Terjaring OTT KPK Terkait Kasus Suap, MA Berhentikan Sementara Hakim dan

Panitera PN Surabaya

1. Penyebab

1. Adanya kesempatan dalam memberikan dan menerima suap untuk memuluskan kepentingan pribadi
masing-masing.
2. Tidak tertanamnya nilai-nilai Ber-AKHLAK dalam diri.
3. Budaya Masyarakat Indonesia yang selalu menginginkan hal yang mudah dan cepat (Instan).
4. Tidak adanya rasa syukur sehingga selalu Haus akan Kejayaan dan kekayaan

2. Dampak

1. Merusak Reputasi Nama Baik diri, Keluarga, Organisasi bahkan Instansi dalam hal ini Mahkamah
Agung RI.
2. Meningkatkan Ketidaksetaraan keadilan.
3. Menimbulkan ketidakpercayaan berbagai pihak kepada Penindak hukum karena masyarakat
menganggap Mahkamah Agung dalam hal ini Pengadilan tidak lagi dianggap sebagai lembaga yang
kredibel dan bersikap adil.
4. Tidak akan pernah terwujudnya anti gratifikasi pada instansi
5. Rusaknya moral anak bangsa, jika tindakan suap tetap dibiarkan secara terus menerus.

3. Solusi

1. Mulai dari diri sendiri untuk menanamkan dan mengimplementasikan nilai-nilai Ber-AKHLAK,
Pancasila, dan UUD Negara Republik Indonesia agar menciptakan Negara birokrasi yang ideal
2. Meningkatkan nilai-nilai agama pada diri guna meningkatkan kejujuran dan keimanan dalam setiap
tindakan.
3. Meningkatkan akuntabilitas, bisa dilakukan dengan penilaian kinerja yang pada gilirannya dapat
menjadi jembatan penghubung antara hasil kerja dengan penghargaan. Hal lain yang bisa dilakukan
adalah dengan mendengar dan berdiskusi dengan pelaku usaha dan warga negara lainnya yang bisa
diwujudkan antara lain dengan mekanisme pangaduan yang aman.
4. Membatasi ruang gerak dan kesempatan antara pelaku suap untuk berinteraksi.
5. Perbaikan sistem untuk mencegah suap di masa depan.
6. Reformasi etika juga perlu dilakukan dalam wujud nyata para pemimpin sangat wajib memberi contoh
yang baik.

Link Video

https://www.youtube.com/watch?v=E9OiH-b4s6I

Link Berita

https://www.beritasatu.com/nasional/899775/kasus-suap-hakim-itong-kpk-periksa-panitera-pn-
surabaya