ABSTRAK
Kata kunci : Persamaan Arrhenius, Energi aktivasi, suhu, waktu, laju reaksi
THE EQUATION OF ARRHENIUS AND ACTIVATION ENERGY
Lutfiah Annisa1, Winda Isnada2, Ferdi Setiawan3, A.Muthmainna4.
ABSTRACT
This experiment is entitled Arrhenius equation and Activation Energy with the
aim of explaining the relationship between reaction rate and temperature,
calculating the reaction rate constant and calculating the activation energy (Ea)
using the Arrhenius equation. The basic principle is to determine the activation
energy using the Arrhenius equation while the working principle is mixing,
cooling, heating and observing. This experiment uses a varied temperature
equalization method. The temperature variations used are 20 0C, 300C, 400C, 500C,
and 600C. At this temperature the solutions of system I and II are reacted to form a
blue solution which is seen when the mixture is first seen blue. The time required
to react in system I is 281 t, 156 t, 118 t, 70 t, and 34 t. While in system II, there
are 244 t, 171 t, 109 t, 17 t, and 32 t. The data is analyzed so that the value of ln K
is obtained. Then it is connected with 1/T in a curve. The curve has the equation
of the line y= -624.9 x + 15,656 in system I and y= --6242.9 x + 15,656 in system
II. The equation was analyzed by the Arrhenius equation so that the activation
energy value (Ea) was 40,642.15 J/mol for system I and 51,903.47 J/mol for
system II.
reaktan produk
A B
∆[ A] ∆[ B]
laju = - atau laju =
∆t ∆t
Persamaan ini memberitahukan bahwa setiap reaksi dapat dinyatakan bahwa
selama berlangsungnya suatu reaksi molekul reaktan bereaksi dan molekul
produk terbentuk. Sebagai hasilnya, kita dapat mengamati jalannya reaksi cara
memantau menurunkannya konsentrasi reaktan atau meningkatnya konsentrasi
produk. Laju raksi adalah kuantitas positif (Chang, 2005: 30).
Tahun 1889 Arrhenius menjelaskan fakta, bahwa hampir semua reaksi
membutuhkan energi panas agar berlangsung yang dinyatakannya dalam konsep
energi aktivasi yaitu sebuah energi penghalang yang harus dilampui atau oleh
dua molekul agar dapat bereaksi. Persamaan Arrhenius memberikan
hubungan-hubungan kuantitaif antara energi aktivasi dan laju terjadinya
reaksi (Noor, 2010: 16).
Menurut teori Arrhenius, pengaruh suhu terhadap konstanta laju reaksi
dinyatakan dengan persamaan :
K = Aexp ( -Ea )
RT
Dalam persamaan diatas terlihat juga bahwa konstanta laju reaksi kimia (k) di
pengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu, laju reaksi umumnya semakin cepat
atau konstanta laju reaksi (k) semakin meningkat. Persamaan Arrhenius dapat
dinyatakan dalam bentuk model persamaan linear :
ln k = ln Ko – (Ea / RT)
dimana :
Ea = energi aktivasi, yang nilainya dianggap konstan (tetap) pada suhu
kisaran
suhu tertentu.
R = konstanta gas
T = suhu yang dinayatakan dalam derajat kelvin (k).
(Kusnandar, 2019: 25)
Pengamatan empiris menemukan bahwa banyak reaksi yang mempunyai
konstanta laju yang menaati persamaan Arrhenius :
ln k = ln A - Ea
RT
Jadi, untuk banyak reaksi ternyata grafik antara ln k terhadap 1/T menghasilkan
garis lurus. Persamaan Arrhenius sering dituliskan sebagai :
K = Ae –Ea/RT
A di sebut sebagaifaktor praeksponensial dan Ea yaitu energi pengaktifan,
yang dimana secara bersamaan keduanya di sebut dengan parameter Arrhenius
reaksi (Atkins, 1993: 346).
Umumnya kecepatan reaksi meningkat dengan peningkatan temperature.
Besarnya kenaikan laju reaksi tergantung pada sifat dari macam zat yang bereaksi.
