DI SUSUN OLEH :
1. KONSEP DASAR
A. DEFINISI TRAUMA MEDULA SPINIALIS
Trauma medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurlogis yang disebabkan oleh benturan
pada daerah medulla spinalis ( Brunner 7 sudarth, 2001 ). Trauma medulla spinalis adalah buatan
kerusakan tulang dan sumsum yang mengakibatkan gangguan sistem persyarafan didalam tubuh
manusia yang diklasifikasikan sebagai :
a. Komplet ( kehiangan sensasi dan fungsi motorik total )
b. Tidak Komplet ( campuran kehilangan sensori dan fungsi motorik )
Trauma medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologisyang disebabkan
seringkali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila trauma ini mengenai daerah servikal pada
lengan ,badan, dan tungkai mata penderita itu tidak tertolong. Dan apabila saraf frenitus itu
terserang maka dibutuhkan pernafasan buatan, sebelum alat pernafasan mekanik dapat di
gunakan.
Vetebra yang paling sering mengalami cedera adalah medulla spinalis pada daerah servikal
(leher) ke-5,6, dan 7, torakal ke-12, dan lumbal pertama. Vetebra ini adalah paling rentan
karena ada rentang mobilitas yang lebih besar dalam kolumna vetebral dalam area ini.
B. Anatomi
Medula spinalis dan batang otak membentuk struktur kontinu yang keluar darihimisfer serebral dan
memberikan tugas sebagai penghubung otak dan saraf peifer, seperti kulit dan otot. Panjangnya rata-
rata 45 cm dan menipis pada jari-jari. Medulla spinalis ini memanjangdari fenomena magnum
didasar tengkorak sampai bagian atas lumbar kedua tulang belakang, yang berakhir di dalam berkas
serabut yang disebut konus medullaris. Seterusnya di bawah lumbar kedua adalah akar saraf, yang
memanjang melebihi konus, dan disebut kauda equina, akar saraf ini menyerupai ekor kuda.
a. Saraf – Saraf Spinal
Medulla spinalis tersusun dari 33 segmen yaitu 7 segmen servikal, 12 torakal, 5 lumbal, 5
sakral dan 5 segmen koksigus. Medulla spinalis mempunyai 31saraf ; masing-masing
segmen mempunyai satu untuk setiap sisi tubuh. Seperti juga otak, medulla spinalis terdiri
dari subtansi grisea dan alba. Subtansi grisea di dalam otak adadi daerah eksternal dan
subtansi alba pada bagian internal ; di medulla spinalis, subtansi grisea ada di bagian tengah
dan semua sisi saraf dikelilingi oleh subtansia alba.
b. Kolumna vertebrata
Kolumna vertebrata melindungi medulla spinalis, memungkinkan gerakan kepala dan
tungkai, dan menstabilkan struktur tulang untuk ambulasi. Vertebra terpisah oleh potongan-
potongan kecuali servikal pertama dan kedua, sakral dan tulang belakang koksigius. Masing-
masing tulang belakang mempunyai hubungan dengan ventral tubuh dan dorsal atau
lengkungan saraf, dimana semua berada di bagian posterior tubuh. Seterusnya lengkungan
saraf terbagidua yaitu pedikel dan lamina. Badan vertebra, arkus saraf, pedikel dan lamina
semuanya berada di kanalis vertebralis.
c. Stuktur Medulla Spinalis
Medulla spinalis dikelilingi oleh meningen, dura, arakhnoid,dan pia meter. Diantara dura
meter dan kanalis vertebralis terdapat ruang epidural. Medulla spinalis terbentuk stuktur H
dengan badan sel saraf ( substansia grisea ) dikeliling traktus aseden dan desenden (subtansia
alba ). Bagian bawah yang berbentuk H meluas dari bagian atas dan bersamaan menuju
bagian tanduk anterior (anterior horns ). Keadaan tanduk-tanduk ini berupa sel-sel yang
mempunyai serabut-serabut , yang membentuk ujung akar anterior (motorik) dan berfungsi
untuk aktivitas yang disadari dan aktivitas refleks dari otot-otot yang berhubungan dengan
medulla spinalis. Bagian pasterior yang tipis (upper horns) mengandung sel-sel beupa
serabut-serabut yang masuk ke ujung akar posterior.
