Anda di halaman 1dari 24

Kelistrikan, Keracunan

Kelompok 7
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesisir)
Anggota Kelompok :
● Mahfudzoh Az Zahra (25000120140252)
● Tasya Ramadhani (25000120140264)
● Rahmatu Hadijah (25000120140269)
● Adjie Prassetyo (25000120140270)
● Nayla Ayuni Nadhira (25000120140275)
● Vitara Thermyastuti (25000120140276)
● Cheryl Aqillah Putri Santoso (25000120140295)
Kelistrikan
Peralatan daya besar dan proses-proses dalam kapal menggunakan
tegangan tinggi. Perubahan energi listrik, mekanik, termal, dan kimia
menghasilkan operasi yang diinginkan. Nilai tegangan, arus, daya, suhu,
gaya, tekanan, dll yang sangat tinggi menciptakan kemungkinan
bahaya pada sistem engineering.

Kemampuan para staff kapal dan ahli K2 Kelistrikan


dalam mencegah terjadinya bahaya dalam
penggunaan peralatan listrik harus mengetahui
beberapa hal penting, yaitu :
1. Ketahui system dan peralatan system kapal. Pelajari diagram-diagram kapal untuk
menandai titik lokasi dan tombol-tombol pengaman
2. Operasikan peralatan berdasarkan kepada rekomendasi produsen peralatan
3. Rawat peralatan berdasarkan rekomendasi produsen peralatan
4. Pastikan semua pengaman, penutup dan pintu terpasang secara aman dan bahwa
semua baut dan pengencang ada pada tempatnya
5. Beritahukan kepada petugas jaga sebelum mematikan peralatan untuk perawatan
6. Matian dan tutup suplai daya
7. Pastikan bawah semua rangkaian atau peralatan listrik telah mati
Pertolongan Pertama pada Korban Tersengat
Listrik

1. 2. 3.
Penolong memutuskan
Putuskan aliran listrik yang
aliran listrik dengan Jika luka tersengat
terkena tubuh korban.
menggunakan alat yang listrik terlihat cukup
Perhatikan cara memutuskan
tidak dapat dialiri listrik parah, secepatnya di
aliran listrik, jangan sampai
seperti kayu, handuk bawa ke fasilitas
penolong menjadi korban
kering dan memakai alas kesehatan terdekat.
berikutnya.
kaki kering.
4..
Sambil menunggu datangnya ambulans Jika dalam waktu 5 detik tidak ada tanda-

segera lakukan pertolongan pertama pada tanda, tekan dadanya sebanyak 5 kali

korban dengan cara lihat dan dengar dengan kedua telapak tangan anda

nafasnya, jika korban dalam keadaan tidak (telapak kiri berada di atas dada dan

bernafas, segera beri nafas bantuan. Coba tangan kanan berada di atas punggung

tekan hidupnya dengan jari anda dan tangan kiri, posisi tangan anda berada

tiupkan udara ke dalam mulutnya dua kali satu garis dengan putingnya) periksa lagi

hingga dadanya mengembang, kemudian denyut nadinya, jika tetap tidak ada,

periksa denyut nadi di lehernya. ulangi dari awal.


Peralatan yang dibutuhkan untuk Ahli Kerja
Keselamatan Kelistrikan

• Shackle stock 150 kV


• Grounding set • Pipa batas tanda bahaya (PLN Line)
• Voltage detector • Senter atau lampu darurat
• Tangga fiber/alumunium 11m, 9m, dan 2m • Katrol
• Radio komunikasi base station, mobil dan HT • Trackel 2,5 ton
• Papan peringatan • Tali tambang dan kawat baja sling
Pencegahan Bahaya Kelistrikan saat
Bekerja

● Setelah memakai peralatan listrik, selalu isolasi peralatan


tersebut, lepas sekring dan taruh ditempat yang aman
● Memasang tanda peringatan
● Baterai harus berada dalam kotak baterai yang memiliki pipa
ventilasi yang dipasang di bagian atas kotak, yang kemudian
disalurkan ke dek luar
● Gunakan lampu tangan 24V saat melakukan inspeksi
Peraturan

Berdasarkan PP No. 27 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Kelautan dan