Dibawah ini di tunjukkan beberapa perubahan kecepatan reaksi seiring dengan
perubahan temperature reaksi
a b c d
Pada kurva a tipe reaksi yang paling banyak di jumpai, kurva b tipe reaksi
peledakan, kurva c tipe reaksi hidrogenasi katalis dan tipe reaksi enzim dan kurva
d yaitu tipe reaksi seperti No dengan O2. Tipe reaksi a adalah reaksi yang
mengikuti persamaan Arrhenius, sedangkan tipe b dan d merupakan tipe yang
bertentangan dengan persamaan Arrhenius (Rusman, 2019: 76).
Tahun 1889 Arhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik
yang
menggambarkan kebergantungan konstanta laju reaksi pada suhu. Persamaan yang
diusulkan Arhenius itu adalah sebagai berikut :
Ea
k = Ae
RT
dimana : k = kontanta laju reaksi
A = faktor frekuensi
Ea = energi aktivasi
persamaan di atas seringkali ditulis dalam bentuk logaritma seperti terlihat pada
persamaan berikut :
Ea
ln K = ln A -
RT
Dari persamaan di atas terlihat bahwa kurva ln K sebagai fungsi dari akan berupa
garis lurus dengan memotng (intersep) sumbu ln K pada ln A dan gradien/slope
Ea
ln K -
RT
1
T
(Tim Dosen Kimia Fisik II, 2021: 5).
Teori tumbukan menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi laju
reaksi, konsep dasar yang digunakan adalah bahwa dalam reaksi harus ada
perubahan kimia. Ikatan kimia dalam reaktan putus dan ikatan pada produk
terbentuk. Dalam teori tumbukan di tekankan adanya 2 hal yang menentukan laju
reaksi yaitu frekuensi tumbukan dan orientasi molekul yang menyebabkan faktor
sterika. Semakin banyak frekuensi tumbukan dan kesesuaian orientasi molekul
reaktan, laju reaksi semakin tinggi. Dalam setiap reaksi dibutuhkan energi
minimal agar molekul reaktan bertumbukan dan menghasilkan produk.
Energi minimal tersebut dapat dikaitkan dengan pola reaksi
kesetimbangan (Fatimah, 2015: 183).
B. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan mahasiswa di harapkan dapat :
1. Menjelaskan huungan laju reaksi dengan temperature
2. Menentukan konstanta laju reaksi
3. Menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius.
2. Bahan
D. PROSEDUR KERJA
1. Sistem 1
2. Sistem II
E. HASIL PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1 Sistem 1
a. Suhu 20oC pada tabung 1
2,5 mL larutan K2S2O8 + 2,5 mL Larutan tidak berwarna
H2O.
Suhu 20oC pada tabung 2
Larutan tidak berwarna
5 mL KI + 0,5 mL larutan
Na2S2O3 + larutan kanji.
Larutan berwarna biru tua
Suhu 20oC pada campuran
tabung 1 dan 2. Suhu = 20oC, waktu = 281 t.
b. Suhu 30oC pada tabung 1
2,5 mL larutan K2S2O8 + 2,5 mL Larutan tidak berwarna
H2O.
Suhu 30oC pada tabung 2
5 mL KI + 0,5 mL larutan Larutan tidak berwarna
Na2S2O3 + larutan kanji.
Larutan berwarna biru tua
Suhu 30oC pada campuran
Suhu = 30oC, waktu = 156 t.
tabung 1 dan 2.
c. Suhu 40oC pada tabung 1
2,5 mL larutan K2S2O8 + 2,5 mL Larutan tidak berwarna
H2O.
Suhu 40oC pada tabung 2
5 mL KI + 0,5 mL larutan Larutan tidak berwarna
Na2S2O3 + larutan kanji.
Larutan berwarna biru tua
Suhu 40oC pada campuran
Suhu = 40oC, waktu = 118 t.
tabung 1 dan 2.
d. Suhu 50oC pada tabung 1
2,5 mL larutan K2S2O8 + 2,5 mL Larutan tidak berwarna
H2O.
Suhu 50oC pada tabung 2
5 mL KI + 0,5 mL larutan Larutan tidak berwarna
Na2S2O3 + larutan kanji.
