FAKULTAS PARIWISATA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
i
PENGEMBANGAN DESA WISATA
BERBASIS POTENSI LOKAL
DI DESA WISATA BONGAN, TABANAN
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI PARIWISATA
FAKULTAS PARIWISATA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
ii
PENGEMBANGAN DESA WISATA
BERBASIS POTENSI LOKAL
DI DESA WISATA BONGAN, TABANAN
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI PARIWISATA
FAKULTAS PARIWISATA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PROMOTOR/ KOPROMOTOR
Promotor,
XXXXXXXXXXXXXX
NIP.
Kopromotor I, Kopromotor II,
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
NIP. NIP.
Mengetahui
Prof. Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes Prof. Dr. Made Budiarsa, MA.
NIP. 19660309 199802 1003 NIP. 19530107 198103 1002
iv
PENETAPAN TIM PENGUJI
Usulan Penelitian Disertasi Ini Telah Diuji dan Dinilai oleh Tim Penguji pada
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Pada Tanggal………………………
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha esa, karena hanya atas asung wara
Prof.Dr.Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng.IPU atas kesempatan dan fasilitas yang
Doktor di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada
Direktur Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. I Putu
Gede Adiatmika, M.Kes atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Dr.Drs. I Nyoman Sunarta, M.Si.
Dekan Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada
penulis untuk mengikuti pendidikan program Doktor. Pada kesempatan ini, penulis
vi
juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Prof. Dr. Made Budiarsa, MA,
Koordinator Program Studi Doktor Pariwisata dan Dr. Ir.… Kepala Laboratorium
kepada para penguji disertasi, yaitu Prof. Dr.. ……, Prof. Dr. ...., Dr. Ir. …, Dr. dr
yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga disertasi ini
Bali International Training and Development Centre (BITDEC) dan Prof. Dr. Ir.
Internasional Bali yang telah memberikan bantuan finansial dalam bentuk beasiswa
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih
kepada mendiang Ibu danAyah yang telah mengasuh dan membesarkan penulis,
terima kasih kepada suami tercinta serta anak- anak tersayang, yang dengan penuh
vii
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Mahaesa selalu
Denpasar, ……………………..
Penulis
viii
ABSTRAK
Menurut
Daldjoeni (1998, dalam Dinas Pariwisata DIY,
2014: 6), setiap desa memiliki geographical
setting dan human eort yang berbeda-beda.
Hal ini akan memengaruhi strategi masyarakat
sebagai host community dalam memanfaatkan
potensi yang ada untuk dikemas sebagai atraksi
yang menarik bagi wisatawan
Pengembangan suatu desa wisata tengah menjadi perhatian dan menjadi
program prioritas Pemerintah Republik Indonesia. Kunci pengembangan desa wisata
adalah penemuan potensi desa. Desa wisata Bongan merupakan suatu desa yang
berlokasi di kabupaten Tabanan, Bali yang memiliki berbagai potensi yang belum
dikembangkan. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi potensi, menganalisis
permasalahan dalam pengembangan desa wisata Bongan, dan menghasilkan
gambaran pengembangan desa wisata Bongan berbasis potensi lokal.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik
pengumpulan data menggunakan FGD, observasi, wawancara dan dokumentasi.
Teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan yaitu teori komponen
pengembangan pariwisata dan teori daya tarik wisata.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa potensi desa wisata Bongan yaitu
potensi air terjun, penangkaran jalak Bali, tanaman Gonda, sungai, hamparan sawah,
pura Bedha, monument Kebo Iwa, upacara adat dan kehidupan sehari-hari
masyarakat lokal. Permasalahan yang ditemui dalam upaya pengembangan desa
wisata Bongan adalah kebutuhan dana, dan kurangnya peran aktif masyarakat.
Pengembangan yang dapat dilakukan yaitu pengembangan wisata spiritual,
pengembangan wisata edukasi, pengembangan wisata kuliner, pengembangan wisata
alam, pengembangan wisata arsitektur, pengembangan wisata sosial budaya.
Simpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu, dalam upaya
pengembangan pariwisata di desa wisata Bongan perlu memperhatikan potensi dan
keinginan masyarakat serta diselaraskan dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat
setempat, sehingga pengembangan pariwisata tidak berdampak negatif terhadap
keberlangsungan desa wisata dan masyarakat desa wisata.
ix
ABSTRACT
x
DAFTAR ISI
xi
2.2 Konsep Penelitian..................................................................................26
2.2.1 Pengembangan Pariwisata...................................................................26
2.2.2 Desa Wisata..........................................................................................27
2.2.2 Potensi Lokal........................................................................................29
2.3 Landasan Teori......................................................................................30
xii
6.2 Rekomendasi..........................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................46
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung dalam suatu
struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara tradisi yang
pengertian desa wisata yaitu suatu bentuk pariwisata, yang sekelompok kecil
data BPS, sampai dengan bulan Oktober 2018, terdapat 1.734 desa wisata di
Indonesia. Desa wisata tersebut tersebar di seluruh pulau. Pulau Jawa dan Bali
menempati posisi paling tinggi dengan jumlah 857 desa wisata. Kemudian diikuti
Pulau Sumatera sebanyak 355 desa, Nusa Tenggara 189 desa, Kalimantan 117
desa, Pulau Sulawesi sebesar 119 desa, Papua 74 desa, dan Maluku 23 desa
(Putra, 2019)
dilakukan pada suatu desa wisata disinyalir akan mampu menggerakkan aktivitas
1
masyarakat desa ke kota. Pengembangan desa wisata juga dapat memberikan
dampak positif bagi masyarakat desa itu sendiri, diantaranya adalah adanya lahan
di desa tersebut. Sejalan dengan hak tersebut, Direktur Tata Kelola Destinasi
covid-19 menjadi sangat penting karena sejalan dengan konsep wisata di saat
pandemi. Sifat adaptasi dan alam yang dimiliki suatu desa wisata mampu
konsentrasi massa. Alam terbuka di desa wisata, sangat cocok untuk wisata
yang ada di Indonesia saat ini belum optimal terutama dari kualitas sumber daya
manusia, sarana dan prasarana penunjang serta pengembangan dalam hal promosi.
