DISUSUN OLEH :
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirabbil alamin puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah,
karunia, dan kasih sayang Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul pada tanggal 7 - 19 Februari 2021
dengan baik dan lancar. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman dalam kegiatan pelayanan kefarmasian kepada mahasiswa
profesi Apoteker Fakultas Farmasi UAD serta meningkatkan kemampuan dalam
mengabdikan profesinya kepada masyarakat.
1. Prof. Dr. apt. Dyah Aryani Perwitasari, M.Si, Ph.D., selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
2. Dr. rer. nat. apt. Endang Darmawan, M.Si., selaku Ketua Program Studi
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan.
3. Dr. Seta Nurhayati M., M.Sc. selaku Kepala Puskesmas Piyungan yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja
Profesi Apoteker di Puskesmas Puskesmas Piyungan.
4. apt. Nurlia Wijayanti, S.Farm selaku Preseptor yang telah mendampingi dan
memberikan bimbingan selama melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di
Puskesmas Piyungan.
5. apt. Susan Fitria Candradewi, M.Sc., sebagai Dosen Koordinator PKPA
Puskesmas yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan.
6. apt. Farida Baroroh M.Sc., sebagai Dosen Pembimbing Akademik Puskesmas
yang telah membimbing selama Praktek Kerja Profesi Apoteker.
7. Seluruh staf Puskesmas Piyungan yang telah membantu kelancaran Praktek
Kerja Profesi Apoteker.
iii
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu segala
saran dan kritik demi kesempurnaan sangat kami harapkan. Semoga laporan ini bisa
bermanfaat bagi pembacanya dan semua pihak yang membutuhkan dalam peningkatan
wawasan tentang pekerjaan kefarmasian di Puskesmas.
Penyusun,
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... v
B. SARAN .............................................................................................................................. 37
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 40
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Organisasi Puskesmas ................................................................................................... 6
Gambar 2. Fraktur ......................................................................................................................... 24
Gambar 3. Penyimpanan Obat TB ................................................................................................ 25
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi........................................................................................ 40
Lampiran 2. Alur Pelayanan Obat di Puskesmas .......................................................................... 40
Lampiran 3. Ruang Penyimpanan Obat ........................................................................................ 41
Lampiran 4. Penandaan LASA dana HIGH ALLERT ................................................................. 41
Lampiran 5. Penyimpanan Obat BMHP ....................................................................................... 41
Lampiran 6. Penyiapan Obat......................................................................................................... 42
Lampiran 7. Lemari Dingin Penyimpanan Obat ........................................................................... 42
Lampiran 8. Lemari Psikotropika ................................................................................................. 43
Lampiran 9. Lemari Penyimpanan Obat Tradisional .................................................................... 43
Lampiran 10. Gudang Obat........................................................................................................... 44
Lampiran 11. Gudan Vaksin ......................................................................................................... 44
Lampiran 12. Taman TOGA Puskesmas ...................................................................................... 45
Lampiran 13. Loket Penerimaan Resep dan Penyerahan Resep ................................................... 46
Lampiran 14. LPLP-O .................................................................................................................. 46
Lampiran 15. LPLP-A .................................................................................................................. 47
Lampiran 16. Kartu Stok............................................................................................................... 47
Lampiran 17. POR ........................................................................................................................ 47
Lampiran 18. Laporan Obat Kadaluarsa ....................................................................................... 48
Lampiran 19. Laporan Obat Psikotropika ..................................................................................... 48
Lampiran 20. Berita Acara Penyerahan Obat ............................................................................... 49
Lampiran 21. Resep ...................................................................................................................... 49
Lampiran 22. Etiket ...................................................................................................................... 49
Lampiran 23. Visite ...................................................................................................................... 50
Lampiran 24. Puskesmas Keliling ................................................................................................ 50
Lampiran 25. Promkes .................................................................................................................. 51
Lampiran 26. Penyerahan Resep................................................................................................... 51
viii
DAFTAR SINGKATAN
ix
POR : Penggunaan Obat Rasional
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu
PTO : Pemantauan Terapi Obat
PTRM : Program Terapi Rumatan Metadon
Pustu : Puskesmas Pembantu
RKO : Rencana Kebutuhan Obat
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
SIPA : Surat Ijin Praktek Apoteker
SP : Surat Pesanan
SPB : Surat Pengiriman Barang
SPO : Standar Prosedur Operasional
TTK : Tenaga Teknis Kefarmasian
UGD : Unit Gawat Darurat
UKM : Upaya Kesehatan Masyarakat
UKP : Upaya Kesehatan Perorangan
x
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, dinyatakan
bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau. Sementara itu, pemerintah bertanggung jawab untuk
memastikan ketersediaan pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau melalui
perencanaan, pengaturan, penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan atas
penyelenggaraan upaya atau pelayanan kesehatan di masyarakat.
