Anda di halaman 1dari 24

PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

Lutfiah Annisa1, Winda Isnada2, Ferdi Setiawan3, A.Muthmainna4.

ABSTRAK

Percobaan ini berjudul persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi dengan


tujuan untuk menjelaskan hubungan laju reaksi dengan temperatur, menghitung
konstanta laju reaksi dan menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan
persamaan Arrhenius. Prinsip dasarnya yaitu untuk menentukan energi aktivasi
dengan menggunakan persamaan Arrhenius sedangkan prinsip kerjanya yaitu
pencampuran, pendinginan, pemanasan dan pengamatan. Percobaan ini
menggunakan metode penyamaan temperatur yang divariasi. Adapun variasi suhu
yang digunakan yaitu 200C, 300C, 400C, 500C, dan 600C. Pada temperatur tersebut
larutan sistem I dan II direaksikan sehingga membentuk larutan berwarna biru
yang dimana dilihat pada saat campuran pertama kali nampak warna biru. Waktu
yang dibutuhkan untuk bereaksi pada sistem I berturut-turut, yaitu 281 t, 156 t,
118 t, 70 t, dan 34 t. Sedangkan pada sistem II yaitu 244 t, 171 t, 109 t, 17 t, dan
32 t. Data tersebut dilakukan analisis sehingga diperoleh nilai ln K. lalu
dihubungkan dengan 1/T dalam sebuah kurva. Kurva tersebut memiliki
persamaan garis y= -624,9 x + 15,656 pada sistem I dan y= --6242,9 x + 15,656
pada sistem II. Persamaan tersebut dianalisis dengan persamaan Arrhenius
sehingga didapatkan nilai energi aktivasi (Ea) sebesar 40.642,15 J/mol untuk
sistem I dan 51.903,47 J/mol untuk sistem II.

Kata kunci : Persamaan Arrhenius, Energi aktivasi, suhu, waktu, laju reaksi
THE EQUATION OF ARRHENIUS AND ACTIVATION ENERGY
Lutfiah Annisa1, Winda Isnada2, Ferdi Setiawan3, A.Muthmainna4.

ABSTRACT

This experiment is entitled Arrhenius equation and Activation Energy with the
aim of explaining the relationship between reaction rate and temperature,
calculating the reaction rate constant and calculating the activation energy (Ea)
using the Arrhenius equation. The basic principle is to determine the activation
energy using the Arrhenius equation while the working principle is mixing,
cooling, heating and observing. This experiment uses a varied temperature
equalization method. The temperature variations used are 20 0C, 300C, 400C, 500C,
and 600C. At this temperature the solutions of system I and II are reacted to form a
blue solution which is seen when the mixture is first seen blue. The time required
to react in system I is 281 t, 156 t, 118 t, 70 t, and 34 t. While in system II, there
are 244 t, 171 t, 109 t, 17 t, and 32 t. The data is analyzed so that the value of ln K
is obtained. Then it is connected with 1/T in a curve. The curve has the equation
of the line y= -624.9 x + 15,656 in system I and y= --6242.9 x + 15,656 in system
II. The equation was analyzed by the Arrhenius equation so that the activation
energy value (Ea) was 40,642.15 J/mol for system I and 51,903.47 J/mol for
system II.

Keywords : Arrhenius equation, activation energy, temperature, time, reaction


rate.
A. LATAR BELAKANG
Bidang kimia yang mengkaji kecepatan atau laju terjadinya reaksi kimia
dinamakan kinetika kimia (Chemical kinetis). Kata “Kinetik” menyiratkan
gerakan atau perubahan konsentrasi reaktan atau produk terhadap waktu m/s. kita
sudah mengetahui bahwa reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan :

reaktan produk
A B
∆[ A] ∆[ B]
laju = - atau laju =
∆t ∆t
Persamaan ini memberitahukan bahwa setiap reaksi dapat dinyatakan bahwa
selama berlangsungnya suatu reaksi molekul reaktan bereaksi dan molekul
produk terbentuk. Sebagai hasilnya, kita dapat mengamati jalannya reaksi cara
memantau menurunkannya konsentrasi reaktan atau meningkatnya konsentrasi
produk. Laju raksi adalah kuantitas positif (Chang, 2005: 30).
Tahun 1889 Arrhenius menjelaskan fakta, bahwa hampir semua reaksi
membutuhkan energi panas agar berlangsung yang dinyatakannya dalam konsep
energi aktivasi yaitu sebuah energi penghalang yang harus dilampui atau oleh
dua molekul agar dapat bereaksi. Persamaan Arrhenius memberikan
hubungan-hubungan kuantitaif antara energi aktivasi dan laju terjadinya
reaksi (Noor, 2010: 16).
Menurut teori Arrhenius, pengaruh suhu terhadap konstanta laju reaksi
dinyatakan dengan persamaan :
K = Aexp ( -Ea )
RT
Dalam persamaan diatas terlihat juga bahwa konstanta laju reaksi kimia (k) di
pengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu, laju reaksi umumnya semakin cepat
atau konstanta laju reaksi (k) semakin meningkat. Persamaan Arrhenius dapat
dinyatakan dalam bentuk model persamaan linear :
ln k = ln Ko – (Ea / RT)
dimana :
Ea = energi aktivasi, yang nilainya dianggap konstan (tetap) pada suhu
kisaran
suhu tertentu.
R = konstanta gas
T = suhu yang dinayatakan dalam derajat kelvin (k).
(Kusnandar, 2019: 25)
Pengamatan empiris menemukan bahwa banyak reaksi yang mempunyai
konstanta laju yang menaati persamaan Arrhenius :
ln k = ln A - Ea
RT
Jadi, untuk banyak reaksi ternyata grafik antara ln k terhadap 1/T menghasilkan
garis lurus. Persamaan Arrhenius sering dituliskan sebagai :
K = Ae –Ea/RT
A di sebut sebagaifaktor praeksponensial dan Ea yaitu energi pengaktifan,
yang dimana secara bersamaan keduanya di sebut dengan parameter Arrhenius
reaksi (Atkins, 1993: 346).
Umumnya kecepatan reaksi meningkat dengan peningkatan temperature.
Besarnya kenaikan laju reaksi tergantung pada sifat dari macam zat yang bereaksi.
Dibawah ini di tunjukkan beberapa perubahan kecepatan reaksi seiring dengan
perubahan temperature reaksi

a b c d
Pada kurva a tipe reaksi yang paling banyak di jumpai, kurva b tipe reaksi
peledakan, kurva c tipe reaksi hidrogenasi katalis dan tipe reaksi enzim dan kurva
d yaitu tipe reaksi seperti No dengan O2. Tipe reaksi a adalah reaksi yang
mengikuti persamaan Arrhenius, sedangkan tipe b dan d merupakan tipe yang
bertentangan dengan persamaan Arrhenius (Rusman, 2019: 76).
Tahun 1889 Arhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik
yang
menggambarkan kebergantungan konstanta laju reaksi pada suhu. Persamaan yang
diusulkan Arhenius itu adalah sebagai berikut :
Ea
k = Ae
RT
dimana : k = kontanta laju reaksi
A = faktor frekuensi
Ea = energi aktivasi
persamaan di atas seringkali ditulis dalam bentuk logaritma seperti terlihat pada
persamaan berikut :
Ea
ln K = ln A -
RT
Dari persamaan di atas terlihat bahwa kurva ln K sebagai fungsi dari akan berupa
garis lurus dengan memotng (intersep) sumbu ln K pada ln A dan gradien/slope

Ea
ln K -
RT

1
T
(Tim Dosen Kimia Fisik II, 2021: 5).
Teori tumbukan menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi laju
reaksi, konsep dasar yang digunakan adalah bahwa dalam reaksi harus ada
perubahan kimia. Ikatan kimia dalam reaktan putus dan ikatan pada produk
terbentuk. Dalam teori tumbukan di tekankan adanya 2 hal yang menentukan laju
reaksi yaitu frekuensi tumbukan dan orientasi molekul yang menyebabkan faktor
sterika. Semakin banyak frekuensi tumbukan dan kesesuaian orientasi molekul
reaktan, laju reaksi semakin tinggi. Dalam setiap reaksi dibutuhkan energi
minimal agar molekul reaktan bertumbukan dan menghasilkan produk.
Energi minimal tersebut dapat dikaitkan dengan pola reaksi
kesetimbangan (Fatimah, 2015: 183).