Desa wisata dikatakan berkembang dengan baik jika (1) memiliki aksesibilitas
yang baik, (2) memiliki daya tarik wisata yang menarik berupa alam, seni budaya,
legenda, makanan lokal, (3) terdapat dukungan masyarakat dan perangkat desa,
(4) adanya jaminan keamanan, (5) tersedia akomodasi dan telekomunikasi, (6)
berhubungan dengan daya tarik wisata lain yang telah dikenal masyarakat luas
yaitu desa wisata rintisan, berkembang, maju dan mandiri. Desa wisata rintisan
2
adalah desa wisata yang memiliki potensi wisata, namun belum ada kunjungan
wisatawan. Sarana dan prasarana yang dimiliki juga masih sangat terbatas, serta
desa wisata yang memiliki potensi wisata, namun sudah mulai dilirik untuk
dikembangkan lebih jauh. Desa wisata maju adalah desa wisata yang memiliki
potensi wisata dan masyarakatnya sudah sadar wisata sehingga sudah dapat
Tingkatan desa wisata yang terakhir yaitu desa wisata mandiri. Desa wisata
mandiri berciri sudah ada inovasi pariwisata dari masyarakatnya, destinasi wisata
yang dimiliki juga sudah diakui dunia dengan sarana dan prasarana yang
Pengembangan desa wisata perlu dilakukan terutama untuk tingkatan desa wisata
rintisan sehingga mampu naik tingkat menjadi desa wisata berkembang, maju
ataupun mandiri.
Kunci pengembangan desa wisata adalah penemuan potensi lokal desa yang
maupun sumber daya alam (Zakaria dan Suprihardjo, 2014). Aditya (2018), dalam
dari level daerah atau yang paling rendah agar pengembangan yang dilakukan
3
pada suatu desa wisata dapat berdampak maksimal bagi kesejahteraan masyarakat
desa.
dikembangkan yaitu daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, daya tarik
wisata sosial dan daya tarik wisata bangunan. Keindahan dan keunikan alam akan
menjadi wisata alam. Keunikan tradisi dan budaya bisa menjadi destinasi wisata
budaya. Makanan dan minuman khas tradisional yang unik baik dari bahan, rasa
dan penyajiannya, bisa dijadikan daya tarik wisata kuliner. Kerajinan khas yang
unik bisa menjadi destinasi wisata souvenir, peninggalan yang mempunyai nilai
sejarah yang tinggi atau situs sejarah/prasejarah bisa menjadi tujuan wisata sejarah
desa.
Bongan merupakan suatu desa wisata yang berlokasi di kabupaten Tabanan, Bali.
Desa wisata Bongan ditetapkan sebagai desa wisata oleh Dinas Pariwisata
potensi yang dimiliki desa wisata Bongan yang terkenal yaitu situs Kebo Iwa,
Pura Puseh Bedha dan penangkaran jalak Bali. Jika dilihat dari tingkatannya, desa
wisata Bongan masuk dalam tingkatan desa rintisan, masih banyak potensi lokal
yang dimiliki desa wisata Bongan yang perlu dikembangkan, selain itu sarana dan
4
(2019) berdasarkan hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa desa wisata
maksimal, terutama di bidang aksesibilitas dan fasilitas umum serta dalam hal
bahwa Desa wisata Bongan memiliki potensi alam berupa lahan pertanian seluas
208 hektar dari total luas desa 445 hektar, namun daya tarik wisata yang
diandalkan oleh desa tersebut justru merupakan hasil warisan budaya dan tradisi
yaitu berupa Situs Kebo Iwa, Tradisi Mesuryak dan Upacara Ngaben Tikus.
panorama persawahan yang indah dan wisata tracking (Patria: 2018). Tahun 2019
Desa Wisata Bongan mulai mengembangkan daya Tarik wisata baru dengan
menggali potensi lain berupa situs cagar budaya seperti benda cagar budaya
berupa Candi Telaga Suman, Situs Grembengan yang terdiri dari Air Terjun Jlurit,
pandora keramat dan persawahan kentongan (Nuruddin: 2019; van der Heide:
5
Potensi lokal adalah kekayaan atau kepemilikan sumber daya yang dimiliki
oleh suatu daerah yang dapat dikembangkan atau dimanfaatkan untuk daerahnya
sendiri. Potensi lokal yang ada di desa wisata Bongan, yaitu potensi sumber daya
alam berupa sawah, gonda, air terjun. Potensi budaya berupa pura, adat istiadat,
adalah petani. Areal persawahan terhampar luas di desa wisata Bongan. Selain
menanam padi, petani di Bongan juga menanam sayuran khas Tabanan yaitu
gonda. Sebagian besar masyarakat Bongan adalah masyarakat Bali. Seperti yang
diketahui secara umum, masyarakat Bali terkenal dengan tradisi yang bersumber
dari ajaran agama Hindu. Bongan memiliki suatu tradisi yang unik dan terkenal
yaitu prosesi ngaben tikus dan mesuryak. Potensi lokal di Desa wisata Bongan
daerahnya.
bahwa ketika ditetapkan sebagai desa wisata hingga saat ini, desa wisata Bongan
desa berguna untuk merencanakan dan mengendalikan agar lahan – lahan yang
ada di desa dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Pengembangan desa
wisata Bongan harus mampu mendukung potensi daerah yang dimiliki dan
6
yang mengacu pada potensi lokal yang dimiliki, masalah yang dihadapi dalam
1) Apasakajah potensi lokal yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata
khusus. Adapun tujuan umum, dan tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai
berikut ini:
Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk menghasilkan suatu konsep atau
berkelanjutan.
