Anda di halaman 1dari 100

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI DESA

PESISIR TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti seminar Usulan Penelitian
Skripsi Pada Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Raja Haji

DISUSUN OLEH:

NAMA : BENI SUPIYANTO

NIM : 16101018

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN POLITIK RAJA HAJI

TANJUNGPINANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia terus mengupayakan agar masyarakatnya sejahtera sesuai

dengan amanat Negara. Hal ini terdapat dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal

28 huruf H ayat (1). Hal tersebut menunjukkan bahwa kesehatan merupakan salah

satu tujuan Negara yang harus di laksanakan supaya masyarakat selalu dalam

keadaan sehat, Maka dengan itu pemerintah dengan senantiasa berusaha dengan

berbagai langkah-langkah kebijakannya salah satunya dengan menciptakan atau

menyusun rencana pembangunan nasional tahun 2005-2025 sebagaimana

ditetapkan dalam Undang-Undang Republik lndonesia Nomor 17 Tahun 2007

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025

adalah ”indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur.” Untuk mewujudkan visi

tersebut ditetapkan 8 (delapan) arah pembangunan jangka panjang, yang salah

satunya adalah mewujudkan bangsa yang berdaya saing. Untuk menjadikan

bangsa yang berdaya saing, salah satu tugas Negara yaitu dengan mengedepankan

pembangunan sumber daya manusia, yang ditandai dengan meningkatnya lndeks

Pembangunan Manusia (IPM).

Faktor- faktor penting untuk mengingkatkan IPM adalah Derajad kesehatan,

tingkat pendidikan, dan pertumbuhan ekonomi. Derajat kesehatan dan tingkat

pendidikan pada hakikatnya adalah investasi bagi terciptanya sumber daya

manusia berkualitas, yang selanjutnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi

dan menurunkan tingkat kemiskinan. Dalam rangka mencapai derajat kesehatan

1
masyarakat yang setinggi-tingginya, pembangunan kesehatan harus diarahkan

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang.

Untuk mewujudkan itu maka pemerintah membentuk suatu program Salah

satu kegiatannya adalah pengembangan desa salah satu kegiatan yang di

programkan pemerintah adalah Program Desa siaga aktif sesuai dengan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor

1529/MENKES/SK/X/2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan

Kelurahan Siaga Aktif yang tujuannya dalam beberapa aspek salah satunya

bergerak didalam aspek kesehatan. Dijelaskan bahwa Desa Siaga merupakan desa

yang memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan untuk mencegah dan

mengatasi masalah dan ancaman kesehatan baik itu kesehatan diri sendiri maupun

lingkungannya dalam rangka mewujudkan desa yang sehat, dan memberikan

kemudahan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat melalui Pos Kesehatan

Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti,

Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Mayarakat

(Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya.

Desa atau Kelurahan Siaga Aktif memiliki kriteria dan tingkatan yang perlu

dicapai, pentahapan dari Desa Siaga Aktif terdiri dari Pratama, Madya, Purnama

dan Mandiri. Semakin tinggi tingkatan Desa Siaga aktif di suatu desa maka

semakin tinggi pembangunan kesehatan di wilayah tersebut yang ditunjukkan

dengan peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk

berpartisipasi aktif dalam pembangunan kesehatan (Ismawati, 2010).

2
Dimana kriteria dan tingkatan ini di ukur dari beberapa aspek yang di mana

telah tercantum di Keputusan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor

1529/MENKES/SK/X/2010 yaitu

a. Memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang berjalan secara

rutin, setiap triwulan.

b. Memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader kesehatan Desa dan

Kelurahan Siaga Aktif

c. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang

memberikan pelayanan setiap hari.

d. Memiliki Posyandu dan UKBM lainnya yang aktif

e. Mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga

Aktif.

f. Peran aktif masyarakat dan peran aktif dari ormas dalam kegiatan Desa

dan Kelurahan Siaga Aktif.

g. Memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau kelurahan yang

melandasi dan mengatur pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif.

h. Jumlah persentase rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat

pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Untuk itu perlu diketahui, Desa dan kelurahan siaga aktif mempunyai bentuk,

dimana:

1. Penduduk dapat mengaskcs dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang

memberikan pelayanan setiap hari melalui pos kesehatan desa (pokesdes) atau

sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti : pusat kesehatan

3
masyrakat pembantu (pustu), pusat kesehatan masyarakat (pukesmas), atau

sarana kesehatan lainnya.

2. Penduduk mengembangkan usaha kesehatan bersama masyarakat (UKBM) dan

melaksanakan survailans berbasis masyarakat (meliputi pamantauan penyakit,

kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan, dan perilaku), kedaruratan kesehatan

dan penanggulangan bencana. Serta penyehatan lingkungan sehingga

masyrakat menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Berdasarkan uraian diatas maka desa dan kelurahan siaga. aktif memiliki tiga

komponen, yaitu : (1) pelayanan kesehatan dasar (2) pemberdayaan masyarakat

melalui usaha kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) dan mendorong upaya

survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan, penanggulangan bencana

serta penyehatan lingkungan, (3) prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Adapun gejala-gejala masalah yang telah ditemukan sewaktu observasi di

lokasi penelitian , yaitu masyarakat masih belum melakukan perilaku hidup

bersih dan sehat yang telah di jelaskan contohnya, masih terdapatnya warga yang

membuang sampah sembarangan sehingga ditemukan banyak tumpukan sampah

yang berada di bawah rumah warga dan masyarakat tidak memberlakukan

mencuci tangan menggunakan sabun, dan ini merupakan masalah yang harus di

atasi, apa bila terus berlanjut ini bisa menjadi kebiasaan buruk masyarakat yang

menyebabkan terjadinya beberapa penyakit dan masalah kesehatan pada

masyarakat, dari penjelasan di atas terdapat adanya beberapa masalah kesehatan

yang terjadi.

4
Sebenarnya jika membahas masalah Pengembangan Program Desa Siaga,

telah di lakukan pada penelitian terdahulu dan jurnal, walau tidak menjadi

masalah utama dalam penelitian ini namun analisis hasil penelitian terdahulu ini

dapat menjadi gambaran seperti apa Pengembangan Program Desa Siaga itu.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Retno Sri Wulandari (2012)

Universitas Jember (UNEJ), evaluasi program Desa Siaga di desa Kemuning Lor

Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember adalah sebagai berikut :

“Program Desa Siaga di kampung Kemuning Lor tahun 2012 mengalami


kemunduran dari tahun 2009. Kemunduran ini bisa diketahui dari vakumnya
beberapa indikator penting dalam Desa siaga, yaitu forum desa, poskesdes,
dan tim penanggulangan bencana. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor
diantaranya: kurangnya sosialisasi petugas kesehatan secara terus-menerus
kepada masyarakat kurangnya koordinasi di antara petugas kesehatan Dengan
pengurus Desa Siaga yang lainnya, dan kurang adanya dukungan dari kepala
desa.”

Selanjutnya penelitian terdahulu yang diteliti oleh Krisnovianti (2015)

Univesitas Mulawarman, evaluasi program Desa Siaga aktif di desa kaliamok

Kecamatan Malinau Utara Kabupaten Malinau adalah sebagai berikut

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa program Desa Siaga aktif dinilai


belum berjalan sebagaimana mestinya. Karena diketahui bahwa masih
banyak masyarakat yang belum paham bahwa pentingnya lingkungan sehat
dan keluarga sehat”
.
Dari dua penjelasan tersebut penelitian tersebut bahwa di sini peneliti dapat

gambaran bahwa seperti apakah yang terjadi di kabupaten anambas apakah,

program desa siaga berjalan secara prosedur atau sebaliknya.

Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan daerah pemekaran yang dibentuk

melalui undang-undang nomor 33 tahun 2008. Pemerintah Kabupaten Kepulauan

Anambas melalui Dinas Kesehatan memiliki tugas dan tanggung jawab dalam

5
menentukan arah dan kebijakan dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya. Program desa siaga sendiri di ketahui di miliki oleh kader

pemberdayaan masyarakat (KPM) kabupaten anambas dan selanjutnya di teruskan

oleh Dinas Kesehatan sebagai Pembina program kegiatan desa, Kepulauan

Anambas sendiri merupakan salah satu kabupaten yang menjalankan program

Desa Siaga yang berlandaskan pada undang-undang Republik Indonesia nomor 36

tahun 2009 tentang kesehatan pasal 17 ayat (1) menyebutkan bahwa pemerintah

bertanggungjawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, Edukasi dan

fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat

kesehatan yang setinggi-tingginyaserta mendukung program- program kesehatan

yang meningkatkan mutu kesehatan masyarakat.

Berikut ini capaian desa dan kelurahan desa siaga aktif Kabupaten Anambas

tahun 2016-2019, Sebagai berikut :

Table 1.1
Capaian Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif
Kabupaten Anambas Tahun 2016-2019
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI DESA

2016 41 13 0 0 54

2017 40 14 0 0 54

2018 42 12 0 0 54

2019 42 12 0 0 54

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, 2019

Pada table 1.1 di atas menunjukan bahwa terjadinya sedikit perubahan status

pentahapan atau penurunan peningkatan desa dan kelurahan siaga aktif di

Kabupaten Anambas. Dengan total 54 desa di Kabupaten Anambas di mana pada


6
tahun 2016 desa dan kelurahan siaga aktif di dominasi pada pertahapan pratama,

kemudian pada tahun 2017 terjadi sedikit peningkatan pada pertahapan madya

yang mana hanya 1 desa yang mengalami peningkatan, akan tetapi pada tahun

2018 terjadinya penurun pada pentahapan madya, yang mana tahun sebelumnya

14 desa turun menjadi 12 desa, dan pada tahun 2019 masih sama tahun

sebelumnya tidak adanya penurunan dan peningkatan pada tahun itu sehingga

dapat di nyatakatan selama 4 tahun terakhir desa dan kelurahan siaga aktif pada

pentahapan purnama dan mandiri nihil di kabupaten kepulauan anambas.

Table 1.2
JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KABUPATEN/KOTA
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
TAHUN 2019
KABUPATEN/ DESA/KELURAHAN SIAGA
NO
KOTA PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH
1 Karimun 35 24 6 3 71
2 Bintan 0 6 17 28 51
3 Natuna 35 40 1 0 76
4 Lingga 42 31 9 0 82
5 Batam 32 35 9 1 77
6 Tanjungpinang 0 9 9 0 18
7 Kep. Anambas 42 12 0 0 54
JUMLAH (PROVINSI) 186 157 54 32 429

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, 2019

sedangkan pada table 1.2 di kabupaten lainnya terdapat peningkatan terhadap

status desa siaga aktif dari peringkat madya ke puranama dari beberapa desa di

masing- masing kabupaten, bahkan ada beberapa kabupaten yang pringkat desa

siaganya menjadi peringkat Mandiri yaitu di kabupaten Karimun 3 desa, Bintan

28 desa/kelurahan dan batam 1.

Peneliti mengambil satu wilayah desa di Kecamatan Siantan yaitu Desa pesisir

Timur di Kabupaten Anambas, di mana Desa pesisir Timur tidak mengalami

7
perubahan atau peningkatan tahapan pengembangan Desa Siaga aktif, diketahui

sejak tahun 2015 Kepala Desa Pesisir Timur telah menetapkan dan mengangkat

Kader-kader Desa siaga berdasarkan 16/SK-DS/DPT/2015 tentang pembentukan

kader desa siaga aktif, dan pada tahun 2016 desa siaga di Desa pesisir Timur

mengalami peningkatan pentahapan menjdi pentahapan madya, dan pada tahun

berikutnya hingga pada tahun 2019 atau 3 tahun terakhir Desa pesisir Timur

masih menduduki pentahapan Madya, Padahal Desa pesisir Timur dari desa

lainnya merupakan desa yang cukup dekat dengan pusat pemerintahan dan pusat

kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) dan sudah terpenuhi tenaga kesehatan dan

fasilitas kesehatan di Desa pesisir Timur yang di sediakan dan oleh pemerintah

setempat, sehingga Desa pesisir Timur lebih mudah untuk naik ke tahapan

berikutnya

Dan juga bisa dikatan desa siaga aktif di Desa pesisir Timur yang berstatus

madya sudah memenuhi beberapa kriteria untuk naik ke peringkat selanjutnya

yaitu sudah terlaksanakannya bebrapa UKMB seperti posyandu ibu hamil,

posyandu lansia, senam sehat dan penanaman TOGA dan sudah tersedianya

fasilitas kesehatan di Desa pesisir Timur seperti 1 pustu 1 polindesa dan 1

posyandu dan tenaga kesehatan bidan 1 dan 1 perawat desa, namun Desa pesisir

Timur tidak mengalami kenaikan pentahapan selama 3 tahun terakhir, adapun

beberapa komponen dari desa siaga di Desa Pesisir Timur yang telah di

laksanakan seperti Pelayanan Kesehatan dasar, Pelayanan kesehatan bagi

masyarakat di Desa Siaga aktif diselenggarakan melalui berbagai UKBM, serta

kegiatan kader dan masyarakat dan komponen yang belum terlaksana secara

8
maksimal yaitu Prilaku Hidup Bersih dan Sehat yang belum di terapkan oleh

kebanyakan masyarakat di Desa Pesisir Timur. Hal inilah yang menjadikan

peneliti ingin mengetahui dan mengkaji serta melakukan penelitian lebih lanjut

dengan mengangkat judul : “EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN

DESA SIAGA DI DESA PESISIR TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN

ANAMBAS”.

B. Perumusan Masalah

Program Desa Siaga aktif adalah Program kesehatan yang di bentuk oleh

pemerintah guna untuk meningkatkan kesehatan masyarakat desa, Desa siaga aktif

sendiri merupakan program kesehatan masyarakat yang memiliki kesiapan

sumberdaya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah dan

ancaman kesehatan dan memberikan kemudahan pelayanan kesehatan dasar

kepada masyarakat dan keberhasilan dari program desa siaga aktif dapat dinilai

dari status pringkat program tersebut.

Desa siaga aktif di Desa pesisir Timur diketahui sudah berjalan selama 4 tahun

akan tetapi selama 4 tahun desa siaga aktif di Desa pesisir Timur tidak mengalami

peningkatan atau naik status, padahal fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan

sudah terpenuhi dan dekatnya jarak antara Desa pesisir Timur dengan pusat

pemerintah di badingkan desa lainnya sehinga lebih memudahkan untuk Desa

Siaga Aktif Di Desa Pesisr Timur untuk naik peringkat dan status.

Penelitian ini berusaha untuk menelaah mengenai pengembangan program

desa siaga aktif di Desa pesisir timur,serta mencari tahu apa saja kendala-kendala

yang mengakibatkan desa siaga aktif di Desa pesisir Timur tidak mengalami

9
peningkatan status, sedangkan perumusan masalah yang ditarik adalah :

“Bagaimana Evaluasi Program Pengembangan Desa Siaga di Desa Pesisir

Timur Kabupaten Kepulauan Anambas ?”

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah diatas adapun adapun tujuan dari

penelitian ini Untuk Mengevaluasi Program Pengembangan Desa Siaga di Desa

Pesisir Timur Kecamatan Siantan kabupaten Anambas.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Praktis, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

bagi mahasiswa dalam melengkapi kajian yang mengarah pada penelitian

yang sama.

b. Secara Akademis, Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat

menambah wawasan pembaca, referensi sekaligus bahan informasi bagi

pihak lain ataupun sebagai langkah-langkah yang dapat digunakkan dalam

penelitian selanjutnya.

D. Kerangka Teori

1. Administrasi Publik

Secara etimologis, administrasi berasal dari bahasa Latin ad dan

ministrate, yang berarti “membantu, melayani, atau memenuhi,”serta

administration yang berarti“ pemberian bantuan, pemeliharaan, pelaksanaan,

pimpinan dan pemerintahan, pengelolaan”. Di Italia disebut administrazione,

sedangkan di Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat disebut administration

10
Menurut Woodrow Wilson (Syafri, 2012 : 21) mengemukakan bahwa

administrasi publik adalah :

Public Administration is the practical or business end of government


because its objective is to get the public business done as ejiciently and as
much in accord with the people ’s tastes and desired as possible. It is
throught administration that government respons to those needs of society
that private initiative can not or will not supply.
“Administrasi publik adalah urusan atau praktik urusan pemerintah
karena tujuan pemerintah ialah melaksanakan pekerjaan publik secara
efisien dan sejauh mungkin sesuai dengan selera dan keinginan rakyat.
Dengan administrasi publik, pemerintah berusaha memenuhi kebutuhan
masyarakat, yang tidak dapat atau tidak akan dipenuhi oleh usaha privat!
swasta.”
Disetiap kebijakan yang dilakukan untuk masyarakat menjadi urusan bagi

pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut sesuai yang dibutuhkan

masyarakat bukan yang dinginkan oleh pemerintah. Jika pemerintah ingin

membuat kebijakan maka harus melibatkan masyarakat atau masyarakat juga

berpartisipasi dalam setiap pengambilan keputusan agar setiap pembangunan

akan dilakukan oleh pemerintah itu tepat .;. pada sasarannya

Chandler & Plano (Pasolong, 2013155) menyatakan bahwa administrasi

publik adalah proses dimana sumber daya dan personel publik diorganisir dan

dikoordinasikan untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan

mengelola (manage) keputusan-keputusan dalam kebijakan publik.

Dalam hal ini sumber daya manusia sangat diperlukan untuk

memformulasikan, melaksanakan ataupun mengelola kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah, karena sumber daya manusia yang memiliki

potensi yang tinggi akan mampu mengelola disetiap keputusan kebijakan

publik.