d. Traktus spinalis
Substansia alba membentuk bagian medulla spinalis yang besar dan dapat terbagi menjadi
tiga kelompok serabut-serabut disebut traktus atau jaras. Traktus posterior menyalurkan
sensasi, persepsi terhadap sentuhan, tekanan, getaran,posisi, dan gerakan pasif bagian-bagian
tubuh. Sebelum menjangkau daerah korteks serebri,serabut-serabut ini menyilang ke daerah
yang berlawanan pada medulla oblongata. Traktus spinotalamus (serabut-serabut segera
menyilang ke sisi yang berlawanan dan masuk medulla spinalis naik ). Bagian ini bertugas
mengirim implus nyeri dan temperatur ke talamus dan korteks serebri. Traktus lateral
(piramidal, kortikospinal) menyalurkan implus motorik ke sel-sel tanduk anterior dari sisi
yang berlawanan di otak. Serabut-serabut desenden merupakan sel-sel saraf yang di dapat
pada daerah sebelum pusat korteks. Bagian ini menyilang di medulla oblongata yang disebut
piramida.
C. Etiologi
Penyebab trauma medulla spinalis adalah :
1. Kecelakaan otomobil, industri.
2. Terjatuh, olahraga.
3. Luka tusuk, tembak.
4. Tumor .
D. Manifestasi Klinis
Jika dalam keadaan sadar, pasien biasanya mengeluh nyeri akut pada belakang leher, yang
menyebar sepanjang saraf yang terkena. Pasien sering mengatakan takut kalau leher atau
punggungnya patah. Cedera saraf spinal dapat menyebabkan gambaran paraplegia atau
guadriplegia. Akibat dari cedera kepala bergantung pada tingkat cedera pada medulla dan
tipe cedera.
Tingkat neurologik yang berhubungan dengan tingkat fungsi sensori dan motorik bagian
bawah yang normal. Tingkat neurologik bagian bawah mengalami paralisis sensorik dan
motorik total, kehilangan kontrol kandung kemih dan usus besar biasanya terjadi retensi
urine dan ditensi kandung kemih, penurunan keringat dan tonus vasomotor, dan penurunan
tekanan darah diawali dengan resistensi vaskuler perifer.
Tipe cedera mengacu pada luasnya cedera medulla spinalis itu sendiri. Masalah
pernapasan dikaitkan dengan penurunan fungsi pernapasan, beratnya bergantung pada
tingkat cedera. Otot –otot yang berperan dalam pernapasan adalah abdominal,interkostal
(TI-TI I ) dan diafragma. Padacedera medulla servikal tinggi, kegagalan pernapasan akut
adalah penyebab utama kematian.
E. Patofiologi
Kerusakan medulla spinalis berkisar dari kromosio sementara ( di mana pasien sembuh
sempurna ) sampai kontusio, laserasi, dan komperasi subtansi medulla ( baik salah satu atau
dalam kombinasi ), sampai transeksi lengkap medulla ( yang membuat pasien paralisis di
bawah tingkat cedera ).
Bila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis, darah dapat merembes ke
ekstradural, subdural atau daerah subarakhnoid pada kanal spinal. Segera setelah terjadi
kontusion atau robekan akibat cedera, serabut-serabut saraf mulai membengkak dan hancur.
Sirkulasi darah ke substansia grisea medulla spinalis menjadi terganggu. Tidak hanya hal ini
saja yang terjadi pada cedera pembuluh darah mendulla spinalis, tetapi proses patogenik
dianggap menyebabkan kerusakan yang terjadi pada cedera medulla spinalis akut. Suatu
rantai sekunder kejadian-kejadian yang menimbulkan iskemia, hipoksia, edema, dan lesi-lesi
hemoragi, yang pada gilirannya mengakibatkankerusakan mielin dan akson.
