Anda di halaman 1dari 19

PBL ALGORITMA DIAGNOSIS

MATA GATAL

Oleh:
Setiawan Khaizusysyarof
011923143158

Pembimbing:
Dr. Lukisiari Agustini, dr., Sp.M(K)

DEPARTEMEN/SMF ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOETOMO
SURABAYA
2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3 Tujuan....................................................................................................................................5
1.4 Manfaat..................................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................6
2.1 Algoritma Mata Gatal.......................................................................................................6
2.2 Patofisiologi......................................................................................................................7
2.3 Anamnesis.........................................................................................................................8
2.4 Pemeriksaan Fisik.............................................................................................................8
2.5 Rangkuman Penyakit Penyebab Mata Gatal.....................................................................9
2.5.1 Keratokonjungtivitis Atopi........................................................................................9
2.5.2 Vernal Keratokonjungtivitis....................................................................................10
2.5.3 Dermatitis Atopi......................................................................................................11
2.5.4 Dermatoblefaritis Kontak........................................................................................12
2.5.5 Dry Eyes Syndrome atau Sindroma Mata Kering...................................................13
2.5.6 Disfungsi Kelenjar Meibom.....................................................................................13
2.5.7 Blefaritis..................................................................................................................14
2.5.8 Konjungtivitis karena Lensa Kontak.......................................................................15
2.5.9 Giant Papillary Conjungtivitis.................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

2
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rangkuman penyebab tersering dan tatalaksana pada mata gatal manurut Kuryan, et.al
2010............................................................................................................................................17

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 vernal keratokonjungtivitis (Budiono, et.al., 2013)....................................................11
Gambar 2. Contact allergic blepharoconjunctivitis (Salmon, 2020)...........................................12
Gambar 3. Prostesis okular menyebabkan giant papillary pnjungtivitis (Salmon, 2020)...........16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gatal pada mata atau disebut okular pruritus adalah gejala umum yang membawa pasien
ke layanan kesehatan atau ke dokter mata. Tenaga kesehatan banyak yang mengabaikan
masalah yang tampaknya kecil ini saat menilai pasien untuk penyakit yang berpotensi
mengancam penglihatan. Namun, mata gatal bisa menjadi masalah utama dan sumber
kecemasan bagi pasien, yang seringkali mempengaruhi kualitas hidup mereka sehari-hari.
(Kuryan, et.al., 2010)
Meskipun biasanya para tenaga kesehatan mungkin hanya untuk mengobati gejala dengan
stabilisator sel mast topikal atau antihistamin, penting bagi kita untuk mengidentifikasi
penyebab yang mendasarinya. Dengan hati-hati dan teliti, kita tentukan etiologi pruritus
okular, dokter dapat memilih rejimen pengobatan yang tepat dan memberikan pasien dengan
bantuan yang mereka cari. (Kuryan, et.al., 2010)
Gatal mata (okular pruritus) adalah sensasi yang umum dirasakan seseorang, rasa tidak
nyaman, dan mengganggu. Gejala ini sering dilaporkan dalam konteks patologi okular atau
dermatitis kelopak mata dan memiliki banyak etiologi. Gatal pada mata dianggap sebagai ciri
khas konjungtivitis alergi, tetapi juga dapat terjadi pada kondisi oftalmologis lainnya seperti
sindrom mata kering dan blepharitis. Selain itu, gatal okular dapat timbul dari kondisi
dermatologis yang mempengaruhi kelopak mata, termasuk dermatitis atopik, dermatitis
kontak alergi, dan dermatitis kontak iritan. Selanjutnya, okular pruritus dapat terjadi sebagai
efek samping terhadap obat-obatan oftalmologis termasuk analog prostaglandin dan
antibiotik, atau pengawet. (Stull, et.al., 2017)
Meskipun prevalensinya, patogenesis gatal okular masih kurang dipahami. Penelitian
sebelumnya sebagian besar berfokus pada varian alergi akut dari gatal okular. Namun, gatal
okular mungkin juga berasal dari nonalergi, dan dapat bertahan selama berbulan-bulan
hingga bertahun-tahun sebagai kondisi kronis. (Stull, et.al., 2017)

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana algoritma mata gatal?