7
1.3.2 Tujuan Khusus
teoritis, dan manfaat praktis. Manfaat teoritis yaitu manfaat dari segi ilmu
peneliti lain. Adapun manfaat teoritis, dan manfaat praktis yang diperoleh adalah
ini diharapkan mampu memperkaya konsep serta teori terkait pengembangan desa
Indonesia. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan untuk
8
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
potensi lokal desa dalam upaya pengembangan desa wisata agar dapat
3) Bagi dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan dan Desa Bongan sebagai bahan
memerlukan kajian penelitian yang lebih dalam terkait dengan potensi dan
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL
PENELITIAN
Lereng Merapi Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Hastuti et al.
menjadi tiga yaitu, desa wisata Petingsari sebagai desa wisata alam, desa wisata
Srowolan sebagai desa wisata budaya, desa wisata brayut sebagai desa wisata
alam dan budaya. Rekomendasi yang diberikan untuk mengembangan ketiga desa
konflik kepentingan yang akan muncul antar desa, perlu adanya perda tentang
ini fokus pada kearifan lokal sedangkan penulis fokus pada potensi desa.
10
Penelitian kedua yaitu penelitian berjudul Analysis of Sustainable Tourism
yang memiliki banyak potensi yang menarik untuk wisata, seperti pemandangan
alam, ritual keagamaan, dan kuliner yang unik. Penelitian ini bertujuan untuk
menilai peluang dan tantangan dari pengembangan desa wisata di Desa Kutoharjo
Kabupaten Kendal.
daya tarik untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata seperti tempat wisata
religi, alam pemandangan, dan kuliner yang unik. Masyarakat telah menyiapkan
desa wisata. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa Kutoharjo memiliki sarana
desa wisata menjadi tidak berjalan dengan baik atau tidak berkelanjutan.
11
Penelitian ini dijadikan kajian Pustaka karena memiliki fokus yang sama
dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu terkait dengan pengembangan
dengan keberadaan desa wisata berbasis budaya. Penelitian ini juga memberikan
menunjukkan bahwa secara umum potensi desa wisata budaya di Jawa Tengah
kualitas sumber daya manusia, sarana dan prasarana, promosi. Hal tersebut dapat
diatasi dengan peran serta aktif dari berbagai pihak terutama masyarakat desa
Penelitian ini dijadikan kajian Pustaka karena membahas hal yang serupa
12
setempat, sedangkan penelitian yang penulis lakukan memberi solusi berupa
nelayan yang terlihat kumuh, padahal memiliki berbagai potensi yang dapat
wisata yang dapat bersaing di masa yang akan datang. Metode perancangan yang
diperoleh baik berupa data primer maupun data sekunder. Data primer langsung
dari hasil survey baik berupa informasi maupun gambar di Desa Nelayan
Setelah itu, data-data tersebut akan dianalisa yang nantinya akan menjadi konsep
pengembangan.
cukup layak huni dan sisa bangunan yang tidak layak huni akan diperbaiki dan
didesain ulang dengan konsep reuse dan low cost material. Selain itu, untuk
mendukung Desa Wisata dalam perancangan akan dibuat suatu lembaga yang
menjadi pusat pengaturan sistem pengolahan potensi di Desa Banjar yang disebut
Pokdarwis. Untuk sistem utilitas seperti listrik, air bersih, dan sistem drainase
13
akan dibangun yang akan mengakomodir semua kebutuhan masyarakat.
lembaga Pokdarwis dengan membaginya menjadi dua sistem yaitu makro dan
mikro.
sedangkan penelitian yang penulis lakukan berlokasi di suatu desa wisata yang
Indonesia) (Arida et al., 2017). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
survei lapangan dan wawancara. Desa Mambal berpotensi menjadi desa wisata
karena didukung oleh keunikan alam dan tradisinya. Desa Mambal dilalui oleh
Ada juga Gua Senaung Pengibul. Desa Mambal juga memiliki wisata spiritual
Pura Demung dan Pancoran Pitu yang memiliki cerita magis. Petani di Desa
Desa Mambal juga menghasilkan produk kerajinan yang ditenun berupa Endek
14
simetris (kain tradisional) dan produk olahan dari barang bekas seperti tas,
2019). Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi cagar budaya Desa
tujuan wisata dan sekaligus sebagai pelestarian warisan sejarah. Penelitian ini
dua perspektif yang muncul dalam pengembangan desa wisata baik wisata cagar
beberapa sektor.