Reaksi sekunder ini, diyakini menjadi penyebab prinsip degenerasi medulla spinalis
pada tingkat cedera, sekarang dianggap reversibel 4 sampai 6 jam setelah cedera. Untuk itu
jika kerusakan medulla tidak dapat diperbaiki, maka beberapa metode mengawali
pengobatan dengan menggunakan kortikosteroid dan obat-obat anti inflamasi lainnya yang
dibutukan untuk mencegah kerusakan sebagian dari perkembangannya, masuk ke dalam
kerusakan total dan menetap.
PATHWAYS
Hemoragi
Serabut-serabut membengkak/hancur
Ketidakmampuan
F. Komplikasi
1. Syok spinal
Merupakan depresi tiba-tiba aktivitas reflek pada medulla spinalis (areflexia) di
bawah tingkat cedera.
2. Trombosis Vena Profunda (TVP)
Adalah komplikasi umum dari imobilitas dan umumnya pada pasien cedera medulla
spinalis. Pasien PVT beresiko mengalami embolisme paru (EP), suatu komplikasi
yang mengancam hidup. Manifestasi EP meliputi nyeri dada pleuritis, cemas, napas
pendek,dan nilai gas darah abnormal ( peningkatan PCO2 dan penurunan PO2).
3. Komplikasi lain, selain komplikasi pernapasan (gagal napas; pneunomia )dan
hiperfleksia autonomik (dikarakteristikan oleh sakit kepala berdenyut, keringat
banyak, kongesti nasal,piloereksi,bradikardia dan hipertensi ). Komplikasi lain yang
terjadi meliputi dekubitus olrh infeksi (infeksi urinarius, pernapasan, dan lokalpada
tepat pin ).
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar X spinal : menentukan lokal dan jenis trauma tulang ( fraktur, dislokasi )
untuk kesejajaran, redukasi setelah dilakukan traksi atau operasi.
2. CT scan : menentukan tempat luka , mengevaluasi gangguan stuktural.
3. MRI : mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema,dan kompresi.
4. Foto rotgen thorax, memperlihatkan keadaan paru ( contoh : perubahan pada
diafragma, atelektasis ).
5. Pemeriksaanfungsi paru ( kapasitas vital, volume tidal): mrngukur volume
inspirasi maksimal khususnyapada pasien dengan taruma servikal bagian bawah
atau pada trauma torakal dengan gangguan pada saraf frenikus/otot interkostal.
6. GDA: menunjukkan keefektifan penukaran gas atau upaya ventilasi.
7. Pemantauan EKG kontinu merupakan indikasi karena bradikardia (perlamabatan
frekuensi jantung ) dan asistole (standstill jantung) umum terjadi pada cedera
servikal akut.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan kedaruratan
a. Di tempat kecelakaan, korban harus dimobilisasi pada papan spinal (punggung),
dengan kepala dan leher dalam posisi netral, untuk mencegah cedera komplit.
b. Salah satu anggota tim baru harus mengontrol kepala pasien untuk mencegah
fleksi, rotasi atau ekstensi kepala.
c. Tangan ditempatkan pada kedua sisi dejat telinga untuk mempertahankan traksi
dan kesejajaransementara papan spinal atau alat imobilisasi servikal dipasang.
d. Paling sedikit empat orang harus mengangkat korban dengan hati-hati ke atas
papan untuk memindahkan ke rumash sakit. Adanya gerakan memuntir dapat
merusak medulla spinalis irevesibel yang menyebabkan fragmen tulang vertebra
terputus,patah, atau memotong medulla komplet.