2. Bagaimana patofisiologi mata gatal?
3. Bagaimana anamnesis yang mengarah pada mata gatal?
4. Bagaimana pemeriksaan fisik yang mengarah pada mata gatal?
5. Apa saja penyakit-penyakit yang menyebabkan mata gatal?

1.3 Tujuan

1. Untuk menjelaskan algoritma mata gatal


2. Untuk menjelaskan patofisiologi mata gatal
3. Untuk menjelaskan anamnesis yang mengarah pada mata gatal
4. Untuk menjelaskan pemeriksaan fisik yang mengarah pada mata gatal
5. Untuk menjelaskan penyakit-penyakit yang menyebabkan mata gatal

1.4 Manfaat

Diharapkan Penulisan karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
sehingga dapat lebih memahami mengenai mata gatal dan dapat memberikan kemudahan
dalam menegakkan diagnosis yang tepat sehingga dapat mengatasi keluhan dan memberikan
tatalaksana dengan benar.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mata gatal adalah gejala yang sering mebuat para penderitanya memeriksakan diri ke
dokter mata. Terkadang bagi para klinisi, gejala ini terlihat masalah yang minor atau sepele,
padahal gejala ini bisa berpotensi menjadi penyakit yang mengancam penglihatan mata.
Bagaimanapun juga, mata gatal dapat menjadi masalah mayor dan bisa menjadi sumber
ketidaknyamanan pasien dan sering mempengaruhi kualitas hidup pasien dalam melakukan
aktifitas sehari-hari. Maka dari itu penting bagi para klinisi untuk mengidentifikasikan penyakit
yang mendasarinya, berhati-hati dalam menentukan diagnosis, melakukan assessment dan
tatalaksana terhadap gejala mata gatal ini.

2.1 Algoritma Mata Gatal

Berikut merupakan algoritma mata gatal ditinjau dari etiologi alergi dan non-alergi menurut
Kuryan, J, et.al.

6
2.2 Patofisiologi

Banyak penyebab pruritus okular diperantarai secara imunologis.


 Konjungtivitis alergi dan atopik keratokonjungtivitis diakibatkan reaksi yang diperantarai
IgE yang menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin. Proses yang
dimediasi IgE serta gangguan imunitas seluler dan faktor genetik juga berkontribusi pada
dermatitis atopik. Reaksi hipersensitivitas tipe I (segera) dan tipe IV (delay) terlibat
dalam keratokonjungtivitis vernal. Pemeriksaan kerokan/goresan konjungtiva dari pasien
dengan konjungtivitis alergi, atopik keratokonjungtivitis dan keratokonjungtivitis vernal
akan menggambarkan adanya eosinofil yang merupakan hasil histologi konjungtiva
abnormal.
 Dermatoblefaritis kontak diakibatkan dari reaksi hipersensitivitas yang diperantarai sel T
tipe IV, itulah sebabnya gejala dapat berlangsung dan bermanifestasi selama satu hingga
tiga hari.
 Blefaritis juga diyakini memiliki dasar imunologis, karena gejala dapat terjadi akibat
reaksi terhadap antigen stafilokokus.
 Etiologi konjungtivitis yang disebabkan oleh lensa kontak bersifat multifaktorial,
termasuk trauma mekanis, sindroma mata kering, dan hipersensitivitas terhadap lensa
kontak dan/atau larutan serta deposit protein pada lensa.
 Patogenesis disfungsi kelenjar meibom melibatkan kerja mediator inflamasi lokal dalam
keadaan hiposekresi dan obstruksi lubang kelenjar meibom.
 Sindroma mata kering dapat disebabkan oleh defisiensi air mata (tipe Sjögren atau non-
Sjögren) atau disfungsi air mata evaporatif (termasuk disfungsi kelenjar meibom). Pasien
yang menderita sindrom Sjögren juga mengalami disregulasi autoimun.