Larutan berwarna biru tua
Suhu 50oC pada campuran
Suhu = 50oC, waktu = 70 t.
tabung 1 dan 2.
e. Suhu 60oC pada tabung 1
2,5 mL larutan K2S2O8 + 2,5 mL Larutan tidak berwarna
H2O.
Suhu 60oC pada tabung 2
5 mL KI + 0,5 mL larutan Larutan tidak berwarna
Na2S2O3 + larutan kanji.
Larutan berwarna biru tua
Suhu 60oC pada campuran
Suhu = 60oC, waktu = 34 t.
tabung 1 dan 2.
2 Sistem 2
a. Suhu 20oC pada tabung 1
3,5 mL K2S2O8 + 1,5 mL H2O. Larutan tidak berwarna
Suhu 20oC pada tabung 2
4 mL KI + 1 mL H 2O + 0,5
Larutan tidak berwarna
Na2S2O3 + 0,5 larutan kanji
Suhu 20oC pada campuran Larutan berwarna biru tua
tabung 1 dan 2. Suhu = 20oC, waktu = 244 t.
b. Suhu 30oC pada tabung 1
3,5 mL K2S2O8 + 1,5 mL H2O. Larutan tidak berwarna
Suhu 30oC pada tabung 2
4 mL KI + 1 mL H 2O + 0,5 Larutan tidak berwarna
Na2S2O3 + 0,5 larutan kanji
Suhu 30oC pada campuran Larutan berwarna biru tua
tabung 1 dan 2. Suhu = 30oC, waktu = 171 t.
c. Suhu 40oC pada tabung 1
3,5 mL K2S2O8 + 1,5 mL H2O. Larutan tidak berwarna
Suhu 40oC pada tabung 2
4 mL KI + 1 mL H 2O + 0,5
Na2S2O3 + 0,5 larutan kanji Larutan tidak berwarna
Suhu 40oC pada campuran
Larutan berwarna biru tua
tabung 1 dan 2.
Suhu = 40oC, waktu = 109 t.
d. Suhu 50oC pada tabung 1
3,5 mL K2S2O8 + 1,5 mL Larutan tidak berwarna
H2O.
Suhu 50oC pada tabung 2
4 mL KI + 1 mL H 2O + 0,5 Larutan tidak berwarna
Na2S2O3 + 0,5 larutan kanji
Larutan berwarna biru tua
Suhu 50oC pada campuran
Suhu = 50oC, waktu = 17 t.
tabung 1 dan 2.
e. Suhu 60oC pada tabung 1
3,5 mL K2S2O8 + 1,5 mL H2O. Larutan tidak berwarna
Suhu 60oC pada tabung 2
4 mL KI + 1 mL H 2O + 0,5
Na2S2O3 + 0,5 larutan kanji Larutan tidak berwarna
Suhu 60oC pada campuran
Larutan berwarna biru tua
tabung 1 dan 2.
Suhu = 60oC, waktu = 32 t.
F. ANALISIS DATA
1. Sistem I
a. Menantukan Nilai Ea dan A secara grafik
Persamaan grafik :
y = mx + b
Ea
m=
R
Ea = - R (m)
1) Nilai Energi Aktivasi (Ea)
y = mx + b
y = -4888,4 x + 11
Diketahui : m = -4888,4
R = 8,314 J/mol
Ditanyakan : Ea . . . . . ?
Penyelesaian :
-Ea/R = m
Ea=−R ( m )
Ea = -8,314 J/mol-4888,4
Ea = 40,624,15 J/mol
2) Nilai Faktor Frekuensi
y = mx + b
y = -4888,4 x + 11
Diketahui :b=1
Ditanyakan :A.....?
Penyelesaian :
ln k = -Ea/R 1/T + ln A
ln A = b
A = eb
A = e-11
A = 59.874,14
b. Nilai Konstanta Laju Reaksi (K)
Untuk T = 293 K
K = A e –Ea/RT
K = 59.874,14.e-40.624,15J/mol/-8,314J/mol k x 293k
K = 59.874,14. e-16,67
K = 59.874,14( 5,7585.10-8)
K = 0,003447.
Untuk T = 303 K
K = A e –Ea/RT
K = 59.874,14.e-40.624,15J/mol/-8,314J/mol k x 303k
K = 59.874,14. e-16,12
K = 59.874,14 ( 9,9809.10-8)
K = 0,00597.