11
Menurut John M. Pfiffner dan Robert V. Presthus (Syafiie, 2010 :23-24)

menyatakan bahwa:

1. public Administration involves the implementation of public policy


which has been determine by representative political bodies.
2. Public Administration may be defined as the coordination of individe
and group eforts to carry out public policy. It is mainly accupied with
the daily work of governments.
3. In sum, public administration is a process concerned with carrying out
public policies, encompassing innumerable skills and technigues [arga
numbers of people.
Jadi menurut Pfiffner dan Presthus administrasi publik yaitu sebagai berikut:

1. Administrasi publik meliputi implementasi kebijaksanaan pemerintah;


yang telah ditetapkan oleh badan-badan perwakilan politik.
2. Administrasi publik dapat didefinisikan koordinasi usaha-usaha
perorangan dan kelompok untuk melaksanakan kebijaksananaan
pemerintah. Hal ini terutama meliputi pekerjaan sehari-hari
pemerintah.
3. Secara global, administrasi publik adalah suatu proses yang
bersangkutan dengan pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan
pemerintah, pengarahan kecakapan, dan teknik-tehnik yang tidak
terhingga jumlahnya, memberikan arah dan maksud terhdap usaha
sejumlah orang.
Administrasi dalam kaitanya dengan implementasi kebijakan publik ialah

merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh agen pelaksana setelah kebijakan

ditetapkan untuk memberikan dampak pada publik. Kebijakan tersebut

diterapkan oleh para administrator agar memberikan output nyata dari sebuah

kebijakan. Administrasi juga merupakan suatu kebijakan dan urusan yang

harus dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan public.

Memberikan Kesiapan serta menciptakan lingkungan sehat dan aman bagi

kesehatan dan keselamatan masyarakat dilaksanakan oleh pemerintah terhadap

kelompok sasaran (large group). Program Desa Siaga adalah suatu program

12
yang memiliki ekspektasi dan goal untuk mencapai suatu kondisi masyarakat

tingkat desa yang memiliki kemampuan dalam menemukan pemasalahan yang

ada. kemudian merencanakan dan melakukan pemecahannya sesuai potensi

yang dimilikinya, serta selalu siap siaga dalam menghadapi masalah

kesehatan dan kegawat daruratan.

2. Kebijakan Publik

Dalam melaksanakan agenda dari suatu pemerintah, maka diperlukan

sebuah program yang mampu diterapkan dan dilaksanakan dalam kehidupan

bernegara untuk memecahkan, mengurangi atau mencegah terjadinya suatu

masalah diperlukan suatu kebijakan yang diformulasikan dengan mempunyai

tujuan dan sasaran tertentu.

Menurut William N Dunn ( Winarno:2012 ) mengatakan bahwa kebijakan

publik adalah suatu rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang

dibuat oleh lembaga atau penjabat pemerintah pada bidang-bidang yang

menyangkut pemerintah, seprti pertahanan keamanan, energy, kesehatan,

kesejahteraan masyarakat,kriminalitas, dan lain-lain.

Tahir (2014: 20) mengatakan bahwa kebijakan adalah :“Alat atau cara

untuk memecahkan masalah yang ada, kebijakan merupakan sekumpulan

keputusan yang dibuat pemerintah atau lembaga yang berwenang untuk

memecahkan masalah atau mewujudkan tujuan yang ingin dicapai masyarakat

Istilah kebijakan sering kali penggunaannya dipertukarkan dengan istilah-

istilah lain seperti tujuan (goals), program, keputusan, undang-undang,

ketentuan-ketentuan, usulan-usulan dan rancangan besar.”

13
Gambar l.l

Alur Kebijakan Publik

Input Proses Otput

Formulasi Implementasi Evaluasi

(Sumber : Syafiie, Inu kencana . 2006. Ilmu Administrasi Publik)

Menurut H. Hugh Heglo (Abidin, 2012 : 6) menyebutkan kebijakan

sebagai “a course of action intended to accomplish some end” atau sebagai

suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi

Heglo ini selanjutnya diuraikan oleh Jones dalam kaitannya dengan beberapa

isi dari kebijakan itu. Isi yang pertama adalah tujuan yang dimaksud adalah

tujuan tertentu yang dikehendaki untuk dicapai (the desired ends to be

achieved) ; bukan sesuatu tujuan yang sekadar diinginkan saja.

Dari kedua pendapat diatas dapat diketahui bahwa kebijakan merupakan

suatu keputusan dan tindakan yang dibuat oleh badan yang berwenang atau

pemerintah dalam menangani masalah publik untuk mencapai suatu tujuan

yang telah ditentukan dengan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.

William N. Dunn (Pasolog, 2014 : 39), mengatakan bahwa kebijakan

publik adalah :“Suatu rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang

dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang

menyangkut tugas pemerintahan, seperti pertahanan keamanan, energi,

14
kesehatan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, perkotaan dan

lain-lain.”

Menurut Thomas R. Dye (Anggara, 2014 : 35), “ public policy is whatever

the government choose to do or not to do” (kebijakan publik adalah apa pun

pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu).

Menurut Dye, apabila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu, tentu

ada tujuannya karena kebijakan publik merupakan “tindakan”pemerintah.

Apabila pemerintah memilih untuk tidak melakukan sesuatu, juga merupakan

kebijakan publik yang ada tujuannya.

3. Evaluasi Kebijakan

Menurut William N Dunn ( Winarno:2012 ) mengatakan bahwa kebijakan

publik adalah suatu rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan

yang dibuat oleh lembaga atau penjabat pemerintah pada bidang-bidang

yang menyangkut pemerintah, seprti pertahanan keamanan, energy,

kesehatan, kesejahteraan masyarakat,kriminalitas, dan lain-lain.

Menurut Evert Vendung dalam Wiraman (2011:7), Evaluation : careful

restrospective assesment of the merit, wort, and value of administration,

output and outcome of goverment intervention, wich is itended to play in

future, practical situation. Dimana evaluasi tersebut merupakan penilaian

terhadap kebaikan, kelayakan dan nilai administrasi, output dan outcome dari

intervensi pemerintah, yang intended memakai peran di masa depan.

15
Evaluasi menurut Dunn dikutif oleh Riant Nugroho (2014:181) dalam

bukunya Kebijakan Publik (Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi)

mendefinisikan evaluasi sebagai:

“Evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing menunjuk

pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan program.

Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penafsiran (appraisal),

pemberian angka (Ratting) dan penilaian (Assesment), kata-kata yang

menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan

lainnya. Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi

informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan”

Menurut dalam Arikunto dan Jabar (2010:1) mamandang bahwa “evaluasi

sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan

yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan”.

Definisi lain dikemukakan oleh Stutflebeam dalam Arikunto dan Jabar

(2010:2) mengatakan bahwa, “evaluasi merupakan proses penggambaran,

pencarian dan pemberian infomasi yang sangat bermanfaat bagi pengambilan

keputusan dalam menentukan ariable dan keputusan”.

Evaluasi pada dasarnya dilakukan ketika ada keluaran kebijakan atau program

yang dilakukan dan dapat digambarkan sebagai berikut :

Menurut Howlett and Ramesh dalam Budi Winarno (2013:227)

mendefinisikan evaluasi sebagai suatu pengkajian secara sistematik empiris

terhadap akibat-akibat dari suatu kebijaksanaan dan program pemerintah yang

16
sedang berjalan dan kesesuainnya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai

oleh kebijaksanaan tersebut.

Menurut Dye dalam buku Budi Winamo (2013:228) evaluasi menilai

secara luas atau umum keefektifan program-program negara baik itu dua atau

lebih yang memiliki efektifitas yang relatif.

Menurut James E. Anderson dalam proses Kebijakan, Evaluasi kebijakan

adalah secara singkat evaluasi kebijakan dapat dirumuskan sebagai penilaian

terhadap kebijakan yang telah dijalankan. Hal yang dinilai adalah isi,

implementasi, maupun dampaknya Sebagai suatu aktivitas fungsional,

evaluasi kebijakan tidak hanya dijalankan setelah penetapan dan implementasi

kebijakan. Tetapi evaluasi seharusnya dilakukan sepanjang proses kebijakan

Evaluasi kebijakan juga diperlukan pada waktu merumuskan alternatif-

alternatif kebijakan; misalnya meramalkan dampak yang timbul dari masalah

yang akan ditangani.

Menurut Lester dan Stewart dalam Budi Winarno (2012:229) mengatakan

bahwa :

“evaluasi kebijakan dibedakan dalam dua tugas yang berbeda yaitu


tugas yang pertama yakni untuk menentukan konsekuensi-konsekuensi apa
yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan dengan cara menggambarkan
dampaknya. Tugas yang kedua ialah untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya”.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi kebijakan

dibedakan menjadi dua tugas yaitu, tugas pertama menentukan konsekuensi

dan tugas kedua adalah menilai suatu apakah kebijakan tersebut berjalan

berhasil atau tidak berhasil.


17
Suchman dalam Winarno (2012:233) mengemukakan enam langkah dalam

evaluasi kebijakan, yakni :

a. Mengidentifikasi tujuan program yang akan di evaluasi


b. Analisis terhadap masalah
c. Deskriptif dan standarisasi kegiatan
d. Pengukuran tehadap tingkat perubahan yang terjadi
e. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari
f. kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain. Beberapa indikator
untuk menentukan keberadaan suatu dampak.

Menurut James Anderson dalam Budi Winarno (2013127) membagi

evaluasi kebijakan ke dalam tiga tipe, diantaranya :

a. Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional, maka

evaluais kebijakan dipandang sebagai kegiatan yang sama pentingnya

dengan kebijakan itu sendiri.

b. Evaluasi kebijakan tipe evaluasi yang memfokuskan diri pada

bekerjanya kebijakan atau pertanyaan-pertanyaan dasar yang

menyangkut: apakah program dilaksankan dengan semestinya? Berapa

biayanya? Siapa yang menerima manfaat (pembayaran atau pelayanan)

dan berapa jumlahnya? dan lain-lain, maka dengan evaluasi tipe seperti

ini akan lebih membicarakan sesuatu mengenai kejujuran atau

efesiensi dalam melaksanakan proram.

c. Evaluasi kebijakan sistematis melihat secara obyektif program-

program kebijakan yang dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi

masyarakat dan melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah

dinyatakan tersebut tercapai.

18
Sementara Itu Bangham dan Felbinger dalam Lester & Steward, 2000

(Rian Nugroho, 2014:716) membagi evaluasi menjadi empat yaitu :

1. Evaluasi Proses, yang fokus kepada bagaimana proses implementasi

dari suatu kebijakan

2. Evaluasi impak, yang memberikan fokus kepada hasil akhir dari suatu

kebijakan

3. Evaluasi Kebijakan, yang menilai hasil kebijakan dengan tujuan yang

direncanakan dalam kebijakan pada saat dirumuskan.

4. Meta-Evaluasi, yang merupakan evaluasi terhadap berbagai hasil atau

temuan evaluasi dari berbagai kebijakan yang terkait.

Menurut William N. Dunn dalam Riant Nugroho (2014:712-713)

menyamakan evaluasi dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka

(rating) dan penilaian (assessment), evaluasi berkenaan dengan produksi

informasi mengenai nilai dan manfaat hasil kebijakan. Yang memiliki kriteria-

kriteria evaluasi yang terdiri dari : Efektivitas, Efisiensi, Kecukupan, Perataan,

Responsivitas, Dan Ketepatan.

a. Efektivitas (effectiveness)
Yakni suatu kriteria untuk menseleksi berbagai alternatif untuk di
jadikan rekomendasi didasarkan pertimbangan apakah alternatif yang
di rekomendasikan tersebut memberikan hasil (akibat) yang maksimal
lepas dari pertimbangan efesien.
b. Efesiensi (efficiency)
Yakni suatu kriteria untuk menseleksi berbagai alternatif untuk di
jadikan rekomendasi yang di dasarkan pertimbangan apakah alternatif
yang di rekomendasikan tersebut mebuahkan hasil yang rasio
efektifitas-biayanya lebih tinggi dari batas tertentu (efesiensi
marginal).
c. Kecukupan

19
Yakni kriteria yang digunakan untuk mengseleksi sejumlah alternative
untuk dijadikan rekomendasi dengan melihat seberapa jauh alternatif
tersebut dapat memenuhi suatu tingkat kebutuhan yang di
permasalahkan.
d. Perataan
Yakni suatu kreteria untuk mengseleksi sejumlah alternatif untuk
dijadikan rekomendasi di dasarkan pada pertimbangan apakah
alternative rekomendasi tersebut menghasilkan lebih banyak distribusi
yang adil dan wajar terhadap risorsis yang ada dalam masyarakat.
Termasuk dalam kriteria untuk perataan sosial.
e. Responsitivitas (responsiveness)
Yakni kreteria yang mencari hasil dari kebijakan,apakah kebijakan
tersebut memuaskan kebutuhan oleh publik.
f. ketepatan (appropriateness)
Yakni kreteria yang Ingin melihat tujuan yang di inginkan benar-benar
berguna dan bernilai.

4. Evaluasi Program

Secara umum evaluasi dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut

etimasi atau penilaian kebijakan yang mencangkup substansi, implementasi

dan dampak. Dalam hal ini evaluasi kebijkan dipandang sebagai suatu

kegiatan fungsional. Artinya evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada

tahap akhir saja, melainkan dilakukan pada saat seluruh proses kebijakan.

Menurut Winarno (2014:228-229) penilaian atau evaluasi suatu kebijakan

merupakan langkah terakhir dalam tahap-tahap proses kebijakan. Sebagai

kegiatan yang fungsional yaitu kegiatan yang tidak hanya dilakukan pada

tahap akhir saja namun pada semua proses kebijakan publik mulai dari

perumusan masalah, program-program yang dilaksanakan untuk

menyelasaikan masalah, implementasi, hingga dampak kebijakan, evaluasi

adalah kegiatan penilaian kebijakan yang bertujuan untuk melihat apa yang

menjadi sebab-sebab kegagalan suatu kebijakan atau untuk melihat apakah


20
kebijakan publik tersebut telah mencapai dampak yang diharapkan. Oleh

karenanya, penilaian atau evaluasi dapat menangkap tentang isi kebijakan,

penilaian kebijakan, dan dampak kebijakan.

Jika dilihat dari aspek teknik pengukurannya, maka evaluasi menurut

Jones (dalam Leo Agustino, 2017:166) merupakan cara-cara untuk menilai

program-program pemerintah mulai dari teknik yang bersifat impresionistis

(kesan-kesan observatif) sampai dengan teknik yang ilmiah dan sistematis

dengan segala macam pedoman yang canggih. Sedangkan dilihat dari aspek

metode analisis, yaitu bagaimana menggunakan informasi yang telah

terkumpul dalam rangka menunjukkan hasil akhir (kesimpulan) dari kegiatan

menilai program pemerintah tersebut, apakah program-program tersebut

efektif atau tidak, memberikan dampak positif yang lebih besar dari dampak

negatifnya atau sebaliknya. Sebagai langkah akhir dari kegiatan evaluasi

adalah rekomendasi, yaitu penentuan mengenai apa yang harus dilakukan di

masa yang akan datang.

Menurut Abidin (2012:126), pengertian evaluasi secara lengkap mencakup

tiga pengertian, yaitu (1) evaluasi awal, yaitu dari proses perumusan kebijakan

sampai saat sebelum diimplementasikan (ex-ante evaluation), (2) evaluasi

dalam proses implementasi atau monitoring, (3) evaluasi akhir yang di

lakukan setelah selesai proses implementasi kebijakan ex-post evaluation).

Sebagaimana dalam Natsir (2017:20), Azwar mengemukakan Evaluasi

adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil

yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah ditetapkan kemudian

21
dibuat suatu kesimpulan dan penyusunan saran pada setiap tahap dari

pelaksanaan program.

Menurut Abidin (2012:126), pengertian evaluasi secara lengkap mencakup

tiga pengertian, yaitu sebagai berikut:

1) Evaluasi awal, yaitu dari proses perumusan kebijakan sampai saat

sebelum diimplementasikan (ex-ante evaluation).

2) Evaluasi dalam proses implementasi atau monitoring,

3) Evaluasi akhir yang di lakukan setelah selesai proses implementasi

kebijakan ex-post evaluation).

Lester dan Stewart (127-128) dalam (Winarno2014 : 235) Dalam

mengevaluasi suatu program oleh seorang evaluator setidaknya ada tiga hal

yang dapat dilakukan oleh seorang evaluator. Ketiga hal tersebut ialah :

Pertama, menjelaskan keluaran-keluaran kebijakan, seperti misalnya

pekerjaan, uang, materi yang di produksi, dan pelayanan yang disediakan.

Kedua, evaluasi mengenai kemampuan kebijakan dalam memperbaiki

masalah-masalah sosial, seperti misalnya usaha mengurangi kemacetan lalu

lintas atau mengurangi tingkat kriminalitas. Ketiga, evaluasi menyangkut

konsekuensi-konsekuensi kebijakan dalam bentuk policy feedback, termasuk

didalamnya adalah reaksi dari tindakan-tindakan pemerintah atau pernyataan

dalam sistem pembuatan kebijakan atau dalam beberapa pembuat keputusan.

Dengan adanya evaluasi yang dilakukan dari suatu kebijakan/program,

diharapkan kebijakan-kebijakan kedepannya akan lebih baik dan tidak

mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama.

22
Dalam Skripsi Tiara Rizki, Suci ( 2019 ) model evaluasi CIPP yang

dikemukakan oleh Stufflebeam&Shinkfield (1985) adalah sebuah pendekatan

evaluasi yang berorientasi pada pengambilan keputusan (a decision oriented

evaluation approach structure) untuk memberikan bantuan kepada

administrator atau leader pengambil keputusan. Stufflebeam mengemukakan

bahwa hasil evaluasi akan memberikan alternatif pemecahan masalah bagi

para pengambil keputusan. Model evaluasi CIPP ini terdiri dari 4 huruf yang

diuraikan sebagai berikut :

1) Contect evaluation to serve planning decision. Seorang evaluator harus


cemat dan tajam memahami konteks evaluasi yang berkaitan dengan
merencanakan keputusan, mengidentifikasi kebutuhan, dan
merumuskan tujuan evaluasi.
2) Input evaluation structuring decision. Segala sesuatu yang
berpengaruh terhadap proses pelaksanaan evaluasi harus disiapkan
dengan benar. Input evaluasi ini akan memberikan bantuan agar dapat
menata keputusan, menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan,
mencari berbagai alternatif yang akan dilakukan, menentukan rencana
yang matang, membuat strategi yang akan di lakukan dan
memperhatikan prosedur kerja dalam mencapainya.
3) Proces evaluation to seve implementing decision. Pada evaluasi proses
ini berkaitan dengan implementasi suatu program. Ada sejumlah
pertanyaan yang harus dijawab dalam proses pelaksanaan evaluasi ini.
Misalnya, dalam proses pelaksanaan program adakah yang harus
diperbaiki?, dengan demikian proses pelaksanaan program dapat
dimonitor, diawasi, atau bahkan diperbaiki.
4) Product evaluation to serve recycling decision. Evaluasi hasil
digunakan untuk menentukan keputusan apa yang akan dikerjakan
berikutnya. Apa manfaat yang dirasakan oleh masyarakat berkaitan
keputusan (decision making) dan bukti pertanggungjawaban
(accountability) suatu program kepada masyarakat. Tahapan evaluasi
dalam model ini yakni penggambaran (delineating), perolehan atau
temuan (obtaining), dan penyediaan (providing) bagi para pembuat
keputusan.

