Anda di halaman 1dari 9

BAB III

PENGERTIAN PEMBERIAN KETERANGAN AHLI


A. MENURUT KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.
"keterangan adalah uraian, penjelasan dan sebagainya untuk menerangkan sesuatu, sesuatu yg
menjadi petunjuk, seperti bukti, tanda; segala sesuatu yang sudah diketahui atau yang
menyebabkan tahu; kata atau kelompok kata yg menerangkan (menentukan) kata atau bagian
kalimat yg lain;"
"Ahli adalah orang yang mempunyai ilmu khusus, mahir, pandai sekali. Misalnya Ahli
hukum, adalah orang yang ahli dalam masalah ilmu hukum; Ahli bahasa adalah orang pandai
dalam ilmu bahasa. Sedangkan keahlian adalah kemahiran dalam suatu ilmu atau pekerjaan."
"Penyidik adalah seseorang tau sekelompok orang yang bertugas untuk memeriksa,
menyelidiki, atau mengamat-amati sesuatu" Dalam kamus besar Bahasa Indonesia juga
diberikan pengertian tentang saksi ahli (1994:864), yaitu : Orang yang dijadikan saksi karena
keahliannya, bukan karena terlibat dengan suatu perkara yang sedang disidangkan.
MENURUT BUKU LAIN DAN PARA PAKAR
Menurut Modul SKKNI,
"Pemberian Keterangan Ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki
keahlian akuntansi dan auditing yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana
dan perdata guna kepentingan pemeriksaan."
Sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 ayat 28 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
"keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperuntukan untuk membuat keterangan suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan."
Pengertian Hari saksi ahli menurut beberapa pakar antara lain oleh Abd. Djalal Abu Bakar
dkk (2003;42) bahwa keterangan ahli : Keterangan yang berdasarkan keahlian dan
pendidikan diperlukan dalam pemeriksaan dan sangat relevan dengan perkara yang akan
diterangkannya.
PEMBERIAN KETERANGAN AHLI
Seorang akuntan dan auditor yang mempunyai keahlian dalam bidang akuntansi dan auditing
seringkali dipanggil untuk memberikan keterangan ahli dalam perkara-perkara pidana dan
perdata dimana profesi mereka dapat digunakan untuk mendukung investigasi pada masalah-
masalah seperti penyalahgunaan wewenang, kejahatan keuangan, penggelapan, pembakaran
rumah dengan sengaja untuk memperoleh keuntungan, kejahatan kebangkrutan, praktek
akuntansi yang tidak wajar, dan penghindaran pajak.
A. PENGETAHUAN DASAR YANG PERLU DIMILIKI OLEH PEMBERI
KETERANGAN AHLI
Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk menjadi seorang fraud auditor (dan juga pemberi
keterangan ahli) dibutuhkan keterampilan (skills) dan pengetahuan di bidang akuntansi,
auditing dan investigasi, serta masalah hukum dan kriminologi hingga batas-batas tertentu.
Reilly Crumbley dalam Singleton (2006) menyediakan pedoman untuk akuntan forensik yang
berfungsi sebagai saksi ahli:
a. Mengetahui standar profesional yang relevan.
b. Menerapkan standar profesional yang relevan.
c. Mengetahui literatur profesional yang relevan.
d. Mengetahui organisasi profesional yang relevan.
e. Menggunakan metode analisis yang berlaku umum.
f. Menggunakan beberapa metode analisis.
g. Menyimpulkan kesimpulan dari beberapa metode analisis.
h. Mengungkapkan semua asumsi analitis signifikan dan variabel.
i. Subject analisis untuk peer review.
j. Uji analisis dan kesimpulan untuk kelogisannya.
B. JASA YANG DAPAT DIBERIKAN FRAUD AUDITOR
Secara teoretis, jasa yang dapat diberikan oleh fraud auditor dapat bervariasi mengingat
profesionalisme, independensi dan obyektivitas dari praktik penugasan yang dilakukan. Jasa
yang dapat diberikan tersebut meliputi:
1. Management Support
Fraud auditor dapat melakukan asistensi kepada manajemen dalam mengkaji ulang /
memeriksa atas dugaan kejadian kecurangan. Kegiatan ini dapat dilakukan sendiri atau
bersama sesama auditor, atau dapat juga dilakukan bersama orang lain yang berbeda latar
belakang keahliannya.