Untuk T = 313 K
K = A e –Ea/RT
K = 59.874,14.e-40.624,15J/mol/-8,314J/mol k x 313k
K = 59.874,14. e-15.61
K = 59.874,14 (1,6621.10-8)
K = 0,009951
Untuk T = 323 K
K = A e-Ea/RT
K = 59,874,164.e-40.624,15J/mol/-8,314J/mol k x 323K
K = 59.874,14. e-15.12
K = 59,874,14 ( 2,7131.10-7)
K = 0,02547.
Untuk T = 333 K
K = A e-Ea/RT
K = 59.874,14 e-40.624,15J/mol/-8,314J/mol k x 333k
K = 59.874,14. e-14.67
K = 30,57247 ( 4,2550.10-7)
K = 0,016244.
2. Sistem II
a. Menantukan Nilai Ea dan A secara grafik
Persamaan grafik :
y = mx + b
m = - Ea/R
Ea = - R (m)
1) Nilai Energi Aktivasi (Ea)
y = mx + b
y = -6242,9 x + 15,656
Diketahui : m = -6242,9
J
R = −8,314
moL
Ditanyakan : Ea . . . . . ?
Penyelesaian :
-Ea = R (m)
Ea = - R (m)
Ea = - 8,314 J/mol-6242,9
Ea = 51.903,47 J/mol
2) Nilai Faktor Frekuensi
y = mx + b
y = -6242,9 x + 15,656
Diketahui : b = 15,656
Ditanyakan :A.....?
Penyelesaian :
ln k = -Ea/R 1/T + ln A
ln A = b
A = eb
A = e 15,656
A = 6.299.620,81
b. Nilai Konstanta Laju Reaksi (K)
Untuk T = 293 K
K = A e-Ea/RT
K = 6.299.620,81.e-51.903,47 J/mol/-8,314 J/mol k x 293 k
K = 6.299.620,81. e-21.30
K = 6.299.620,81 ( 5,6172 . 10-10)
K = 35.386.230 x 10-10
K = 0,003538
Untuk T = 303 K
K = A e-Ea/RT
K = 6.299.620,81.e-51.903,47 J/mol/-8,314 J/mol k x 303 k
K = 6.299.620,81. e-20.60
K = 6.299.620,81 ( 1,1311 . 10-9)
K = 7.125.501,1 x 10-9
K = 0,007125
Untuk T = 313 K
K = A e-Ea/RT
K = 6.299.620,81. e -51.903,47 J/mol/-8,314 J/mol k x 313 k
K = 6.299.620,81. e-19.94
K = 6.299.620,81 (2,1886 . 10-9)
K = 7.125.501,1 x 10-9
K = 0,013787.
Untuk T = 323 K
K = A e-Ea/RT
K = 6.299.601,81. e-51.903,47 J/mol/-8,314 J/mol k x 323 k
K = 6.299.601,81. e-19.32
K = 6.299.601,81 ( 4,0684 . 10-9)
K = 25.629.377,3 x 10-9
K = 0,025629
Untuk T = 333 K
K = A e e-Ea/RT
K = 6.299.601,1.e-51.903,47 J/mol/-8,314 J/mol k x 333k
K = 6.299.601,1. e-18.74
K = 45.775.564,7 ( 7,2664. 10-9)
K = 0,045775.
