antara kreditor dan debitor. Bahkan apabila debitor mengalihkan benda objek
fidusia yang dilakukan dibawah tangan kepada pihak lain tidak dapat dijerat dengan UU
No. 42 Tahun 1999 Tentang jaminan fidusia, karena tidak syah atau legalnya perjanjian
jaminan fidusia yang dibuat. 
Mungkin saja debitor yang mengalihkan barang objek jaminan fidusia di laporkan atas
tuduhan penggelapan sesuai  Pasal  372 KUHPidana menandaskan: “Barang siapa
dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau
sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan
karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama
empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah”. 
Oleh kreditor, tetapi ini juga bisa jadi blunder karena bisa saling melaporkan karena
sebagian dari barang tersebut menjadi milik berdua baik kreditor dan debitor,
dibutuhkan keputusan perdata oleh pengadilan negeri setempat untuk mendudukan 
porsi masing-masing pemilik barang tersebut untuk kedua belah pihak.  Jika hal ini
ditempuh maka akan terjadi proses hukum yang panjang, melelahkan dan menghabiskan
biaya yang tidak sedikit.
Akibatnya, margin yang hendak dicapai perusahaan tidak terealisir bahkan mungkin
merugi, termasuk rugi waktu dan pemikiran. Lembaga pembiayaan yang tidak
mendaftarkan jaminan fidusia sebenarnya rugi sendiri karena tidak punya hak
eksekutorial yang legal. 

Unsur – unsur melawan hukum pada kasus 2


1. Ada perbuatan Melawan Hukum, pada kasus ini Oknum kepala desa secara jelas telah
melakukan Tindakan yang melanggar UU yaitu penggelapan , penadahan
2. Ada Kesalahan , pada kasus diatas sudah jelas oknum kepala desa tersebut
menggadaikan barang yang telah digadaikannya
3. ada hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan, sudah pasti kerugian yang
terjadi disebabkan karena barang yang digadai merupakan jaminan fidusia, sehigga
hal ini merugikan pihak fidusia
4. ada kerugian, pada kasus ini telah terjadi kerugian material dan Imaterial yaitu motor
yang digadaikan masih jaminan fidusia, sehingga tidak boeh digadaikan Kembali.

Unsur – unsur melawan hukum pada kasus 3


5. Ada perbuatan Melawan Hukum, pada kasus ini Oknum TNI secara jelas telah
melakukan Tindakan yang melanggar UU yaitu penganiayaan dan penyerangan serta
perusakan
6. Ada Kesalahan , pada kasus diatas sudah jelas secara sengaja oknum TNI melakukan
penyerangan, penganiayaan dan perusakan disekitar markas polri yang disebakan
karena terpicu berita hoaxs
7. ada hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan, sudah pasti kerugian yang
terjadi disebabkan karena penyerangan Oknum TNI jika tidak ada kerusakan 83 unit
kendaaraan bermotor dan menyebabkan dua orang anggota polisi dan 79 warga sipil
terluka. Tidak berhenti di situ, sekelompok oknum TNI tersebut juga merusak
pertokoan, menyerang warga sipil, pengerusakan kendaraan bermotor, fasilitas umum
dan pembakaran kendaraan bermotor di Mapolsek Ciracas, Jakarta Timur, Ada
tidaknya perbuatan melawan hukum dari Oknum Prajurit TNI
8. ada kerugian, pada kasus ini telah terjadi kerugian material dan Imaterial, dimana
material yaitu kerusakan toko, fasilitas umum kendaraan, dan imaterial yaitu korban
luka – luka yang harus dirawat dirumah sakit.

2. sehubungan dengan pertanyaan huruf b) a di atas, Apakah terhadap PT. FIF sebagai


korporasi, ke 65 Oknum TNI, NM (52) seorang Kepala Desa di Kecamatan Sempor dapat
dikenakan sanksi pemberatan? Jelaskan dan tunjukkan perbuatan/peristiwa yang mana
saja!; Jawab : Menurut saya kasus 2 dan 3, Karena pada kasus 2 dan 3 selain dihukum
penjara mereka bisa mendapat sanksi pemecatan dari pekerjaan mereka.
3. masih sehubungan dengan pertanyaan huruf b) a di atas, Apakah terhadap PT. FIF
sebagai korporasi, ke 65 Oknum TNI, NM (52) seorang Kepala Desa di Kecamatan
Sempor ada peluang kemungkinan dapat dikenakan tindak pidana pembarengan
(concursus)? Jelaskan dan tunjukkan perbuatan/peristiwa yang mana saja! Jawab :
Menurut saya pada kasus fif dapat dikenakan tindak pembarengan yaitu pengambilan
secara paksa yaitu pasal 365 dan UU Fidusia No 42 tahun 1999
c)      Lakukan Analisa tentang tindakan pihak kepolisian (tingkat Polsek) pada Tipe Kasus-1
yang berbeda dengan pihak kepolisian tingkat provinsi (Polda-Jatim) dalam penanganan
menafsirkan dua pesoalan hukum fidusia antara PT FIF dengan Moch. Anwar Latuwo? Jelaskan
dan tunjukkan parameter yang anda gunakan untuk memberikan justifikasi tersebut!
Jawab : Menurut saya, pihak kepolisian tingkat polsek mengira ini hanya kasus tidak membayar
kredit lalu disita, sehingga terjadi miss communication, sedangkan pada kepolisian polda pelapor
melaporkan dengan kasus kekerasan yang dilakukan pihak FIF, sehingga setelah diselidiki
didapati kasus lain

Anda mungkin juga menyukai