Energi aktivasi menyatakan jumlah energi yang harus diterima oleh


molekul-molekul yang bereaksi untuk dapat bereaksi. Semakin tinggi panas
aktivitas, maka akan semakin besar ketergantungan stabilitas terhadap
suhu. Nilai energi aktivasi tersebut dipengaruhi oleh pH, bahwa pada suasana
yang semakin asam, maka diperoleh energi aktivasi yang semakin
besar (Minarsih, 2011: 22). Suatu reaksi kimia apabila di tinjau dari segi teknik
tentunya di inginkan laju reaksi yang sangat tinggi dengan menggunakan
konsentrasi dari reaktan yang kecil serta di peroleh hasil produk yang
besar (Cifriadi dan Asron, 2013: 162).
Pengaruh suhu terhadap laju reaksi mengikuti aturan hukum Arrhenius
yang dimana persamaan Arrhenius menunjukkan laju reaksi kerusakan terhadap
suhu. Peningkatan suhu akan meningkatkan pula laju reaksi dalam jumlah
yang besar, dimana peningkatan suhu tersebut akan mempengaruhi energi
aktivasi (Rifkowaty dan Khairul, 2016 : 21).
Ketergantungan konstanta laju reaksi terhadap suhu dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut, dikenal sebagai persamaan Arrhenius:
k = Ae-Ea/RT
dimana Ea dengan energy aktivasi dari reaksi (dalam kilojoule per mol), R adalah
konstanta gas (8,413 J/k.mol), T adalah suhu mutlak dan e adalah basis dan skala
logaritma natural. Besaran a menyatakan frekuensi tumbukkan dan dinamakan
faktor frekuensi. (Chang,2005: 45).
Dalam kinetika reaksi terdapat hukum Arrhenius yang menyatakan
bahwa meningkatnya suhu dapat mempengaruhi laju reaksi. Pada penelitian kajian
awal, laju reaksi fotosintesis untuk penyerapan gas CO2 mikroalga tetraelmis
Chuji ini. Nilai antara ln KA dengan 1/T tidak dapat dibandingkan walaupun
dilakukan pada konsentrasi CO2 yang sama besar. Hal ini dikarenakan jumlah sel
mikroalga untuk setiap suhu reaksi sangat jauh berbeda, yang dimana seharusnya
jumlah sel mikroalga harus sama dengan suhu reaksi (Purba dan Ade, 2012: 11).
Arhenius percaya bahwa agar molekul bereaksi setelah berbenturan
molekul itu harys menjadi teraktivasi dan parameter Ea kemudian dikenal sebagai
energy aktivasi. Ketergantungan tetapan laju yang kuat pada suhu, seperti yang
dinyatakan oleh hukum Arhenius. Dapat dikaitkan dengan distribusi
Maxwell.Bolztman mengenai energi molekul. Jika Ea merupakan energi benturan
relatif yang kritis, yaitu harus dimiliki oleh sepasang molekul agar reaksi dapat
terjadi, hanya sebagian kecil molekul saja yang mempunyai energi tinggi itu (atau
melebihi energi itu). (Oxtoby, dkk, 2008: 435- 436).

B. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan mahasiswa di harapkan dapat :
1. Menjelaskan huungan laju reaksi dengan temperature
2. Menentukan konstanta laju reaksi
3. Menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat

No Nama alat Jumlah Fungsi dalam percobaan


1 Rak tabung reaksi besar 1 buah Untuk wadah tabung
reaksi besar
2 Rak tabung reaksi kecil 1 buah Untuk wadah tabung
reaksi kecil
3 Tabung reaksi besar 6 buah Untuk wadah larutan
sampel
4 Tabung reaksi kecil 5 buah Untuk wadah larutan
Sampel
5 Pipet volume 5 mL 1 buah Untuk mengambil
larutan sejumlah 5 Ml
6 Pipet volume 10 mL 3 buah Untuk mengambil
larutan sejumlah 10 mL
7 Pipet tetes 2 buah Untuk mengambil
larutan dalam volume
yang kecil
8 Termometer 100oC 6 buah Untuk mengukur suhu
larutan
9 Penangas air 1 buah Untuk memanaskan air
10 Stopwatch HP 3 buah Untuk menghitung
waktu
laju reaksi suatu larutan
11 Botol semprot 1 buah Untuk wadah aquades
12 Gelas kimia 100 Ml 1 buah Untuk wadah air yang
akan dipanaskan
13 Gelas kimia 250 mL 1 buah Untuk wadah air es
untuk proses
pendinginan
14 Lap kasar 1 buah Untuk alas alat yang
sudah dicuci
15 Lap halus 1 buah Untuk membersihkan
alat