G. GRAFIK
1. Sistem I
1 1
T (oC) T (K) t (s) (K-1) ln t
T
20 293 281 0,003412 -5,63856
30 303 156 0,003300 -5,04990
40 313 118 0,003194 -4,77075
50 323 70 0,003095 -4,24855
60 333 34 0,003003 -3, 52639
1/T
0
0.0029 0.003 0.0031 0.0032 0.0033 0.0034 0.0035
-1
-2
Ln 1/t
Ln 1/t
-5
-6
Hubungan 1/T dan Ln 1/t
2. Sistem II
T (oC) T (K) t (s) 1/T (K-1) ln 1/t
20 293 244 0,003412 -5,49921
30 303 171 0,003300 -5,14183
40 313 109 0.003194 -4,69138
50 323 17 0,003095 -2,83327
60 333 32 0,003003 -3,465724
1/T
0
0.0029 0.003 0.0031 0.0032 0.0033 0.0034 0.0035
-1
-2
Ln 1/t
Ln 1/t
-3
Linear (Ln 1/t)
f(x) = − 6242.85030359497 x + 15.6558296497109
-4 R² = 0.794125197754841
-5
-6
Larutan kanji pada percobaan ini berfungsi sebagai indikator yang akan
menunjukkan perubahan warna campuran menjadi biru ketika campuran telah
bereaksi. Larutan ammonium Perklorat (NH4)2S2O8 berfungsi sebagai reduktor
yang akan mengoksidasi I- menjadi I2, Na2S2O3 berfugsi sebagai oksidator yang
akan mereduksi I2 kembali menjadi I- yang selanjutnya akan berikatan dengan
amilum. Iodida akan bereaksi dengan amilum setelah Na2S2O3 pada campuran
habis bereaksi dengan hal ini di jadikan sebagai waktu akhir titrasi, yang
dimana mulai bereaksi saat warna biru pertama kali muncul pada campuran. H 2O
pada percobaan ini berfungsi untuk menghidrolisis KI menjadi K+
dan I-.
Gambar 2.
Penentuan suhu Gambar 3. pencampuran
pada tabung 1 dan tabung 2 suatu larutan.
Pencampuran larutan pada masing-masing sistem harus dilakukan secara
cepat, hal ini bertujuan agar tidak terjadi perubahan suhu yang drastic pada
masing-masing tabung. Selain itu pencampuran dari tabung I ke tabung II dan
kembali lagi ke tabung I juga berjutuan untuk menghitung waktu yang dibutuhkan
untuk bereaksi sedangkan jika dilakukan sebaliknya maka warna biru akan
langsung nampak.
I. KESIMPULAN
Pada percobaan ini dapat di simpulkan bahwa :
1. Laju reaksi berbanding lurus dengan temperatur dimana semakin tinggi
temperature maka laju reaksi semakin cepat
2. Nilai tetapan laju reaksi dari suhu 20 0C, 30 0C, 40 0C, 50 0C, dan 60 0C
secara berturut-turut untuk sistem I yaitu 0,003447, 0,005975, 0,009951,
0,02547, dan 0,016244. Sedangkan pada sistem 2 yaitu 0,003412,
0,003300, 0,003194 0,003095, dan 0,0.
3. Energi aktivasi pada sistem 1 yaitu 40.1042,15 J/mol sistem 2 yaitu
51.903,47 J/mol.
J. SARAN
Praktikan selanjutnya diharapkan dapat untuk lebih teliti dalam melakukan
percobaan kepada
praktikan selanjutnya agar hasil yang diperoleh tidak gagal dan sesuai dengan
teori.
DAFTAR PUSTAKA
Desnelli dan Zainal Fanani. 2009. Kinetika Reaksi Oksidasi Asam Miristat,
Stearat, dan Oleat dalam Medium Minyak Kelapa Sawit, Serta Tanpa
Medium. Jurnal Penelitian Sains. Vol 12. No 1. DOI : 1.2107
Khathir, Rita, Ratna dan Rama Niza Putri. (2014). Penentuan Umur Simpan
Lengkuas dengan Model Arrhenius Berdasarkan Kadar Air dan Kadar
Sari Larut dalam Air. Jurnal Ronal Teknik Pertanian. Vol. 7 No. 1,
ISSN : 1549-1457
Purba, Elinda, dan Ade Citra Khairunisa. (2012). Kajian Awal Alju Reaksi untu
Penyerapan Gas CO2 Menggunakan Mikroalga Tetraselmis Chuii. Jurnal
Rekayasa Proses. Vol.6, No.1. ISSN: 1527 – 1276.
Rifkowaty, Encik Eko dan Khairul Muttaqin. (2016). Penentuan Umur Simpan
Sirup Kranji (Dialium Indum L.) menggunakan Metode Accelerated
Shelf-Life Testing (Aslt) Suhu. Jurnal Teknologi Pangan. Vol.7, No.1.
ISSN: 1456 – 1524.