Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini masalah kesehatan sudah menjadi kebutuhan yang utama

bagi masyarakat. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang prima. Seiring dengan

meningkatnya taraf kehidupan masyarakat, maka semakin meningkat pula

tuntutan masyarakat akan nilai-nilai kesehatan. untuk memelihara kesehatan

membutuhkan biaya yang mahal. Pembiayaan Kesehatan adalah besarnya

dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau

memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan,

keluarga, kelompok dan masyarakat. menurut Azrul Azwar (dalam

Pengantar Administrasi Kesehatan:2010) Pembiayaan kesehatan yang kuat,

stabil dan berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk

penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai berbagai

tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu negara diantaranya

adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses (equitable access to

health care) serta pelayanan yang berkualitas (assured quality).

Menurut UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengatur besar

anggaran kesehatan pusat adalah 5% dari APBN di luar gaji, sedangkan

APBD Propinsi dan Kab/Kota 10% d luar gaji, dengan peruntukannya 2/3

untuk pelayanan publik. Peningkatan biaya dapat mengancam akses dan

mutu pelayanan kesehatan dan karenanya untuk mengatasi masalah

1
2

pembiayaan kesehatan dapat dengan peningkatan pendanaan kesehatan agar

mencukupi untuk mendukung pembangunan kesehatan sebagai investasi

sumber daya manusia, dengan pendanaan pemerintah yang terarah untuk

kegiatan public health seperti pemberantasan penyakit menular dan

penyehatan lingkungan, promosi kesehatan, serta biaya pemeliharaan

kesehatan penduduk miskin.

Sedangkan pendanaan masyarakat harus diefisiensikan dengan

pendanaan gotong-royong untuk berbagi risiko gangguan kesehatan, dalam

bentuk jaminan kesehatan. Jaminan kesehatan dalam hal ini asuransi adalah

sesuatu yang dipertanggungkan jika terjadi suatu resiko. Obyek Asuransi

dapat berupa benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia maupun

tanggung jawab hukum, semua kepentingan lainnya yang dapat hilang,

rusak, rugi, dan atau berkurang nilainya. Asuransi dapat diartikan sebagai

jaminan terhadap segala kemungkinan atau risiko yang akan terjadi di waktu

akan datang.

Asuransi merupakan istilah pada tindakan, sistem, atau bisnis ganti

rugi secara finansial untuk jiwa, properti, kesehatan, dan lainnya untuk

mendapatkan penggantian dari kejadian-kejadian yang tidak terduga, seperti

kematian, kehilangan, kerusakan, atau sakit dengan melibatkan pembayaran

premi secara teratur dalam jangka waktu tertentu. Asuransi secara finansial

dimanfaatkan sebagai bentuk pengendalian risiko, dan memiliki berbagai

manfaat dalam fungsi utama, fungsi sekunder, dan fungsi tambahan. Fungsi

utama asuransi adalah sebagai pengalihan risiko serta pengumpulan dana


3

dan premi yang seimbang. Fungsi sekunder asuransi adalah merangsang

pertumbuhan usaha, mencegah kerugian, pengendalian kerugian, memiliki

manfaat sosial, dan sebagai tabungan. Sedangkan fungsi tambahan asuransi

adalah sebagai investasi dana dan invisible earnings (Muh Al

Thakhrik,2017:3). Asuransi terlebih asuransi kesehatan sangat penting bagi

masyarakat karena asuransi kesehatan dapat mendekatkan akses masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan, mengubah peristiwa yang tidak pasti menjadi

pasti dan terencana, serta dapat membantu mengurangi risiko perorangan ke

risiko sekelompok orang dengan cara perangkuman risiko. Oleh karena itu,

maka akan terjadi subsidi silang antara yang muda membantu yang tua,

yang sehat membantu yang sakit, dan yang kaya membantu yang miskin.