1
2
B. Tujuan PKPA
Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Puskesmas antara lain:
1. Keadaan Geografi
Secara administratif Kecamatan Piyungan terdiri atas 3 Desa, yang terdiri dari
60 dusun dan 340 RT. Pusat tata pemerintahan terletak diantara Desa Srimartani
3
4
dengan Desa Srimulyo, sedangkan Desa yang paling jauh dari pusat kecamatan adalah
Desa Sitimulyo dengan jarak sekitar 10 Km dari Ibukota Kecamatan, wilayahnya
merupakan perbukitan yang berbatasan dengan Kecamatan Banguntapan dan
Kecamatan Pleret.
Misi Puskesmas :
C. Kegiatan di Puskesmas
1. Organisasi Puskesmas
KEPALA PUSKESMAS
KEPEGAWAIAN
KEUANGAN
SISTEM INFORMASI
PUSKESMAS
RUMAH TANGGA
P2 PERSALINAN
PERKESMAS FISIOTERAPI
MTBS
RAWAT INAP
7
a. Perencanaan
1. Pemilihan obat mengacu pada DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional) dan
FORNAS (Formularium Nasional). Dalam menjaga ketersediaan obat,
apoteker beserta tim tenaga Kesehatan di Puskesmas menyusun formularium
puskesmas yang dapat ditinjau Kembali sekurang – kurangnya satu tahun
sekali dengan menyesuaikan kebutuhan obat di Puskesmas, adapun kriteria
obat yang dapat masuk antara lain sebagai berikut:
● Obat DOEN dan FORNAS untuk FKTP (Fakultas Kesehatan Tingkat
Pertama)
● Obat standar pedoman diagnosis & terapi.
● Obat generik.
● Memiliki benefit-risk ratio yang menguntungkan penderita.
● Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.
● Benefit-risk ratio yang tertinggi dari biaya langsung dan tidak
langsung.
8
Proses seleksi juga harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas
seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang
berkaitan dengan pengobatan. Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi per
tahun dilakukan secara berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data
pemakaian Obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO).
b. Permintaan
c. Penerimaan
1. Tablet dan tablet salut : Kemasan dan label, warna, keutuhan tablet, basah,
lengket.
2. Cairan : Kemasan dan label, kejernihan, homogenitas, warna, bau, bentuk.
3. Salep : Kemasan dan label, homogenitas, warna, konsistensi.
10
d. Penyimpanan
e. Pendistribusian
1. Puskesmas Pembantu;
2. Puskesmas Keliling;
3. Posyandu; dan
4. Polindes.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan
dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian obat
per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan pendistribusian
12
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan.
Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri dari:
1. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan
dimusnahkan;
2. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
3. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait;
4. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
5. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku.
g. Pengendalian
13
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan obat di unit puskesmas.
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:
1. Pengendalian persediaan;
2. Pengendalian penggunaan; dan
3. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa
h. Administrasi
1. Di gudang obat harus tersedia kartu stok, buku penerimaan dan pengeluaran
obat.
2. Di ruang obat tersedia kartu stok, rekapan harian penggunaan obat dan buku
catatan pemakaian narkotik dan psikotropik
1. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai telah
dilakukan;
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian;dan Sumber data
untuk pembuatan laporan.