2. Penatalsanaan Trauma Medulla Spinalis (Fase Akut )
a. Farmakoterapi
Pemberian kontikosteroid dosis tinggi, khususnya metilprendnisolon tela
ditemukan untuk memperbaiki prognosis dan mengurangi kecacatan bila
diberikan dalam 8 jam cedera.
b. Hipotermia
Keefektifan teknik pendinginan atau penyebaran hipotermia ke daerah cedera
dari medulla spinalis, untuk mengatasi kekuatan autodestruktif yang
mengikuti tipe cedera ini masih diselidiki.
c. Tindakan pernapasan
Oksigen diberikan untuk mempertahankan PO2 arteri tinggi, karena
anoksemia dapat menimbulkan atau memperburuk defisit neurlogik medulla
spinalis.
d. Diaphragma pacing ( stimulasi listrik terhadap saraf frenik ) dapa
dipertimbangakan untuk pasien dengan lesi servikal tinggi tetapi biasanya
dilakukan setelah fase akut.
e. Pembedahan dilakukan untuk mengurangi fraktur spinal atau dislokasi atau
dekompresi medulla.
I. Pencegahan
Faktor-faktor resiko dominan untuk cedera medulla spinalis meliputi usia, jenis kelamin,
dan penyalahgunaan zat seperti alkohol dan obat-obatan. Frekuensi dengan mana faktor
resiko ini dikaitan dengan trauma medulla spinalis bertindak untuk menekankan pentingnya
pencegahan primer. Untuk mencegah kerusakan dan bencana cedera ini, langkah-langkah
berikut perlu dilakukan:
1. Menurunkan kecepatan berkendaraan.
2. Menggunakan sabuk keselamatan dan pelindung bahu.
3. Menggunakan helm untuk pengendara motor dan sepeda.
4. Progran pendidikan langsung untuk mencegah berkendaraan sambil mabuk.
5. Mengajarkan penggunaan air yang aman.
6. Mencegah jatuh.
7. Menggunakan alat-alat pelindung dan teknik latihan.
Asuhan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk memberikan asuhan
keperawatan dengan mengunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian
diagnosa keperawatan, perencanaan dan evaluasi.
PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, status perkawinan, alamat,
pekerjaan, agama, pendidikan.
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan masa lalu meliputi apakah klien mempunyai riwayat
kecelakaan, jenis kecelakaan dan posisi klien pada saat kecelakaan.
Riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan/gangguan yang dirasakan saat
ini, apakah ada kelumpuhan otot paha/di bawah lesi, inkontinesia defekasi dan
berkemih serta kehilangan tonus otot (motorik).
Riwayat kesehatan keluarga meliputi riwayat penyakit ada di keluarga
berhubungan dengan penyakit yang diderita oleh klien.
c. Dasar Data Pengkajian
Aktivitas / istirahat pada penderita trauma medula spinalis adalah ditandai
dengan kelumpuhan otot (Terjadi kelemahan selama syok spinal ) paha/ dibawah
lesi, kelemahan umum/ kelemahan otot (trauma dan adanya kompresi saraf ).
Sirkulasi pada penderita Trauma Medulla Spinalis adalah ditandai dengan
hipotensi, bradikardi, extemitas bawah dingin dan pucat, hilangnya keringat pada
daerah yang terkena, sedangkan gejalanya bedebar-debar saat melakukan
perubahan posisi/ bergerak.
Intergritas ego pada penderita Trauma Medulla Spinalis adalah ditandai
dengan menyangkal, sedih dan marah, sedangkan gejalanya takut, cemas, dan
gelisah.
Makanan/cairan pada penderita Trauma Medulla Spinalis adalah ditandai
dengan distensi abdomen, peristalik usus hilang, nafsu makan meningkat.
Hygiene pada penderita Trauma Medulla Spinalis ditandai dengan sangat
ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Neurosensori pada penderita Trauma Medulla Spinalis adalah ditandai
kelumpuhan, kelemahan, kehilangan tonus otot / vasomotor, kehilangan reflek
termasuk tendon dalam, sedangkan gejalanya kesemutan, paralisis.