Evaluasi kebijakan dalam persepektif alur proses atau siklus kebijakan

publik menepati posisi terakhir setelah implementasi kebijakan sehigga sudah

23
sewajarnya jika kebijakan publik yang telah dibuat dan dilaksanakan lalu

dievaluasi. Dari evaluasi akan diketahui keberhasilan atau kegagalan sebuah

kebijakan sehingga secara normative akan diperoleh rekomendasi bahwa

kebijakan dapat dilanjutkan, perlu perbaikan sebelum dilanjutkan, atau harus

dihentikan ( Anggara, 2014 : 271 ).

Menurut Plambo (Anggara 2014: 277-278) dimensi kajian pada studi

evaluasi mencakup keseluruhan siklus dalam proses kebijakan, dari saat

penyusunan kebijakan, implementasi hingga selesai diimplementasikan.

Dalam studi evaluasi kebijakan meliputi dimensi-dimensi sebagai berikut :

a. Evaluasi Proses, pembuatan kebijakan atau sebelum kebijakan


dilaksanakan. Menurut Palumbo, pada tahap ini diperlukan dua kali
evaluasi.
b. Evaluasi desain kebijakan, untuk menilai alternatif yang dipilih sudah
merupakan alternatif yang paling hemat dengan mengukur hubungan
antara biaya dan manfaat (cost-benefit analysis), yang bersifat rasional
dan terukur.
c. Evaluasi legitimasi kebijakan, untuk menilai derajat oenerimaan suatu
kebijakan atau program oleh masyarakat/stakeholder/kelompok sasaran
yang dituju oleh kebijakan tersebut. Metode evaluasi diperoleh melalui
jajak pendapat, survey, dan lain-lain.
d. Evaluasi formatif, dilakukan pada saat proses implementasi kebijakan
sedang berlangsung. Tujuan evaluasi formatif adalah untuk
mengetahui sebuah program diimplementasikan dan kondisi yang
dapat diupayakan untuk meningkatkan keberhasilannya. Dalam istilah
manajemen, evaluasi formatif adalah monitoring terhadap
pengaplikasian kebijakan. Evaluasi formatif banyak melibatkan
ukuran-ukuran kauntitatif sebagai pengukuran kinerja implementasi.
e. Evaluasi sumatif, dilakukan pada saat kebijakan telah
diimplementasikan dan memberikan dampak. Tujuan evaluasi sumatif
adalah untuk mengukur efektivitas kebijakan/program memberikan
dampak yang nyata pada masalah yang ditangani.

Winarno2012 : 233) mengemukakan enam langkah dalam

evaluasi kebijakan, yakni :

a. Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi.


24
b. Analisis terhadap masalah.
c. Deskripsi dan standarisasi kegiatan.
d. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi.
e. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari
kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain.
f. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.

Secara singkat dapat dikatakan evaluasi merupakan proses pengukuran

akan efektifitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan yang

telah ditetapkan, dan data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan

digunakan sebagai analisis situasi dalam program berikutnya

Selanjutnya Anderson ( Kusmanegara, 2010 ) menyatakan bahwa evaluasi

kebijakan memusatkan perhatiannya pada estimasi, penilaian, dan taksiran

teradap proses dan dampak kebijakan . evaluasi kebijakan sebenarnya dapat

dilakukan terhadap keseluruhan tahap – tahap kebijakan bukan hanya pada

tahap akhirnya saja. Artinya dalam menetapkan dan membuat estimasi atas

konsekuensi dari berbagi alternative kebijakan yang dianggap paling baik.

Dengan adanya evaluasi yang dilakukan dari suatu kebijakan/program,

diharapkan kebijakan-kebijakan kedepannya akan lebih baik dan tidak

mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama.

Evaluasi progam adalah metode sistematik untuk mengumpulkan,

menganalisis dan memakai informasi untuk menjawab pertanyaan dasar

mengenai program ( wirawan, 2011:17 ). Evaluasi program dapat

dikelompokkan menjadi evaluasi proses, evaluasi manfaat, dan evaluasi

akibat. Dalam hal ini evaluasi proses meneliti dan menilai apakah target

25
populasi yang akan direncanakan telah dilayani, evaluasi ini juga menilai

mengenai strategi pelaksanaan program.

Menurut Arikunto( 2010 :290-291 ) evaluasi program adalah suatu

rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat

keberhasilan program. Melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang

dimaksud untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan

yang direncanakan.

Arikunto (2004 : 8-9) juga menjelaskan hubungan evaluasi program

dengan kebijakan sebagai berikut :

“Program adalah serangkaian kegiatan sebagai realisasi dari suatu

kebijakan. Apabila suatu program tidak sievaluasi maka tidak dapat diketahui

bagaimana dan seberapa tinggi kebijakan yang sudah dikeluarkan dapat

terlaksana. Informasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat berguna

bagi pengambilan keputusan dan kebijakan dan lanjutan dari program, karena

dari masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan

menetukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan.

Wujud dari hasil evaluasi adalah sebuah rekomendasi dari evaluator untuk

mengambil keputusan (decision maker). Ada 4 (empat) kemungkinan

kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam pelaksanaan sebuah

program keputusan, yaitu : 1) Menghentikan program, karena dipandang

bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya atau tidak dapat terlaksana

sebagaimana diharapakan. 2) merevisi program, karena ada bagian-bagian

26
yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan tapi hanya sedikit. 3)

melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa

segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil

yang bermanfaat. 4) menyebarluaskan program (melaksanakan program

ditempat-tempat lain atau mengulangi lagi program dilain waktu), karena

program tersebut berhasil dengan baik jika dilaksanakan lagi ditempat dan

waktu lain.”

Program adalah suatu rencana kegiatan yang telah disusun secara

sistematis dan harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu,biasanya

adalah program akan tergambar bagaimana rencana yang telah ditentukan

akandilaksnakan dapat efektif sesuai sesuai dengan apa yang diharapkan.

SuharsimiArikunto( 2004 : 1-7 ) mengemukakan evaluasi adalah kegiatan

untuk mengumpulkan informasi tentang berkerjanya suatu alternative yang

tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Ada dua istilah dalam pengertian

program yaitu pengertian secara umum dan khusus. Menurut pengertian secara

umum “program” dapat diartikan sebagai “rencana”. Apabila “program”

langsung dikaitkan dengan evaluasi program maka program dapaat

didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan

realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses

yang berkesinambungan, terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan

sekelompok orang. Evaluasi program khusus adalah upaya untuk mengethui

tingkat keterlaksanaan suatu kegiatan secara cermat dengan cara mengetahui

efektifitas semua komponen.

27
E. Konsep Operasional

Konsep yaitu abstraksi mengeni fenomena yang dirumuskan atas dasar

generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau

individu tertentu. Konsep merupakan dasar untuk menghubungkan antara

dunia teori dengan observasi, antara abstraksi dan realita. Sedangkan definisi

operasional adalah merupakan suatu pernyataan dalam bentuk yang khusus

dan merupakan kriteria yang bisa diuji secara empiris. Dengan ini kita dapat

mengukur, menghitung atau mengumpulkan informasi melalui logika empiris

(Pasolong, 2013:77-78).

Evaluasi merupakan suatu proses pemberian nilai terhadap kualitas

sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses

merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat

diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Evaluasi dalam hal

ini adalah proses penilaian untuk mengetahui keberhasilan Program

Pengembangan Desa Siaga di Desa Pesisir Timur Kecamatan Siantan

kabupaten Anambas.

Adapun konsep yang akan dioperasionalkan dalam penelitian ini adalah

menurut Arikunto (2010:45-48) yang dikemukakan oleh Stufflebeam &

Shinklield : menggunakan Model Evaluasi CIPP. Model evaluasi CIPP ini

terdiri dari empat huruf, yakni: 1. context evaluation, 2. evaluasi terhadap

konteks, input evaluation, 3. evaluasi terhadap masukan, processevaluation, 4.

evaluasi terhadap proses, dan product evaluation : evaluasi terhadap hasil.

1. Evaluasi Konteks (Context Evaluation).

28
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Anambas sebelum Program Desa Siaga Aktif dilakukan kegiatan-kegiatan

tersebut bertujuan agar program yang akan dilaksanakan dapat berjalan sesuai

dengan yang ditetapkan. Kegiatan tersebut meliputi :

a. Perencanaan pengambilan keputusan terhadap program

Pengembangan Desa Siaga Aktif.

b. Perumusan tujuan dari program Pengembangan Desa Siaga Aktif

2. Evaluasi Masukan (Input Evaluation).

Serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam membuat strategi yang akan

dilaksanakan untuk menentukan rencana yang matang, serta mencari berbagai

alternatif yang akan dilakukan dalam pelaksanaan program untuk mencapai

tujuan. Hal tersebut dapat dilihat dari:

a. Pemenuhan kebutuhan Program yang akan dicapai dalam program

Pengembangan Desa Siaga di Desa Pesisir Timur Kecamatan Siantan

kabupaten Anambas

b. Kesiapan tenaga pelaksana yang ikut serta dalam pelaksanaan

Pengembangan Desa Siaga di Desa Pesisir Timur Kecamatan Siantan

kabupaten Anambas

3. Evaluasi Proses (Process Evaluation).

Serangkaian kegiatan ataupun aktivitas yang dirancang untuk membuat

serta melaksanakan suatu program. Hal tersebut meliputi :

a. Proses pelaksanaan program Pengembangan Desa Siaga Aktif di Desa

Pesisir Timur.

29
b. Hambatan-hambatan yang timbul dalam pelaksanaan program

Pengembangan Desa Siaga Aktif di Desa Pesisir Timur.

4. Evaluasi Produk/Hasil (Product Evaluation).

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil dari program yang telah

dilaksanakan, sehingga dapat menentukan keputusan apa yang akan

dilaksanakan selanjutnya. Hal tersebut dapat dilihat dari :

a. Pencapaian tujuan program Pengembangan Desa Siaga Aktif di Desa

Pesisir Timur.

b. Dampak setelah adanya pelaksanaan program Pengembangan Desa

Siaga Aktif di Desa Pesisir Timur.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Mulyana (2013:17) merupakan cara yang

digunakan dalam penelitian untuk menghubungkan fenomena-fenomena

dilapangan dengan konsep atau teori yang digunakan.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah bersifat deskriptif dengan

pendekatan kualitatif yaitu peneliti berupaya mencari fakta sesuai dengan

ruang lingkup judul penelitian. Menurut sugiono (2001:06) Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap variable mandiri,

yaitu tanpa membuat perbandingan atau menggabungkan dengan variabel

lain. Sedangkan pendekatan kualitatif merupakan metode penelitian ilmiah

yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah dimana

Peneliti merupakan instrument kunci. Hal ini berguna menganalisis data

30
yang diperoleh secara mendalam dan menyeluruh dengan harapan dapat

diketahui sejauh mana tingkat keberhasilan ataupun kegagalan

pengembangan desa siaga aktif di Desa Pesisir Timur berdasarkan data

atau informasi yang didapatkan.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada Desa Pesisir Timur Kecamatan

Siantan. Dimana Desa Pesisir Timur merupakan salah satu desa yang

menjalankan pengembangan Program desa siaga aktif di Kabupaten

Anambas.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut Sangadji dan Sopiah (2010:185) populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek dengan

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi bisa

berupa manusia, tumbuhan, hewan, produk, bahkan dokumen.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Perangkat dan

Kepala Desa 12 orang, Dinas Kesehatan Kabupaten Anambas

sebanyak 43 orang, Pegawai Pukesmas sebanyak 48 orang, Tenaga

kesehatan (Nakes) 57 orang, kader desa siaga/ Kader

Pemberdayaan Masyarakat kader pemberdayaan masyarakat

(KPM) aktif sebanyak 10 orang, 7 orang BPD dan tokoh

31
masyarakat desa 9, masyarakat desa 834 Dengan total seluruh

populasi sebanyak 1,029 orang.

b. Sampel

Sampel merupakan bagian yang karakteristiknya akan

diteliti dan sampel mewakili dari keseluruhan populasi. Adapun

teknik dalam pengambilan sampel yang di gunakan yaitu purposive

sampling. Menurut Sugiyono (2009:85) Purposive Sampling

adalah :

“Teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Misalnya akan melakukan penelitian tentang retribusi pajak, maka

sampel sumber datanya adalah orang yang ahli retribusi, atau

penelitian tentang politik suatu daerah, maka sampel sumber

datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini cocok

digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian-penelitian

yang tidak melakukan generalisasi.”

Dimana teknik ini pengumpulan data dimana jumlah informan

ditentukan berdasarkan kebutuhan data yang diinginkan. Purposive

sampling dilakukan karna peneliti menganggap bahwa seseorang

tersebut memiliki infomasi yang diperlukan dalam peneliti ini dan

dianggap sudah bisa menggambarkan apa yang terjadi dari tujuan

dan permasalahan peneliti.

Adapun sampel yang diambil peneliti untuk mendapatkan

informasi terdiri dari : 1 orang Kepala Desa Pesisir Timur,1 orang

32
pengawai Dinas Kesehatan,1 orang pegawai Puskesmas dan 1

orang perawat Desa Pesisir Timur, 2 orang kader desa siaga aktif

Desa Pesisir Timur, 1 orang BPD dan 1 orang tokoh masyarakat

Desa Pesisir Timur, Masyarakat desa 2 orang. Dengan total sampel

sebanyak 10 informan.

4. Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang digunakan oleh peneliti menggunakan 2 (dua)

sumber data yaitu:

a. Data primer

Menurut Pasolong (2012:70) data primer merupakan data yang

diperoleh langsung dan di olah langsung oleh penelitinya Pada

penelitian ini peneliti menggunakan pedoman wawancara dan

observasi.

b. Data Skunder

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh peneliti dengan cara

membaca, melihat ataupun mendengar. Data sekunder dalam

penelitian ini diperoleh secara langsung yang meliputi seperti Data

Capaian Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif, dan Keputusan Menteri

Kesehatan Republik lndonesia Nomor 1529/MENKES/SK/X/2010

tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan

Siaga Aktif.

33
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian ini

maka digunakan alat sebagai berikut :

a. Observasi

Menurut Arikunto (2006: 156-157) menjelaskan bahwa “ Teknik

Observasi adalah teknik pengumpulan data melalui pengamatan

langsung kelapangan dan pencatatan yang sistematis terhadap

pengamatan yang di teliti”. Observasi peneliti gunakan yaitu

observasi terstruktur yang telah dirancang secara sistematis,

tentang apa yang diamati, kapan dan dimana tempatnya.

pengamatan langsung dilakukan peneliti pada wilayah

sekitar Desa pesisir Timur dan akan melakukan pengamatan dari

kegiatan dan segala apapun yang terkait dengan penelitian ini dan

akan ditulis sebagai bahan analisa. Adapun alat yang digunakan

adalah Daftar ceklis dan Cacatan harian

b. Wawancara

Menurut Burhan Bugin (2013:136-137) “Wawancara adalah

teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung

oleh pewancara kepada responden, dan jawaban-jawaban

responden dicatat dan direkam dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan responden”.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

34
menemukan masalah yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti

ingin mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam.

Wawancara yang dilakukan adalah jenis wawancara tidak

terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak

mengunakan pedoman wawancara yang telah tersusun sistematis

dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara yang

digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang akan

ditanyakan..

c. Dokumentasi

Data yang diperoleh dari dokumen yang berupa arsip atau

naskah lainnya yang diperoleh dari instansi yang terkait dengan

penelitian. Dokumentasi ini diberikan oleh pihak-pihak terkait

pelaksanaan pengembagan desa siaga aktif dimana adanya berkas-

berkas jumlah data desa siaga aktif dan lain-lainnya yang

dibutuhkan oleh peneliti untuk dapat menegetahui evaluasi

pengembangan desa siaga aktif di Desa Pesisir Timur Kecamatan

Siantan Kabupaten Anambas.

6. Analisia Data

Analisa data penelitian secara deskriptif dengan pendekatan kualitatif,

yaitu analisa yang bermaksud membuat penyadaran secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi yang

dilaksanakan dengan jalan menggambarkan dan menguraikan keadaan

yang sebenarnya di lapangan sehingga peneliti bisa membandingkan

35
antara hasil wawancara dengan kenyataan di lapangan serta menyimpulkan

hasil perbandingan tersebut. Analisa data primer maupun data sekunder

dalam penelitian kualitatif terdiri atas tiga komponen pokok, yaitu :

a. Reduksi data

Merupakan proses analisa yang mempertegas, memperpendek,

fokus, membuang hal yang tidak perlu dan mengatur data

sedemikian rupa sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan

Proses reduksi berlangsung terus sampai laporan akhir penelitian

selesai disusun.

b. Sajian data

Merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan

sistematis, sehingga bila dibaca akan mudah dipahami dan

memungkinkan peneliti berbuat sesuatu pada analisis ataupun

tindakan lain berdasarkan pemahamannya tersebut Sajian data

harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan

sebagai pertanyaan penelitian.

c. Penarikan simpulan

Dari sajian data yang tersusun, peneliti dapat menarik kesimpulan

akhir. Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-

benar bisa di pertanggungjawabkan.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penelitian dalam penulisan ini, maka peneliti

menjabarkan sistematika penulisan:

36
BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, konsep

Oprasional, metode penelitian dan sitematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Pada bab ini akan menjelaskan lokasi penelitian di Desa Pesisir

Timur Kecamatan Siantan dengan pihak-pihak terkait.