(Kuryan, et.al., 2010)

7
2.3 Anamnesis

Yang perlu diperhatikan adalah: onset, durasi, frekuensi dari gejala, faktor pemicu, gejala
yang berhubungan dengan sistemik.
 Gejala menahun?  Konjungtivitis alergi, atopik keratokonjungtivitis
 Mata terasa panas atau terbakar dan/atau disertai keluarnya air mata? Ada sensasi benda
seperti kemasukan benda asing?  sindroma mata kering dan/atau disfungsi kelenjar
meibom
 Ada riwayat asma? Rinitis alergi? Dan/atau eksima atau ruam pada kulit?  respon yang
positif mengarah pada konjungtivitis alergi, atopik keratokonjungtivitis, dan dermatitis
atopi
 Ada riwayat penggunaan lensa kontak?  konjungtivitis ec. kontak lensa, giant papillary
konjungtivitis
 Bisa mengidentifikasi faktor pemicu? Bulu binatang, lingkungan, suhu, dll? 
konjungtivitis alergi, vernal keratokonjungtivitis (>> iklim yang lebih hangat)
 Ada riwayat menggunakan produk seperti krim wajah, make up, sabun, atau tetes air mata?
 dermatoblefaritis kontak, atau blefarokonjungtivitis

(Kuryan, et.al., 2010)

2.4 Pemeriksaan Fisik

 Kelopak mata
 Eritema, edema
 Derajat kelopak mata, ektropi, dan penebalan kulit  dermatitis atopi,
dermatoblefaritis kontak kronis
 Hiperpigmentasi periorbita  gejala alergi
 Blefaritis bisa menimbulkan gejala krusta pada margin kelopak mata dan berkorelasi
pada bulu mata
 Disfungsi kelenjar meibom dapat menyebabkan inspirasi dari orifisium kelenjar
meibom, airmata berbusa, telengektiasis pada margin kelopak mata, kerutan dan
kalazia yang berulang

8
 Reaksi papil pada konjungtiva palpebra bisa timbul pada gejala-gejala diatas tetapi
derajat keparahan dan lokasinya cenderung bervariasi
 Pasien dengan vernal keratokonjungtivitis biasanya disertai giant papillae atau
hipertrofi papiler difus konjungtiva palpebra. Papilla yang kecil lokasinya cenderung
pada konjungtiva palpebra atas dan bawah pada keraatokongjungtivitis atopi, dimana
papilla lebih prominen pada konjungtiva palpebra bagian yang atas pada kasus
konjungtivitis akibat lensa kontak
 Konjungtiva
 Hiperemi bulbus konjungtiva (mild s/d moderate) dan/atau kemosis
 Mucoid discharge
 Kornea
 Punctate (belang) karena erosi epitel, pannus (penumpukan sel radang di pembuluh
darah kornea) tergantung pada keparahan penyakitnya.
 Infiltasi pada tepi epitel bisa timbul pada disfungsi kelenjar meibom dan
konjungtivitis karena lensa kontak
 Horner-Trantas dots (timbul, kenyal, pada limbus), shield ulcers  vernal
keratokonjungtivitis
(Kuryan, et.al., 2010)

2.5 Rangkuman Penyakit Penyebab Mata Gatal

2.5.1 Keratokonjungtivitis Atopi

a. Definisi
Penderita yang mengalami dermatitis atopi yang juga mengalami konjungtivitis atopi.
Diagnosis atopi dermatitis dengan tiga atau lebih gambaran ini: pruritus, lesi kulit
khas pada daerah fleksor, wajah, atau ekstensor pada anak, dermatitis kronis, riwayat
atopi atau keluarga atopi seperti: asma, rinitis alergi, dermatitis atopi. (Budiono, et.al.,
2013)
b. Gejala klinis
Gatal, spasme palpebra, fotofobia, kabur, sekret mukoid. Gejala ini sama dengan
vernal keratokonjungtivitis, akan tetapi dapat dibedakan dengan gejala:
- Tidak kambuh berdasarkan musim
9
- Papil berukuran lebih kecil dan sama dominan pada palpebra atas dan bawah
- Sering timbul edema konjungtiva keputihan
- Sering timbul kekeruhan dan vaskularisasi kornea
- Pada pemeriksaan sitologi didapatkan: sering degranulasi, dan sedikit eosinofil.
(Budiono, et.al., 2013)
c. Tatalaksana
Kasus ringan dengan topikal vasokonstriktor-antihistamin dan kompres dingin. Untuk
kasus sedang-berat topikal sodium cromolyn, ketorolac 0,5%, lodoxamide 0,1% dan
kortikosteroid topikal dapat diberikan. KIE pasien dan keluarga tentang risiko
penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu lama
(Budiono, et.al., 2013)