14
4. Kontra indikasi.
5. Efek adiktif.
c. Konseling
1. Kriteria pasien: pasien rujukan dokter, pasien dengan penyakit kronis, pasien
dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi, pasien
17
d. Ronde/Visite Pasien
1. Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal dan frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah sangat
18
IPE merupakan praktik kolaborasi antara dua atau lebih profesi kesehatan
yang saling mempelajari profesi kesehatan lain dan peran masing-masing profesi
kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi dan kualitas
pelayanan kesehatan (Toman at al., 2016).
BAB III
HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN
Puskesmas Piyungan dipimpin oleh dr. Seta Nurhayati M., M.Sc. Pelayanan
yang terdapat pada Puskesmas Piyungan meliputi:Pelayanan pemeriksaan umum
20
21
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah satu kegiatan pelayanan kefarmasian
yang dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan
evaluasi. Sedangkan pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan
tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan
masalah yang berhubungan dengan kesehatan.Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas Piyungan meliputi :
a. Perencanaan obat
A = (B + C + D) − E
22
A = Rencana pengadaan
E = Sisa stok
Sediaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang ada di Puskesmas Piyungan
diperoleh dari dua sumber yaitu dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta dan
pembelian yang dilakukan secara mandiri. Pada pengadaan yang berasal dari Dinkes
Kota dilakukan dengan menyusun Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO) setiap bulan oleh apoteker dan disetujui oleh kepala Puskesmas sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah kota.
kondisi pasien rawat inap di Puskesmas Piyungan yang melayani 24 jam, berada di
jalan raya utama provinsi dimana jalan tersebut sering terjadi kecelakaan, dan jarak ke
IFK yang jauh sehingga menggunakan nilai stok optimumnya sebesar 2,5%. LPLPO
disetujui oleh kepala puskesmas dan kepala bidang regulasi dan SDK dinas kesehatan
kota. Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan kompilasi dan
analisa terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi Puskesmas di wilayah kerjanya,
menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan
Obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih. Apabila di tengah-tengah
pelayanan ada sstok obat yang habis maka Puskesmas Piyungan dapat melakukan
permintaan obat secara bon ke Dinas Kesehatan Kota Yogyakrata dengan lembar
formulis diluar LPLPO.
Pada saat penerimaan sediaan obat maupun Bahan Medis Habis Pakai tenaga
kefarmasian bertanggung jawab untuk melakukan pengecekkan terhadap barang yang
datang dengan bukti transaksi meliputi kesesuaian jumlah, jenis, keadaaan fisik
sediaan, nomor bets dan tanggal kadaluwarsa. Setelah proses pemeriksaan selesai
perbekalan farmasi disimpan dan sebagian didistribusikan ke Puskesmas pembantu
sesuai dengan kebutuhan dengan menulis setiap mutasi obat pada kartu stok sebagai
barang keluar. Lembar bukti transaksi yang diterima oleh Puskesmas dari pemesanan
mandiri PBF adalah berupa faktur. Berikut adalah contoh lembar fraktur yang
diterima Puskesmas Piyungan:
24
Gambar 2. Faktur
tidak digunakan untuk menyimpan obat selain narkotika, dan psikotropika. Kunci
lemari dikuasai oleh Apoteker penanggungjawab atau Apoteker yang ditunjuk dan
pegawai lain yang dikuasakan. Puskesmas Piyungan melayani resep obat psikotropika
tetapi tidak melayani resep narkotika, sehingga di Puskesmas Piyungan tidak terdapat
obat narkotika. Selanjutnya obat anti tuberkolusis (OAT) yang merupakan Fixed Dose
Combination untuk pasien TBC sehingga disimpan terpisah dengan pelabelan nama
pasien pada setiap kotaknya
Penyimpanan barang yang datang dari IFK disimpan di rak yang sudah
disusun terpisah sesuai alfabetis, bentuk sediaan, obat luar, dan antibiotik. Secara
umum penyimpanan dilakukan di tempat dan ruangan yang memadai, seperti di dalam
rak-rak dengan suhu terkontrol sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan dari sediaan
obat untuk menjaga stabilitas sediaan. Penyimpanan sediaan vaksin di Puskesmas
Piyungan juga dilakukan di ruang terpisah dan di dalam lemari pendingin, dengan
penanggung jawab Apoteker dan tenaga kesehatan kefarmasian yang telah ditunjuk
khusus untuk mengelola vaksin khusus covid-19. Pada tempat penyimpanan vaksin
juga terdapat alat pemantau suhu untuk memastikan suhu penyimpanan telah sesuai.