Perikanan, terdapat beberapa jenis instalasi di laut untuk instalasi ketenagalistrikan
seperti pembangkit listrik energi gelombang, tenaga bayu, tenaga surya terapung,
tenaga konversi energi panas laut, dll. Selain itu terdapat instalasi ketenagalistrikan di
laut antara lain jeti sebagai pembangkit listrik dan pemecah gelombang sebagai
pelindung pembangkit. Kemudian untuk fasilitas penunjang instalasi ketenagalistrikan
adalah pipa bawah laut & bangunan untuk pengambilan atau pembuangan air laut.
Persyaratan Teknis Pendirian Bangunan dan Instalasi di Laut
dengan fungsi instansi ketenagalistrikan :

• Memiliki rencana pendirian dan/atau penempatan bangunan dan Instalasi di Laut


• Menyusun studi kelayakan teknis
• Memiliki rencana detail yang memperhatikan ancaman bencana di laut
• Memenuhi persyaratan teknis lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang ESDM, pelayaran, kelautan dan perikanan, pekerjaan umum, dan
ketenagalistrikan.
• Mempertimbangkan akses ke jaringan ketenagalistrikan
• Memperhatikan keberadaan sumber daya laut dan alur migrasi biota laut
Keracunan
Keracunan dapat terjadi karena adanya perbedaan tekanan. Keracunan yang
terjadi, seperti :

Keracunan Oksigen Keracunan Nitrogen


Sering terjadi pada penyelaman dalam (90 m Keracunan nitrogen dapat terjadi mulai

dengan udara) atau 10 m bila penyelam kedalaman 30 meter atau lebih (PN2 =

bernapas dengan oksigen murni. Gejalanya 3,2 ATA), di mana gejalanya seperti

perut mual/muntah, kepala pusing halusinasi orang mabuk alkohol akibat minum-

pandangan/pendengaran, kebingungan, minuman keras. Seterusnya setiap

kejang-kejang halus otot-otot bibir dan kedalaman bertambah 10 meter gejala

wajah, hilangnya ingatan setelah kejang. keracunan akan bertambah pula.


Penyelamatan

Keracunan Oksigen : Dengan diberikan udara segar, jangan


oksigen murni. Oleh karena itu, jangan menyelam terlalu dalam dan
gunakan udara biasa yang bersih bukan O2 murni.

Keracunan Nitrogen : Dengan memberikan udara segar dan bila


ada oksigen murni. Untuk menghindari bernapaslah secara wajar,
hindari suplai udara yang tidak bersih serta peralatan yang tidak
baik
Penanganan Selanjutnya

Biasanya pasien keracunan akan mengalami dehidrasi. Pemberian cairan rehidrasi bukan hanya
untuk mengganti cairan yang telah/sedang hilang saja, tetapi juga untuk mengkompensasi defisit
elektrolit (natrium, kalium, klorida, magnesium) yang hilang terbawa muntah dan diare. Jika pasien
keracunan bahan aktif seperti jamur atau ikan, pembilasan lambung dan pemberian arang aktif
merupakan langkah pertama, tetapi jika pasien keracunan dengan masa inkubasi pendek, tidak ada
penanganan spesifik kecuali dehidrasi. Jika ada seseorang yang dirasa keracunan setelah
menghirup zat tertentu dan pertolongan pertama seperti mengenali gejala dan mencari udara
segar sudah dilakukan, segera lakukan CPR (resusitasi jantung paru) yang dapat membantu sirkulasi
darah dan oksigen dalam tubuh serta menjaga otak dan organ vital tetap hidup. Selanjutnya adalah
membawa pasien keracunan ke rumah sakit terdekat.
Peraturan Terkait

● Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun


2013 tentang Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan
● Peraturan Pemerintah 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan
Gizi Pangan
● Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun
2016 tentang Rencana Aksi Nasional Pengendalian Dampak
Kesehatan Akibat Pajanan Merkuri Tahun 2016 - 2020
Sengatan
Ubur-ubur
Kemampuan Sumber Daya Manusia

● Mampu bersikap tenang ketika terjadi sengatan


● Memiliki pengetahuan sains untuk membedakan mana ubur-ubur yang
dapat menyengat dan yang tidak menyengat
● Nelayan/pekerja mendapatkan latihan tentang manajemen kecelakaan
dan pengobatan pasien yang terkena sengatan ubur-ubur
● Memiliki kemampuan dalam menggunakan alat pelindung diri
● Memiliki pengetahuan dan kemampuan observasi lokasi yang
merupakan keberadaan ubur-ubur penyengat
Bentuk Penanganan