15
sejarah, sedangkan penelitian yang dilakukan penulis mencangkup pengembangan
Pungsari Kabupaten Sragen Jawa Tengah (Ambarwati & Wisnu, 2019). Desa
Pungsari merupakan sentra pengrajin batik yang telah lama memiliki gelar sebagai
desa wisata di Kabupaten Sragen. Gelar desa wisata ini merupakan salah satu titik
penyerapan sumber daya lokal yang bersifat padat karya dan berwawasan
Kementerian Desa dengan tema Pengembangan Desa Wisata Hijau pada tahun
studi kasus. Pengumpulan data diambil berdasarkan tiga penelitian yang relevan
batik. Terdapat enam variabel yaitu akomodasi, sarana prasarana dan transportasi,
partisipasi masyarakat, daya tarik wisata atau atraksi kekhasan desa, kluster
16
bahwa, Desa Pungsari mempunyai karakter yang terkelompok menjadi empat
sama dalam upaya pengembangan desa wisata yaitu dengan berbasis potensi lokal.
Perbedaannya terletak pada focus pengembangan desa yaitu pada desa wisata
Batik sedangkan penelitian yang penulis lakukan berfokus pada desa wisata alam
dan budaya.
Of Tourist Village (Oka & Darmayanti, 2020). Penelitian ini membahas tentang
adalah yang paling dominan diikuti oleh faktor sosial, partisipasi masyarakat, dan
17
budaya. Artinya faktor lingkungan menjadi alasan utama masyarakat setempat
Based On Local Wisdom (Lubis et al., 2020). Penelitian ini berusaha mengungkap
Bangkalan berbasis sumber daya lokal. Penelitian ini menggunakan studi pustaka
Hasil dari penelitian ini adalah rumusan bentuk wisata dalam paket wisata yang
tradisional, kuliner khas daerah, dan penginapan dengan konsep Tanean Lanjhang.
Strategi Pelaksanaan program Desa Wisata Batik melalui tahapan, antara lain
desa wisata di tingkat desa akan bertanggung jawab atas keberlangsungan desa
wisata. Keempat, upaya bridging and linking dengan dinas pariwisata Bangkalan
18
dan investor. Kelima, kerjasama dengan biro perjalanan wisata di Madura.
Keenam, branding, dan promosi melalui media sosial dan website desa wisata.
Penerapan strategi ini akan menciptakan destinasi wisata baru, “Desa Wisata
dihasilkan dalam penelitian ini bersifat paparan, sedangkan yang penulis lakukan
desa wisata di Indonesia yang mengandalkan budaya cukup baik. Kajian ini
teori ilmu budaya. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif
deskriptif dengan metode sejarah dan kajian budaya. Pencarian data dilakukan
19
penelitian penulis focus pada pengembangan desa wisata Bongan berbasis potensi
yang dimiliki.
& Syarafina, 2021). Penelitian ini mengkaji Desa Flory dan masyarakat dalam
ada dua kelompok desa wisata yaitu Dewi Flory dan Taruna Tani yang berhasil
Dewi Flory fokus pada wisata edukasi seperti pembuatan telur asin, nata de coco,
kebun sayur, dan wisata outbound di tiga wahana yaitu wahana air, wahana
kering, dan hutan mini. Selanjutnya, Taruna Tani fokus terhadap pertanian seperti
tanaman hias dan buah-buahan, serta wisata kuliner desa. Terdapat empat
pelajaran yang bisa diambil dari pengelolaan desa wisata oleh dua Pokdarwis di
tiga desa wisata, sedangkan penulis hanya focus di satu desa yaitu Bongan.
20
Penelitian keduabelas Tourism Village Development Strategy Based On
et al., 2021). Penelitian ini dilatarbelakangi Desa Ayunan yang memiliki beragam
potensi wisata yang patut disyukuri dikembangkan sebagai tujuan wisata yang
Tujuan penelitian ini adalah: 1) Menggali dan mengkaji sumber daya lokal di desa
21
Penelitian ini dijadikan kajian Pustaka karena mengungkapkan
terletak pada hasil penelitian yang berupa uraian pengembangan desa wisata
pengembangan.
22
No Judul, peneliti dan tahun Metode Tabel 2. 1
Hasil penelitian Relevansi Perbedaan
1 Model Pengembangan Desa Menggunakan Kajian Pustaka
Desa wisata diklasifikasikan menjadi tiga yaitu, mengungkapkan dalam Penelitian ini fokus pada kearifan
Wisata Berbasis Kearifan Lokal metode studi pustaka, desa wisata Petingsari (wisata alam), desa pengembangan desa wisata lokal, sedangkan penulis melakukan
Sebagai Strategi Pengentasan observasi, dan wisata Srowolan (wisata budaya), desa wisata diperlukan masterplan penelitian fokus pada potensi desa
Kemiskinan Di Lereng Merapi wawancara. Teknik brayut (wisata alam dan budaya). Rekomendasi pengembangan desa.
Kabupaten Sleman Daerah analisisnya adalah yang diberikan untuk mengembangan adalah
Istimewa Yogyakarta oleh deskriptif kualitatif perlu membuat master plan
Hastuti et al. (2013). dan kuantitatif.
2 Analysis of Sustainable Tourism Metode deskriptif Strategi pengembangan: melibatkan masyarakat memiliki fokus yang sama Penelitian ini memberikan upaya
Village Development at kualitatif dengan sebagai subjek utama pembangunan terkait dengan pengembangan pengembangan dan kelayakan
Kutoharjo Village, Kendal paradigma dominan berkelanjutan. Kelayakan finansial merupakan desa berdasarkan potensi desa, pengembangan, sedangkan penulis
Regency of Central Java fenomenologis hal yang penting dan aspek yang sangat serta menganalisis memberi konsep pengembangan
(Sesotyaningtyas & Manaf, mempengaruhi bagi keberlanjutan permasalahan dalam berdasarkan potensi dan
2015). pengembangan pariwisata pengembangan desa wisata. permasalahan yang ada.