2.5.2 Vernal Keratokonjungtivitis

a. Definisi
Konjungtivitis bilateral, rekuren, predominan pada anak laki-laki (5-10 tahun).
Alergen spesifik sulit diidentifikasi, tetapi biasanya menunjukkan manifestasi alergi
terhadap serbuk sari rumput-rumputan. Kekambuhan yang parah sering terjadi pada
musim semi, panas, gugur. Pada iklim tropis hampir selalu ada sepanjang tahun.
(Budiono, et.al., 2013)
b. Gejala klinis
Gatal, spasme palpebra, fotofobia, kabur, sekret mukoid. Secara klinis terdapat dua
bentuk: palpebral dan limbal. Pada palpebral keradangan terutama pada konjungtiva
palpebra dengan hipertrofi papiler dominan pada palpebra superior daripada inferior,
hiperemi konjungtiva dan kemosis. Pada kasus yang parah, terdapat giant papil atau
‘cobblestone’ pada tarsus superior. Tipe limbal predominan pada ras asia dan kulit
hitam, limbus menebal, injeksi vaskuler. Hipertrofi pada limbus yang terdiri dari
degenerasi sel eosinofil dan epitel disebut “Horner-Trantas dots”. (Budiono, et.al.,
2013)

10
Gambar 1 vernal keratokonjungtivitis (Budiono, et.al., 2013)
c. Tatalaksana
Sama seperti keratokonjungtivitis atopi. Kasus ringan dengan topikal vasokonstriktor-
antihistamin dan kompres dingin. Untuk kasus sedang-berat topikal sodium cromolyn,
ketorolac 0,5%, lodoxamide 0,1% dan kortikosteroid topikal dapat diberikan. KIE
pasien dan keluarga tentang risiko penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu
lama (Budiono, et.al., 2013)

2.5.3 Dermatitis Atopi

a. Definisi
Dermatitis atopik adalah radang kulit berulang dan kronis dengan disertai gatal.
Pada umumnya terjadi selama masa bayi dan anak-anak dan sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE dalam serum serta riwayat atopi pada keluarga atau
penderita. Sinonim dari penyakit ini adalah eczema atopik, eczema konstitusional,
eczema fleksural, neurodermatitis diseminata, prurigo Besnier. (PPK 2017)
b. Gejala Klinis
Gatal bervariasi lokasinya tergantung pada jenis dermatitis atopik. Gatal disekitar
mata dapat menyebabkan mata gatal. Gatal dapat hilang timbul, lebih hebat pada
malam hari. Terdapat riwayat atopi pada penderita. (PPK 2017)

11
c. Tatalaksana
- Bebaskan dari faktor pemicu
- Krim kortikosteroid topikal, atau immunomodulator untuk gejala kulit (seperti
tacrolimus)
- Lubrikan untuk kelopak mata
- Antihistamin sistemik dan stabilizers mast
cell (Kuryan, et.al., 2010)

2.5.4 Dermatoblefaritis Kontak

a. Definisi
Dermatoblefaritis kontak alergi adalah hasil dari respons alergi terhadap obat
mata, kosmetik, atau zat lingkungan. Ini paling sering merupakan reaksi
hipersensitivitas tipe IV tertunda yang muncul 24 hingga 72 jam setelah paparan,
setelah sensitisasi limfosit T terhadap zat antigenik. (Shah, 2009)
b. Gejala Klinis
Salah satu ciri dari presentasi klinis adalah gatal pada kelopak mata. Kelopak
mata mengalami eksim akut dengan eritema, penebalan kasar, dan sisik pada kelopak
mata. Gejala bisa melibatkan konjungtiva, dan erosi epitel belang-belang dapat dicatat
pada kornea. (Shah, 2009)

Gambar 2. Contact allergic blepharoconjunctivitis (Salmon, 2020)


c. Tatalaksana
- Bebaskan dari faktor pemicu
- Kompres dingin
- Tetes mata artifisial
- Stabilizers mast-cell