2. Bahan

No Nama bahan Rumus kimia jumlah Warna


1 Aquades H2O(l) 5 mL Bening
2 Es batu H2O(s) Putih bening
3 Label Putih
4 Larutan kanji C6H10O5(aq) 1 mL Putih
5 Ammonium Persulfat (NH4)2S2O8(aq) 5 mL Putih
6 Natrium tiosulfat Na2S2O3(aq) 1 mL Putih bening
7 Kalium iodide KI(l) 10 mL Putih
8 Tissu Putih

D. PROSEDUR KERJA
1. Sistem 1
2. Sistem II

E. HASIL PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1 Sistem 1
a. Suhu 20oC pada tabung 1
 2,5 mL larutan K2S2O8 + 2,5 mL Larutan tidak berwarna
H2O.
Suhu 20oC pada tabung 2
Larutan tidak berwarna
 5 mL KI + 0,5 mL larutan
Na2S2O3 + larutan kanji.
Larutan berwarna biru tua
 Suhu 20oC pada campuran
tabung 1 dan 2. Suhu = 20oC, waktu = 281 t.
b. Suhu 30oC pada tabung 1
 2,5 mL larutan K2S2O8 + 2,5 mL Larutan tidak berwarna
H2O.
Suhu 30oC pada tabung 2
 5 mL KI + 0,5 mL larutan Larutan tidak berwarna
Na2S2O3 + larutan kanji.
Larutan berwarna biru tua
 Suhu 30oC pada campuran
Suhu = 30oC, waktu = 156 t.
tabung 1 dan 2.
c. Suhu 40oC pada tabung 1
 2,5 mL larutan K2S2O8 + 2,5 mL Larutan tidak berwarna
H2O.
Suhu 40oC pada tabung 2
 5 mL KI + 0,5 mL larutan Larutan tidak berwarna
Na2S2O3 + larutan kanji.
Larutan berwarna biru tua
 Suhu 40oC pada campuran
Suhu = 40oC, waktu = 118 t.
tabung 1 dan 2.
d. Suhu 50oC pada tabung 1
 2,5 mL larutan K2S2O8 + 2,5 mL Larutan tidak berwarna
H2O.
Suhu 50oC pada tabung 2
 5 mL KI + 0,5 mL larutan Larutan tidak berwarna
Na2S2O3 + larutan kanji.
Larutan berwarna biru tua
 Suhu 50oC pada campuran
Suhu = 50oC, waktu = 70 t.
tabung 1 dan 2.
e. Suhu 60oC pada tabung 1
 2,5 mL larutan K2S2O8 + 2,5 mL Larutan tidak berwarna
H2O.
Suhu 60oC pada tabung 2
 5 mL KI + 0,5 mL larutan Larutan tidak berwarna
Na2S2O3 + larutan kanji.
Larutan berwarna biru tua
 Suhu 60oC pada campuran
Suhu = 60oC, waktu = 34 t.
tabung 1 dan 2.
2 Sistem 2
a. Suhu 20oC pada tabung 1
 3,5 mL K2S2O8 + 1,5 mL H2O. Larutan tidak berwarna
Suhu 20oC pada tabung 2
 4 mL KI + 1 mL H 2O + 0,5
Larutan tidak berwarna
Na2S2O3 + 0,5 larutan kanji
 Suhu 20oC pada campuran Larutan berwarna biru tua
tabung 1 dan 2. Suhu = 20oC, waktu = 244 t.
b. Suhu 30oC pada tabung 1
 3,5 mL K2S2O8 + 1,5 mL H2O. Larutan tidak berwarna
Suhu 30oC pada tabung 2

