Anda di halaman 1dari 7

1.

Komplikasi Fraktur Cruris Distal


Urgent:
1. Cedera vascular: Proximal tibial Popliteal dan cabang-cabangnya (distal: a.
tibialis posterior dan a. fibularis)
Cedera vascular akibat fraktur dapat menyebabkan arteri terpotong,
robek, tertekan atau memar. Bahkan jika penampilan luarnya normal,
intima dapat terlepas dan pembuluh darah tersumbat oleh trombus, atau
segmen arteri mungkin mengalami spasme. Efeknya bervariasi dari
penurunan aliran darah sementara hingga iskemia berat, kematian jaringan,
dan gangren perifer.
Pasien mungkin mengeluh parestesia atau mati rasa pada jari kaki
atau jari tangan. Anggota tubuh yang cedera teraba dingin dan terlihat
pucat, atau sedikit sianosis, dan nadi lemah atau tidak ada.

2. Cedera saraf : n. peroneus


 N. peroneus merupakan nervus utama yang menginervasi ekstremitas
bawah. Saraf peroneus superfisial mempersarafi kompartemen lateral
cruris. Saraf peroneus profunda mempersarafi kompartemen anterior dan
dorsum cruris. Saraf peroneus superfisial berfungsi untuk eversi kaki
sedangkan Saraf peroneus profunda berfungsi untuk dorsifleksi kaki dan
and ekstensi jari-jari kaki.
 Manifestasi klinis yang paling umum dari cedera saraf adalah kelemahan
dorsofleksi pergelangan kaki yang menghasilkan foot drop atau jari kaki
terjepit ketika berjalan/mobilisasi.

3. Kompartemen syndrome
Sindrom kompartmen sering ditemukan pada fraktur tungkai bawah
tahap awal. Tanda dan gejala 5P (Pain, Parasthesia, Pulselessnes, Pallor,
Paralysis) harus diperhatikan pada hari pertama pasca cedera. split-tip
20-gauge catheter dimasukkan ke dalam kompartemen anterior tungkai
dan tekanan kompartemen diukur mendekati letak fraktur. Perbedaan
tekanan, antara tekanan diastolic dan tekanan kompartemen, kurang dari
30 mmHg (4.00 kPA) dianggap kritis dan mengindikasikan dilakukan
dekompresi kompartemen.
Fraktur cruris lebih berisiko terjadi kompartemen syndrome karena
rasio tulang dan ototnya lebih besar dibandingkan tempat lain. Diikuti
dengan regio antebrachii.

4. Haemarthrosis
5. Infeksi

2. Indikasi ORIF pada fraktur klavikula  


 Absolut
 fraktur terbuka
 displaced fraktur dengan skin tenting  
 cedera arteri atau vena subclavian
 floating shoulder (faktur klavikula dan leher scapula)
 symptomatic nonunion
 symptomatic malunion
 Indikasi relatif dan controversial
 displaced dengan pemendekan > 2cm
 pergeseran bilateral
 brachial plexus injury (questionable karena 66% mengalami
pengembalian spontan)
 closed head injury
 seizure disorder
 pasien politrauma

3. Pemeriksaan Pulsasi Perifer


1. Arteri Dorsalis Pedis
Palpasi denyut nadi di dorsum kaki lateral dari tendon ekstensor
hallucis longus. Jika pulsasi tidak teraba, lakukan eksplorasi dorsum kaki
ke arah lebih lateral.

2. Arteri tibialis posterior


Tekuk jari-jari pemeriksa ke belakang dan letakkan dua jari sedikit
di bawah malleolus medialis pergelangan kaki. Denyut nadi ini mungkin
sulit dirasakan di pergelangan kaki yang gemuk atau bengkak.
3. Arteri radialis
Palpasi denyut nadi radialis dengan jari pemeriksa pada permukaan
fleksor pergelangan tangan lateral pasien. Meregangkan sebagian
pergelangan tangan pasien dapat membantu palpasi denyut ini.
Bandingkan denyut nadi di kedua tangan.

4. Arteri Brachialis
Palpasi arteri brachialis tepat di medial tendon biseps pada lipatan
antecubital. Denyut brakialis juga dapat teraba lebih tinggi di lengan pada
alur antara otot bisep dan trisep.
5. Arteri Ulnaris
Tekan dalam-dalam pada permukaan fleksor pergelangan tangan
medial.