2. Litigation Support
Fraud auditor dapat juga melakukan pemeriksaan atas dugaan kecurangan tersebut di atas
yang ditujukan dalam rangka upaya penegakan hukum, baik untuk kasus pidana atau perdata
(criminal or civil legal action). Dalam proses penegakan hukum ini, pihak yang meminta
dapat berasal dari pihak jaksa penyidik, pengacara ataupun hakim, dimana biasanya mereka
mempunyai pemahaman yang terbatas tentang aspek akuntansi dalam kasus yang dihadapi.
3. Expert Witness
Sebagai aturan umum, seorang saksi dibatasi untuk tidak memberikan kesaksian berupa
opini, kesimpulan dan karekteristik (sifat) atas suatu kejadian atau benda. Seorang saksi
hanya boleh memberikan keterangan atas apa yang diketahuinya sebagai fakta, atau apa yang
dialami dengan kelima panca indranya, yaitu melihat, mendengar, merasakan, mencium,
mencicipi atau menyentuh. Untuk dapat melakukan penugasan tersebut di atas, fraud auditor
harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut:
1. Able to Identify Financial Issues, yaitu memahami sistem dan isu-isu keuangan, akuntansi
keuangan, auditing dsb.
2. Has Knowledge of Investigative Techniques, yaitu kemampuan membangun hipotesis,
mengumpulkan informasi, menganalisis dan memilah bukti.
3. Has Knowledge of Evidences, yaitu pengetahuan tentang bukti yang relevan dan
mencukupi, cara memperoleh, menyimpan dan menyajikan bukti di peradilan.
4. Capable to Interpreting Financial Information. Dokumen /informasi keuangan dapat
merupakan alat bukti, oleh karena itu harus dipahami dan dinterpretasikan secara tepat.
5. Able to Present Findings. Fraud auditor harus mampu menyajikan temuan dengan alur
pikir yang jelas, obyektif, independen, sehingga dapat mengungkapkan masalah secara
proporsional.
C. LANDASAN HUKUM KETERANGAN AHLI
Walaupun bukan merupakan unsur kompetensi yang akan diakui oleh hakim, pemberi
keterangan ahli akuntansi dan auditing perlu memahami (dalam batas-batas tertentu)
ketentuan hukum ya ng berkaitan dengan ahli ketentuan ini adalah sebagaimana diatur dalam
kitab undang-undang Hukum Acara Pidana
1. Alat bukti Keterangan Ahli
Keterangan ahli sebagai alat bukti diatur dalam pasal 184 KUHAP yang menyatakan bahwa
alat bukti yang sah ialah:
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan terdakwa.
2. Stake holder atau pihak yang berkepentingan
Pihak-pihak yang berkepentingan dengan pemberi keterangan ahli dapat berasal dari pihak
jaksa/penyidik, hakim ataupun terdakwa.
a. Jaksa/PenyidikJaksa/penyidik berkepentingan dengan pemberi keterangan ahli untuk
memperkuat pembuk tian atas dakwaan yang dibuatnya. Wewenang penyidik untuk meminta
pendapat ahli ini diatur dalam pasal 7 ayat (1) huruf h yang menyatakan bahwa penyidik
karena kewajibannya mempunyai wewenang untuk mendatangkan orang ahli yang diperlukan
dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara.
b. Hakim
Wewenang hakim untuk meminta ahli diatur dalam pasal 180, yang menyatakan sebagai
berikut:
(1) Dalam hal diperlukan untuk mengungkapkan persoalan yang timbul di sidang Pengadilan,
Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan
baru oleh yang berkepentingan.
(2) Dalam hal yang dapat menimbulkan keberatan yang beralasan dari terdakwa atau
penasehat hukum terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1), hakim
memerintahkan agar dilakukan penelitian ulang atas hal tersebut.
(3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat 2.
(4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat2 dan ayat 3 dilakukan oleh instansi
semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai
wewenang untuk itu.
c. Terdakwa
Terdakwa ataupun pengacara sering meminta pendapat ahli untuk mencari pendapatan lain
atas masalah-masalah yang kemungkinan dapat meringankan atau melemahkan dakwaan.
Dalam persidangan juga sering dijumpai kehadiran seorang ahli yang diminta oleh pengacara
untuk memberikan pendapat mengenai pendapat yang dikemukakan oleh saksi ahli dari pihak
penuntut.
