Bea
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020 pasal atau surat lainnya yang sejenis, beserta rangkapnya;
kutipannya;
untuk menerangkan
transaksi kontrak berjangka, dengan nama dan dalam
mengenai suatu kejadian yang f. Dokumen lelang yang berupa kutipan risalah lelang,
risalah lelang;
b. Dokumen yang digunakan sebagai g. Dokumen yang menyatakan jumlah uang dengan nilai
dan
Pemerintah.
Tarif Bea Meterai
PP No 24 / 2000
Tarif bea meterai terbagi
menjadi dua, yaitu sebesar Rp
3.000,- dan Rp 6.000,-
UU RI No 10 Tahun 2020
(UU Bea Meterai)
tarif bea meterai
disederhanakan menjadi satu
tarif bea meterai, yaitu Rp
10.000,-
Tarif Bea Meterai (UU RI No 10 Tahun 2020)
Pasal 5
Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dikenai Bea Meterai dengan tarif
tetap sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah).
Pasal 6
1.
Besarnya batas nilai nominal Dokumen yang dikenai Bea Meterai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (21 huruf g dapat diturunkan atau dinaikkan sesuai
dengan kondisi perekonomian nasional dan tingkat pendapatan masyarakat.
2.
Besarnya tarif Bea Meterai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapat diturunkan
atau dinaikkan sesuai dengan kondisi perekonomian nasional dan tingkat pendapatan
masyarakat.
3.
Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dapat dikenai Bea Meterai dengan
tarif tetap yang berbeda dalam rangka melaksanakan program pemerintah dan
mendukung pelaksanaan kebijakan moneter dan/atau sektor keuangan.
4.
Perubahan besarnya batas nilai nominal Dokumen yang dikenai Bea Meterai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), besarnya tarif Bea Meterai sebagaimana
dimaksud pada ayat (21, atau Dokumen dan besaran tarif tetap yang berbeda
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Ralryat Republik Indonesia.
Pelunasan Bea Materai
Peraturan Menteri Keuangan nomor 4/PMK.03/2021
PASAL 2 :
(1) Pihak Yang Terutang melakukan pembayaran Bea
Meterai yang terutang pada Dokumen pada saat terutang Bea Meterai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Undang-Undang Bea Meterai.
(2) Dokumen yang terutang Bea Meterai dikenai Bea Meterai
dengan tarif tetap sebesar Rpl0.000,00 (sepuluh ribu
rupiah).
PASAL 3 :
(1) Pembayaran Bea Meterai yang terutang pada Dokumen dilakukan
dengan menggunakan:
a. Meterai; atau
b. SSP.
(2) Meterai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
berupa:
a. Meterai tempel; atau
b. Meterai dalam bentuk lain.
Pembayaran Bea Meterai
dengan Menggunakan
Pembayaran Bea Meterai Meterai Teraan
dengan Menggunakan
Meterai Dalam Bentuk Lain
Pasal 7
Pasal 6 Meterai teraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a hanya digunakan
Meterai dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal untuk pembayaran Bea Meterai oleh Pihak Yang Terutang yang telah memperoleh
3 ayat (2) huruf b meliputi: izin tertulis dari Direktur Jenderal Pajak untuk membuat Meterai teraan.
a. Meterai teraan; Pasal 8
b. Meterai komputerisasi; dan (1) Pembayaran Bea Meterai dengan menggunakan Meterai teraan sebagaimana
c. Meterai percetakan. dimaksud dalam Pasal 6 huruf a dilakukan dengan membubuhkan Meterai yang
dibuat dengan menggunakan mesin teraan meterai digital pada Dokumen yang
terutang Bea Meterai.
(2) Dalam hal Dokumen yang terutang Bea Meterai terdiri atas dua lembar atau
lebih, Meterai teraan dibubuhkan pada lembar pertama Dokumen.
(3) Meterai teraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a berwarna merah
dan memiliki unsur-unsur yang meliputi:
a. logo Kementerian Keuangan;
b. tulisan "Direktorat Jenderal Pajak";
c. logo dan/ atau tulisan nama Pembuat Meterai;
d. tulisan "METERAI TERAAN";
e. angka yang menunjukkan tarif Bea Meterai;
f. tanggal, bulan, dan tahun pembubuhan;
g. nomor mesin; dan
h. kode unik.
Pembayaran Bea Meterai Pembayaran Bea Meterai
dengan Menggunakan dengan Menggunakan
Meterai Komputerisasi Meterai Percetakan
Pasal 9 Pasal 11
Meterai komputerisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b (1) Pembayaran Bea Meterai dengan menggunakan Meterai percetakan
hanya digunakan untuk pembayaran Bea Meterai oleh Pihak Yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c dilakukan dengan membubuhkan
Terutang yang telah memperoleh izin tertulis dari Direktur Jenderal Meterai yang dibuat dengan menggunakan teknologi percetakan pada Dokumen
Pajak untuk membuat Meterai komputerisasi. yang terutang Bea Meterai.