Saat ini Pemerintah Republik Indonesia telah membuat Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN) agar seluruh masyarakat Indonesia terjamin

oleh asuransi kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Disahkannya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 pada

tanggal 19 oktober 2004 tentang SJSN memberikan landasan hukum

terhadap kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia, khususnya mengenai jaminan sosial. Selanjutnya, sebagai

penyempurna dari Undang-Undang SJSN 2004 ditetapkan Undang-Undang

nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

yang diawali dengan beroperasinya BPJS Kesehatan pada tanggal 1 Januari

2014. Dengan telah disahkannya Undang-Undang tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial maka PT. Askes (Persero) dinyatakan


4

bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan. Walaupun terbilang masih dalam

usia muda dan melakukan beberapa perubahan peraturan, manfaat dari

program BPJS Kesehatan ini sudah bisa dirasakan oleh masyarakat luas baik

dari yang tinggal diperkotaan maupun pelosok negeri.

Menggunakan BPJS Kesehatan menjadi pilihan banyak orang

belakangan ini di mana hal ini memang cukup membantu dalam

mendapatkan akses layanan kesehatan yang memadai dan terjangkau. Di era

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) rumah sakit merupakan fasilitas

kesehatan rujukan tingkat lanjut yang menangani pasien rujukan dari

fasilitas kesehatan tingkat pertama. Adanya program Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) dari pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial menuntut tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan kepada

pasien peserta JKN baik di Rumah Sakit Negeri ataupun Rumah Sakit

Swasta yang telah ditunjuk. Sayangnya masih banyak orang yang belum

mengerti akan arti, tugas, dan fungsi BPJS kesehatan.

Berdasarkan Permenkes Republik Indonesia Nomor

340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit di Indonesia

terdapat tiga jenis rumah sakit dengan fungsi yang berbeda-beda. Pertama

rumah sakit pemerintah yang mengemban fungsi politis dan sosial. Kedua

adalah sakit swasta yang berfungsi sosial. Sedangkan ketiga adalah rumah

sakit swasta yang berfungsi sebagai usaha berorientasi laba. Tujuan Jaminan

Kesehatan secara umum yaitu mempermudah masyarakat untuk mengakses

pelayanan kesehatan yang bermutu serta meningkatkan komitmen penyedia


5

pelayanan kesehatan dalam memenuhi hak dan ekspektasi warga terhadap

pelayanan kesehatan yang efektif, bermutu, dan dibutuhkan.

Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang termasuk dalam kategori

rumah sakit swasta yang memiliki fungsi sosial,yaitu sebagai penyedia

layanan kesehatan, sekaligus fungsi komersial sebagai industri jasa

kesehatan. Sehingga dalam upaya meningkatkan pelayanan bagi masyarakat

maka Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang bekerja sama dengan BPJS

Kesehatan demi mensukseskan kesehatan sosial bagi masyarakat. Rumah

Sakit adalah suatu organisasi yang sangat kompleks karena bersifat padat

modal, padat tenaga kerja, padat teknologi dan juga padat masalah (Widayat

R, 2009:18). Sebagai suatu organisasi yang kompleks tersebut tidak

dipungkiri bahwa Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang tidak dapat terhindar

dari berbagai permasalahan dalam mencapai tujuan organisasi.

Permasalahan tersebut diantaranya adalah kurangnya pemahaman

masyarakat terhadap pemanfaatan BPJS Kesehatan di rumah sakit swasta

serta terbukanya arus informasi di era digital sekarang ini, yang membuat

Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang sangat rentan mendapat pemberitaan

buruk dan persepsi dari masyarakat. Juga sebagian masyarakat belum

memahami dan mengerti secara benar prosedur pelayanan dengan

menggunakan BPJS Kesehatan yang mana membuat pasien sendiri merasa

direpotkan dan tidak puas terhadap pelayanan yang diterima. Dalam hal ini

membuat pihak dari penyedia layanan kesehatan, baik Fasilitas Kesehatan


6

Tingkat Pertama maupun Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut seperti Rumah

Sakit, berbenturan dengan pengguna layanan BPJS Kesehatan.