BAB III EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN DESA SIAGA

AKTIF DI DESA PESISIR TIMUR KECAMATAN SIANTAN

KABUPATEN ANAMBAS.

Pada bab ini berisi gambaran dan data-data atau informasi yang

sudah di olah dan analisa pada Evaluasi Pengembangan Desa Siaga

aktif di Desa Pesisir Timur Kecamatan Siantan Kabupaten

Anambas yang akan menjadi hasil dari penelitia

BAB IV PENUTUP

Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran pada Evaluasi

Program Pengembangan Desa Siaga Aktif Di Desa Pesisir Timur

Kecamatan Siantan Kabupaten Anambas

37
BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Desa Pesisir Timur Kecamatan Siantan

Menurut catatan dari sejarah cerita masa lalu yang merupakan awal

perkembangan Desa Pesisir Timur sebagai Wilayah yang dihuni orang sampai

saat ini Fakta Sejarah membuktikan dengan adanya sebuah Gunung Awang yang

sampai Saat ini terkenal dengan sebutan Dusun Cine, dimana Gunung dan Sungai

ini pada Tahun 1911 datang suku Cina yang bermukim disana, Akhirnya menetap

dan meninggalkan Anak Cucu sampai sekarang yang merupakan keturunan

mereka.

Riwayat lain tentang Desa Pesisir Timur Melayu, yaitu memang pada awal

mula masuk orang beragama Islam yang diketahui sampai saat ini sebagai suku

Lanun dan Akhir berkembang terus, sampai saat ini dikenal dengan suku melayu

Asli, ini terjadi diperkirakan pada Tahun 1905, karena Saksi sejarah sampai saat

ini tidak dapat memastikan Tahun kedatangan mereka dengan Baik.

Desa Pesisir Timur terdiri dari daerah daratan tinggi yang berada dalam satu

kawasan penggunungan Tarempa, Antang dan Temburun. Pemungkiman

Masyarakat semuanya berada pada pesisir pantai atau lereng bukit. Desa Pesisir

Timur pada mulanya termasuk atau bagian dari wilayah Pemerintah Kelurahan

Tarempa Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas.

Seiring dengan kesibukan Desa Pesisir Timur yang ingin Pemekaran

Desa,terbukti dengan perjuangan dan kerja masyarakat, Tokoh Toga, Desa Pesisir

Timur untuk menjadi sebuah Desa sendiri yang di sahkan perda Pemekaran Desa

38
pada tahun 2012 terjadilah Pemekaran dimana Desa Pesisir Timur adalah bagian

dari wilayah Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas dengan

ditunjuknya Pjs. Kepala Desa yang bernama Bapak Saparuudin S.Pd Kemudian

dipimpin oleh Kepala terpilih Prode 2013 – 2018 yaitu Ibu Masyithah dan

sekarang kepala Desa Terpilih Preode 2018 – 2024 adalah Bapak Sabli yang

terdiri dari 2 (Dua) Kadus, 4 (Empat) RW, dan 8 (Delapan) RT, dengan

berbatasan wilayah:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tarempa Timur.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Temburun.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tarempa Selatan.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut.

Kemudian pada selanjutnya kondisi pendduduk Desa Pesisir timur, dapat

dilihat pada tabel jumlah penduduk berdasarkan beberapa jenis, diantaranya

sebagai berikut :

1. Jumlah Penduduk Desa Pesisit Timur Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel II.1
Jumlah Penduduk Desa Pesisit Timur
Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-Laki 491
2 Perempuan 369
Total 860
Sumber : Kantor Desa Pesisir Timur Kecamatan Siantan , 2020

Dari table diatas II.1 diatas, Terlihat jumlah penduduk Desa pesisir Timur

sebanyak 860 jiwa di mana didominasi dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak

491 jiwa, sedangkan perempuan sebanyak 369 jiwa. hal ini menunjukkan bahwa

39
kegiatan pengembangan Desa Siaga aktif di Desa pesisir Timur akan banyak

diikuti oleh laki-laki di Desa pesisir Timur.

2. Jumlah penduduk Desa pesisir Timur berdasarkan jenis

pendidikan

Tabel II.2
Jumlah Penduduk Desa Pesisir Timur Berdasarkan Jenis
Pendidikan

No Jenis pendidikan Jumlah


1 Tidak/Belum Sekolah 269
2 Belum Tamat SD 210
3 Tamat SD / Sederajad 231
4 SLTP/ Sederajad 84
5 SLTA/ Sederajad 38
6 D-1/D-2 5
7 Akademi/D-3/ Sarjana Muda 6
8 Strata 1 / S1 17
Total 860
Sumber : Kantor Desa Pesisir Timur Kecamatan Siantan , 2020

Dari tabel II.2 terlihat tingkat pendidikan penduduk di Desa pesisir Timur

sangat rendah di mana jumlah tingkat pendidikan tidak atau belum sekolah

sebanyak 269 jiwa, belum tamat SD sebanyak 210 jiwa, tamatan SD sebanyak 231

jiwa, SLTPA atau sederajat sebanyak 84 jiwa, SLTA atau sederajat sebanyak 38

jiwa, D1 sebanyak 5 jiwa, akademisi /D3 sebanyak 6 jiwa, dan S1 sebanyak 17

jiwa. hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan sangat penting di mana

adanya pengetahuan yang didapat juga sangat menentukan Dalam pemahaman

yang akan diberikan kepada masyarakat tentang pengembangan Desa Siaga aktif

di Desa pesisir Timur Kecamatan Siantan.

40
3. Jumlah Penduduk Desa Pesisir Timur Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian

Tabel II.3
Jumlah Penduduk Desa Pesisir Timur
Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah


1 Belum/Tidak Bekerja 270
2 Mengurus Rumah Tangga 243
3 Pelajar/Mahasiswa 129
4 Pns 5
5 Pedagang 8
6 Petani/Pekebun 9
7 Nelayan 106
8 Karyawan Swasta 9
9 Karyawan Honorer 24
10 Buruh Harian Lepas 12
11 Buruh Tani/ Perkebunan 3
12 Buruh Nelayan 11
13 Tukang Kayu 4
14 Tukang Las/Pandai Besi 2
15 Tukang Jahit 4
16 Imam Masjid 1
17 Anggota Dpr Kab/kota 0
18 Guru 10
19 Bidan 0
20 Perawat 0
21 Pelaut 0
23 Perangkat Desa 9
24 Kepala Desa 1
25 Wiraswasta 0
26 Pekerja Lainnya 0
Total 860
Sumber : Kantor Desa Pesisir Timur Kecamatan Siantan , 2020

Pada tabel II.3 dapat dilihat penduduk Desa pesisir Timur berdasarkan jenis

mata pencaharian terbanyak adalah penduduk yang belum atau tidak bekerja

sebanyak 270 jiwa, dan mengurus rumah tangga sebanyak 243 jiwa, sedangkan

sebagai nelayan sebanyak 106 jiwa, sehingga hal ini menunjukkan adanya

41
kegiatan pada mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat desa pesisir

Timur dapat menentukan dimana masyarakat desa dapat mengikuti kegiatan

pengembangan Desa Siaga aktif tersebut.

Selanjutnya pada pemerintahan Desa pesisir Timur dimana pemerintahan desa

mengatur sebagai sektor dan pelayanan masyarakat. Berikut ini adalah struktur

organisasi pemerintahan Desa pesisir Timur dapat dilihat pada bagian bawah ini:

Bagan I
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Pesisir Timur

KEPALA DESA

SEKRETARIS DESA

KAUR KAUR URUSAN KAUR URUSAN


KEUANGAN TATA USAHA DAN
DAN UMUM PERENCANAAN

DUSUN I DUSUN I DUSUN I

Dari bagan tersebut adanya tugas dan tanggung jawab oleh Pemerintah Desa

Pesisir Timur Dalam proses pengembangan Desa Siaga aktif, sehingga Desa

Pesisir Timur memiliki standar administrasi dalam kegiatan pengembangan Desa

Siaga aktif.

Kemudian selanjutnya adanya struktur organisasi UPT Puskesmas tarempa

dimana UPT Puskesmas tarempa berada di wilayah kota tarempa, mengingat

jaraknya dengan Desa Pesisir Timur cukup jauh maka dibutuhkannya transportasi

42
kesehatan yang memadai sehingga apabila terdapat pasien yang membutuhkan

perawatan bisa menggunakan transportasi kesehatan tersebut.

Adapun struktur organisasi UPH Puskesmas tarempa, dapat dilihat pada bagan

di bawah ini :

43
Bagan II
Struktur Organisasi UPT Puskesmas Kecamatan Siantan

Sumber : UPT Puskesmas Tarempa , 2020

Sumber : UPT Puskesmas Tarempa , 2020

44
Dari bagan di atas Adapun bagian yang melaksanakan tugas dalam

pelaksanaan siaga aktif di kecamatan Siantan yakni bagian promosi kesehatan dan

pemberdayaan yang didalamnya adanya usaha kesehatan berbasis masyarakat

(UKBM), usaha kesehatan sekolah (UKS) dan promosi kesehatan, yang

diamanatkan kader pemberdayaan kesehatan masyarakat (KPM) Desa pesisir

Timur

Untuk mendukung kegiatan Desa Siaga aktif, maka diperlukannya fasilitas

kesehatan yang merupakan hal penting dalam menjalani pelaksanaan Desa Siaga

aktif di Desa Pesisir Timur. Maka berikut ini jumlah Fasilitas Kesehatan Desa

Pesisir Timur Kecamatan Siantan sebagai berikut :

Tabel II.4
Jumlah Fasilitas Kesehatan Desa Pesisir Timur

No Fasilitas Kesehatan Jumlah


1 Puskesmas 0
2 Posyandu 1
3 Polindes 1
4 Pustu 1
5 Balai Pengobatan BKIA 0
6 Balai Pengobatan Umum 0
Total 4
Sumber : UPT Puskesmas Tarempa , 2020

berdasarkan tabel II.4 menunjukkan jumlah Fasilitas Kesehatan dasar Desa

pesisir Timur masih sedikit dimana terdapat 1 polindes, satu posyandu dan 1

Pustu dan tidak memiliki Balai Pengobatan, hal tersebut menunjukkan bahwa

dengan adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan dapat membantu jalannya

program pengembangan Desa Siaga aktif di Desa Pesisir Timur Kecamatan

Siantan.

45
Berikut ini jumlah tenaga kesehatan Desa Pesisir Timur yang dapat dilihat

dibawah ini :

Tabel II.5
Jumlah Tenaga Kesehatan Desa Pesisir Timur

No Tenaga Kesehatan Jumlah


1 Dokter Spesialis 0
2 Dokter Umum 0
3 Dokter Gizi 0
4 Bidan 1
5 Perawat 1
6 A.A 0
7 Sanitasi 0
8 SKM 0
Total 2
Sumber : UPT Puskesmas Tarempa , 2020

Berdasarkan pada tabel jumlah tenaga kesehatan di Desa Pesisir Timur sudah

cukup di mana terdapat bidan sebanyak 1 orang, perawat sebanyak 1 orang, dan

tidak memiliki dokter umum dokter gizi dan dokter spesialis, hal ini menunjukkan

bahwa tenaga kesehatan di Desa Pesisir Timur sudah cukup dan dapat memenuhi

kebutuhan dalam pelayanan kesehatan Dasar dalam Pelaksanaan desa siaga aktif.

B. Pengembangan Desa Siaga Aktif

1. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan

b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 Tentang

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota.

c. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1529/MENKES/SK/2010

Tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif.

46
d. Surat Keputusan Kepala Desa Pesisir Timur Nomor 16/SK-DS/DPT/01/2019

Tentang Pembentukan Anggota Kader Desa Siaga Aktif di Desa Pesisir

Timur.

2. Tujuan Desa Siaga Aktif

a. Tujuan Umum

Percepatan terwujudnya masyarakat desa dan masyarakat kelurahan

yang peduli tanggap dan mampu mengenal, mencegah serta mengatasi

permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri, sehingga derajat

kesehetannya meningkat.

b. Tujuan Khusus

1) Mengembangkan kebijkan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif

di setiap tingkat pemerintahan.

2) Meningkatkan komitmen dan kerjasama semua pemangku kepentingan

pusat, provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, desa dan kelurahan untuk

pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif.

3) Meningkatkan akses pelayanan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

dasar di desa dan kelurahan.

4) Pengembangan usaha kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang dapat

melaksanakan survailans berbasis masyarakat (meliputi pamantauan

penyakit, kesehatan ibu dan anal; gizi, lingkungan, dan perilaku),

penanggulangan bencana dan kedarumtan kesehatan serta penyehatan

lingkungan.

47
5) Meningkatkan ketersediaan sumber daya manusia, dana maupun

sumberdaya lainnya yang berasal dari pemerintahan, masyarakat dan

swasta/dunia usaha, untuk pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif.

6) Meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dirumah tangga di

desa atau kelurahan.

c. Komponen dan tujuan

1) Pelayanan Kesehatan Dasar

Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar

di desa dan kelurahan. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Desa Siaga

aktif diselenggarakan melalui berbagai UKBM, serta kegiatan kader dan

masyarakat. layanan ini selanjutnya didukung oleh sarana-sarana

kesehatan yang ada seperti Puskesmas Pembantu ( Pustu), Puskesmas, dan

rumah sakit. Teknis Pelaksanaan pelayanan mengacu kepada petunjuk-

petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan dengan pengawasan dan

bimbingan dari Puskesmas. Pelayanan kesehatan Dasar adalah pelayanan

primer,Sesuai dengan kewenangan tenaga kesehatan yang bertugas,

pelayanan kesehatan dasar berupa:

a) Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil

b) pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui

c) pelayanan kesehatan untuk anak

d) penemuan dan penanganan penderita penyakit

48
2) Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM

Pemberdayaan masyarakat terus diupayakan melalui pengembangan

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang ada di desa,

kegiatan difokuskan kepada upaya survailans berbasis masyarakat,

kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan

lingkungan. survailans berbasis masyarakat adalah pengamatan dan

pencatatan penyakit yang diselenggarakan oleh masyarakat (Kader)

dibantu oleh tenaga kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis

dari Kementerian Kesehatan. kegiatan-kegiatannya berupa:

a) pengamatan dan pemantauan penyakit serta keadaan kesehatan ibu dan

anak, gizi, lingkungan, dan perilaku yang dapat menimbulkan masalah

kesehatan masyarakat.

b) pelaporan cepat ( kurang dari 24 jam) kepada petugas kesehatan untuk

respon cepat.

c) pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah

kesehatan,

d) pelaporan kematian.

Kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana adalah upaya-

upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah dan mengatasi

bencana dan kedaruratan kesehatan, Dengan berpedoman kepada petunjuk

teknis dari Kementerian Kesehatan, kegiatan-kegiatannya berupa:

a) Bimbingan dalam pencarian tempat yang aman untuk mengungsi.

49
b) promosi kesehatan dan bimbingan mengatasi masalah kesehatan akibat

bencana dan mencegah faktor-faktor penyebab masalah

c) bantuan/ fasilitas pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar ( air

bersih, jamban, pembuangan sampah/ limbah dan lain-lain Di tempat

pengungsian)

d) penyediaan relawan yang bersedia menjadi donor darah.

e) pelayanan kesehatan bagi pengungsi

3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Masyarakat di desa siaga aktif wajib melaksanakan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang

dijadikan seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya

sendiri ( Mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam

mewujudkan kesehatan masyarakat, yang menjadi salah satu indikator bagi

keberhasilan pengembangan desa Siaga Aktif adalah PHBS yang

dipraktikkan di tatanan rumah tangga. akan tetapi untuk mencapai hal

tersebut, PHBS harus dipraktikkan di tatanan manapun pada saat

seseorang sedang berada. selain di tatanan rumah tangga, PHBS harus

dikembangkan dan dipraktikkan di tatanan institusi pendidikan, tempat

kerja, tempat umum dan sarana kesehatan.

PHBS yang harus dipraktikan oleh masyarakat di desa siaga aktif

meliputi perilaku sebagai berikut:

50
a) Melaporkan segera kepada kader/ petugas kesehatan, jika mengetahui

dirinya, keluar, temannya atau tetangganya menderita penyakit

menular.

b) pergi berobat atau membawa orang lain berobat ke puskedes/ Pustu/

Puskesmas bila terserang penyakit.

c) Mencuci tangan dengan bersih dan sabun.

d) Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, baik dirumah, desa

maupun di lingkungan pemukiman.

e) Mempraktikkan PHBS lain yang dianjurkan.

3. Kriteria Desa Siaga Aktif

Adapun kreteria desa siaga aktif, dimana dikelompokan menjadi 4 kriteria

atau unsur-unsur yang harus dipenuhi setiap desa, yaitu:

a) Kepedulian Pemerintahan Desa atau Kelurahan dan pemuka masyarakat

terhadap Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang tetcermin dari keberadaan

dan keaktifan Forum Desa dan Kelurahan.

b) Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader kesehatan Desa dan

Kelurahan Siaga Aktif.

c) Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang

buka atau memberikan pelayanan setiap hari .

d) Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan (a) penanggulangan

bencana dan kedaruratan kesehatan, (b) survailans berbasis masyarakat, (c)

penyehatan lingkungan.

51
e) Tercakupnya (terakomodasikannya) pendanaan untuk pengembangan Desa

dan Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau

kelurahan serta dari masyarakat dan dunia usaha

f) Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam

kegiatan kesehatan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

g) Peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur

tentang pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

h) Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah tangga di

desa atau kelurahan.

1) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Pratama, yaitu desa/kelurahan yang:

a) Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa/Kelurahan, tetapi belum

berjalan.

b) Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader kesehatan Desa/

Kelurahan Siaga Aktif minimal 2 orang.

c) Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.

d) Sudah memiliki Posyandu, tetapi UKBM lainnya tidak aktif.

e) Sudah ada dana untuk pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif dalam

anggaran pembangunan desa atau kelurahan tetapi belum ada sumber dana

lainnya.

f) Ada peran aktif dari masyarakat namun belum ada peran aktif organisasi

kemasyarakatan dalam kegiatan Desa/Kelurahan Siaga Aktif.

52
g) Belum memiliki peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi

dan mengatur pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif.

h) Kurang dari 20 persen rumah tangga di desa/kelurahan mendapat

pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

2) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Madya, yaitu desa/kelurahan yang:

a) Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang berjalan,

tetapi belum secara rutin setiap triwulan

b) Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader kesehatan Desa

dan Kelurahan Siaga Aktif antara 3-5 Orang.

c) Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.

d) Sudah memiliki Posyandu dan 2 (dua) UKBM lainnya yang aktif.

e) Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan Kelurahan

Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan serta satu

sumber dana lainnya baik dari masyarakat ataupun dunia usaha.

f) Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari satu ormas dalam

kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

g) Sudah memiliki peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi

dan mengatur pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, tetapi

belum direalisasikan.

h) Minimal 20 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat

pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

3) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Purnama, yaitu desa dan kelurahan yang:

53
a) Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang berjalan

secara rutin, setiap triwulan.

b) Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader kesehatan Desa

dan Kelurahan Siaga Aktif antara 6-8 orang.

c) Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.

d) Sudah memiliki Posyandu dan 3 (tiga) UKBM lainnya yang aktif.

e) Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan Kelurahan

Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan serta

mendapat dukungan dana dari masyarakat dan dunia usaha.

f) Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari dua ormas dalam

kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

g) Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau kelurahan

yang melandasi dan mengatur pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif.

h) Minimal 40 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat

pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

4) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri, yaitu desa/kelurahan yang:

a) Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa/Kelurahan yang berjalan secara

rutin setiap bulan.

b) Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader kesehatan Desa/

Kelurahan Siaga Aktif lebih dari sembilan orang.

c) Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.

54
d) Sudah memiliki Posyandu dan lebih dari 4 (empat) UKBM lainnya yang

aktif dan berjejaring.

e) Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan Kelurahan

Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan serta

mendapat dukungan dana dari masyarakat dan dunia usaha.

f) Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif lebih dari dua ormas

dalam kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

g) Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau kelurahan

yang melandasi dan mengatur pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif.

h) Minimal 70 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat

pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Pada tingkat pelaksanaan di desa pengembangan Desa Siaga aktif harus

dilandasi minimal oleh Peraturan Kepala Desa yang tidak boleh bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi pada tingkat

pelaksanaan, di Kelurahan pengembangan Kelurahan siaga aktif mengacu kepada

kebijakan atau peraturan yang ditetapkan oleh bupati atau walikota, berdasarkan

surat keputusan Kepala Desa nomor 16/SK-DS/DPT/01/2019 tentang

Pengangkatan Kader Desa Siaga Aktif Pesisir Timur Kecamatan Siantan

Kabupaten Kepulauan Anambas maka ditetapkannya para anggota kader Desa

Siaga aktif yang beranggotakan 10 orang yang dari unsur masyarakat yang terdiri

dari ketua wakil serta anggota kader Desa Siaga aktif, kader Desa Siaga aktif

sendiri diketahui mulai dibentuk pada awal pembentukan desa yaitu pada akhir

tahun 2015 di awal pembentukan kader para anggota kader tidak sebanyak ini dan

55
dengan kegiatan yang tidak terlalu banyak dikarenakan Fasilitas yang yang belum

memadai pada saat itu, Pada tahun 2019 di mana tahun tersebut Desa Siaga aktif

di Desa Pesisir Timur telah berada di peringkat Madya fasilitas kesehatan telah

mulai terpenuhi dan kegiatan kesehatan masyarakat mulai banyak di lakukan

seperti perawatan lansia, ibu hamil, gizi anak dan pelayanan kesehatan dasar.

56
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Informan

Sebelum dilakukan pembahasan lebih lanjut perlu dijelaskan terlebih dahulu

gambaran mengenai Karakteristik informan yang akan diwawancarai dalam

penelitian ini. Gambaran karakteristik informan menggunakan profil sumber data

yang menggambarkan pemahaman terhadap data hasil penelitian, agar

mendapatkan hasil penelitian yang benar-benar menggambarkan fenomena di

lapangan.

Untuk mengawali hasil penelitian tentang evaluasi program pengembangan

desa siaga aktif di Desa Pesisir Timur kabupaten kepulauan anambas, maka

terlebih dahulu peneliti akan menguraikan karakteristik informan di tempat

penelitian yang diantaranya terdiri dari Jenis Kelamin, Tingkat Usia, dan Tingkat

Pendidikan yang akan dijelaskan untuk mempermudahkan dalam menganalisis

hasil penelitian ini.

1. Karakteristik Informan Menurut Jenis Kelamin

Dalam sebuah penelitian jenis kelamin dipandang memiliki pengaruh yang

signifikan untuk hasil sebuah penelitian karena memiliki persepsi yang berbeda,

dimana seorang perempuan lebih cenderung mengungkapkan perasaannya

menggunakan hati, ketimbang laki-laki yang yang berfikir rasional menggunakan

logika, berikut penjelesannya pada Tabel III.1 dibawah ini:

57
Tabel III.1
Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

Frekwensi Persentase
No JenisKelamin
(Orang) (%)

1 Laki – laki 5 50

2 Perempuan 5 50

Jumlah 10 100

Sumber : Data Olahan Juli 2021

Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa perolehan data dari hasil

observasi dan wawancara langsung di lokasi penelitian. Diketahui bahwa

informan laki-laki berjumlah 5 orang atau 50% dan perempuan berjumlah 5 orang

atau 50 %. Dari data diatas dapat dilihat bahwasanya informan laki – laki dan

perempuan diambil sama banyak karna informan tersebut dipilih sesuai dengan

keriteria informasi yang didapatkan.

2. Karateristik Informan Berdasarkan Usia

Usia sering kali menjadi penentu atas tindakan atau keputusan ataupun

perilaku yang berkaitan dengan profesional dalam menjalankan kebijakan.

Kematangan usia seseorang biasanya memiliki kedewasaan dalam berfikir dan

bertindak, semakin dewasa seseorang diharapkan pemikiran dan tindakannya

mengarah lebih baik jika diiringi dengan pengalaman dan rasa tanggungjawab

terhadap pekerjaan yang telah menjadi kewajiban. Karakteristik informan

58
berdasarkan tingkat usia terdapat dalam pemaparan yang telah diuraikan dalam

table III.2 dibawah ini.

Tabel III.2
Karakteristik Informan Berdasarkan Usia

Frekwensi Persentase
No Usia
(Orang) (%)

1 21-25 3 30

2 36-45 3 30

3 45-55 4 40

Jumlah 10 100
Sumber : Data Olahan Juli 2021

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Informan berusia 21-25 tahun

berjumlah 3 orang, atau 30 % sementara informan berusia 36-45 tahun berjumlah

3 orang atau 30 % dan informan berusia 45-55 tahun sebanyak 4 orang atau 40 %.

Maka dapat disimpulkan informan dalam penelitian ini terbanyak pada usia 45-55

tahun sebanyak 4 orang, yang diharapkan dapat bertanggungjawab akan informasi

yang diberikannya

3. Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Latar belakang pendidikan merupakan suatu faktor yang sangat menentukan

bagi kemajuan diri seorang hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana ilmu yang

di peroleh orang tersebut. Disisi lain pendidikan juga sebagai salah satu usaha

yang sadar, guna pengembangan kepribadian dan kemampuan sehingga akan

mempengaruhi pola pikir dan tindakan. Untuk melihat karakteristik informan

berdasarkan pendidikan dapat dilihat dari Tabel III.3 di bawah ini:


59
Tabel III.3
Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Informan Persentase
Tingkat Pendidikan
(Orang) (%)

1 SLTA 7 70

2 Diploma/3 1 10

3 Strata 1 2 20

4 Strata 2 0 0

Jumlah 10 100%
Sumber Data : Data Hasil Olahan Juli 2021

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa informan memiliki beragam

latar belakang pendidikan, diantaranya Sekolah Menengah Atas ( SLTA ), dan

Sarjana Strata ( S1 ) Dalam table diatas jumlah informan SLTA berjumlah 7

orang, diploma/3 1 orang orang dan S1 2 orang, strata 2 tidak ada Dari data

diatas dapat disimpulkan bahwa inforaman terbanyak adalah SLTA yang

berjumlah 7 orang.

4. Karakteristik Informan Berdasarkan Perkerjaan

Informan pada penelitian ini juga memiliki karakteristik yang berbeda dari

segi pangkat pada pegawai kantor Desa Pesisir Timur dan Instansi lainnya.

60
Tabel III.4
Karakteristik Informan Berdasarkan Pekerjaan

No Status Frekuensi Persentase


Pekerjaan
Pekerjaan (orang) (%)

1 Dinas/instansi Pekerja 3 30 %

2 Instansi Desa Pekerja 2 20 %

3 KPM Perkerja 2 20 %

4 Masyarakat Perekrja 3 30 %

Jumlah 10 100%
Sumber : Data Olahan 2021

Berdasarkan tabel III.4 menunjukkan bahwa informan berdasarkan pekerjaan

yaitu Kabid Desa siaga aktif diPuskesmas Tarempa 1 orang, sedangkan Kabid

Kesehatan Masyarakat (KESMAS) di Dinas Kesehatan 1 orang, 1 orang sebagai

perawat Desa Pesisir Timur, 1 orang kepala Desa dan 1 orang anggota BPD, serta

1 orang ketua kader pemberdayaan kesehatan masyarakat (KPM) dan 1 orang

sebagai angota kader pemberdayaan kesehatan masyarakat (KPM) dan

masyarakat biasa 3 orang, Dengan demikian perbedaan pekerjaan ataupun status

akan melahirkan data yang diperlukan dalam penelitian.

B. EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI DESA

PESISIR TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS.

Dalam penelitian ini, teori model CIPP digunakan untuk memberikan

gambaran tentang evaluasi program pengembangan desa siaga aktif di Desa


61
Pesisir Timur kabupaten kepulauan. Agar dapat diketahui Maka dari itu peneliti

ingin melihat apakah program ini sudah terealisasi dengan baik atau belum

sehingga akan dianalisis melalui teori ini.

Untuk mengetahui hasil dari program yang telah di jalankan Kader Desa

Siaga dalam Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam bidang kesehatan

maka dilakukanlah evaluasi. Evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan model CIPP (Contex Evaluation, Input Evaluation, Process

Evaluation, Product Evaluation).

1. Evaluasi konteks

Evaluasi konteks ini membantu merencanakan keputusan, menentukan

kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program.

Evaluasi konteks antara lain berhubungan dengan uji apakah tujuan

dirumuskan secara jelas dan spesifik atau tidak. Evaluasi ini untuk mengukur

apakah tujuan telah dirumuskan secara jelas, sehingga dimengerti dan

dipahami oleh pihak yang menjalankan program tersebut.

Kader Pemberdayaan Masyrakat (KPM)/Kader Desa Siaga adalah

anggota masyarakat desa atau kelurahan yang memiliki pengetahuan,kemauan

dan kemampuan untuk menggerakkan masyarakat berpatisipatif dalam

pemberdayaan masyarakat dan merupakan tenaga penggerak di desa/kelurahan

yang akan diserah tugas pendamping di desa dalam rangka pengembangan

desa/kelurahan siaga aktif dan berkerja sama dengan instansi-instansi yang

berkaitan dengan pelaksanaan program , hal ini dilakuakan bertujuan agar

62
program yang akan dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan yang ditetapkan

dan direncanakan.

a. Perencanaan pengambilan keputusan terhadap program

Pengembangan Desa Siaga Aktif.

Undang Undang Dasar 1945 Pasal 28 huruf H ayat (1). Hal tersebut

menunjukkan bahwa kesehatan merupakan salah satu tujuan Negara yang

harus di laksanakan supaya masyarakat selalu dalam keadaan sehat, maka

dari salah satu tujuan Negara ini harus direalisasikan dengan baik, karena

apabila masalah kesehatan ini tidak berjalan dengan baik maka bisa

berdampak langsung terhadap perekonomian Negara.

Untuk itu agar tercapainya harapan yang di inginkan maka di

bentuklah Visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 sebagaimana

ditetapkan dalam Undang-Undang Republik lndonesia Nomor 17 Tahun

2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun

2005-2025 adalah ”INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN

MAKMUR.”

Dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya, pembangunan kesehatan harus diarahkan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Maka

di bentuklah Dasar hukum dari Program Pengembangan Desa Siaga adalan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor

1529/MENKES/SK/X/2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa

dan Kelurahan Siaga Aktif.

63
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah mengamanatkan adanya urusan pemerintahan yang

menjadi urusan wajib Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan

Pemerintah Kota. Salah satu dari antara sejumlah urusan wajib tersebut

adalah penanganan bidang kesehatan. Dengan demikian, jelas bahwa

pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan salah satu

urusan wajib yang harus diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten dan

Pemerintah Kota.

Untuk itu berdasarkan UU di atas terdapat Urusan wajib Pemerintah

Kabupaten dan pemerintah kota bidang kesehatan yang berskala

Kabupaten dan kota. Pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif pada

hakikatnya nya merupakan bagian dari urusan pemerintahan yang menjadi

kewajiban dan kewenangan kabupaten kota yang diserahkan

pengaturannya kepada desa dan menjadi tanggung jawab pemerintah Desa,

oleh karena itu berdasarkan UUD tersebut maka Dinas Kesehatan

kabupaten kepulauan anambas melaksanakan program desa siaga aktif di

kabupaten kepulauan anambas berdasarkan turunan dari program provinsi

dan UUD yang telah diketahui sedangkan Perda/Perbup yang mengatur

desa siaga aktif di anambas masih belum ada. Pengembangan desa siaga

aktif harus tercakup dalam rencana pembangunan desa baik dalam rencana

pembangunan jangka menengah Desa (RPJMD) dan rencana kerja

pembangunan desa (RKPDes). mekanisme perencanaan dan

penganggaran nya dibahas melalui forum musyawarah perencanaan

64
pengembangan desa (musrembangdes). sedangkan kegiatan-kegiatan

dalam rangka pelaksanaan program pengembangan Kelurahan siaga aktif

diusulkan melalui hasil dari musyawarah desa.

Berikut hasil wawancara yang telah dilakukan dengan informan kunci

berinisal SB sebagai Kades Pesisir Timur yang menyatakan bahwa

“Tujuan dari program ini ditingkat desa ditentukan oleh hasil


musyawarah desa yang dilaksanakan setahun sekali dan ini dihadiri
oleh masyarakat Desa Pesisir Timur pemerintah Desa, kader
pemberdayaan kesehatan masyarakat (KPM) dan BPD tujuan dari
musyawarah ini yaitu membicarakan masalah kesehatan dilingkungan
masyarakat dan menentukan apa saja yang dibutuhkan masyarakat
untuk pelaksanaannya program, setelah mencapai kesepakatan bersama
nantinya hasil musyawarah yang disetujui ke dalam Rencana kerja
pemerintah Desa (RKPDes) sebagai kebutuhan prioritas utama
masyarakatyang dilakukan sekali dalam setahun, dan nantinya di
dalam pelaksanaan program kami selalu didampingi oleh tenaga
kesehatan baik itu dari Pustu ataupun Puskesmas yang berupa
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh para kader kesehatan diDesa
Pesisir Timur” ( Hasil Wawancara, Senin 29 Maret 2021 ).

Demikian pula yang disampaiakan informan berinisial IT sebagai

ketua kader pemberdayaan kesehatan masyarakat (KPM) mengatakan

sebagai berikut:

“kalau dalam pelaksanaan MMD ,biasanya disitu kami


mengundang beberapa masyarakat dan tokoh masyarakat untuk hadir
dalam rapat dalam hal menentukan apasaja yang masyarakat butuhkan
dalam hal kesehatan dan pembangunan kesehatan yang diperlukan
masyarakat”. ( Hasil Wawancara, Rabu 31 Maret 2021 ).

Dari pernyataan yang disampaikan informan diatas, bahwa

Perencanaan dan pengambilan keputusan program desa siaga dilakukan

oleh masyarakat pemerintah desa dan kader pemberdayaan kesehatan

masyarakat (KPM) serta ormas lainnya dalam bentuk musyawarah desa

untuk menentukan prioritas utama masyarakat tentang apa saja yang di


65
butuhkan masyarakat dalam kebutuhan Kesehatan dan pembangunan

sarana kesehatan.

Berdasarkan hasil observasi, untuk indikator perencanaan dan

pengambilan keputusan pelaksanaan kegiatan- kegitan yang dilaksanakan,

Peneliti mendapati sebuah dokumen keputusan kepala desa Pesisir Timur

nomor nomor 7 tahun 2020 tentang pengangkatan kader desa siaga aktif di

Desa Pesisir Timur dan juga Peneliti mendapati beberapa dokumentasi dan

melihat bahwa perencanaan benar dilakukan oleh Kepala desa serta KPM

yang dilakukan 3 bulan sekali dan melaksanakan tugas dan fungsinya

dengan mengikuti aturan di pedoman umum pengembangan program desa

siaga aktif yang mana untuk menentukan tujuan kegiatan harus melalui

musyawarah desa yang telah di rancang secara teknis oleh Kementrian

Kesehatan dalam pedoman umum pelaksanaan program desa siaga aktif

dan untuk Perda/Perbup masih belum ada di kabupaten kepulauan

anambas yang membuat Dinas kesehatan kesehatan merealisasikan

program tersebut berdasarkan program turunan dari provinsi.

b. Perumusan Tujuan dari program pengembangan desa siaga aktif

setiap program yang dibuat pasti ada tujuan yang harus dan akan

dicapai. Tujuan biasanya berupa pernyataan atau keinginan untuk diraih

oleh setiap instansi. Maka dari itu tentunya pasti ada tujuan yang telah di

tetapkan untuk di capainya.