1. Menyiramkan air panas pada bagian yang terkena sengatan mulai dari suhu 40°C yang dapat
mengurangi gejala awal, seperti rasa terbakar, tanda merah atau gatal-gatal.
2. Menggunakan arang. Zat toksin yang ada pada ubur-ubur bila dicampurkan dengan arang yang
mengandung kalsium dan phosfat yang bersifat basa atau pH tinggi hingga dapat merusak
struktur protein. Kerusakan struktur protein ini menyebabkan aktivitas toksin dapat berkurang
atau hilang sama sekali.
3. Memberikan tumbukan daun katang-katang atau tapak kuda, tanaman merambat berbunga
merah yang biasa ditemukan di pantai, untuk meredakan rasa panas dan gatal akibat racun ubur-
ubur penyengat.
4. Menggunakan asam cuka untuk mengurangi efek dari sengatan.
Peralatan yang diperlukan dalam
Peraturan Penyelamatan :
Dalam hal penjagaan laut dan • Penyelamat menggunakan APD seperti
pantai (sea and coast guard) di sarung tangan atau handuk
Indonesia diatur dalam Pasal 276 – • Air panas dan cuka
Pasal 281 Undang-Undang Nomor • Siapkan obat-obat pereda sakit/nyeri seperti
17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. paracetamol atau ibuprofen
Pertolongan Pertama

• Segera jauhkan bagian tubuh dari air asin atau air laut agar rasa sakit tidak
semakin parah.
• Basuh area yang terkena sengatan dengan air cuka (asam asetat) untuk
menonaktifkan sel nematosit dan menghentikan aliran racun.
• Lepaskan tentakel yang menempel di kulit secara perlahan sambil terus
membasuh area sengatan dengan air cuka.
• Gunakan sarung tangan, plastik, atau pinset agar tidak ikut terkena racun dari
ubur-ubur.
Lanjutan …

• Rendam bagian tubuh yang disengat ubur-ubur ke dalam air hangat dengan suhu
45 derajat Celcius selama 20 menit - 40 menit.
• Jangan menggaruk lokasi sengatan karena hal ini justru akan melepaskan lebih
banyak racun ke dalam tubuh.
• Setelah itu, Anda bisa mencuci bekas luka sengatan dengan air mengalir dan
sabun. Jika rasa nyeri semakin kuat, gunakan kompres dingin untuk meredakan
gejala.
Daftar Pustaka :

● Adam, Arya Fauzan. 2021. Pertolongan Pertama Jika Keracunan Zat Kimia Melalui Hidung . Dalam
(http://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/644-pertolongan-pertama-jika-
keracunan-zat-kimia-melalui-hidung). Diakses pada 18 Maret 2022.
● Fitriana, Nurul Fatwati. 2021. GAMBARAN PENGETAHUAN PERTOLONGAN PERTAMA
KERACUNAN MAKANAN. Jurnal Kesehatan Tambusai, 2 (3) : 173 - 178.
● Nurhayati. 2019. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) PENYELAMAN
● Prianto, E., Ismara, K,. (2016). Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan (electrical
safety).
● Indonesia. 2021. Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Kelautan
dan Perikanan
Daftar Pustaka :
● Muntasib, Harini, dkk. 2018. Potensi Bahaya Bagi Keselamatan Pengunjung Di Kawasan Wisata
Pantai Pangandaran Kabupaten Pangandaran Jawa Barat. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. 8(1). 15-25
● Juniarti, Neti, dkk. 2019. Health Conditions and Dangers Due to Work for Fishers in
● Pangandaran District, West Java. Global Medical and Health Communication. 7(3). 177-83
● Basuki, Ari. 2020. Identifikasi Pengetahuan Asli Masyarakat Orang Laut Untuk Pembelajaran Sains.
Jurnal Pendidikan Pesisir. 4(1). 4-12
● Achjar, Komang Ayu Henny, dkk. 2021. Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Penjaga Pantai Melalui
Pelatihan Terkait Keselamatan Wisatawan Pantai. Jurnal Keperawatan. 13(1). 61-70
● Kadarusman, dkk. 2019. Buku Besar Maritim Indonesia. Jakarta Pusat: AMAFRAD PRESS
● Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. (2016). Panduan penanganan kondisi gawat darurat .
3

Anda mungkin juga menyukai