3 Potensi Desa Wisata Berbasis metode penelitian permasalahan pengembangan desa wisata: membahas hal yang serupa Penelitian ini memberi solusi
Budaya Tinjauan Terhadap Desa kualitatif belum optimalnya kualitas SDM, sarana dengan penelitian penulis berupa rekomendasi ke
Wisata Di Jawa Tengah prasarana, promosi. Dapat diatasi dengan peran yaitu mengenai potensi dan stakeholders setempat, sedangkan
(Priyanto, 2016). aktif dari berbagai pihak terutama masyarakat permasalahan dalam penulis memberi solusi berupa
setempat pengembangan desa wisata konsep pengembangan desa wisata
serta solusi menangani
permasalahan tersebut.
4 The Design of Fishing Village metode deskriptif, konsep perancangan desa untuk meningkatkan serupa dengan penelitian Dalam penelitian ini yang
Tourism Banjar Belawan (Aulia data-data kualitas kawasan Desa adalah dengan tidak penulis yang melakukan dikembangkan adalah desa kumuh,
& Faradiba, 2017). dikumpulkan mengubah kondisi sosial budaya, lingkungan, pengembangan desa dengan sedangkan penelitian yang penulis
. kemudian dianalisis membuat Pokdarwis. membuat konsep lakukan berlokasi di suatu desa
menjadi konsep pengembangan berdasarkan wisata yang masih pada tahap
desain. potensi desa rintisan
23
No Judul, peneliti dan tahun Metode Hasil penelitian Relevansi Perbedaan
5 Development Planning of Tourist Metode kualitatif Desa mumbul dapat dijadikan desa wisata memiliki keterkaitan dengan penelitian ini menghasilkan paparan
Village Using Participatory dengan survei dengan berbagai daya tarik wisata seperti daya penelitian yang penulis upaya pengembangan desa
Mapping (Case study: Mambal lapangan dan tarik wisata petualangan, spiritual, alam, lakukan yaitu menentukan dan berdasarkan pemetaan partisipatif,
Village, Badung Regency, wawancara kerajinan. memetakan rencana sedangkan dalam penelitian yang
Indonesia) (Arida et al., 2017). pengembangan suatu desa penulis lakukan upaya
wisata pengembangan berdasarkan potensi
local dan menghasilkan konsep
pengembangan
6 The emerging historical site as a Metode kualitatif Cagar budaya dapat mendukung konsep desa menambah referensi mengenai Penelitian ini difokuskan pada
tourism destination destination dengan observasi wisata yang sedang digalakkan, perlu perbaikan pengembangan desa wisata pengembangan desa wisata cagar
in Bongan village, Bali (Sunarta partisipan dan di beberapa sektor. Bongan.. budaya maupun pelestarian sejarah,
et al., 2019). wawancara sedangkan penelitian yang
mendalam dilakukan penulis mencangkup
pengembangan desa wisata Bongan
disemua lingkup
7 Pengembangan Desa Wisata Penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan menerapkan metode yang Perbedaannya terletak pada focus
Batik Di Desa Pungsari menggunakan bahwa, Desa Pungsari mempunyai karakter sama dalam upaya pengembangan desa yaitu pada desa
Kabupaten Sragen Jawa Tengah penelitian deskriptif yang terkelompok menjadi empat kluster pengembangan desa wisata wisata Batik, sedangkan penelitian
(Ambarwati & Wisnu, 2019). kualitatif dengan diantaranya: kluster sosial-ekonomi, kluster yaitu dengan berbasis potensi yang penulis lakukan berfokus pada
metode studi kasus. pendidikan-budaya, kluster pemukiman, dan lokal. desa wisata alam dan budaya
kluster pengembangan terpadu.
8 Environmental Factors: metode kualitatif dan faktor lingkungan, sosial, partisipasi menambah referensi mengenai penelitian ini difokuskan pada
Dominant Motivation Of The kuantitatif dengan masyarakat, dan budaya memberikan kontribusi pengembangan desa wisata pengembangan motivasi
Bongan Community To Support teknik analisis faktor yang signifikan dalam mendukung Bongan. masyarakat Bongan untuk
The Development Of Tourist konfirmatori pengembangan desa wisata. Faktor lingkungan mendukung pengembangan desa
Village (Oka & Darmayanti, adalah yang paling dominan mendukung wisata, sedangkan penelitian
2020). pengembangan desa Bongan. penulis focus pada pengembangan
desa wisata Bongan.
24
No Judul, peneliti dan tahun Metode Hasil penelitian Relevansi Perbedaan
9 Strategy Of Tourism Village Metode studi pustaka Strategi pengembangan dilakukan dengan mengungkapkan upaya upaya yang dihasilkan dalam
Development Based On Local yang dianalisis secara peningkatan kapasitas masyarakat, inventarisasi pengembangan pariwisata penelitian ini bersifat paparan,
Wisdom (Lubis et al., 2020). deskriptif SDM, pelembagaan pengelolaan desa wisata, berbasis sumber daya/potensi sedangkan yang penulis lakukan
bridging and linking, kerjasama, branding dan lokal, serupa dengan lebih mengarah pada konsep
promosi melalui media sosial dan website desa penelitian yang dilakukan pengembangan.
wisata. penulis.