D. HAK DAN KEWAJIBAN SEORANG PEMBERI KETERANGAN AHLI
1. Hak-hak saksi dalam KUHAP
a. Hak untuk diperiksa tanpa hadirnya terdakwa pada saat saksi diperiksa (pasal 173
KUHAP)
b. Hak untuk mendapatkan penerjemah atas saksi yang tidak mengerti bahasa indonesia
(pasal 177 ayat 1 KUHAP)
c. Hak saksi yang bisu atau tuli dan tidak bisa menulis untuk mendapatkan penerjermah
(pasal 178 ayat 1 KUHAP)
d. Hak untuk mendapatkan pemberitahuan sebelumnya selambat-lambatnya 3 hari sebelum
menghadiri sidang (pasal 227 ayat 1 KUHAP)
e. Hak untuk menda patkan biaya pengganti atas kehadiran di sidang pengadilan (pasal 229
ayat 1 KUHAP).
2. Kewajiban Seorang Pemberi Keterangan Ahli
Sama halnya dengan seorang "saksi", menurut hukum, seorang saksi ahli yang dipanggil di
depan pengadilan memiliki kewajiban untuk :
a. Menghadap/ datang ke persidangan, setelah dipanggil dengan patut menurut hukurn.
b. Bersumpah atau mengucapkan janji sebelum mengemukakan keterangan ( dapat menolak
tetapi akan dikenai ketentuan khusus).
c. Memberi keterangan yang benar Bila seorang saksi ahli tidak dapat memenuhi
kewajibannya, maka dia dapat dikenai sanksi berupa membayar segala biaya yang telah
dikeluarkan dan kerugian yang telah terjadi. Akan tetapi seorang ahli dapat tidak menghadiri
persidangan jika memiliki alasan yang sah.
E. PROSES PEMBERIAN KETERANGAN AHLI
1. Persiapan
Agar pelaksanaan pemberian keterangan lebih efektif, surat permintaan dari Instansi Penyidik
atau Pengadilan sebaiknya ditujukan kepada Instansi, tanpa menunjuk nama tertentu. Hal ini
dimaksudkan agar instansi dapat menunjuk petugas/pejabatnya yang mempunyai
pengetahuan yang cukup seperti di atas.
2. Pelaksanaan Pemberian Keterangan Ahli
Apabila suatu instansi pemeriksa telah melakukan audit investigatif ataupun perhitungan
kerugian keuangan negara, maka dalam proses selanjutnya, kecurangan yang berindikasi
tindak pidana yang laporan auditnya disampaikan kepada penyidik untuk ditindakianjuti akan
melibatkan auditor yang bersangkutan. Keterlibatan tersebut dapat terjadi dalam tahap
penyelidikan, penyidikan maupun dalam tahap penuntutan. Keterlibatan auditor dalam tahap
penyidikan maupun penuntutan adalah dalam peran sebagai saksi maupun sebagai pemberi
keterangan ahli.
3. Pengujian kepada Ahli oleh Pihak Lawan
Pengujian ahli oleh pihak lawan merupakan hal sering terjadi dalam persidangan. Tujuan dari
penasihat hukum lawan dalam pemeriksaan silang ada tiga. Pertama untuk mengecilkan
pentingnya kesaksian tenaga ahli yang dihadirkan. Tujuan kedua adalah agar kesaksian ahli
mendukung posisi lawan dengan memunculkan serangkaian asumsi. Tujuan ketiga untuk
menyerang atau menunjukan pendapat ahli itu sendiri, dengan menyanggah pendapat, laporan
dan kesaksianya. Dalam melontarkan pertanyaan-pertanyaan kepada saksi ahli, seorang
pengacara yang baik dapat dengan cepat melihat kelemahan-kelemahan seorang saksi dan
mendayagunakan berbagi teknik untuk mencapai tujuannya.
a. Penglihatan Sempit (Myopic Vision)
b. Keamanan
c. Kontradiksi
d. Informasi Baru
e. Mendukung Teori Lain yang Berseberangan
f. Bias
g. Konfrontasi
h. Papan Resonansi (Sounding Board)
i. Syarat-Syarat Penugasan
j. Mendiskreditkan Saksi Ahli
4. Hambatan dalam Memberikan Keterangan Ahli
a. Kendala Intern
Kendala intern berasal dari pihak si pemberi keterangan sendiri, antara lain yaitu:
− Kurang persiapan.
− Kurang menguasai
− Hal-hal yang berkaitan dengan kasus yang dipermasalahkan.
− Tidak percaya diri, lupa. Hal ini terutama kendala untuk pemberi keterangan saksi, dimana
dia harus mengingat apa yang dilihat, didengar dan dialami atas suatu kasus.