66
Untuk mengetaui tujuan dari program ini berikut hasil wawancara

dengan informasi kunci yang berinisial IT sebagai ketua kader

pemberdayaan kesehatan masyarakat (KPM) yang menyatakan bahwa:

“tujuan dari program desa siaga ini adalah mensosialisasikan


tentang kesehatan dan mengatasi masalah kesehatan kepada
masyarakat, sudah ada beberapa yang masih belum tercapai seperti
kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan yang masih
kurang, itu kalau kita lihat di bawah rumah masyarakat masih banyak
sampah yang berserakan, padahal sudah di peringatkan, tetapi masih
saja buang sampah sembarangan” ( Hasil Wawancara, Senin 29 Maret
2021 ).

Demikian pula yang disampaiakan informan berinisial JR sebagai

Tenaga kesehatan di Desa Pesisir Timur mengatakan sebagai berikut:

“Untuk keberhasilah tujuan program masih belum dikatakan


maksimal karna masyarakat masih ada sebagian yang belum
menerapkan perilaku hidup sehat dan kebersihan lingkungan padahal
sudah di peringatkan tetapi masih saja ada yang melanggar, contohnya
masih membuang sampah dilaut, tidak mencuci tangan denagan sabun,
merokok disembarangan tempat serta kuranganya partisifasi dalam
kegiatan program”. (Wawancara 1 april 2021)

Dari hasil wawancara diketahui bahwa terdapat beberapa masalah yang

menyebabkan tidak tercapainya tujuan dari program ini seperti yang

dikatan informan bahwa masih kurangnya kepedulian masyarakat dalam

kebersihan lingkungan dan masih belum melaksanakan prilaku hidup

bersih dan sehat secara maksimal di antaranya, mencuci tangan tidak

menggunakan sabun, Merokok di sembarangan tempat dan membuang

sampah sembarangan dilaut.

Berdasarkan hasil observasi lapangan, untuk indikator perumusan

tujuan terdapat beberapa masalah yang menyebabkan tidak tercapainya


67
tujuan dari program ini seperti yang dikatan informan bahwa masih

kurangnya kepedulian masyarakat dalam kebersihan lingkungan dan masih

belum melaksanakan prilaku hidup bersih dan sehat secara maksimal dan

peneliti juga melihat secara langsung bahwa memang benar masyarakat

membuang sampah sembarangan dilaut sehingga membuat tujuan program

belum berjalan secara optimal.

Dari berbagai indikator yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa

Evaluasi Konteks pada Kader Pemberdayaan Masyarakat sesuai dengan

teori yang disampaikan oleh Stufflebeam yaitu konteks membantu

merencanakan keputusan dan merumuskan tujuan dari program ini dimana

pengambilan keputusan ini dilakukan oleh Pemerintah desa serta

masyarakat desa itu sendiri melalui musyawarah desadan secara teknis

mengikuti buku pedoman umum pengembangan desa dan kelurahan siaga

aktif, sebagai pelaksana program kader pemberdayaan kesehatan

masyarakat (KPM) harus mencontohkan dan mensosialisasikan tentang

kesehatan kepada masyarakat, agar masyarakat dengan cepat memahami

pentingnya tentang kesehatan sejak dini.

2. Evaluasi Input

Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi masukan atau input.

Evaluasi ini terkait dengan seperti apakah masukan untuk mencapai tujuan

sudah cukup memadai atau belum , serta bagaimana proses dan kualitasnya.

Selain itu di evaluasi ini lebih melihat dari pembiayaan dan sumber daya

untuk pencapaain program.

68
a. Pemenuh kebutuhan fasilitas Program yang akan dicapai dalam

program Pengembangan Desa Siaga di Desa Pesisir Timur

Kecamatan Siantan kabupaten Anambas

Kebutuhan adalah atau sarana dan prasaran untuk mempermudah dan

memenuhi kehidupan yang nyaman. Dalam indicator ini ada beberapa

kebutuhan dalam pemenuhan pencapain program Desa siaga akitif. Dalam

menjalankan program yang dijalankan tentunya memiliki kebutuhan-

kebutuhan yang telah diidentifikasi dan ditetapkan dalam melaksanakan

tugas dan fungsi, dalam hal ini kader pemberdayaan kesehatan masyarakat

(KPM) juga dibantu pemerintah desa dan dinas terkait

Untuk mengetahui hal diatas, berikut hasil wawancara dengan

informasi kunci yang berinisial SB sebagai Kades (Kepala Desa) Pesisir

Timur yang menyatakan bahwa

“untuk di sarana dan prasana sendiri sudah ada yang tersedia


seperti pustu untuk pelayanan kesehatan masyrakat dan itu buka 24
jam apa bila ada masyrakat yang sakit biasanya para kader selalu
bergegas membantu, dan sudah tersedianya alat-alat yang di perlukan
kader desa siaga aktif dalam pelaksanaan program seperti stik
pengukur tensi , pengukur suhu,timbangan dan lain-lain, tetapi ada
bebarapa yang masih belum tersedia seperti mobil ambulan desa di
bidang kesehatan, rencan kami akan mengajukan ini kepada kabupaten
pada tahun ini, karna ini merupakan sarana yang juga tidak kalah
penting untuk pelaksanaan program ini”. (Wawancara, 31 maret 2021)

Berdasarkan wawancara diatas dapat kita jelaskan bahwa sarana dan

prasaran sangat dibutuhkan dalam melakukan kegiatan Program desa siaga

aktif seperti pustu di desa, alat- alat yang di perlukan kader pemberdayaan

kesehatan masyarakat (KPM) dalam pelaksanaan seperi timbangan,

pengkur suhu badan dll sudah tersedia, dan yang belum tersedia dan sangat
69
di butuhkan adalah mobil ambulan desa yang sangat penting bagi

kesehatan dan kegawatdaruratan kesehatan masyarakat. Dengan adanya

prasarana ini maka dapat mendukung dalam keberhasilan pencapaian

program yang telah di rencanakan.

Berdasarkan hasil observasi yang didapatkan dilapangan, untuk

indikator pemenuh Kebutuhan yang di capai dalam pelaksanaan program

desa siaga aktif dapat disimpulkan bahwa dengan adanya sarana dan

prasarana ini menjadi kebutuhan utama untuk menjalankan program yang

telah ditetapkan, peneliti juga menemukan beberapa alat kesehatan seperti

penegecek kadar gula, alat cek suhu badan, timbangan serta obat-obatan,

untuk alat kesehatan sudah dikatan memadai selain itu Kader

pemberdayaan masyarakat Desa Pesisir Timur serta pemerintah desa juga

mengharapkan adanya penambahan sarana seperti mobil ambulan desa

untuk pelaksaan program yang lebih baik, maka dari itu diharapkan peran

pemerintas kabupaten untuk dapat memfasilitasi apa yang di perlukan

masyarakat dibidang kesehatan agar tercapainya tujuan dari program ini.

b. Kesiapan Tenaga Pelaksana yang ikut serta dalam pelaksanaan

Pengembangan Desa Siaga di Desa Pesisir Timur Kecamatan Siantan

kabupaten Anambas

Dalam pelaksanaan sebuah program, tenaga pelaksana yang

menjalankan sebuah program harus memiliki kompeten dibidang yang

dijalankannya. Hal bertujuan untu meghindari hal yang tidak diinginkan

70
dan dibutuhkan untuk mempermudah dalam pencapain dari program yang

telah ditetakan.

Untuk mengetahui hal tersebut, berikut hasil wawancara dengan

Informan IT yang menjelaskan tentang pelaksanan program di lapangan

“Sebelum di tugaskan ke lapangan kami dari kader pemberdayaan


kesehatan masyarakat Desa Pesisir Timur harus mengikuti pelatihan
yang di adakan oleh pihak Puskesmas Tarempa, nantinya para kader
akan dilatih tetang bagaimana cara untuk pelaksanaan program dan ada
juga pelatihan manajemen untuk para kader membuat laporan dan
penggunaan alat kesehatan, pelatihan ini di ikutu oleh beberapa kader
saja perwakilan dari setiap kader masing-masing desa ketua dan wakil
KPM, bisa juga pelatihan diadakan didesa dengan mengundang pihak
puskesmas sebagai narasumber atau pelatih kader melalui kades dan
perawat Desa Pesisir Timur”. (Wawancara, 29 maret 2021)

Demikian pula yang disampaiakan informan berinisial FK sebagai

KABID Desa Siaga dipuskesmas mengatakan sebagai berikut:

“kami dari pihak Puskesmas wajib memberikan pelatihan kepada


kader Desa Siaga aktif khususnya para kader Desa pesisir Timur yang
baru dibentuk oleh Kepala Desa pesisir Timur, Pada pelatihan tersebut
kader diberikan pengertian untuk mengembangkan upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) dan melaksanakan surveilans
berbasis masyarakat serta pelatihan manajemen dan pelatihan
pelaksanaan yang nantinya akan dilaksanakan di kegiatan program.”

Dari hasil wawancara diatas, bahwa setiap petugas kader

pemberdayaan kesehatan masyarakat (KPM) yang melakukan atau

menjalankan program ini harus mengikuti pelatihan yang diadakan oleh

Puskesmas Tarempa. Dimana Ketua dan wakil kader pemberdayaan

kesehatan masyarakat (KPM) harus paham tetang pelaksanaan kegiatan

dan penggunanaan obat-obatan dan serta penggunaan fasilitas kesehatan

serta pelatihan manajemen yang nantinya di laksanakan dalam kegiatan

progeam tersebut. Dengan adanya pengetahuan tentang kesehatan maka


71
akan membuat para kader pemberdayaan kesehatan masyarakat (KPM)

melaksanakan tugas dengan benar dan tepat sehingga dalam pelaksanaan

berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

Berdasarkan hasil observasi dilapangan Kader Pemberdayaan

Masyarakat (KPM) dalam hal ini sudah melaksanakan tugasnya sesuai

prosedur, dan peneliti juga menemukan laporan kegiatan yang dibuat oleh

para kader pemberdayaan kesehatan masyarakat (KPM) kemudian

diserahkan kepada kepala Desa Pesisir Timur yang dikumpulkan 3 bulan

sekali yang membuktikan bahwa benar kader pemberdayaan kesehatan

masyarakat (KPM) Desa Pesisir Timur melaksanakan tugas dan fungsi

sebagaimana mestinya. Yang mana program ini sudah ada sasaran atau

target yang akan di capai yang di atur berdasarkan hasil musyawarah desa.

Dari berbagai indikator yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa

Evaluasi Input/Masukan pada kader pemberdayaan kesehatan masyarakat

(KPM) di Desa pesisir timur dalam melaksanakan program desa siaga

aktif, input yang ada pada kader pemberdayaan kesehatan masyarakat

(KPM) di Desa pesisir timur sudah cukup baik dan memadai dalam

melaksanakan program Desa siaga aktif. Hal ini dapat dilihat dari sarana

dan prasarana serta yang sudah ada tetapi perlu ditingkatkan lagi agar

program yang dilaksanakan benar-benar tercapai. Selain itu tersedianya

tenaga pelaksana yang berkompeten di bidangnya dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya sehingga dapat tercapainya tujuan dari program ini.

Maka dari itu berarti segala masukan yang berpengaruh dalam proses

72
pelaksanaannya telah disiapkan dengan layak untuk pencapaian tujuan dan

keberhasilan program ini.

3. Evaluasi Proses

Evaluasi Proses dalam model CIPP menunjuk pada “apa” (what) kegiatan

yang dilakukan dalam program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai

penanggung jawab program, “kapan” (when) kegiatan akan selesai. Evaluasi

proses terkait dengan kegiatan dalam melaksanakan rencana program dengan

input yang telah disediakan. Komponen yang akan dilihat hasilnya dari

penelitian ini ialah :

a. Proses pelaksanaan program Pengembangan Desa Siaga Aktif di

Desa Pesisir Timur.

Dalam menjalankan suatu program atau kegiatan yang akan

diimplementasikan maka perlu adanya proses pelaksanaan, pengendalian

dan pengawasan dari program tersebut. Maka dari itu untuk mengetahui

proses pelaksanaan program ini, Untuk mengetahui hal tersebut peneliti

melihatan apa-apa saja indicator pencapaian program melalui surat

keputusan kementrian kesehatan no. 1592 Tahun 2010 yaitu sebagai

berikut

Pengembangan Desa Siaga Aktif dilaksanakan melalui pemberdayaan

masyarakat atau pemberdayaan kesehatan, yaitu upaya memfasilitasi

proses belajar masyarakat desa dalam memecahkan masalah-masalah

khususnya pada kesehatannya Untuk menjamin kemantapan dan

kelestarian tersebut, pengembangan Desa Siaga Aktif di desa Pesir timur

73
dilaksanakan secara bertahap, dimana desa desa Pesir timur menduduki

pertahapan madya dengan memperhatikan kriteria yang harus dipenuhi,

yaitu sebagai berikut :

1) Sudah memiliki forum masyarakat desa, tetapi belum berjalan secara

rutin setiap triwulan.

Forum desa merupakan wadah dalam mengetahui perkembangan

pelaksanaan pengembangan desa siaga aktif di desa desa Pesir timur,

dimana forum desa dilakukan rapat secara berkala minimal empat kali

setahun dan secara berkala juga harus melaporkan perkembangam desa

siaga aktif kepada kepala desa.

Pertama, dilakukannya pengenalan kondisi desa, dimana harus

diketahui dulu kondisi desa saat ini sehingga dapat di ketahuinya akan

gejala-gejala yang menyebabkan terjadinya masalah kesehatan yang

ada didesa Kemudian dilakukannya identifikasi masalah, dimana

dilakukannya kegiatan Survei Mawas Diri (SMD) yaitu kegiatan

pengenalan, pengumpulan data dan pengkajian masalah kesehatan

yang di lakukan oleh tokoh masyarakat setempat dibawah bimbingan

kepala desa atau petugas kesehatan seperti bidan desa atau petugas

puskesmas, dengan begitu dapat dilakukan identifikasi masalah

kesehatan dan selanjutnya akan dilakukan Musyarawah desa atau

Musyarawarah Mufakat Desa (MMD) yaitu pertemuan seluruh warga

desa atau masyarakat yang mewakili semua komponen masyarakat

desa untuk membahas hasil dari SMD dan merencanakan upaya untuk

74
penanggulangan masalah kesehatan, masalah lingkungan dan prilaku

hidup bersih dan sehat yang di peroleh data pada SMD. Dengan begitu

akan dilaksanakan perencanaan partisipatif yang dilakukan oleh

masyarakat dan organisasi masyarakat sehingga dalam pelaksaan desa

siaga aktif semua masyarakat dan elemen masyarakat dapat bersama-

sama bergotong royong dalam memecahkan masalah kesehatan yang

ada di desa.

Untuk mengetahui keberadaan forum desa desa Pesir timur, maka

peneliti mewawancarai kader desa siaga aktif yang merupakan orang

yang menjalankan desa siaga aktif di desa desa Pesir timur dengan

inisial informan IT selaku ketua desa siaga aktif didesa mengatakan

bahwa :

“Forum Desa desa Pesir timur sudah ada, bentuk kegiatan


forum desa yang dilakukan bersama kader pemeberdayaan
masyarakat dan kader kesehatan serta organisasi kemasyarakatan
seperti dilakukannya survey mawas diri (SMD) dimana
mengidentifikasi masalah kesehatan atau kedaruratan yang ada
didesa desa Pesir timur, kemudian dilakukan musyawarah
masyarakat desa (MMD) untuk merencanakan kegiatan apa yang
akan dilakukan pada pelaksanaan desa siaga aktif, namun
kurangnya partisipasi dari masyarakat membuat kegiatan ini belum
maksimal dikarenakan setiap musyawarah masyarakat desa selalu
hanya dihadiri oleh ibu-ibu dikarenakan manyoritas laki laki
mempunyai kesibukan laiinya. dari hasil MMD akan dilakukannya
seperti gotong royong, senam sehat, dan lain-lainnya. Hal ini
bertujuan untuk masyarakat Desa Pesisir Timur dapat mencegah
dan terhindar dari penyakit-penyakit yang menular,kegiatan
tersebut dibimbing oleh bidan desa atau pukesmas. kemudian
setelah itu akan buatkannya laporan kegiatan dari hasil SDM dan
MMD tersebut oleh bidan desa dan tim kader desa siaga aktif yang
nantinya laporan tersebut kami kirim ke puskesmas selama 3 bulan
sekali.” (Wawancara, 29 maret 2021)

75
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap

keberadaan forum desa desa Pesir timur dimana peneliti melihat

adanya buku laporan kegiatan dan forum desa Pesir timur pada buku

profil Desa desa Pesir timur. Sehingga dapat dikatakan forum desa

sudah berjalan, namun untuk dapat meningkatakan keaktifan tersebut

perlu adanya dukungan maksimal dari partisifasi masyarakat dalam

melaksanakan kegiatan forum desa tersebut. Sehingga forum desa

hanya dilakukan tidak hanya dari manyoritas perempuan tetapi

diperlukan juga partisifasi dari manyoritas laki- laki.

2) Sudah memiliki kader pemberdayaan masyarakat/ kader kesehatan

desa/kelurahan siaga aktif minimal 3-5 orang.

Kader Pemeberdayaan Masyarakat (KPM) merupakan tenaga

penggerak desa yang diserahi tugas oleh pendamping desa dalam

rangka pengembangan desa siaga aktif. kader pemberdayaan kesehatan

masyarakat (KPM) adalah anggota masyarakat yang memiliki,

pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk menggerakan

masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dan

pembangunan partisipasi desa. Dimana kader pemberdayaan kesehatan

masyarakat (KPM) ini dilakukan secara swadaya sehingga kader

pemberdayaan kesehatan masyarakat (KPM) tidak mempunyai gaji

atau upah untuk menjalankan pengembangan desa siaga aktif. Untuk

itu perlu diketahui bahwa kader pemberdayaan kesehatan masyarakat

76
(KPM) memiliki struktur organisasi pada pengembangan desa siaga

aktif, dapat dilihat pada bagan I sebagai berikut :

Bagan I

Struktur Organisasi Desa Siaga Aktif Desa

ketua

Sekertaris Bendahara

Pokja 1 Pokja 2 Pokja 3

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Anambas, 2018.