Suhu penyimpanan untuk sediaan vaksin adalah 2-8 °C. Untuk mengantisipasi kondisi
diluar dugaan seperti mati listrik, disediakan genset ataupun listrik cadangan untuk
menanggulanginya
26
Obat didistribusikan ke kamar obat, kertas permintaan dari setiap poli lain,
bisa ke program-program yang ada di Puskesmas Piyungan seperti program vaksin
(hand sanitizer, sarung tangan), program atau poli gigi (handsanitizer dan lain-lain).
Pengendalian persediaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang
dilakukan di Puskesmas Piyungan mencakup pengendalian ketersediaan, penggunaan,
kerusakan maupun kadaluwarsa. Pengendalian obat bertujuan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan maupun kekurangan/kekosongan obat di
Puskesmas. Pengendalian yang dimaksud meliputi pengendalian persediaan,
pengendalian penggunaan dan penanganan sediaan farmasi yang hilang, rusak
maupun kadaluwarsa. Pengendalian obat juga dilakukan untuk mengetahui jumlah
penerimaan dan pemakaian obat dalam satu periode maupun dalam periode tertentu.
a. Kartu stok
Buku ini digunakan untuk mencatat obat-obatan psikotropik yang mana obat-
obatan tersebut disimpan secara terpisah yaitu di dalam lemari khusus. Petugas yang
mengambil obat-obatan ini harus mencatat pada kolom tanggal pengambilan, jumlah
obat, nama dan alamat pasien, dan dokter yang meresepkan pada kertas sesuai dengan
nama obat.
Data obat khusus digunakan untuk mencatat obat-obatan tertentu seperti obat
anti retroviral, obat TB, dan vaksin.
d. LPLPO
e. Laporan POR
28
Pelayanan Kefarmasian rawat jalan dan rawat inap umumnya dalam pelayanan
sama karena menggunakan sistem penulisan resep prescribing. Artinya dokter
memberikan resep ke pasien. Perbedaan antara rawat jalan dan rawat inap adalah
pasien rawat jalan langsung diberikan resep dan langsung meminta ke farmasi
kemudian dari farmasi memberikan obat sesuai resep. Sedangkan Rawat inap tetap
diberikan peresep, kemudian diberikan ke pasien dalam bentuk one daily dose artinya
sistem distribusi obat kepada pasien rawat inap disiapkan dalam bentuk dosis terbagi
siap pakai untuk pemakaian selama 24 jam (terdapat nama pasien, jam minum
pasien). Kemudian perawat memberikan obatnya tiap sesuai jam yang sudah tertera.
Sehingga perbedaan rawat jalan dan rawat inap adalah rawat inap tidak langsung
diberikan dalam bentuk resep namun diberikan sesuai jam minum pasien sedangkan
untuk rawat jalan diberikan dalam bentuk resep. Sama-sama diberikan resep dari
dokter, perbedaannya adalah mekanisme pemberiannya, rawat inap menggunakan
One daily dose. Untuk penyerahan obat ke pasien adalah ketika farmasi ada maka
29
yang memberikan farmasi namun karena yang selalu ada diwaktu jam minum obat
adalah perawat maka yang memberikan adalah perawat, namun sebisa mungkin ketika
farmasinya ada diberikan oleh farmasi. Tugas Apoteker adalah memantau penggunaan
obat oleh pasien. Artinya bahwa obat yang diminum oleh pasien apakah sudah sesuai
atau tidak, tujuan pemberian obat apakah tercapai atau tidak, contohnya ketika pasien
mengalami demam diberikan obat parasetamol untuk menurunkan demamnya apakah
demam pasien turun atau tidak. Maka pertama yang dipantau adalah cara minum
pasien sudah sesuai atau tidak, sesuai aturan atau tidak, kedua berkhasiat atau tidak,
keefektifan obatnya, apakah kondisi pasien lebih membaik atau memburuk. Ketika
terjadi perburukan pasien maka Apoteker bisa mendiskusikan ke dokter sehingga ada
kolaborasi antara Apoteker, Dokter, dan Perawat untuk lebih memperhatikan
kebutuhan pasien agar kesehatan pasien lebih baik.