− Bias. Walaupun pada dasarnya seorang auditor harus menaati kode etik profesinya, namun
sikap tidak obyektif seorang pemberi keterangan ahli ataupun saksi dapat muncul apabila dari
awal yang bersangkutan mempunyai sikap ingin memenangkan salah satu pihak yang
berperkara.
b. Kendala Ekstern
Kendala-kendala ekstern yang dapat mempengaruhi proses pemberian keterangan antara lain
yaitu:
− Keterlambatan pengiriman surat panggilan sidang.
− Tidak jelasnya jadwal waktu (jam) sidang.
− Nada pertanyaan yang bersifat provokatif.
− Perbedaan persepsi diantara sesama auditor.
− Bias. Kalau sikap bias sebelumnya berasal dari pemberi keterangan ahli, sikap bias ini
dapat juga muncul dari pihak jaksa, pengacara maupun hakim dan hal ini tentu akan
mempengaruhi proses pemberian keterangan.
− Suasana ruangan sidang yang tidak kondusif.
5. Sumpah Palsu dan Keterangan Palsu
Pasal 242 KUHP antara lain menyatakan bahwa barang siapa dengan sengaja memberikan
keterangan palsu di atas sumpah, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Dan jika keterangan palsu tersebut diberikan dalam perkara pidana dan merugikan tersangka
atau terdakwa, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
F. TEKNIK SURVIVAL
Teknik survival adalah teknik mempertahan diri. Larry Crumbley membuat saran-saran untuk
akuntan forensik tentang kesaksian mereka.
a. Use Visual Aids : Gunakan Alat Bantu Visual.
b. Do Not Answer an Ambiguous Question : Jangan menjawab Pertanyaan yang Abigu.
c. Maintain Your Composure : Pertahankan ketenangan Anda.
d. Be Patient : Bersabarlah., tetap tenang dalam sikap dalam kejadian kacau atau bergejolak
e. Maintain a careful Sense of Humor: Menjaga Rasa Humor dengan baik, humor alami baik -
baik saja, dalam situasi yang tepat, tapi dapat menjadi boomerang.
f. Know Your Limitations : Mengenal Keterbatasan. Jangan mencoba untuk menggertak bila
Anda tidak tahu jawaban, focus sekitar keahlian sendiri.
g. Do Not Become Argumentative or Defensive : Jangan menjadi Argumentatif atau
Defensif, Hindari prilaku negative, meskipun mungkin sulit untuk menyembunyikan perasaan
anda.
h. Do Not Forget Who is Deciding the Case: Jangan Lupakan Siapa yang menentukan kasus.
G. TIPS BAGI PEMBERI KETERANGAN AHU
1. Berpakaian konservatif dan rapi.
2. Memperlihatkan prilaku yang siap dan percaya diri.
3. Mengatakan kebenaran.
4. Menjaga kontak mata dengan penanya sesering mungkin.
5. Meminta pertayaan yang panjang atu yang tidak tepat untuk diubah kalimatnya atu dipecah
menjadi kalimat kalimat yang lebih pendek.
6. Mengambil nafas sebelum menjawab setiap pertayaan dengan cara berbicara yang tenang
dan tidak tergesa-gesa
7. Menjelaskan konsep yang rumit dalam istilah umum.
8. Bersahabat dan ramah dengan kehadiran setiap pihak.
9. Membetulkan setiap pernyataan yang salah dengan cepat setelah mengetahui adanya
kesalahan.
10. Berbicara dengan suara yang jelas dan keras.
11. Menahan diri dalam menggunakan bahasa professional.
12. Menggunakan istilah yang sederhana untuk menerangkan temuan atau pendpat.
13. Menjawab hanya atas pertanyaan yang ditanyakan, jangan keluar dari pokok persoalan
atau menyampaikan pernyataan lebih dari yang diminta oleh penanya.
14. Jangan berkomunikasi secara lisan dengan pengacara.
15. Jangan mencoba membuat lelucon atau bersikap riang.
16. Melihat langsung kepada orang yang mengajukan pertanyaan.
17. Menjaga sikap professional, jangan tersenyum tanpa alasan kepada hakim,jaksa atau
pengacara.
18. Tenang dan tidak tergesa-gesa delam menjawab pertanyaan- berpikirlah sebelum
berbicara.
19. Menggunakan grafik, bagan dan tambahan visual lainnya jika hal ini membantu dalam
mengklarifikasi masalahnya.