4 mL KI + 1 mL H 2O + 0,5 Larutan tidak berwarna
Na2S2O3 + 0,5 larutan kanji
 Suhu 30oC pada campuran Larutan berwarna biru tua
tabung 1 dan 2. Suhu = 30oC, waktu = 171 t.
c. Suhu 40oC pada tabung 1
 3,5 mL K2S2O8 + 1,5 mL H2O. Larutan tidak berwarna
Suhu 40oC pada tabung 2
 4 mL KI + 1 mL H 2O + 0,5
Na2S2O3 + 0,5 larutan kanji Larutan tidak berwarna
 Suhu 40oC pada campuran
Larutan berwarna biru tua
tabung 1 dan 2.
Suhu = 40oC, waktu = 109 t.
d. Suhu 50oC pada tabung 1
 3,5 mL K2S2O8 + 1,5 mL Larutan tidak berwarna
H2O.
Suhu 50oC pada tabung 2
 4 mL KI + 1 mL H 2O + 0,5 Larutan tidak berwarna
Na2S2O3 + 0,5 larutan kanji
Larutan berwarna biru tua
 Suhu 50oC pada campuran
Suhu = 50oC, waktu = 17 t.
tabung 1 dan 2.
e. Suhu 60oC pada tabung 1
 3,5 mL K2S2O8 + 1,5 mL H2O. Larutan tidak berwarna
Suhu 60oC pada tabung 2
 4 mL KI + 1 mL H 2O + 0,5
Na2S2O3 + 0,5 larutan kanji Larutan tidak berwarna
 Suhu 60oC pada campuran
Larutan berwarna biru tua
tabung 1 dan 2.
Suhu = 60oC, waktu = 32 t.

F. ANALISIS DATA
1. Sistem I
a. Menantukan Nilai Ea dan A secara grafik
Persamaan grafik :
y = mx + b
Ea
m=
R
Ea = - R (m)
1) Nilai Energi Aktivasi (Ea)
y = mx + b
y = -4888,4 x + 11
Diketahui : m = -4888,4
R = 8,314 J/mol
Ditanyakan : Ea . . . . . ?
Penyelesaian :
-Ea/R = m
Ea=−R ( m )
Ea = -8,314 J/mol-4888,4
Ea = 40,624,15 J/mol
2) Nilai Faktor Frekuensi
y = mx + b
y = -4888,4 x + 11
Diketahui :b=1
Ditanyakan :A.....?
Penyelesaian :
ln k = -Ea/R 1/T + ln A
ln A = b
A = eb
A = e-11
A = 59.874,14
b. Nilai Konstanta Laju Reaksi (K)
 Untuk T = 293 K
K = A e –Ea/RT
K = 59.874,14.e-40.624,15J/mol/-8,314J/mol k x 293k
K = 59.874,14. e-16,67
K = 59.874,14( 5,7585.10-8)
K = 0,003447.
 Untuk T = 303 K
K = A e –Ea/RT
K = 59.874,14.e-40.624,15J/mol/-8,314J/mol k x 303k
K = 59.874,14. e-16,12
K = 59.874,14 ( 9,9809.10-8)
K = 0,00597.
 Untuk T = 313 K
K = A e –Ea/RT
K = 59.874,14.e-40.624,15J/mol/-8,314J/mol k x 313k
K = 59.874,14. e-15.61
K = 59.874,14 (1,6621.10-8)
K = 0,009951
 Untuk T = 323 K
K = A e-Ea/RT
K = 59,874,164.e-40.624,15J/mol/-8,314J/mol k x 323K
K = 59.874,14. e-15.12
K = 59,874,14 ( 2,7131.10-7)
K = 0,02547.
 Untuk T = 333 K
K = A e-Ea/RT
K = 59.874,14 e-40.624,15J/mol/-8,314J/mol k x 333k
K = 59.874,14. e-14.67
K = 30,57247 ( 4,2550.10-7)
K = 0,016244.
2. Sistem II
a. Menantukan Nilai Ea dan A secara grafik
Persamaan grafik :
y = mx + b
m = - Ea/R
Ea = - R (m)
1) Nilai Energi Aktivasi (Ea)
y = mx + b
y = -6242,9 x + 15,656
Diketahui : m = -6242,9
J
R = −8,314
moL
Ditanyakan : Ea . . . . . ?
Penyelesaian :
-Ea = R (m)
Ea = - R (m)
Ea = - 8,314 J/mol-6242,9
Ea = 51.903,47 J/mol
2) Nilai Faktor Frekuensi
y = mx + b
y = -6242,9 x + 15,656
Diketahui : b = 15,656
Ditanyakan :A.....?
Penyelesaian :
ln k = -Ea/R 1/T + ln A
ln A = b
A = eb
A = e 15,656
A = 6.299.620,81
b. Nilai Konstanta Laju Reaksi (K)
 Untuk T = 293 K
K = A e-Ea/RT
K = 6.299.620,81.e-51.903,47 J/mol/-8,314 J/mol k x 293 k
K = 6.299.620,81. e-21.30
K = 6.299.620,81 ( 5,6172 . 10-10)
K = 35.386.230 x 10-10
K = 0,003538
 Untuk T = 303 K
K = A e-Ea/RT
K = 6.299.620,81.e-51.903,47 J/mol/-8,314 J/mol k x 303 k
K = 6.299.620,81. e-20.60
K = 6.299.620,81 ( 1,1311 . 10-9)
K = 7.125.501,1 x 10-9
K = 0,007125
 Untuk T = 313 K
K = A e-Ea/RT
K = 6.299.620,81. e -51.903,47 J/mol/-8,314 J/mol k x 313 k
K = 6.299.620,81. e-19.94
K = 6.299.620,81 (2,1886 . 10-9)
K = 7.125.501,1 x 10-9
K = 0,013787.
 Untuk T = 323 K
K = A e-Ea/RT
K = 6.299.601,81. e-51.903,47 J/mol/-8,314 J/mol k x 323 k
K = 6.299.601,81. e-19.32
K = 6.299.601,81 ( 4,0684 . 10-9)
K = 25.629.377,3 x 10-9
K = 0,025629
 Untuk T = 333 K
K = A e e-Ea/RT
K = 6.299.601,1.e-51.903,47 J/mol/-8,314 J/mol k x 333k
K = 6.299.601,1. e-18.74
K = 45.775.564,7 ( 7,2664. 10-9)
K = 0,045775.