Pada Puskesmas Piyungan terdapat obat obat khusus yang harus diperhatikan dalam
penulisan etiketnya, berikut hal yang harus diperhatikan:
obat, apoteker dan asisten apoteker bertanggung jawab memberikan informasi secara
akurat, jelas dan terkini kepada pasien, dokter, perawat, dan profesi kesehatan lainnya.
Proses PIO di Puskesmas Piyungan dilakukan secara aktif dan pasif, yang dimaksud
dengan secara aktif yaitu apoteker memberikan informasi obat dengan tidak
menunggu pertanyaan melainkan secara katif memberikan informasi obat salah satu
contohnya pada saat penyerahan obat ke pasien apoteker akan melakukan pelayanan
informasi obat terkait nama obatnya, potensi yang diberikan, jumlah obatnya,
indikasi, aturan dan cara penggunaan obat tersebut hingga kemungkinan efek samping
yang akan terjadi, sedangkan pelayan informasi obat secara pasif yaitu pelayanan
informasi terkait obat menggunakan leaflet atau poster yang diposting melalui media
sosial atau dicetak, pencetakan label obat, juga menjawab pertanyaan dari pasien.
pasien dengan HIV + TB perlu dengan pemantauan yang khusus. Kemudian yang
kedua, mengetahui obat-obat yang harus diminum rutin contohnya obat hipertensi dan
obat diabetes adalah obat yang diminum rutin dan harus sering kontrol. Memberikan
konseling kepada pasien intinya bisa memberikan apa yang dibutuhkan oleh pasien
untuk pengobatannya.
Efek samping obat atau ESO adalah respon terhadap obat yang merugikan dan
tidak diinginkan serta terjadi pada dosis terapi yang biasa digunakan dalam
pengobatan. Kegiatan monitoring efek samping obat atau MESO di Puskesmas
Piyungan dilakukan dengan kegiatan pemantauan dan pelaporan efek obat yang
dilakukan tenaga Kesehatan secara sukarela dengan mengunakan formular pelaporan
yang berwarna kuning. Pada formulir tersebut telah tercantum tabel algoritma Naranjo
yang dapat digunakan untuk melakukan analisa kausalitas per individu pasien. Efek
samping yang terjadi pada pasien dicatat dan dilaporkan menggunakan formulir
pelaporan efek samping obat yang dikirimkan kepada Pusat Farmakovigilans/MESO
Nasional. Pelaporan dapat juga dilakukan secara online melalui website https://e-
meso.pom.go.id/.
obat perlembar resep tidak boleh melebihi 2,60. Jika hasil evaluasi tidak memenuhi
persyaratan maka diperlukan tindak lanjut melalui rapat MTP agar dapat memenuhi
persyaratan indikator POR.
dan hasil kesehatan. IPE di Puskesmas Piyungan dilakukan dalam bentuk konfirmasi
resep jika terjadi kekosongan stok, dosis tidak sesuai, dan jika ada penulisan yang
kurang jelas.
6. Visite
A. Kesimpulan
2. Kegiatan pengelolaan sediaan obat dan BMHP terdiri dari perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, serta monitoring dan
evaluasi penggunaan sediaan obat dan BMHP
3. Kegiatan pelayanan farmasi klinis meliputi pelayanan resep, PIO, konseling dan
homecare, visite, monitoring efek samping obat, pemantauan terapi obat, dan
monitoring penggunaan obat secara rasional.
B. Saran
37
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim, 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015
Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 74 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Jakarta, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim, 2018. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 4 Tahun 2018
Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropik, dan
Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian. Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan.
Hopkins, D., 2010, Framework for action on interprofessional education & collaborative
practice. World Health Organization. Anonim, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Jakarta,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
39
LAMPIRAN
Psikotropika
Etiket Tambahan
Posyandu
51