JUDUL PROGRAM
PEMBUATAN TEH HERBAL DAUN SALAM
BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh :
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEKALONGAN
2021
i
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN
ii
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………….… i
PENGESAHAN……………………………………………………………….... ii
BAB I PENDAHULUAN………..……………………………………………….1
1.1.Latar Belakang………………………………………………………………..1
1.2.Rumusan Masalah…………………………………………………………….2
1.3.Tujuan...……………………………………………………………………....2
1.4.Manfaat……………………………………………………………………….3
1.5.Luaran yang Diharapakan…………………………………………………….3
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………11
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Minyak atsiri yang dikandung oleh tumbuhan daun salam berupa dua puluh
delapan komponen gas yang salah satunya adalah eugenol. Dengan kromatografi
lapis tipis disimpulkan bahwa minyak atsiri daun salam terdiri dari seskuiterpen
yang mengandung fenol. Konsentrasi terkecil minyak atsiri yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri E coli adalah 40%, sedangkan terhadap S.
aurius sekitar 5%. Uji mikrobiologi dengan menggunakan metode cakram
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun salam dapat, menghambat pertumbuhan
bakteri E.coli, Vibrio cholera, Salmonella sp. tetapi Enterobacter sp. bersifat
resisten. Ekstrak air daun salam memiliki efek hipoglikemik (menurunkan kadar
gula darah). Pada tikus penderita diabetes mellitus yang tidak tergantung pada
insulin (DMTTI), sedangkan pada tikus penderita diabetes mellitus yang
tergantung pada insulin tidak nampak efek hipoglikemik.
Melati dipakai sebagai pengaroma dalam teh. Tumbuhan melati banyak
tersedia dan aromanya yang kuat tidak mudah hilang walaupun melewati
pengeringan ataupun ekstraksi.
Melihat dari kelebihan yang dimiliki obat tradisional tersebut, Inilah yang
menjadi latar belakang kami untuk membuat suatu sediaan simplisia yang
dikandung dalam suatu produk yaitu “Teh Sehat Herbal” yang berbahan dasar
daun salam, dan melati sebagai peraromanya.
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan produk ini adalah untuk membuat suatu inovasi terbaru
yang memiliki banyak manfaat khususnya dalam bidang kesehatan masyarakat.
1.4 Manfaat
a. Manfaat bagi peneliti :
1. Sebagai wahana bagi penulis untuk mengembangkan serta meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam pembuat suatu produk.
2. Membuka peluang usaha secara mandiri.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Daun Salam
1. Klasifikasi Tanaman
2. Pemerian Botanis
3. Kegunaan
Daun salam digunakan terutama sebagai rempah pengharum masakan di
sejumlah negeri di Asia Tenggara, baik untuk masakan daging, ikan, sayur
mayur, maupun nasi. Daun ini dicampurkan dalam keadaan utuh, kering atau pun
segar, dan turut dimasak hingga makanan tersebut matang. Rempah ini
memberikan aroma herba yang khas namun tidak keras. Di pasar dan di dapur,
salam kerap dipasangkan dengan laos alias lengkuas.
Secara tradisional, daun salam digunakan sebagai obat sakit perut. Daun
salam juga dapat digunakan untuk menghentikan buang air besar yang berlebihan.
Pohon salam bisa juga dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat, stroke,
kolesterol tinggi, melancarkan peredaran darah, radang lambung, diare, gatal-
gatal, kencing manis, dan lain-lain.
Penggunaan daun salam sebagai obat diatas disebabkan oleh kandungannya
yakni pada daun salam kering terdapat sekitar 0,17% minyak esensial, dengan
komponen penting eugenol dan metil kavikol (methyl chavicol) di dalamnya.
Ekstrak etanol dari daun menunjukkan efek antijamur dan antibakteri, sedangkan
ekstrak metanolnya merupakan anticacing, khususnya pada nematoda kayu pinus
Bursaphelenchus xylophilus. Kandungan kimia yang dikandung tumbuhan ini
adalah minyak atsiri, tannin, dan flavonoida. Bagian pohon yang bisa
dimanfaatkan sebagai obat adalah daun, kulit batang, akar, dan buah.