6. Modified Allen Test


Pemeriksaan arteri radial dan/atau ulnaris di satu tangan dan
mengulanginya di sisi lain, jika perlu. Teknik pemeriksaan dilakukan pada
posisi siku pasien tertekuk dengan tangan terkepal erat. Arteri ulnaris dan
radial kemudian ditekan oleh ibu jari pemeriksa secara bersamaan. Siku
diluruskan tidak lebih dari 180 derajat, menghindari ekstensi berlebihan
karena dapat menyebabkan tes positif palsu. Kepalan tangan kemudian
dilepaskan, dan telapak tangan akan tampak putih/pucat. Kompresi arteri
ulnaris kemudian dilepaskan sambil mempertahankan tekanan di arteri
radial. Tes diulang pada tangan yang sama sambil melepaskan arteri radial
terlebih dahulu dan terus menekan arteri ulnaris jika evaluasi aliran darah
kolateral radial diperlukan.
Pada pasien dengan arteri yang normal dan paten, warna akan
kembali ke telapak tangan dengan relatif cepat (dalam 10 detik kecuali
pasien kedinginan) setelah pelepasan salah satu arteri. Jika telapak tangan
tetap pucat, maka tesnya positif dan menunjukkan oklusi di dalam arteri
yang sedang dilepaskan. Misalnya, jika arteri radial tertekan dan telapak
tangan tetap pucat, menunjukkan aliran darah terganggu di arteri ulnaris.

4. Indikasi ketorolac pada pasien CF


Ketorolac termasuk golongan obat antiinflamasi non steroid (NSAID),
untuk penggunaan jangka pendek (tidak lebih dari 5 hari). Ketorolac
merupakan analgesik yang di berikan untuk menangani nyeri akut sedang
sampai berat (moderate to severe), dimana nyeri akut sampai sedang di
definisikan dengan skore skala nilai numerik lebih besar atau sama dengan 5.
Nyeri yang di timbulkan oleh fraktur merupakan nyeri akut karena nyeri
tersebut terjadi dengan cepat serta kemungkinan durasi yang terbatas (Kurang
dari 6 minggu). Nyeri akut merupakan gejala dari kerusakan jaringan yang
berlanjut.
NSAID telah terbukti bermanfaat dalam manajemen multimodal nyeri,
namun dalam bidang ortopedi menghindari penggunaan NSAID dalam operasi
fraktur karena kemungkinan terjadi gangguan osteogenesis dan risiko
nonunion. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa jenis NSAID
tertentu, paparan jangka panjang, atau NSAID dosis tinggi dapat berkontribusi
pada risiko ini. Namun, NSAID Ketorolak tampak tidak memiliki efek
merugikan pada penyembuhan bila diberikan dalam kasus fraktur. Ketorolac
juga memberikan waktu penyembuhan dan tingkat union yang lebih baik
dibandingkan NSAID lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Masomi Babak et al, bertujuan untuk
membandingkan efektivitas ketorolac dengan morfin pada pasien dengan
kerusakan tulang dan patah tulang, diperoleh bahwa antara ketorolac dan
morfin dalam mengurangi nyeri tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
Pemilihan ketorolak untuk mengatasi nyeri karena memiliki efektivitas yang
setara dengan morfin, namun tidak memiliki efek samping sedatif,
euforia, atau depresi pernapasan seperti pada analgesic opioid.

Sumber:
Apley, G.A and Solomon, L. 2010. Apley's System of Orthopaedics and.
Fractures. 9 th ed. London: Hodder Arnold.
Bickley, L. S. 2016. Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking
(12th Ed). LWW
Zisquit J, Velasquez J, Nedeff N. Allen Test. [Updated 2021 Oct 2]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing
McDonald et al. 2018. Effect of Postoperative Ketorolac Administration on Bone
Healing in Ankle Fracture Surgery. Foot & Ankle International. 39(10) :
1135 –1140
Lezak B, Massel DH, Varacallo M. Peroneal Nerve Injury. [Updated 2021 Nov
15]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing

Anda mungkin juga menyukai