10 Portrait of tourism object in Metode kualitatif pengembangan Desa Wisata Bongan Tabanan di menambah referensi mengenai Perbedaannya yaitu penelitian ini
Bongan Tabanan Bali village: deskriptif Bali sangat bertumpu pada warisan budaya. pengembangan desa wisata difokuskan pada pengembangan
Cultural studies perspective Bongan. desa Bongan sebagai warisan
(Nuruddin et al., 2020) budaya, sedangkan penelitian
penulis focus pada pengembangan
desa wisata Bongan berbasis
potensi yang dimiliki.
11 Studi pengembangan desa Metode deskriptif Upaya pengembangan desa wisata yaitu Dewi menambah refernsi terkait Perbedaan dalam penelitian ini
wisata: Pelajaran dari Kampung kualitatif dengan Flory fokus pada wisata edukasi, dan wisata dengan upaya pengembangan mengungkapkan upaya
Flory, Kabupaten Sleman, model Miossec outbound. Selanjutnya, Taruna Tani fokus desa wisata berdasarkan pengembangan di tiga desa wisata,
Yogyakarta (Roziqin & terhadap pertanian. potensi yang dimiliki. sedangkan penulis hanya focus di
Syarafina, 2021) satu desa yaitu Bongan.
12 Tourism Village Development Metode penelitian Terdapat delapan alternatif strategi Penelitian ini dijadikan kajian hasil penelitian yang berupa uraian
Strategy Based On Local yang digunakan pengembangan desa Ayunan sebagai destinasi Pustaka karena pengembangan desa wisata,
Resources In Ayunan Village, adalah observasi, wisata. Strategi prioritas berdasarkan analisis mengungkapkan sedangkan penulis hasil penelitian
Abiansemal District, Badung wawancara, dan QSPM adalah pemasaran, Pendekatan kepada pengembangan desa wisata berupa konsep pengembangan
Regency (Susila et al., 2021). angket. Analisis masyarakat, Perencanaan destinasi wisata dan dengan memanfaatkan potensi
. SWOT dan analisis peningkatan SDM. lokal.
Quantitative
Strategic Planning
Matrix (QSPM)
25
26
2.2 Konsep Penelitian
lokal
atau daerah yang di anggap perlu di tata sedemikian rupa baik dengan cara
menajadi lebih baik dan lebih menarik ditinjau dari segi tempat maupun
khususnya.
26
Pengembangan pariwisata secara ideal harus berlandaskan pada
2015), yaitu:
yang menjadi daya tarik pariwisata, seperti lingkungan laut, hutan, pantai,
tata kehidupan melalui sistem nilai yang dianut masyarakat setempat sebagai
menciptakan kesempatan kerja bagi semua pihak untuk terlibat dalam aktivitas
pariwisata.
27
2.2.2 Desa Wisata
(2003), menurutnya desa wisata atau yang disebut dengan rural tourism
pedesaan yang memiliki tradisi sendiri, warisan seni, gaya hidup, tempat,
istiadat, pemandangan.
desa wisata mempunyai ciri khas tertentu yang menjadi daya tarik wisata.
menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Suatu desa wisata
memiliki daya tarik yang khas (dapat berupa keunikan fisik lingkungan
dikemas secara alami dan menarik sehingga daya tarik perdesaan dapat
28
Berdasarkan beberapa pengertian desa wisata, maka dalam
penelitian ini yang dimaksud dengan desa wisata adalah sebuah daerah
29
untuk bisa dikembangkan lagi menjadi bentuk yang lebih besar. Pendit
sumber daya yang terdapat di suatu daerah tertentu yang bisa diramu dan
potensi adalah suatu kekuatan atau daya yang dimiliki oleh seseorang atau
maknanya adalah sesuatu yang berasal dari daerah asli, lokal merupakan
tentang budaya yang artinya budaya penduduk lokal. Lokal bisa digunakan
untuk kata benda ataupun lainnya, banyak sekali penggunaan kata lokal
yang ada dimasyarakat. Pengertian lokal adalah suatu hal yang berasal dari
sesuatu yang berasal dari daerah asli tersebut yang dapat digunakan oleh
adalah suatu kekuatan atau daya yang dimiliki daerah sendiri yang
merupakan segala kekayaan asli yang dimiliki oleh suatu daerah dan
30
2.3 Landasan Teori
pariwisata dan teori daya tarik wisata sebagai teori pendukung. Berikut
penjelasannya:
1) Attraction (daya tarik); Daerah tujuan wisata untuk menarik wisatawan pasti
memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat dan
budayanya. Semua ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan
alam serta flora dan fauna, seperti: pemandangan alam, panorama indah, hutan
peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air),
wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan juga merupakan daya
tarik wisata
b) Amenities (fasilitas); Amenities adalah salah satu syarat daerah tujuan wisata
agar wisatawan dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di daerah wisata.
31
Amenities terdiri dari: akomodasi (Fasilitas Penginapan, Fasilitas Tempat
Persampahan)
ke suatu daerah tujuan wisata. Adapun daya tarik tersebut dapat berupa:
a) Daya tarik wisata alam (landscape, pemandangan laut, pantai, iklim dan fitur
b) Daya tarik wisata budaya (sejarah dan cerita rakyat, agama, seni dan acara
khusus, festival),
c) Daya tarik wisata sosial (cara hidup, populasi penduduk, bahasa, peluang
32
d) Daya tarik wisata bangunan (bangunan, arsitektur bersejarah dan modern,
Teori daya tarik wisata digunakan untuk menjawab permasalahan terkait potensi
lokal yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata di desa wisata Bongan.