Berdasarkan pada bagan diatas terdapat tugas dan tanggungjawab

dalam menjalankan pengembangan desa siaga aktif dimana terdapat

Pokja (Pokok kerja) yang dibagi tiga diantarnya : adanya pokja

pelayanan kesehatan dasar dan kegawatdaruratan, pokja upaya

kesehatan dan bersumberdaya masyarakat dan pokja pengamatan dan

penanggulangan penyakit.

Untuk mengetahui kader pemberdayaan masyarakat/kader

kesehatan maka peneliti mewawancarai dengan inisial informan IT

selaku ketua kader desa siaga aktif yang mengatakan bahwa :

“untuk kader pemberdayaan masyarakat sendiri sendiri


sekarang sudah berjumlah 10 orang Yang terdiri dari masyarakat
Desa Pesisir Timur yang ditunjuk langsung oleh Kepala Desa
tugas untuk kader sendiri yaitu sebagai penyampai informasi ke
masyarakat jika diadakan kegiatan program untuk pelatihan para
kader telah dilakukan oleh pihak Puskesmas namun terdapat
beberapa kendalaYaitu kurangnya pemahaman untuk para kader
dikarenakan faktor tingkat pendidikan yang rendah namun para
77
kader tetap ingin belajar dalam menangani permasalahan kesehatan
yang ada di Desa Pesisir Timur supaya masalah kesehatan di desa
dapat terselesaika”. (Wawancara, 29 maret 2021)

Selanjutnya peneliti mewawancarai bidan desa dengan inisial

informan AD selaku bidan desa desa Pesir timur mengatakan bahwa

keberadaan kader pemberdayaan masyarakat/kader kesehatan ini

sebagai berikut :

“untuk setiap di setiap kegiatan dan perlu adanya partisipasi


dari masyarakat dan untuk kader Desa Siaga juga harus berperan
aktif dalam hal ini yaitu dengan cara menyampaikan informasi
kepada masyarakat apabila diadakannya kegiatan program Desa
Siaga aktif dan dengan Sigap melaporkan kepada petugas
kesehatan desa Apabila adanya masalah kesehatan di lingkungan
masyarakat jaga beranggotakan 10 orang yang didominasi oleh
ibu-ibu untuk keaktifannya nya seluruh anggota kader Desa Siaga
masih belum optimal dikarenakan terhalang oleh kegiatan masing-
masing” .(Wawancara 1 april 2021)

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dimana

peneliti melihat jumlah data kader desa siaga aktif di desa Pesir timur

yang di peroleh dari kantor Desa Pesisir Timur yang beranggotakan 10

orang yang terdiri dari kalangan masyarakat. Dengan begitu

berdasarkan wawancara diatas yang dilakukan oleh peneliti bahwa

kader pemeberdayaan masyarakat atau kader kesehatan sebanyak 10

orang, hal ini menunjukan bahwa jumlah kader desa desa Pesir timur

pada penahapan madya sudah lebih dan sudah masuk dalam

pertahapan mandiri yang memiliki 8 lebih kader pemberdayaan atau

kader kesehatan. Namun hal ini masih belum bisa juga naik ketahap

selanjutnya oleh desa desa Pesir timur.

3) Sudah memiliki posyandu dan 2 (dua) UKBM lainnya yang aktif.


78
Bentuk pelayanan kesehatan seperti : melalui pos kesehatan desa

(poskesdes) dimana poskesdes adalah upaya kesehatan bersumberdaya

masyarakat (UKBM) yang dibentuk desa dalam rangka mendekatkan

dan meyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.

Dengan didukung oleh pemerintah dan di laksanakan oleh tenaga

kesehatan dengan melibatkan kader pemberdayaan dan kader

kesehatan.

Kegiatan usaha kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) seperti

dapat melaksanakan (a) penanggulangan bencana dan kedaruratan

kesehatan adalah upaya yang dilakukan masyarakat dalam mencegah

dan mengatasi bencana dan kedaruratan kesehatan, dengan pedoman

kepada petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan, (b) survailans

berbasis masyarakat adalah pengamatan dan pencatatan penyakit yang

diselenggarakan oleh masyarakat (kader) dan dibantu tenaga kesehatan

dan pedoman petunjuk teknis dari kementrian kesehatan, (c)

penyehatan lingkungan adalah uapaya-upaya yang dilakukan

masyarakat untuk menciptakan lingkungan desa dan pemukiman agar

terhindar dari penyakit atau masalah kesehatan, dengan berpedoman

petunjuk teknis Kementerian Kesehatan.

Untuk mengetahui adanya posyandu dan keaktifan UKBM di desa

pesisr timur, peneliti mewawancarai kader desa siaga aktif dengan

inisial informan IT selaku ketua kader desa siaga aktif dengan

mengatakan bahwa:

79
“Pelaksanaan ukbm sudah ada beberapa yang dibentuk dan
dilaksanakan seperti Posyandu lansia Posyandu balita yang sudah
dilaksanakan Sebulan sekali dan juga PHBS yang kami lakukan
sebulan sekali yaitu dengan mengecek ke rumah-rumah warga
sekaligus mensosialisasikan kesehatan kepada masyarakat tentang
perilaku hidup bersih dan sehat Selain itu ada juga jamban sehat
sedangkan pada penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan kami melakukan pengumpulan dana sehat yang di
lakukan para kader perRT yang nantinya dana tersebut diberikan
kepada masyarakat yang terkena musibah atau sakit dan untuk
penyehatan lingkungan kami juga melakukan gotong-royong yang
diikuti oleh masyarakat Desa Pesisir Timur dan perangkat desa
serta ormas lainnya sedangkan upaya surveilans berbasis
masyarakat setiap bulan kami lakukan dengan didampingi oleh
bidan” (Wawancara, 29 maret 2021)

Selanjutnya peneliti wawancarai bidan desa, dengan inisial

informan AD selaku bidan desa desa Pesir timur, yang mengatakan

bahwa:

“Untuk kegiatan UKBM sudah ada beberapa yang dibentuk


seperti penyehatan lingkungan surveilans berbasis masyarakat dan
kegiatan program kesehatan ibu hamil dan posyandu anak serta
jamban sehat yang dilakukan oleh para kader dan juga
dibutuhkannya partisipasi dari masyarakat. Untuk partisipasi dari
masyarakat Desa Pesisir Timur sendiri belum bisa dikatakan
optimal disebabkan masih kurangnya kepedulian masyarakat dalam
melaksanakan ukbm. (Wawancara 1 april 2021)

Adapun hasil dari observasi di desa desa Pesir timur, dimana sudah

adanya kegiatan posyandu seperti posyandu balita, lansia kemudian

adanya kegiatan UKBM seperti penanaman obat keluarga yang

dilakukan bersama masyarakat dengan begitu adanya posyandu serta

jamban sehat dan UKBM di desa desa Pesir timur ini sudah dapat

dikatakan berjalan dan sudah lebih dan dua UKBM tersebut yang

terdapat upaya servailans berbasis masyarakat, toga dan dana sehat

serta penyehatan lingkungan yang dilakukan oleh kader pemberdayaan


80
masyarakat atau kader kesehatan dalam halnya pelaksanaan UKBM di

Desa Pesisir Timur sendiri sudah memiliki lebih dari 3 UKBM

sehingga bisa saja Pringkat atau status desa siaga di Desa Pesisir

Timur untuk naik peringkat ke pringkat mandiri. Namun pelaksanaan

yang dilakukan oleh kader masih belum dikatakan optimal disebabkan

masih kurangnya kepedulian masyarakat dalam berpatisipasi dalam

melaksanakan UKBM.

4) Sudah mengakomodasi dana pengembangan desa siaga aktif dalam

anggaran pembangunan desa dan sumber dana lainnya baik dari

masyarakat ataupun dunia usaha. Untuk mengetahui pendanaan

pengembangan desa siaga aktif di desa Pesir timur.

peneliti mewawancarai kader desa siaga aktif dengan inisial

informan IT selaku ketua kader desa siaga aktif desa Pesir timur

mengatakan bahwa :

“ada beberapa sumber dana untuk pelaksanaan program ini


yang pertama dari Desa kalau dari desa itu adanya APBDes dana
ini yang nantinya digunakan untuk membeli obat-obatan serta
sarana dan prasarana untuk kegiatan program, dan ada juga Dana
sehat yang yang rutin kami pungut langsung dari masyarakat yang
nantinya dana ini digunakan untuk diberikan kepada masyarakat
yang mengalami musibah atau sakit, kalau untuk pendanaan dari
swasta belum ada”. (Wawancara, 29 maret 2021)

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, dimana

terlihat adanya dana pemberdayaan masyarakat pada dana APBDES

desa desa Pesir timur yang ada di perlihatkan pada baliho yang ada

didepan kantor desa desa Pesir timur, untuk dana masyarakat dari dana

81
sehat namun belum ada pencatatan yang dilakukan karena ini bersifat

sukarela.

5) Sudah adanya peran aktif dari masyarakat dan peran aktif dari

organisasi kemasyarakatan (ORMAS) dalam kegiatan desa dan

kelurahan siaga aktif.

Peran serta keaktifan masyarakat dan organisasi masyarakat

sangatlah penting, karena selain dukungan yang diberikan pemerintah

lalu jika masyarakatnya dan organisasi tidak mau berpartisipasi dalam

kegiatan tersebut maka tidak akan ada perubahan atau perkembangan

terhadap pelaksanaan desa siaga aktif tersebut. Untuk mengetahui

peran serta keaktifan masyarakat, peneliti mewawancarai kader desa

siaga aktif dengan inisial informan IT selaku ketua kader desa siaga

desa Pesir timur mengatakan bahwa :

“Untuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan sudah cukup


baik dan setelah kami menginfokan kalau ada kegiatan masyarakat
pun sangat antusias namun ada beberapa kendala yaitu setiap
warga mempunyai kesibukan tersendiri sehingga sebagian
masyarakat tidak bisa hadir di dalam kegiatan program Sama
halnya dengan gotong royong yang kami lakukan pada hari Jumat
supaya tidak bentrok dengan pekerjaan masyarakat tetapi masih
ada juga masyarakat yang tidak bisa hadir untuk keikutsertaan
sedangkan ormas dalam pelaksanaan kegiatan tidak begitu aktif.
(Wawancara, 29 maret 2021).

Berdasarkan obeservasi yang dilakukan, peneliti melihat dibuku

laporan kader pemberdayaan masyarakat dimana adanya kegiatan desa

siaga aktif yang dilakukan bersama masyarakat untuk berpartispasi

menjalankan kegiatan tersebut, serta diikuti oleh organisasi masyarakat

setempat namun tidak begitu aktif, sedangkan untuk gotong royong


82
masyarakat belum sepenuhnya ikut berpatisipasi dalam hal ini

ditemukan bahwa tidak setiap hari jumat masyarakat gotong royong

dan gotong royong dilakukan belum secara rutih yaitu sebulan 2 kali.

6) Minimal 20% rumah tangga di desa/kelurahan mendapatkan

pembinaan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

PHBS merupakan sekumpulan prilaku yang dipraktikkan atas dasar

kesadaran sebagai hasil pembelkajaran, yang menjadikan seseorang,

keluarga, atau masyarakat mampu. menolong dirinya sendiri (mandiri)

dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakat, yang menjadi salah satu indikator bagi keberhasilan

pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif adalah PHBS yang

dipraktikkan di tatanan rumah tangga. Akan tetapi untuk mencapai hal

tersebut, PHBS haruslah dipraktekkan di mana mana pun pada saaat

seseorang sedang berada. Selain tatana rumah tangga, PHBS haruslah

dikembangkan dan dipraktikkan di tatanan-tatanan institusi

pendidikan, tempet kerja, tempat umum dan sarana kesehatan. Untuk

mengetahui PHBS masyarakat desa desa Pesir timur, peneliti

mewawancarai Bidan desa dengan inisnal informan AD selaku bidan

desa desa Pesir timur, yang mengtakan bahwa :

“PHBS masyarakat di desa Pesir timur masih kurang, karena


masih adanya masyarakat yang kurang kesadaran akannya
kebersihan dalam menjaga kesehatan. Padahal Pemerintah desa
sudah memberi dukungan sarana prasana seperti tong sampah dan
petugas kebersihan yang di pekerjakan oleh pemerintah desa
sehingga masyarakat tidak perlu jauh membuang sampah ke tempat
penampungan terakhir sampah,.” (wawancara, I3 September 2021)

83
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti meliahat secara

langsung bahwa sudah adanya dilakukan kegiatan PHBS berupa fisik

seperti tanaman obat keluarga (TOGA) pengadaan sarana dan prasana

serta sosialisasi tentang PHBS oleh kader pemberdayaan kesehatan

masyarakat (KPM) dan pemerintah desa,

Berdasarkan dari informasi dan observasi dari sub indikator

terlaksananya kriteria pengembangan desa siaga aktif pertahapan

madya di Desa desa Pesir timur berdasarkan Surat Keputusan

Kementerian Kesehatan No. 1592 Tahun 2010, bahwa sudah

terlaksananya kriteria pertahapan madya tersebut namun masih belum

bisa desa Pesisir timur ini untuk naik ketahap selanjutnya dimana

masih adanya kendala-kendala yang dihadapi sehingga masih kurang

optimalnya dalam menjalankan kegiatan tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi keseluruhannya pada

dua indikator dalam kriteria efektifitas dapat dikatakan bahwa

pengembangan desa siaga aktif di desa Pesir timur masih kurang

optimal dimana hampir semua kriteria sudah terpenuhi hanya ada pada

ada peraturan daerah dan keaktifan masyarakat serta Ormas yang

belum tampak aktif sehingga Desa pesisir Timur tidak dapat naik ke

tahap selanjutnya, sehingga menjadikan tidak efektifnya kegiatan

pengembangan desa siaga aktif tersebut. Dengan begitu perlu adanya

koordinasi yang baik lagi dari pemerintah desa kepada masyarakat dan

84
dapat terlaksana kriteria pertahapan madya sehingga desa Pesir timur

dapat naik ketahap selanjumya.

b. Hambatan-hambatan yang timbul dalam pelaksanaan program

Pengembangan Desa Siaga Aktif di Desa Pesisir Timur.

Disetiap melaksanakan program atau kegiatan yang telah

direncanakan tentu tidak lepas dari hambatan-hambatan yang

dilaksanakan oleh petugas membuat proses pelaksanaan dari program

menjadi terhambat. Untuk melihat hambatan-hambatan yang dihadapi

oleh kader pemberdayaan kesehatan masyarakat (KPM) dalam

program ini , berikut wawancara dengan informan yang telah

dilakukan dengan informan kunci berinisal JR sebagai Perawat di Desa

Pesisir Timur yang menyatakan bahwa:

“kalau hambatan ada beberapa yaitu waktu, dalam artian kalau


masih ada pasien yang berobat kami tidak bisa bersegera
mendamping para kader dan kesibukan para kader adanya urusan
tersendiri sehingga beberapa orang tidak bisa hadir dalam kegiatan,
kalau untuk fasilitas untuk kegiatan program masih ada beberapa
yang belum terpenuhi yaitu ambulan desa, itu sangat di butuhkan
masyarakat supaya nantinya apabila membawa pasien yang sakit
ke tarempa atau kerumas sakit tidak perlu lagi menggunakan
motor” (Wawancara 1 april 2021)

Demikian pula yang disampaiakan informan berinisial IT

mengatakan sebagai berikut:

“kalau hambatan menurut saya tidak ada. Karna didalam


melaksanakan kegiatan itu sudah terjadwal kapan dilaksanakan
kegiatan program. Tetapi ya mungkin yang menjadi hambatannya
adalah mengumpulkan masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan dan
para kader. Karna dari masing-masing kader memiliki kesibukan
tersendiri”. (Wawancara, 29 maret 2021)

85
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat kita lihat bahwa ada

beberapa faktor yang mungkin menjadi penghambat dalam menjalankan

program ini. Karna kita tahu bersama bahwa dengan adanya peran aktif

dari masyarakat dan kader tentunya akan berpengaruh terhadap

keberhasilan suatu program tersebut. Kader pemberdayaan masyarakat

juga masih masih kekurangan fasilitas yaitu mobil ambulan desa yang

untuk kegawat daruratan kesehatan masyarakat apabila ada masyarakat

yang sakit. Selain itu juga kurangnya pemahaman dan kesadaran terhadap

masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan secara mandiri dan

kebersihan lingkungan.

Dari hasil observasi di lapangan dan dokumentasi yang didapatkan dan

indicator diatas adalah, kurang aktifnya beberapa anggota kader

pemberdayaan masyarakat sehingga yang berkerja hanya beberapa anggota

saja, masih kurangnya transpotasi kesehatan yaitu mobil ambulan desa,

dan sulitnya mengajak masyarakat untuk mengikuti kegiatan dan

sosialisasi yang diadakan kader pemberdayaan masyarakat.

Dari berbagai indikator yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa

Evaluasi program pengembangan desa siaga aktif, proses pelaksanaan dari

program telah berjalan sesuai dengan pedoman umum pelaksanaan. Tetapi

perlu adanya perbaikan untuk lebih baiknya program ini. Seperti yang

telah kita kehui bahwasanya masih membutuhkan beberapa fasilitas dan

sarana yang lebih baik agar tecapainya tujuan dari program ini.

86
Selain itu para kader pemberdayaan kesehatan masyarakat (KPM)

harus tetap mensosilisasi kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan

sejak dini . Dengan adanya kerja sama dengan Puskesmas dan Dinkes akan

mempercepat tercapainya program yang telah direncanakan.

4. Evaluasi Hasil / Produk

Evalusai produk terkait dengan evaluasi terhadap hasil yang dicapai dari

suatu program atau kebijakan, sehingga dapat menentukan keputusan apa

yang akan dilaksanakan selanjutnya untuk tercapainya program yang telah

ditetapkan . Komponen yang akan dilihat hasilnya dari penelitian ini ialah :

a. Pencapaian tujuan program Pengembangan Desa Siaga Aktif di Desa

Pesisir Timur.