Ekstrak daun salam 3x250 mg/hari menunjukkan kecenderungan dapat
menurunkan kadar gula darah puasa dan 2 jam setelah makan terutama pada
kadar gula darah di bawah 200 mg/dL walaupun secara statistik perbedaannya
tidak signifikan.
4. Ekologi
daun salam menyebar di Asia Tenggara, mulai dari Burma, Indocina, Thailand,
Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Pohon ini ditemukan
tumbuh liar di hutan-hutan primer dan sekunder, mulai dari tepi pantai hingga
ketinggian 1.000 m (di Jawa), 1.200 m (di Sabah) dan 1.300 m dpl (di Thailand);
kebanyakan merupakan pohon penyusun tajuk bawah. Di samping itu salam
ditanam di kebun-kebun pekarangan dan lahan-lahan wanatani yang lain,
terutama untuk diambil daunnya. Daun salam liar hampir tak pernah
dipergunakan dalam masakan, selain karena baunya sedikit berbeda dan kurang
harum, salam liar juga menimbulkan rasa agak pahit.
6
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pengolahan Simplisia
1. Pengeringan
Hasil panen tanaman obat untuk dibuat simplisia umumnya perlu segera
dikeringkan. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air, untuk
menjamin dalam penyimpanannya, mencegah pertumbuhan janur, serta mencegah
terjadinya proses atau reaksi enzimatika yang dapat menurunkan mutu. Dalam
pengeringan factor yang penting adalah suhu,kelembaban dan aliran udara (
ventilasi ). Sumber suhu dapat berasal dari matahari atau dapat pula dari suhu
buatan.
Umumnya pengeringan bagian tanaman yang mengandung minyak atsiri atau
komponen lain yang termolabil, hendaknya dilakukan pada suhu tidak terlalu
tinggi dengan aliran udara berlangas rendah secara teratur.Untuk simplisia yang
mengandung alkaloida, umumnya dikeringkan pada suhu kurang dari 70°.
Agar dalam pengeringan tidak terjadi proses pembusukkan, hendaknya simplisia
jangan tertumpuk tebal. Sehingga proses penguapan berlangsung denga cepat.
Sering suhu tidak terlalu tinggi dapat menyebabkan warna simplisia menjadi lebih
menarik.Misalnya pada pengeringan temulawak suhu awal pengeringan dengan
panas buatan antara 50°-55°C.
2. Pengawetan
Simplisia nabati atau hewani harus dihindarkan dari serangga atau cemaran atau
mikroba dengan penambahan CHCL3,CCL4,eter atau pemberian bahan atau
penggunaan cara yang sesuai, sehingga tidak meninggalkan sisa yang
membhayakan kesehatan.
3. Wadah
Wadah adalah tempat penyimpanan artikel dan dapat berhubungan langsung atau
tidak langsung dengan partikel.Wadah langsung (wadah Primer) adalah wadah
yang langsung berhubungan dengan partikel sepanjang waktu. Sedangkan wadah
yang tidak bersentuhan langsung dengan partikel disebut wadah sekunder.
7
4. Kemurnian simplisia
Persyaratan simplisia nabati dan simplisia hewani diberlakukan pada simplisia
yang diperdagangkan, tetapi pada simplisia yang digunakan untuk suatu
pembuatan atau isolasi minyak atsiri,alkaloida,glikosida, atau zat aktif lain, tidak
harus memenuhi persyaratan tersebut.
Persyaratan yang membedakan struktur mikroskopik serbuk yang berasal dari
simplisia nabati atau simplisia hewani dapat tercakup dalam masing – masing
monografi, sebagai petunjuk identitas, mutu atau kemurniannya.
5. Benda Asing
Simplisia nabati atau simplisia hewani tidak boleh mengandung organism
pathogen, dan harus bebas dari cemaran mikroorganisme, serangga dan binatang
lain maupun kotoran.Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan warna, tidak
boleh mengandung lender, atau menunjukkan adanya kerusakkan. Sebelum
diserbukkan simplisia nabati harus dibebaskan dari pasir, debu atau pengotoran
lain yang berasal dari tanah maupun benda anorganik asing.