Pasal 10 (2) Pembubuhan Meterai yang dibuat dengan menggunakan teknologi percetakan
(1) Pembayaran Bea Meterai dengan menggunakan Meterai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan dalam rangka pemungutan
komputerisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b Bea Meterai atas Dokumen berupa eek dan bilyet giro.
dilakukan dengan membubuhkan Meterai yang dibuat dengan Pasal 12
menggunakan sistem komputerisasi pada Dokumen yang terutang (1) Pembubuhan Meterai yang dibuat dengan menggunakan teknologi percetakan
Bea Meterai. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dilaksanakan oleh Pembuat Meterai
(2) Dalam hal Dokumen yang terutang Bea Meterai terdiri atas dua yang telah memperoleh izin tertulis dari Direktur Jenderal Pajak untuk membuat
lembar atau lebih, Meterai komputerisasi dibubuhkan pada lembar Meterai percetakan.
pertama Dokumen. (2) Meterai percetakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c memiliki
(3) Meterai komputerisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf unsur-unsur yang meliputi:
b memiliki unsur-unsur yang meliputi: a. tulisan "METERAI PERCETAKAN";
a. tulisan "BEA METERAI LUNAS"; dan b. logo Kementerian Keuangan;
b. angka yang menunjukkan tarif Bea Meterai. c. angka yang menunjukkan tarif Bea Meterai; dan
d. nama Pembuat Meterai.
Pembayaran Bea Meterai dengan Menggunakan SSP
Pasal 13
SSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b hanya digunakan untuk pembayaran Bea Meterai oleh Pihak Yang Terutang dalam hal:
a. pembayaran Bea Meterai atas Dokumen yang akan digunakan sebagai alat bukti di pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf
b Undang-Undang Bea Meterai, dengan jumlah lebih dari 50 (lima puluh)
Dokumen; atau
b. pembayaran Bea Meterai dengan menggunakan Meterai tempel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a tidak memungkinkan untuk
dilakukan karena Meterai tempel tidak tersedia atau tidak dapat digunakan.
Pasal 14
Dalam hal pembayaran Bea Meterai dengan menggunakan Meterai tempel tidak memungkinkan untuk dilakukan pada saat terutang Bea Meterai
yang disebabkan keadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b, pembayaran Bea Meterai dengan menggunakan SSP oleh Pihak Yang
Terutang dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak saat terutang Bea Meterai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Undang-Undang Bea
Meterai.
Pasal 15
Pembayaran Bea Meterai dengan menggunakan SSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dilakukan dengan:
a. menyetorkan Bea Meterai yang terutang ke kas negara dengan menggunakan formulir SSP atau Kode Billing dengan kode akun pajak 411611 dan
kode jenis setoran 100;
b. membuat daftar Dokumen dalam hal pembayaran Bea Meterai dengan menggunakan SSP dilakukan atas dua atau lebih Dokumen yang terutang
Bea Meterai; dan
c. melekatkan SSP sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang telah mendapatkan NTPN dengan Dokumen yang terutang Bea Meterai atau daftar
Dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf b.
Pemateraian
Kemudian
Peraturan Menteri Keuangan nomor 4/PMK.03/2021
Pasal 19
Pemeteraian Kemudian dilakukan untuk:
a. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-
Undang Bea Meterai yang Bea Meterainya tidak atau kurang dibayar
sebagaimana mestinya; dan/ atau
b. Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b Undang-Undang
Bea Meterai.
Pasal 20
Pihak yang wajib membayar B~a Meterai melalui Pemeteraian
Kemudian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 merupakan Pihak
Yang Terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
Undang-Undang Bea Meterai.
Pasal 21 Pasal 22
Bea Meterai yang wajib dibayar melalui Pemeteraian (1) Pembayaran Bea Meterai yang terutang
Kemudian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 sebagaimana
sebesar: dimaksud dalam Pasal 21 dilakukan dengan
a. Bea Meterai yang terutang sesuai dengan ketentuan menggunakan:
peraturan perundang-undangan yang berlaku pada saat 1. Meterai tempel; atau
terutangnya Bea Meterai ditambah dengan sanksi 2. SSP sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
administratif sebesar 100% (seratus persen) dari Bea 3. Pasal 13
Meterai yang terutang, dalam hal Dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a terutang (2) Pembayaran sanksi administratif sebagaimana
Bea Meterai sejak tanggal 1 Januari 2021; dimaksud
b. Bea Meterai yang terutang sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 21 huruf a dan huruf b dilakukan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku pada saat menggunakan formulir SSP atau Kode Billing dengan
terutangnya Bea Meterai ditambah dengan sanksi kode akun pajak 411611 dan kode jenis setoran 512.
administratif sebesar 200% (dua ratus persen) dari Bea
Meterai yang terutang, dalam hal Dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a terutang
Bea Meterai sebelum tanggal 1 Januari 2021; dan
c. Bea Meterai yang terutang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku pada saat
Pemeteraian Kemudian dilakukan atas Dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b.