G. GRAFIK
1. Sistem I

1 1
T (oC) T (K) t (s) (K-1) ln t
T
20 293 281 0,003412 -5,63856
30 303 156 0,003300 -5,04990
40 313 118 0,003194 -4,77075
50 323 70 0,003095 -4,24855
60 333 34 0,003003 -3, 52639
1/T
0
0.0029 0.003 0.0031 0.0032 0.0033 0.0034 0.0035
-1

-2
Ln 1/t
Ln 1/t

-3 Linear (Ln 1/t)


f(x) = − 6242.85030359497 x + 15.6558296497109
-4 R² = 0.794125197754841

-5

-6
Hubungan 1/T dan Ln 1/t
2. Sistem II
T (oC) T (K) t (s) 1/T (K-1) ln 1/t
20 293 244 0,003412 -5,49921
30 303 171 0,003300 -5,14183
40 313 109 0.003194 -4,69138
50 323 17 0,003095 -2,83327
60 333 32 0,003003 -3,465724

1/T

0
0.0029 0.003 0.0031 0.0032 0.0033 0.0034 0.0035
-1

-2
Ln 1/t
Ln 1/t

-3
Linear (Ln 1/t)
f(x) = − 6242.85030359497 x + 15.6558296497109
-4 R² = 0.794125197754841

-5

-6

Hubungan 1/T dan Ln 1/t


H. PEMBAHASAN
Percobaan ini di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh laju
reaksi terhadap temperature, menentukan kosntanta laju reaksi dan menghitung
energy aktivasi menurut persamaan Arrhenius. Energi aktivasi merupakan energi
minimum yang harus di lewati (Tim Dosen Kimia Fisik II, 202). Adapun prinsip
dasarnya yaitu untuk menentukan energi aktivasi dengan menggunakan
persamaan Arrhenius sedangkan prinsip kerjanya yaitu pencampuran,
pendinginan, pemanasan dan pengamatan.
Percobaan ini menggunakan dua sistem dengan tujuan untuk
membedakan kecepatan reaksi antara campuran yang ditambahkan air dengan
tidak, artinya membandigkan konsetrasi. Sistem I merupakan campuran antara air
dengaan ammonium perklorat pada tabung I dengan campran larutan KI, Na 2S2O3,
serta larutan kanji pada tabung II. Sedangkan sistem II merupakan campuran
antara laarutan (NH4)2S2O8 dan air pada tabung I dan campuran KI, Na2S2O3, dan
H2O serta larutan kanji pada tabung II. kemudian kedua tabung pada masing-
masing sistem dicamprkan ketika telah mencapai suhu yang sama, hal ini di
lakukan agar larutan dapat bereaksi. Adapun variasi suhu yang digunakan pada
percobaan ini yaitu 20, 30, 40, 50, 60oC, hal ini bertujuan agar dapat mengetahui
pengaruh suhu terhadap laju reaksi