internal yang mendasari penelitian ini yaitu Desa wisata Bongan sebagai
salah satu desa wisata di Bali, memiliki berbagai potensi yang dapat
lokal yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata di desa wisata
lokal sebagai daya tarik wisata di desa wisata Bongan dan konsep/rencana
33
komponen pengembangan pariwisata dan teori daya tarik wisata.
sebagai berikut:
EKSTERNAL INTERNAL
- Pengembangan desa wisata - Desa wisata Bongan memiliki
tengah menjadi perhatian dan berbagai potensi namun belum
menjadi program prioritas dikembangkan
Pemerintah - Desa wisata Bongan belum
- Pengembangan desa wisata di memiliki konsep/rencana
Indonesia belum optimal pengembangan desa wisata
34
MASALAH 1 FGD, observasi,
potensi lokal yang dapat wawancara
dikembangkan sebagai daya tarik
wisata di desa wisata Bongan
Teori Daya Tarik
Wisata
MASALAH 2
permasalahan yang dihadapi dalam Wawancara dan
upaya pengembangan potensi lokal Observasi
sebagai daya tarik wisata di desa
wisata Bongan
Analisis
TEMUAN
REKOMENDASI
Gambar 2. 1
Model Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
Deskriptif artinya melukiskan variabel demi variabel satu demi satu. Penelitian
35
3.2 Lokasi Penelitian
Bongan memiliki luas wilayah 445 hektar dan terbagi atas 10 banjar,
Kauh Kaja, Banjar Bongan Tengah, Banjar Bongan Nyawa Kawan, Banjar
Bongan:
36
Gambar 3. 1
Peta Desa Wisata Bongan
Sumber: https://bongan.desa.id/
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif
yang ditunjang oleh data kuantitatif. Data kualitatif yang digunakan dalam
penelitian ini berupa: data Gambaran umum lokasi penelitian, data hasil
Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer, dan
data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari hasil FGD,
37
observasi, dan wawancara dengan informan untuk mendapatkan informasi yang
purposive sampling yaitu teknik pemilihan subjek sebagai sumber data dengan
penelitian ini yaitu orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan
Jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah 36 orang dengan rincian sebagai
berikut:
a) 26 Informan untuk FGD yang terdiri dari 3 orang perwakilan desa yaitu kepala
desa, sekretaris Desa dan kepala LPD; 1 orang ketua desa wisata; 22 orang
Tabanan.
Data sekunder diperoleh dari berbagai dokumen, artikel, dan jurnal ataupun
lainnya seperti alat tulis, alat rekam, alat Gambar, dan kamera untuk
38
agar peneliti mampu menetapkan fokus penelitian, memilih informan
atas temuannya.
salah terhadap fokus masalah yang sedang diteliti. FGD bertujuan untuk
mendapatkan data dan gambaran awal tentang potensi desa wisata Bongan dan
laku dalam setting sosial yang dipilih untuk diteliti. Pengamatan dilakukan di
desa wisata Bongan terhadap potensi yang dimiliki desa, lingkungan/site desa.
antara pencari data dengan informan atau sumber data. Tanya jawab yang
besar terkait hal-hal yang akan ditanyakan. Dalam penelitian ini dilakukan
39
kepada aparat desa, pengelola desa wisata dan pokdarwis yang ditujukan
untuk mengetahui potensi dan pengembangan wisata yang telah dilakukan dan
d. Dokumentasi yaitu pencarian data dalam catatan, surat kabar, transkip, buku,
data selama proses penelitian berlangsung, reduksi data, display data, dan
b) Reduksi data yaitu proses pemilihan data kasar dan masih mentah yang
ringkasan. Tahap reduksi data yang dilakukan penulis adalah menelaah secara
wisata Bongan.
40
c) Penyajian Data yaitu hasil reduksi data kemudian diorganisasikan ke dalam
bentuk matriks (display data) sehingga terlihat gambarannya secara lebih utuh.
data yang dimiliki dan disusun secara runtut dan baik dalam bentuk naratif,
secara deskriptif dan sistematis sehingga tema sentral dalam penelitian ini
untuk melihat kebenaran hasil analisis yang melahirkan simpulan yang dapat
dipercaya.
orang lain. Dari hasil kegiatan yang dilakukan, baik berdasar studi
41
penjelasan naratif maupun dalam bentuk ilustrasi (tabel, grafik, diagram,
dan gambar).
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
42
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
43
BAB VI
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 Simpulan
6.2 Rekomendasi
44
karena hal tersebut merupakan suatu hambatan dan keluhan dari berbagai
pihak.
3. Bagi akademisi, penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
diharapkan adanya penelitian lanjutan untuk menyempurnakan hasil penelitian
ini dengan melakukan pengumpulan data yang lebih sistematis.
4. Melihat harapan pengembangan yang diinginkan masyarakat, pengembangan
daya Tarik wisata yang dapat dilakukan berupa:
a) pengembangan daya tarik wisata spiritual dengan memanfaatkan potensi
air terjun Grembengan,
b) pengembangan wisata edukasi dengan memanfaatkan potensi penangkaran
jalak Bali,
c) pengembangan wisata kuliner dengan memanfaatkan makanan dan
minuman khas desa wisata Bongan,
d) pengembangan wisata alam dengan memanfaatkan potensi sungai dan
persawahan yang ada di desa wisata Bongan dengan melibatkan petani dan
juga wisatawan dalam kegiatan pertanian di saat musim tanam dan musim
panen padi
e) pengembangan daya Tarik wisata arsitektur dengan memanfaatkan
monument patung Kebo Iwa,
f) pengembangan wisata sosial budaya dengan memberikan informasi dan
kesempatan kepada wisatawan untuk dapat menyaksikan upacara adat dan
kehidupan sehari-hari masyarakat lokal
5. Pengembangan daya Tarik wisata harus berdasarkan potensi daerah setempat
dan diselaraskan dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat yaitu
nilai yang bersumber dari ajaran agama Hindu, sehingga pengembangan
pariwisata tidak berdampak negatif terhadap keberlangsungan desa wisata dan
masyarakat desa wisata.