12
- Antihistamin topikal
- NSAID topikal (seperti ketorolac)
- Kortikosteroid bila
perlu (Kuryan, et.al., 2010)

2.5.5 Dry Eyes Syndrome atau Sindroma Mata Kering

a. Definisi
Keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva yang diakibatkan
berkurangnya produksi komponen air mata seperti musin, akueous, dan lipid.
Penyebab lainnya bisa dikarenakan meningkatnya evaporasi air mata akibat faktor
lingkungan rumah, kantor atau akibat lagoftalmus. (PPK, 2017)
b. Gejala Klinis
Mata terasa gatal dan seperti berpasir. Keluhan dapat disertasi sensasi terbakar,
merah, perih, dan silau. Gejala biasanya memberat pada sore-malam hari. (PPK,
2017)
c. Tatalaksana
- Tetes mata artifisial
- Bantuan tambahan: pelembab, kacamata moisture-chamber, atau kacamata renang
- Meringankan gejala bisa dengan kortikosteroid topikal bila perlu
- Punctal plugs untuk mempertahankan sekresi lakrimal
(Eva, et.al., 2018)

2.5.6 Disfungsi Kelenjar Meibom

a. Definisi
Disfungsi kelenjar Meibomian adalah penyakit kronis, biasanya disebabkan oleh
obstruksi kelenjar Meibom sekretori. Berkurangnya sekresi kelenjar mengakibatkan
penurunan jumlah lipid dalam film air mata yang mengakibatkan penguapan yang
lebih cepat dari film air mata dan sehingga mata menjadi kering yang menguap.
(Finis, 2012)
b. Gejala Klinis
Gangguan ini ditandai dengan obstruksi duktus terminal kelenjar meibom dan/atau

13
perubahan sekresi kelenjarnya, yang mengakibatkan perubahan stabilitas lapisan air
mata, peradangan, gatal dan gejala iritasi. (Sabeti, et.al., 2020)

14
c. Tatalaksana
- Konservatif: kompres hangat dan lid hygiene
- Sesuai etiologi: antibiotik, non-steroid atau steroidal anti inflamatory agents
- Pembedahan: intraductal meibomian gland
probing (Sabeti, et.al., 2020)

2.5.7 Blefaritis

a. Definisi
Blefaritis adalah kondisi oftalmologis yang ditandai dengan peradangan pada tepi
kelopak mata, bisa akut atau kronis dimana blefaritis kronis yang lebih banyak. Lebih
lanjut, blefaritis ini dapat ditentukan oleh lokasi masalah, anterior versus posterior.
Penyebab blepharitis berbeda tergantung pada apakah itu proses akut atau kronis dan
dalam kasus kronis lokasi masalahnya. Blefaritis akut dapat bersifat ulseratif atau
nonulseratif. Nonulseratif biasanya merupakan reaksi alergi seperti atopik atau
musiman. (Eberhardt, 2021)
b. Gejala Klinis
Pasien dengan blepharitis biasanya menggambarkan gatal, terbakar, dan pengerasan
pada kelopak mata. Bisa juga terjadi robekan, penglihatan kabur dan sensasi benda
asing. Secara umum, gejala cenderung lebih buruk di pagi hari dengan pengerasan
pada bulu mata yang paling menonjol saat bangun tidur. (Eberhardt, 2021)
c. Tatalaksana
- Kompres hangat dan lid hygiene
- Antibiotik topikal dan/atau oral
- steroid topikal
- tetes mata artifisial
(Salmon, 2020)