Nyeri/kenyamanan pada penderita Trauma Medulla Spinalis adalah ditandai
dengan deformitas, nyeri vertebra, sedangkan gejalanya nyeri tekan otot.
Pernafasan pada penderita Trauma Medulla Spinalis adalah ditandai dengan
pernafasan dangkal, dispenea,suara nafas ronkhi, pucat,sianosis, sedangkan
gejalanya sulit bernafasan dan nafas pendek.
Keamanan pada penderita Trauma Medulla spinalis adalah ditandai dengan
gejala atau suhu yang berfluktuasi ( suhu tubuh diambil dalam suhu kamar ).
Seksualitas pada penderita Trauma medulla Spinalis adalah ditandai dengan
menstruasi tidak teratur pada wanita, ereksi tidak terkendali pada pria, sedangkan
gejalanya adanya keinginan kembali seperti fungsi normal.
d. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik pada penderita Trauma Medulla Spinalis yaitu.
I. Sinar X spinal : menentukan lokasi dan jenis cedera tulang, untuk
kesejajaran operasi.
II. CT-SCAN : menentukan tempat luka/ jenis, mengevaluasi gangguan
struktural.
III. MRI : mengidentifikasi adanya kerusakan di tandai dengan gejala suhu yang
berfluktuasi (suhu tubuh ini diambil dalam suhu kamar ).
Seksualitas pada penderita Trauma medulla Spinalis adalah ditandai dengan
menstruasi tidak teratur pada wanita, ereksi tidak terkendali pada pria, sedangkan
gejalanya adanya keinginan kembali seperti fungsi normal.
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
TRAUMA MEDULLA SPINALIS
KETERANGAN :
: Laki Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tinggal Serumah
b. Pola minum
Jumlah cairan 4-5 gelas perhari 3 gelas perhari
4. Pola eliminasi
a. BAB
Frekuensi 3 x sehari Tidak terasa bila ingin
BAB
Warna Kuning Tidak ada
Konsistensi Lunak Tidak ada
Bau Tidak sedap Tidak ada
b. BAK
Frekuensi 5 x sehari Tidak terasa bila ingin
BAK
Warna Kuning Tidak ada
Bau Pesing Tidak ada
5. Pola aktivitas dan latihan Klien sering berolahraga Aktivitas klien dibantu
seperti senam dan lari pagi oleh keluarga
6. Pola hubungan dan peran Hubungan klien dengan Keluarga klien selalu
keluarga baik mendukung dan
menemani klien
7. Pola spiritual dan Klien sering menjalankan Klien tidak bisa
kepercayaan sholat 5 waktu menjalankan sholat 5
waktu
ANALISA DATA
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Tanda-tanda vital :
TD : 130/100 mmHg
N : 99x/menit
S : 37 ⸰ C
R : 24x/menit
Ds : - Klien mengatakan luka pada daerah bokong dan pergelangan kaki kanan
Do : - Klien nampak luka pada daerah bokong dan pergelangan kaki kanan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
3.Mengajarkan
mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan
(mis duduk ditempat
tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
Hasil :
Sudah diajarkan, tapi
kaki klien belum bisa
digerakkan
2. Gangguan integritas kulit 08:00 1.Mengidentifikasi S : -Klien mengatakan
b/d penurunan mobilitas penyebab gangguan masih luka pada bokong
ditandai dengan : integritas kulit dan pergelangan kakinya
Ds : -Klien mengatakan Hasil :
luka pada daerah bokong Penyebab gangguan O : -Klien nampak masih
dan pergelangan kaki integritas kulit klien luka pada bokong dan
kanan adalah klien jatuh di pergelangan kakinya
Do : -Klien nampak luka kamar mandi dan luka
pada daerah bokong dan pada bagian bokong dan A : Gangguan integritas
Hasil : klien
3.Menganjurkan minum
air yang cukup
Hasil :
Sudah dilakukan klien
dan dibantu oleh
keluargnya.