Gambar 1. Menyiapkan larutan yang


akan dicampur pada tabung reaksi 1 dan 2

Larutan kanji pada percobaan ini berfungsi sebagai indikator yang akan
menunjukkan perubahan warna campuran menjadi biru ketika campuran telah
bereaksi. Larutan ammonium Perklorat (NH4)2S2O8 berfungsi sebagai reduktor
yang akan mengoksidasi I- menjadi I2, Na2S2O3 berfugsi sebagai oksidator yang
akan mereduksi I2 kembali menjadi I- yang selanjutnya akan berikatan dengan
amilum. Iodida akan bereaksi dengan amilum setelah Na2S2O3 pada campuran
habis bereaksi dengan hal ini di jadikan sebagai waktu akhir titrasi, yang
dimana mulai bereaksi saat warna biru pertama kali muncul pada campuran. H 2O
pada percobaan ini berfungsi untuk menghidrolisis KI menjadi K+
dan I-.

Gambar 2.
Penentuan suhu Gambar 3. pencampuran
pada tabung 1 dan tabung 2 suatu larutan.
Pencampuran larutan pada masing-masing sistem harus dilakukan secara
cepat, hal ini bertujuan agar tidak terjadi perubahan suhu yang drastic pada
masing-masing tabung. Selain itu pencampuran dari tabung I ke tabung II dan
kembali lagi ke tabung I juga berjutuan untuk menghitung waktu yang dibutuhkan
untuk bereaksi sedangkan jika dilakukan sebaliknya maka warna biru akan
langsung nampak.

Gambar 4. dinyalakan stopwatch Gambar 5. Hasil akhir


sampai campuran nampak warna
biru pertama kali
Perubahan warna yang terjadi akan semakin cepat apabila reaksi
berlangsung pada temperature yang lebih tinggi. Pada umumnya penurunan suhu
akan memperlambat reaksi sedangkan kenaikan suhu akan menaikkannya, dengan
m enaikkan suhu maka energi kinetic molekul-molekul zat yang bereaksi makin
bertambah. Namun pada hasil percobaan yang diperoleh tidak sesuai dengan teori
yang dimana semakin tinggi suhu maka waktu untuk bereaksi akan semakin cepat.
Hal ini terjadi karena di sebabkan oleh beberapa faktor di antaranya yaitu pada
saat di reaksikan suhu dari masig-masing tabung tidak sama, keakuratan dari alat
ukur yang digunakan, yang dimana pasa saat mengukur zat yang akan di
campurkan juga mempengaruhi dari kecepatan reaksi.
Hubungan energi aktivasi dan laju reaksi adalah berbanding terbalik.
Semakin besar energi aktivasi maka laju reaksinya akan semakin lambat karena
energi aktivasi minimum terjadi reaksi semakin besar. Semakin kecil harga ln K
maka harga 1/T rata-rata semakin besar. Ini membuktikan bahwa semakin tinggi
temperature maka energi aktivasinya akan semakin kecil dan semakin sedikit
waktu yang diperlukan sehingga akan memperbesar harga laju reaksi. Serta
hubungan konsentrasi dengan energi aktivasi itu berbanding lurus, yang dimana
jika konsentrasi semakin tinggi maka energi aktivasinya akan semakin
besar.
Adapun reaksi pada tabung I yaitu :
2S2O82- + 2H2O 2SO42- + O2 + 4H+

Reaksi pada tabung II yaitu :