Pasal 23
(1) Pemeteraian Kemudian sebagaimana dimaksud (3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada
dalam ayat (2) telah terpenuhi, Pejabat sebagaimana dimaksud
Pasal 19 disahkan oleh: pada ayat (1) melakukan pengesahan dengan
1. Pejabat pos; atau membubuhkan cap Pemeteraian Kemudian pada:
2. Pejabat lain yang ditunjuk Direktur Jenderal Pajak. 1. Dokumen atau daftar Dokumen yang Bea
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Meterainya telah dibayar melalui Pemeteraian
memastikan: Kemudian; dan/atau
1. Meterai tempel yang digunakan untuk pembayaran 2. SSP yang telah mendapatkan NTPN.
Bea Meterai yang terutang merupakan Meterai
Pasal 28
(1) Kepala KPP tempat Pihak Yang Terutang terdaftar
menyampaikan pemberitahuan kepada Kepala KPP tempat Pemungut
Bea Meterai terdaftar dalam hal ditemukan data bahwa Dokumen yang
Bea Meterainya tidak atau kurang dibayar merupakan Dokumen yang
Bea Meterainya seharusnya dipungut oleh Pemungut Bea Meterai.
(2) Kepala KPP tempat Pemungut Bea Meterai terdaftar
menindaklanjuti pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
Bea Meterai.
Menimbang: a. bahwa Mesin Teraan Meterai yang digunakan sekarang sudah tidak sesuai dengan
perkembangan jaman dan dunia usaha, karena tidak memberikan jaminan keamanan
yang memadai bagi penerimaan negara;
b. bahwa memperhatikan perkembangan teknologi informasi dimana sudah tersedia
Mesin Teraan Meterai Digital yang memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak dan
memberikan jaminan keamanan yang memadai bagi penerimaan negara;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu
menetapkan Penggunaan Mesin Teraan Meterai Digital sebagai pengganti Mesin
Teraan Meterai Manual dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak;
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER- 17 /PJ/2008
TENTANG
PENGGUNAAN MESIN TERAAN METERAI DIGITAL
Pasal 1
Mesin Teraan Meterai Manual adalah Mesin Teraan Meterai yang cara pengisian
depositnya dilakukan dengan sistem mekanik yaitu dengan membuka dan
memasang segel timah.
Pasal 5
Mesin Teraan Meterai Manual yang pada saat berlakunya ketentuan ini masih
digunakan, tetap dapat digunakan sesuai ketentuan yang berlaku selama 2 (dua)
tahun sejak Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini berlaku.
PENGGUNAAN MESIN
TERAAN METERAI
DIGITAL
PASAL 1
Mesin Teraan Meterai adalah Salah satu alat pelunasan
Bea Meterai dengan menggunakan cara lain, yang
digunakan untuk membubuhkan tanda Bea Meterai
Lunas
Mesin Teraan Meterai Digital adalah Mesin Teraan
Meterai yang cara pengisian depositnya dilakukan
dengan sistem elektronik, dimana intervensi manusia
tidak dibutuhkan seperti Mesin Teraan Meterai sistem
Deposit Code Recrediting (DCR) atau sistem sejenis
lainnya.
Deposit Code Recrediting (DCR) adalah Suatu metode
pengisian deposit dengan menggunakan aplikasi kode
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER- 17 /PJ/2008
deposit.
TENTANG
PENGGUNAAN MESIN TERAAN METERAI DIGITAL
(2) Kantor Pelayanan Pajak setelah meneliti permohonan pendaftaran dari Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
a. menerbitkan izin penggunaan Mesin Teraan Meterai Digital paling lambat 7 (tujuh) hari sejak surat permohonan diterima lengkap
b.memasukkan informasi mengenai identitas Wajib Pajak, dan identitas/nomor seri Mesin Teraan Meterai Digital ke dalam server e-Meterai.
(3) Modul Penerimaan Negara (MPN) yang berada di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak setelah menerima deposit pembayaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b secara otomatis memberitahukan adanya pembayaran tersebut kepada Server e-Meterai.
(4). Aplikasi Kode Deposit setelah menerima informasi pembayaran deposit dari Server e-Meterai:
a. secara otomatis membangkitkan kode deposit yang diperuntukkan khusus bagi mesin yang akan diisi depositnya;
b. secara otomatis menginformasikan kode deposit tersebut kepada Wajib Pajak melalui faksimili, e-mail, sms, terminal data, atau cara lain.
Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) Undang Undang No. 10 tahun 2020 (UU Bea Meterai),
dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan harus dilakukan pemeteraian
kemudian. Adapun penjelasan bahwa dokumen yang merupakan objek yang telah
dibayar bea meterainya, saat digunakan sebagai dokumen alat bukti di pengadilan, tidak
wajib lagi dilakukan pemeteraian kemudian. Dalam kasus ini, Tuan Surya menggunakan
akta jual beli tanah dan surat wasiat dari mendiang orang tuanya sebagai bukti di
persidangan. Dengan demikian, atas kedua bukti tersebut perlu dilakukan pemetaian
kemudian. Akan tetapi, karena dokumen akta jual beli tanah yang diterbitkan oleh PPAT
merupakan objek bea meterai maka tidak perlu dilakukan pemeterian kemudian. Adapun
pihak yang wajib membayar bea meterai melalui pemeteraian kemudian adalah Tuan
Surya sebagai pihak yang memegang dokumen tersebut
Terima Kasih
Kelompok 3