Pelayanan Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang kini semakin luas

hingga mampu menembus berbagai macam sektor lapisan masyarakat,

dengan berbagai macam latar belakang. Fenomena sosial lain yang

berkembang dewasa ini adalah masyarakat selalu membandingkan kualitas

yang mereka terima antara satu instansi dengan instansi lain. Terlebih lagi di

era BPJS Kesehatan seperti sekarang ini, masyarakat pastinya akan lebih

memilih fasilitas terbaik yang akan mereka dapatkan. Tidak sedikit pula

pasien yang mengeluh dan kurang puas akan pelayanan kesehatan yang

didapatkan. Meskipun di era JKN ini Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang

telah berusaha memberikan pelayanan berkualitas dan semaksimal mungkin,

namun dalam proses sosialisasi pemanfaatan BPJS sepertinya masih

dianggap belum maksimal.

Untuk mendukung penelitian ini, peneliti melakukan peninjauan

dan observasi terhadap beberapa literatur hasil penelitian yang terdahulu

yang setema dengan penelitian peneliti. Berikut beberapa rujukan yang

setema dengan peneliti yaitu : Penelitian pertama , penelitian yang

dilakukan Eri Witcahyo (2016) Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Jember tentang “Kesiapan dan Persepsi Masyarakat Kabupaten

Bondowoso terhadap Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)”

berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa banyak masyarakat yang

telah mendengar terkait JKN, namun informasi yang mereka dapatkan


7

masih terbatas, hal tersebut berdampak pada ketidakyakinan mereka untuk

mengikuti JKN, Selain itu penilaian terhadap prosedur kepesertaan JKN

yang rumit juga menyebabkan masyarakat merasa enggan mengikuti

jaminan kesehatan.

Penelitian Kedua adalah penelitian dari Heni Wiji Arista (2015)

Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Jember tentang

“Persepsi Masyarakat Tentang Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional

di RS Soebandi Jember” berdasarkan hasil penelitiannya yang mencakup

akses informasi, proses pendaftaran, kualitas layanan, proses pembayaran

dan biaya yang harus dibayarkan setiap bulannya sudah baik. Namun hasil

wawancara mengenai persepsi masyarakat jember tentang kualitas layanan

di RS. Soebandi menghasilkan berbagai jawaban yang sebagian menyatakan

bahwa pelayanan yang diberikan sudah baik.

Dari kedua penelitian diatas mengenai persepsi masyarakat

terhadap proses penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

memiliki hasil beraneka ragam. Sehingga penulis tertarik meneliti

bagaimana persepsi masyarakat Semarang terhadap proses sosialisasi

pemanfaatan BPJS di Rumah Sakit St.Elisabeth.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah pokok yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana persepsi masyarakat terhadap proses sosialisasi pemanfaatan

BPJS di RS St.Elisabeth?
8

1.3 Tujuan Penelitian :

Penelitian ini akan mengarahkan kajiannya secara teliti untuk

memahami dan mendeskripsikan secara rinci dan mendalam mengenai :

Persepsi masyarakat terhadap proses sosialisasi pemanfaatan BPJS

di RS St.Elisabeth?

1.4 Manfaat Penelitian :

Hasil penelitian yang berupa kajian yang mendalam tentang

bagaimana persepsi masyarakat terhadap proses sosialisasi pemanfaatan

BPJS ini diharapkan bermanfaat :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi tersendiri bagi kajian Ilmu Komunikasi, sumbangan

ilmiah, pemikiran, dan ide serta sarana untuk memahami ilmu

komunikasi dalam memahami persepsi masyarakat terutama dalam

kajian persepsi masyarakat terhadap sosialisasi pemanfaatan BPJS

di RS St.Elisabeth Semarang.

1.4.2 Manfaat Praktis

Melihat kembali tentang proses sosialisasi pemanfaatan

BPJS di RS St.Elisabeth terhadap masyarakat Semarang. Melalui

penelitian kualitatif dengan metode empirico inductive akan

ditemukan makna persepsi masyarakat secara teoritis tampaknya

memang berkaitan dengan faktor proses sosialisasinya.

Anda mungkin juga menyukai