2S2O82- + 2I- 2SO42- + I2
Reduksi: I2 + 2e 2I-
Oksidasi: 2S2O3- S4O82- + 2e
I2 + 2S2O3- S4O82- +2I-
Sehingga reaksi lengkapnya adalah :
2Na2S2O3(aq) + I2 (aq) Na2S4O6(aq) + 2NaI (aq)
Adapun reaksi pembentukan kompleks biru (amilum):
2S2O82- + 2I- ⇌ I2 + 2S2O32- + 2e-
I2 + 2S2O32- ⇌ 2I- + S4O62-
I2 + I- ⇌ I3-
I3- + Amilum ⇌ Kompleks biru
Secara singkat reaksi amilum:

(amilum) (kompleks iodium)


Berdasarkan analisis data di peroleh bahwa energi aktivasi pada sistem I
yaitu 40.1042 j/mol dan pada sistem II yaitu 51.903,47 j/mold an berdasarkan
grafik hubungan ln 1/t dan 1/T di peroleh nilai R 2 pada sistem I yaitu R2=0,7941
dan pada sistem II yaitu R2=0,7941.

I. KESIMPULAN
Pada percobaan ini dapat di simpulkan bahwa :
1. Laju reaksi berbanding lurus dengan temperatur dimana semakin tinggi
temperature maka laju reaksi semakin cepat
2. Nilai tetapan laju reaksi dari suhu 20 0C, 30 0C, 40 0C, 50 0C, dan 60 0C
secara berturut-turut untuk sistem I yaitu 0,003447, 0,005975, 0,009951,
0,02547, dan 0,016244. Sedangkan pada sistem 2 yaitu 0,003412,
0,003300, 0,003194 0,003095, dan 0,0.
3. Energi aktivasi pada sistem 1 yaitu 40.1042,15 J/mol sistem 2 yaitu
51.903,47 J/mol.

J. SARAN
Praktikan selanjutnya diharapkan dapat untuk lebih teliti dalam melakukan
percobaan kepada
praktikan selanjutnya agar hasil yang diperoleh tidak gagal dan sesuai dengan
teori.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins,P.W,(1990). Kimia Fisika. Yogyakarta: Erlangga.

Chang, Raymod,(2005). Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti. Yogyakarta:


Erlangga.

Cifriadi,Adi dan Asron F.Fallah. (2013). Studi Kinetika Vulkanisasi Belerang


pada Kompon Karet Alam Tanpa Bahan Pengisi. Jurnal Penelitian Karet
: Vol 31. No 2, ISSN : 159 -167

Desnelli dan Zainal Fanani. 2009. Kinetika Reaksi Oksidasi Asam Miristat,
Stearat, dan Oleat dalam Medium Minyak Kelapa Sawit, Serta Tanpa
Medium. Jurnal Penelitian Sains. Vol 12. No 1. DOI : 1.2107

Fatimah, Is. (2015). Kimia Fisika. Yogyakarta: Deepublish.

Kusnandar, Feri. (2019). Kimia Pangan Komponen Makro. Jakarta : PT Bumi


Aksara

Khathir, Rita, Ratna dan Rama Niza Putri. (2014). Penentuan Umur Simpan
Lengkuas dengan Model Arrhenius Berdasarkan Kadar Air dan Kadar
Sari Larut dalam Air. Jurnal Ronal Teknik Pertanian. Vol. 7 No. 1,
ISSN : 1549-1457

Oxtoby, Gills, Nachtrieb, dan Suminar Setiasi Achmadi. (2008). Prinsip-Prinsip


Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Noor, Muhammad. (2019). Tokoh Penerima Penghargaan Nobel. Semarang:


ALPRIN

Purba, Elinda, dan Ade Citra Khairunisa. (2012). Kajian Awal Alju Reaksi untu
Penyerapan Gas CO2 Menggunakan Mikroalga Tetraselmis Chuii. Jurnal
Rekayasa Proses. Vol.6, No.1. ISSN: 1527 – 1276.
Rifkowaty, Encik Eko dan Khairul Muttaqin. (2016). Penentuan Umur Simpan
Sirup Kranji (Dialium Indum L.) menggunakan Metode Accelerated
Shelf-Life Testing (Aslt) Suhu. Jurnal Teknologi Pangan. Vol.7, No.1.
ISSN: 1456 – 1524.

Rusman. (2019). Kinetika Kimia. Aceh : Syiah Kuala University Press.

Anda mungkin juga menyukai