15
2.5.8 Konjungtivitis karena Lensa Kontak

a. Definisi
Menurut American Optometric Association (AOA), konjungtivitis atau sering disebut
"pink eye", adalah pembengkakan atau peradangan pada konjungtiva, lapisan tipis
jaringan transparan yang melapisi permukaan bagian dalam kelopak mata dan
menutupi bagian putih mata yang disebabkan karena pemakaian lensa kontak.
Pemakai lensa kontak memungkinkan untuk mengembangkan infeksi gram negatif.
b. Gejala Klinis
Berdasarkan AOA gejala yang timbul gatal, kadang-kadang sampai parah, dengan
infeksi bakteri, biasanya ada rasa sakit yang minimal disertai kemerahan dan hampir
selalu keluar cairan kuning/hijau, kadang-kadang ekstrem. Keputihan ini juga dapat
membuat kelopak mata menjadi merah dan bengkak serta dapat menempel pada bulu
mata sehingga terlihat berkerak.
c. Tatalaksana
- Bisa juga terjadi giant papillary conjungtivitis
- Hentikan pemakaian lensa kontak sampai gejala mereda
- Jaga higenitas lensa kontak
- Stabilizer mast-cell untuk maintenance
- Pertimbangkan prosedur retraktif pada kasus refraktori
(Kuryan, et.al., 2010)

2.5.9 Giant Papillary Conjungtivitis

a. Definisi
Giant Papillary Conjungtivitis dengan tanda dan gejala yang mirip dengan
konjungtivitis vernal dapat diakibatkan dari pasien yang memakai mata buatan plastik
atau lensa kontak. Merupakan gangguan hipersensitivitas delay yang kaya akan
basofil (hipersensitivitas Jones-Mote), dengan komponen humoral IgE. (Eva, 2018)

16
b. Gejala Klinis
Gejala terdiri dari sensasi benda asing, kemerahan, gatal, peningkatan produksi lendir,
kabur dan hilangnya toleransi kontak lensa. Gejala mungkin lebih buruk setelah
pelepasan lensa. Pasien harus ditanyai tentang pembersihan dan pemeliharaan kontak
lensa (Salmon, 2020)

Gambar 3. Prostesis okular menyebabkan giant papillary pnjungtivitis (Salmon, 2020)


c. Tatalaksana
- Apabila etiologinya dikarenakan lensa kontak, maka tatalaksanya sama seperti
konjungtivitis karena lensa kontak
(Eva, et.al., 2018)

17
Tabel 1. Rangkuman penyebab tersering dan tatalaksana pada mata gatal manurut Kuryan, et.al
2010

18
DAFTAR PUSTAKA

American Optometric Association. (AOA) Conjunctivitis (pink eye). Avaible from


https://www.aoa.org/healthy-eyes/eye-and-vision-conditions/conjunctivitis?sso=y accesed
18th October 2021
Budiono, S., Trisnowati, T.S., Moestidjab, Eddyanto. 2013. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata.
Airlangga University Press: Surabaya.
Eberhardt M, Rammohan G. Blepharitis. [Updated 2021 Jul 17]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459305/. Accessed 18th October 2021
Eva, Paul Riordan, and James J. 2018. Vaughan & Ausbury’s General Opthalmology 19th Edition.
McGraw-Hill Education, Inc: USA
Finis, D., Schrader, S., & Geerling, G. (2012). Meibomian gland dysfunction. Klinische
Monatsblatter fur Augenheilkunde, 229(5), 506-513.
Kuryan, J., Channa, P. & Chuck, A., 2010. The Itchy Eye: Diagnosis and Management of Ocular
Pruritus. Ophtalmic Pearls, pp.35–37: USA
PB IDI. 2017. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama, Ed. 1. Jakarta
Sabeti, S., Kheirkhah, A., Yin, J., & Dana, R. (2020). Management of Meibomian Gland
Dysfunction: a Review. Survey of Ophthalmology, 65(2), 205-217.
https://doi.org/10.106/j.survophthal.2019.08.007
Salmon, J.F. 2020. Kanki’s Clinical Opthalmology a Systematic Approach 9th Edition. Elsevier
Limited.
Shah, S. S., & Oetting, T. 2009. Allergic Contact Dermatoblepharitis. EyeRounds. Avaible from
https://webeye.ophth.uiowa.edu/eyeforum/cases/80-Dermatoblepharitis.htm accesed 18th
October 2021
Stull, C., Valdes-Rodriguez, R., Shafer, B. M., Shevchenko, A., Nattkemper, L. A., Chan, Y. H.,
... & Yosipovitch, G. (2017). The prevalence and characteristics of chronic ocular itch: a
cross-sectional survey. Itch (Philadelphia, Pa.), 2(1), e4.

19

Anda mungkin juga menyukai