Sebuah program dapat dikatakan berhasil ketika tujaun dari program

yang telah tercapai. Jika tujuan program telah tercapai berarti perumusan

tujuan dan strategi telah dijalankan dengan baik oleh pelaksana kebijakan

itu sendiri. Pencapain ini bisa dilihat dari data Prilaku Hidup Bersih dan

Sehat Masyarakat desa sebagai alat ukur apakah program tersebut sudah

tercapai dengan baik atau belum.

Untuk megetahui hasil pencapain tujuan dari program yang dijalankan

oleh kader pemberdayaan kesehatan masyarakat (KPM) di Desa Pesisir

Timur, berikut hasil wawancara dengan informan kunci berinisal JR

sebagai perawat di Desa Pesisir Timur yang menyatakan bahwa:

“target pencapaain tujuan atau hasil dari program ini adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan dilingkungan masyarakat ini
merupakan target utama kita. Tetapi dilingkungan masyarakat masih
kurangnya kepedulian itu seperti yang kita lihat,contohnya di bawah
87
rumah masyrakat masih terdapatnya sampai berserakan kadang ada
juga sampah bangunan yang hanyut disamping jalan ,dan masih
banyak masyrakat yang tidak mencuci tangan dengan sabun, kita sudah
melakukan upaya-upaya untuk ini dengan mensosialisasikan dan
pembagian tempat sampah secara merata diantara gang/jalan, kalau
tidak dilakukan ini saya rasa lebih banyak lagi sampah berserakan”

Demikian pula yang disampaiakan informan berinisial IT dari kader

pemberdayaan kesehatan masyarakat (KPM) mengatakan sebagai berikut:

“untuk pencapaain dari program ini sudah kami jalankan dan masih
banyak pelanggaran kesehatan seperti masih adanya masyarakat yang
membuang sampah sembarangan dan prilaku hidup bersih dan sehat
masih kurang hal ini disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan sejak dini. Dan kami juga sudah menyediakan
tempat pembuangan sampah di setiap gang/jalan”

Informan AR dari BPD di desa pesisr timur mengatakan sebagai

berikut :

“kalau dilingkungan masyrakat, masih kurangnya kesedaran


tentang kesehatan yaitu masih prilaku hidup bersih dan sehat yang
belum terlaksana dan membuang sampah sembarangan”

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pencapain

atau hasil dari program ini sudah dilaksanakan degan berbagai upaya yang

dilakukan oleh kader pemberdayaan kesehatan masyarakat (KPM) untuk

meningkatkan derajat kesehatan di lingkungan masyarakat seperti denda

yang dikeluarkan terhadap pelanggar pembuang sampah, sosialisai ke

masyarakat dan kerumah-rumah dan penediaan tong sampah ke setiap

gang/jalan. Tetapi masih saja terdapat masalah kesehatan terhadap

masyarakat dan lingkungan.

Berdasarkan hasil observasi dilapangan yang didapatkan, untuk

indikator diatas disimpulkan bahwa pencapaian tujuan dari pelaksanaan

88
program desa siaga aktif, sudah terealisasi tetapi belum optimalnya

diakibatkan oleh masyarakat yang belum mengindahkan serta kurangnya

kepedulian tentang kesehatan diri dan lingkungan. Sehingga bisa

mengakibatkan masalah kesehatan dan kegagalan program.

b. Dampak setelah adanya pelaksanaan program Pengembangan Desa

Siaga Aktif di Desa Pesisir Timur.

Setelah adanya program dan di jalannya program tersebut tentunya

akan ada hasil dan dampak yang akan terlihat, baik itu sudah tercapai atau

belum. Dampak pelaksanaan program desa siaga aktif ini tentunya akan

memiliki dampak yang berbeda beda setelah terusmenerun melakukan

upaya dalam meningkatkan kesadaran masyarakt di bidang kesehatan.

Berikut wawancara dengan informan SB sebagai Kepala desa yang

menjelaskan dampak plaksanaan program di lapangan di Desa Pesisir

Timur.

“Banyak sekali dampak dari program ini di masyarakat yang


tadinya masyarakat jauh dari akses pelayanan kesehatan sekarang
menjadi lebih dekat dengan akses kesehatan, seperti tersedianya
perawat dan bidan di Pustu Desa Pesisir Timur dan dampak lain juga
adanya pengetahuan yang didapatkan oleh masyarakat meskipun
belum semuanya dapat dimengerti oleh masyarakat karena faktor dari
tingkat pendidikan yang rendah”

Wawancara kembali ditanyakan kepada informan dengan inisial PT

yang menjelaskan tentang pelaksanan program di lapangan dari anggota

kader pemberdayaan kesehatan masyarakat (KPM) di Desa Pesisir Timur.

“Dampak pertama adalah masyarakat tentunya akan lebih


memahami pentingnya menjaga kesehatan lingkungan. Kedua dengan
adanya sosilisasi dari kami ke masyarakat tetang kesehatan lingkungan
masyarakat sejak dini akan memberikan kesadaran kepada masyarakat
89
betapa pentingnya merawat kesehatan serta lingkungan agar bersih
sejak dini sebelum terlambat, dan yang ketiga pembagian tong sampah
dan pemasangan poster kesehatan, dengan tersedianya tong sampah di
masyarakat sangat berdampak sekali karna pada tahunnya sebelumnya
keadaan sampah di Desa Pesisir Timur sangat mengkhawatirkan karna
masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan”

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat kita lihat dengan hadirnya

sosislisasi dan adanya pemasangan poster tentang kesehatan ini, dapat

memberikan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam kesehatan

secara mandiri. Salah satunya yaitu dengan adanya pemasangan poster dan

penyediaan tong sampah. Ini tentunya akan memberikan informasi kepada

masyarakat agar tidak membuang sampah sambarangan serta melakukan

prilaku hidup bersih dan sehat.

Wawancara kembali ditanyakan kepada informan dengan inisial ST

sebagai Tokoh masyarakat di Desa Pesisir Timur yang pernah

mendapatkan sosilisasi dari petugas kader pemberdayaan kesehatan

masyarakat (KPM).

“Banyak sekali dampaknya terhadap masyarakat. Dengan adanya


program ini masyarakat menjadi lebih paham tentang bagaimana
menjaga kesehatan lingkungan serta mengetahui dan melaksanakan
hidup bersih dan sehat”

Wawancara kembali ditanyakan kepada informan dengan inisial SP

sebagai masyarakat Desa Pesisir Timur yang pernah mendapatkan

sosilisasi Dari anggota kader pemberdayaan kesehatan masyarakat (KPM).

“Dengan diadakannya sosialisasi kepada masyarakat merupakan


salah satu hal yang baik. Karna masyarakat dikampung masih saja
yang ada membuang sampah sembarangan, jadi dengan adanya
sosialisasi ini masyarakat lebih memahami tentang menjaga kesehatan
lingkungan”

90
Dari hasil wawancara dengan masyarakat yang mendapatkan

sosialisasi dari anggota kader pemberdayaan kesehatan masyarakat

(KPM). Dengan adanya sosialisasi ini adalah upaya-upaya dari anggota

kader pemberdayaan kesehatan masyarakat (KPM) untuk meningkatkan

kesadaran akan pentingnya menjaga kesehtan lingkungan masyarakat.

Wawancara kembali ditanyakan kepada informan dengan inisial AN

selaku Masyarakat Desa Pesisir Timur.

“iya betul kalau poster tentang kesehatan sudah banyak di tempel


di sekitar depan gang dan sering juga mengajak masyarkat untuk turut
bergotong royong, kadang kalau lewat disitu baca- baca juga, sambil
menambah wawasan juga” (Hasil Wawancara 21 Maret 2020 ).

Demikian pula yang disampaiakan informan berinisial PD sebagai

masyarakat Desa Pesisir Timur.

“gambar poster tentang kesehatan dijalan itu sangat bagus karna itu
fungsinya pun cukup bagus, dan gambar ini bertujuan untuk
masyarakat agar tidak membuang sampah semabarangan disetiap jalan
menurut saya itu cukup bagus. Kalo sosialisasi untuk masyarakat itu
bagus juga supaya masyarakat sadar betapa pentingnya menjaga
kesehatan.” (Hasil Wawancara 21 Maret 2020 ).

Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa mayarakat yang

melewati jalan merasa sadar dengan melihat poster himbawan tentang

kesehatan yang ada di sepanjang jalan/gang. Sehingga bisa menumbuhkan

kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup bersih dan kesehatan

lingkungan.

Setalah adanya program dan di jalankannya program tersebut tentunya

akan ada hasil dan dampak yang akan terlihat, baik itu sudah tercapai atau

belum. Dampak pelaksanaan program desa siaga aktif ini tentunya akan

91
memiliki dampak yang berbeda beda setelah terus menerun melakukan

upaya dalam meningkatkan kesehatan di masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara oleh Kepala Desa pesisir Timur dan

masyarakat Desa Pesisir Timur, dimana hasil wawancara tersebut

mengatakan kan sudah adanya perubahan yang terjadi setelah

dilaksanakannya kegiatan program pengembangan Desa Siaga aktif di

Desa Pesisir Timur, Perubahan tersebut diantaranya pemahaman

masyarakat menjadi lebih luas tentang kesehatan, dimana masyarakat lebih

memperhatikan bagaimana melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dan

kebersihan lingkungan namun masih saja ada sebagian masyarakat yang

yang belum menerapkan ini sehingga apa yang direncanakan dalam

program belum dicapai secara maksimal.

Berdasarkan hasil observasi dilapangan yang didapatkan, untuk

indikator diatas disimpulkan Dampak setelah adanya pelaksanaan program

Pengembangan Desa Siaga Aktif di Desa Pesisir Timur, masyarakat lebih

paham akan tentang pentingnya tentang kesehatan dengan mengikuti

kegiatan- kegitan yang dilakukan oleh para kader pemberdayaan kesehatan

masyarakat contohnya senam sehat, posyandu balita, senam lansia dan

program ibu hamil walaupun hanya sebagian masyarakat yang ikut,

peneliti juga menemukan bahwa dilaporan kegiatan kader pemberdayaan

kesehatan masyarakat (KPM) dari tahun ke tahun ada peningkatan di

perilaku hidup bersih dan sehat yaitu kesadaran masyarakat tentang

membuang sampah di laut walaupun masih belum bisa dikatakan optimal

92
akan tetapi kader desa siaga aktif sudah berhasil sedikit demi sedikit

memberikan dampak kesehatan dilingkungan masyarakat.

Dari berbagai indikator yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa

evaluasi dampak atau hasil pada pengembangan pelaksanaan program

Desa Siaga aktif di Desa Pesisir Timur telah mengikuti prosedur

pelaksanaan dan musyawarah desa, akan tetapi untuk masyarakatnya

sendiri masih belum bisa diberdayakan dari pengembangan Desa Siaga

aktif di Desa Pesisir Timur, sehingga dibutuhkan sosialisasi dan

penyuluhan untuk memotivasi masyarakat agar mau mengikuti

pelaksanaan kegiatan program Desa Siaga aktif di Desa Pesisir Timur

93
BAB IV

PENUTUP

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan Bab III dimana

penelitian ini berfokus pada evaluasi program pengembangan desa siaga aktif di

Desa Pesisir Timur Kabupaten Kepulauan Anambas, guna untuk memperbaiki

program yang telah dijalankan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan.

A. Kesimpulan

Hasil dari penelitian tentang evaluasi program pengembangan desa siaga

aktif di Desa Pesisir Timur Kabupaten Anambas ialah dalam keseluruhan

pelaksanaan atau proses yang melibatkan instansi dan masyarakat terkait

dalam pelaksanaan program Desa siaga aktif di Desa Pesisir Timur sesuai

dengan prosedur dan pedoman umum pelaksanaan desa siaga aktif.

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh peneliti bahwa peneliti

memperoleh sebuah kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah yang telah

diajukan dalam penelitian ini untuk mengetahui “Bagaimana Evaluasi

Program Pengembangan Desa Siaga di Desa Pesisir Timur Kabupaten

Kepulauan Anambas” bahwa dan proses pengembangan desa siaga aktif di

Desa pesisir timur sudah berjalan, namun belum optimal. Dimana masih

adanya kendala yang dihadapi dalam proses pelaksanaan tersebut, sehingga

masih perlunya kegiatan-kegiatan yang membantu masyarakat desa untuk

meningkatkan kesadaran dan kemandiriannya pada kesehatan. Dimana tujuan

94
dari Pelaksaan desa siaga aktif untuk memuat kesiapan sumber daya dan

kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,

bencana dan kedaruratan kesehatan, secara mandiri. Namun kenyataan yang

didapatkan dilapangan masih kurangnya tingkat kesadaran masyarakat dalam

upaya meningkatkan derjat kesehatan itu sendiri.

Hal ini terlihat pada beberapa variabel berikut (1) evaluasi konteks, di

mana pada indikator pertama adanya tugas yang harus dilakukan Pemerintah

Kabupaten di mana peran pemerintah Kabupaten masih belum melakukan

tugas berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan No 1592 tahun 2010

sehingga Dinas Kesehatan tidak ada landasan yang menggerakkan

pengembangan Desa Siaga aktif di desa pesisir Timur Kabupaten Anambas,

kemudian pada indikator kedua di perumusan tujuan belum bisa dikatakan

optimal dikarenakan masyarakat belum secara maksimal memberlakukan

perilaku hidup bersih dan sehat. (2) evaluasi input, dimana pada indikator

pertama pemenuhan kebutuhan program untuk fasilitas dasarnya sudah

dikatakan lengkap namun diharapkan pemerintah memfasilitasi mobil

ambulan Desa supaya masyarakat yang sakit tidak lagi menggunakan motor

untuk membawa ke rumah sakit. (3) Evaluasi Proses, pada indikator pertama

dimana terlaksananya kriteria pengembangan Desa Siaga aktif pentahapan

media di desa pesisir Timur berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan

No 1592 tahun 2010 di desa pesisir Timur sudah hampir semua kriteria sudah

terpenuhi hanya ada pada ada peraturan daerah dan keaktifan masyarakat serta

Ormas yang belum tampak aktif sehingga Desa pesisir Timur tidak dapat naik

95
ke tahap selanjutnya, dan pada indikator kedua, yakni ada beberapa hambatan

dalam pelaksanaan yaitu para kader pemberdayaan masyarakat tidak

semuanya aktif Pada pelaksanaan dikarenakan sibuk pada kesibukan masing-

masing dan sulitnya untuk mengajak masyarakat dalam melakukan kegiatan

program. (4) Evaluasi produk, pada indikator pertama yakni pencapaian

tujuan program belum optimal dikarenakan masyarakat masih belum

melaksanakan serta kurangnya kepedulian tentang kesehatan diri dan

lingkungan sehingga tujuan program belum tercapai secara maksimal.

B. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan dari hasil penelitian

mengenai evaluasi program pengembangan desa siaga aktif di Desa Pesisir

Timur Kabupaten Kepulauan Anambas, adapun saran yang dapat peneliti

sampaikan dalam proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan yang optimal,

maka dapat dilihat beberapa hal sebagai berikut :

1. Meningkatkan intensitas sosialisasi dan kegiatan program tentang

kesehatan lingkungan dan hidup bersih kepada masyarakat supaya

masyarakat ikut berpatisipasi dalam kegiatan dan lebih memahami tentang

prilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan masyarakat.

2. Untuk pemerintah kabupaten dan desa diharapkan melengkapi fasilitas

kesehatan serta fasilitas lainya yang masih di perlukan dalam kebutuhan

pelaksanaan program supaya program tersebut berjalan sesuai prosedur.

96
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, S. Z. (2012). Kebijakan Publik. Jakarta: Selamba Humanika Anggara

Sahya.

Ali, A. W. (2012). Studi Analisis Kebijakan. Bandung: PT. Reflka Aditama.

Anggara, S. (2015). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Pustaka Sena.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Indiahono, D. (2009). Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisys.

Yogykarta: Gava Media.

Kusumanegara, S. ( 2010). Model dan Aktor Dalam Proses Kebijakan Publik.

Yogyakarta: Gava Media .

Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaj

Rosdakarya.

Mulyadi, D. (2016). Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Bandung:

Alfabeta.

Noor, J. (2011). Metode Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya Ilmiah.

Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Pasolong, H. (2013). Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.


97
Pasolong, H. (2014). Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.

Purwanto, S. ( 2012). Implementasi Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasinya di

Indonesia. Yogyakarta: Gava Mesia.

Sedarmayanti, S. (2011). Metodologi Penelitian. Bandung: CV Mandar Maju.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Syafiie, I. K. (2010). Ilmu Administrasi Publik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syafri, W. (2012). Studi Tentang Administrasi Publik. Jakarta: Erlangga.

Tahir, A. (2014). Kebijakan Publik & Transfaransi penyelenggaraan Pemerintah

Daerah. Bandung: Alfabeta.

Winarto, B. (2012). Kebijakan Publik. Yogyakarta: CAPS.

Dokumen-dokumen:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28H

tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 564/MENKES

/SK/VIII/2006/ Tanggal 2 AGUSTUS 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan

Pengembangan Desa Siaga.

98
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1529/MENKES

/SK/X/2010/ tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan

Siaga Aktif

Skripsi dan Jurnal:

Hendri, Bismar Arianto, Afrizal. (2015). “PARITISIPASI MASYARAKAT DALAM

PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI DESA TEMBELING KECAMATAN

TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN”: Program studi Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim

Raja Ali Haji

Krisnovianti. (2015). “EVALUASI PROGRAM DESA SIAGA AKTIF DI DESA

KALIAMOK KECAMATAN MALINAU UTARA KABUPATEN

MALINAU” (Program Studi Pemerintahan Integratif, Universitas

Mulawarman)

LAURA INDIARI, (2017), (Skripsi yang berjudul evaluasi proses pengembangan

desa siaga aktif di desa mantang lama kecamatan mantang kabupaten

BINTAN. STISIPOL RAJA HAJI TANJUNGPINANG.

99

Anda mungkin juga menyukai