45
DAFTAR PUSTAKA
46
25(Extra2), 75–85. https://doi.org/10.5281/zenodo.3808892
Oka, I. M. D., & Darmayanti, P. W. (2020). Environmental Factors: Dominant
Motivation of the Bongan Community To Support the Development of
Tourist Village. Journal of Business on Hospitality and Tourism, 6(1), 104.
https://doi.org/10.22334/jbhost.v6i1.195
Priyanto, P. (2016). Pengembangan Potensi Desa Wisata Berbasis Budaya
Tinjauan Terhadap Desa Wisata Di Jawa Tengah. Jurnal Vokasi Indonesia,
4(1). https://doi.org/10.7454/jvi.v4i1.53
Roziqin, A., & Syarafina, Z. (2021). Tourism village development study: Lesson
learned from Flory Village, Sleman Regency, Yogyakarta. Masyarakat,
Kebudayaan Dan Politik, 34(2), 173.
https://doi.org/10.20473/mkp.v34i22021.173-183
Sesotyaningtyas, M., & Manaf, A. (2015). Analysis of Sustainable Tourism
Village Development at Kutoharjo Village, Kendal Regency of Central Java.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 184(August 2014), 273–280.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.05.091
Sunarta, I. N., Nuruddin, & Kristianto, Y. (2019). The emerging historical site as
a tourism destination in bongan village, bali. Opcion.
Susila, I. P., Sumantra, I. K., Sudiana, A. ., & Pandawani, N. P. (2021). Tourism
Village Development Strategy Based on Local Resources in Ayunan Village,
Abiansemal District, Badung Regency. International Journal of Research -
GRANTHAALAYAH, 9(2), 108–119.
https://doi.org/10.29121/granthaalayah.v9.i2.2021.3432
47
DAFTAR PERTANYAAN
Nama :
Jabatan :
Waktu :
Lokasi :
A. Potensi alam
1. Apakah desa wisata Bongan memiliki landscape persawahan yang indah?
2. Apakah desa wisata Bongan memiliki fitur geografis yang dapat dijadikan
daya tarik wisata?
3. Apakah harapan saudara terkait dengan pengembangan daya tarik wisata
alam di desa wisata Bongan?
4. Daerah mana di desa wisata Bongan yang memiliki potensi alam dan
cocok dikembangkan sebagai daya tarik wisata alam?
48
5. Apakah desa wisata Bongan memiliki daya tarik wisata alam yang telah
dikembangkan? Jika sudah bagian apa yang perlu dikembangkan lebih
lanjut?
B. Potensi budaya atau spiritual
1. Apakah desa wisata Bongan memiliki sejarah dan cerita rakyat?
2. Apakah desa wisata Bongan memiliki tradisi agama yang unik?
3. Apakah desa wisata Bongan memiliki kesenian atau acara khusus yang
dapat dijadikan daya tarik wisata?
4. Apakah harapan saudara terkait dengan pengembangan daya tarik wisata
budaya atau spiritual di desa wisata Bongan?
5. Daerah mana di desa wisata Bongan yang memiliki potensi budaya atau
spiritual dan cocok dikembangkan sebagai daya tarik wisata budaya
maupun spiritual?
6. Apakah desa wisata Bongan memiliki daya tarik wisata budaya atau
spiritual yang telah dikembangkan? Jika sudah bagian apa yang perlu
dikembangkan lebih lanjut?
C. Sosial
1. Apakah desa wisata Bongan memiliki makanan khas?
2. Apakah harapan saudara terkait dengan pengembangan daya tarik wisata
kuliner di desa wisata Bongan?
7. Daerah mana di desa wisata Bongan yang memiliki potensi makanan dan
cocok dikembangkan sebagai daya tarik wisata kuliner?
8. Apakah desa wisata Bongan memiliki daya tarik wisata kuliner yang telah
dikembangkan? Jika sudah bagian apa yang perlu dikembangkan lebih
lanjut?
D. Bangunan/arsitektur
1. Apakah desa wisata Bongan memiliki bangunan, arsitektur bersejarah dan
modern, monument?
2. Apakah harapan saudara terkait dengan pengembangan daya tarik wisata
bangunan/arsitektur di desa wisata Bongan?
49
3. Daerah mana di desa wisata Bongan yang memiliki potensi
bangunan/arsitektur dan cocok dikembangkan sebagai daya tarik wisata
bangunan/arsitektur?
4. Apakah desa wisata Bongan memiliki daya tarik wisata
bangunan/arsitektur yang telah dikembangkan? Jika sudah bagian apa
yang perlu dikembangkan lebih lanjut?
E. Komponen pariwisata
1. Bagaimana kondisi daya tarik wisata yang ada di desa wisata Bongan?
Apakah perlu pengembangan?
2. Bagaimana Accesability yang ada di desa wisata Bongan? Apakah perlu
pengembangan?
3. Bagaimaan Amenities yang ada di desa wisata Bongan? Apakah perlu
pengembangan?
4. Bagaimana Ancillary yang ada di desa wisata Bongan? Apakah perlu
pengembangan?
5. Apa harapan saudara terkait pengembangan pariwisata di desa wisata
Bongan?
50