BAB IV
JADWAL KEGIATAN DAN BIAYA
JADWAL KEGIATAN
Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4 Bulan ke-5
Pembuatan
Sample
Produk
Uji Lab
Pendaftaran
Produk
Persiapan
Produksi
Clouter
Pertama
Produksi
Clouter
Pertama
Penjualan
Clouter
Pertama
Persiapan
Produksi
Clouter
Kedua
Produksi
Clouter
Kedua
Penjaualan
Clouter
Kedua
9
RINCIAN BIAYA
o Daun Salam
o Sample 50 x 0,01 kg = 0,5 kg@Rp10.000 Rp5.000,00
o Produksi 100 kotak x 25 x 0,01 kg = 12,5 kg@Rp10.000 Rp250.000,00
· Ekstrak Daun Melati
o Sample 50 x
o Produksi 50 kotak
· Kotak dan Cetak
o Sample 2 @Rp5.000 Rp10.000,00
o Produksi 100 kotak @Rp5.000 Rp500.000,00
· Kantong teh
o Sampel 50 @
o Produksi 25 x 100
· Benang ketapi putih 10 @Rp5.000
Rp.50.000,00
· Biaya Ekstraksi dan Pengerjaan
Rp200.000,00
· Pendaftaran Produk di BPOM Rp2.000.000,00
· Uji lab
Rp400.000,00
· Transportasi
Rp200.000,00
· Pulsa 5 orang @Rp20.000
Rp100.000,00
· Promosi
o Pamplet 50 @Rp3.000 Rp150.000,00
o Spanduk 1x3 5 buah @ Rp75.000 Rp375.000,00
o X-banner 5 buah @ Rp125.000 Rp.625.000,00
o Perancangan Design Rp100.000,00
o Photocopy Pamflet 250 @Rp150 Rp37.500,00
· Isi ulang tabung gas 12kg 2 kali @ Rp60.000 Rp120.000,00
· ATK
o Kertas 1 rim Rp38.000,00
10
DAFTAR PUSTAKA
1) Chiang Chan E. W., Ying Eng S., Tan Y. P., Wong Z. C., Lye P.Y. and Tan L. N.
2012. Antioxidant and Sensory Properties of Thai Herbal Teas with Emphasis on
Thunbergialaurifolia Lindl. Chaing Mai J. Sci. : 39 (4) : 599-609.
2) Zegarac, P., Valek, J., Stipcevic, L., and Martinez, S. 2010. Electrochemical
Determination of Antioxidant Capacity of Fruit Tea Infutions. Food Chem. 121 :
820-825.
3) Indrayana, R. 2008. Efek antioksidan ekstrak etanol 70% daun sala (Syzygium
polyanthum) pada serum darah tikus putih jantan galur wistar yang diinduk
karbon tetraklorida (CCl4). SKRIPSI. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
4) Kusumaningati, Ratna W. 2009. Analisis Kandungan Fenol Total Jah (Zingiber
Officinale Roscoe) Secara In Vitro. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
5) Lim, D.K., U. Choi, and D.H. Shin, . 1997. Antioxidative activity of some solvent
extract from Caesalpinia sappan Linn., Korean J. Food Sci. Technol, 28(1):
77−82
6) Astawan, M. 2004. Tetap Sehat Dengan Produk Makanan Olahan. Surakarta: PT.
Tiga Serangkai.
7) Jun, H., Yan, X.L., Wang, W., Wu, H., Hua, L., dan Du, L.J. 2008. Antioxidan
activity in vitro of three constituents from Caesalpinia sappan L. Tsinghua
Science and Technology13 (4): 474-479.
8) Puspita Sari, U, Djumarti, Lilik Handayani. 2012. Evaluasi Kandungan Total
Polifenol DanNAktifitas Antioksidan Minuman Ringan Fungsional Teh-
Mengkudu pada Berbagai Formulasi. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian.
Universitas Jember. 588-595
9) Haryoto. 1998. Sirup Jahe. Kanisus. Yogyakata