20. Sedapat mungkin jangan membaca catatan, anda akan terlihat seperti sedang mengulang
kesaksian dan ini terlihat buruk atau kurang menguasai permasalahan
21. Jika mempunyai dokumen untuk diajukan, aturlah sehingga anda dapat cepat
mengambilnya jika diminta.
22. Jangan bicara dengan ragu-ragu atau gagap, berusaha untuk kembali tenang ketika
pertanyaan yang sulit atau keras yang diajukan.
23. Mintalah untuk mengulang pertanyaan atau penjelasan jika anda tidak benar-benar
memahaminya.
24. Jika anda tidak tahu, jawablah tidak tahu,jangan menebak-nebak.
25. Dalam uji silang, jangan menjawab terlalu cepat. Konsultasikan dengan pihak lain terkait
apa tujuan dari pernyataan itu.
26. Jika hakim atau juri ingin bertanya, jawablah pertanyaan itu dengan melihat kearahnya
27. Jangan memandangi ruangan, lantai atau langit-langit
28. Bersahabat dan ramah dengan siapa saja.
29. Jangan berkata-kata dengan nada marah jika pengacara lawan menyerang anda Jujurlah,
jangan berbohong, jangan mengada-ada, janganmengelak.

BAB V LAPORAN PEMBERIAN KETERANGAN AHLI


Proses dokumentasi atas hasil pelaksanaan audit investigatif merupakan tahap yang sama
pentingnya dengan tahapan lain dalam audit investigatif atas suatu kasus. Biasanya bentuk
dokumentasi tersebut berupa laporan tertulis. Laporan tertulis merupakan suatu bukti bahwa
audit investigasi telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Laporan yang baik
hanya mengungkapkan fakta-fakta yang berhubungan dengan kasus yang sedang diaudit.
Auditor harus mempertimbangkan bahwa laporan hasil audit investigasi akan dibaca oleh
banyak pihak termasuk pihak-pihak mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan
auditor. Untuk itu ia harus meyakinkan bahwa laporan telah dibuat sesuai dengan prosedur
dan telah menjawab pertanyaan klasik yaitu siapa, apa, mengapa, dimana, bilamana, clan
bagaimana.
A. PENGELOLAAN LAPORAN HASIL PEMBERIAN KETERANGAN AHLI (LHPKA)
Pengelolaan Laporan Hasil Pemberian Keterangan Ahli (LHPKA) diatur sebagai berikut:
1. Setiap pemberian keterangan ahli dibuat Surat Tugas dan tembusannya disampaikan
oleh Pimpinan Unit Kerja kepada Deputi Bidang Investigasi.
2. Setiap pemberian keterangan ahli di depan sidang pengadilan dibuat LHPKA dan
disampaikan oieh Pimpinan Unit Kerja kepada Deputi Bidang Investigasi untuk
dilakukan penelaahan dan pemutakhiran database penugasan Bidang Investigasi.
3. Untuk pemberian keterangan ahli dalam rangka penyidikan tidak perlu dibuat
LHPKA, tetapi pemberi keterangan ahli mempertanggungjawabkan penugasan
pemberian keterangan ahli tersebut dalam Nota Dinas dan disampaikan kepada
Pimpinan Unit Kerja.
4. Pimpinan Unit Kerja mencatat dan mengkompilasi materi LHPKA sebagai bahan
referensi penugasan keterangan ahli.
B. FORMAT/SUSUNAN LHPKA (Laporan Hasil Pemberian Keterangan Ahli)
Format/susunan LHPKA memuat pokok-pokok hasil pemberian keterangan ahli yang
telah dilaksanakan sebagai berikut:
1. Dasar Penugasan
a. .. Surat Tugas..........(sebutkan nomor dan tanggal ST Pemberian Keterangan Ahli
yang dikeluarkan oleh Unit Kerja).
b. Surat..........(sebutkan surat permintaan/panggilan dari Instansi
Penyidik/Pengadilan).
2. Ruang Lingkup Penugasan
Memberikan pendapat atas kasus Dugaan Tindak Pidana Korupsi Pada ...............
(sebutkan judul, nomor dan tanggal LHPKKN).
3. Waktu Penugasan
Pemberian keterangan Ahli di lakukan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada
tanggal ... ..... pukul ............... s.d ...................
4. Pelaksanaan Persidangan
Merupakan resume dari pertanyaan dan jawaban di persidangan. Sedangkan rincian
pertanyaan dan jawaban di persidangan dimuat sebagai lampiran laporan, adaiah
sebagai berikut:
1. T : (Uraikan pertanyaan-pertanyaan saat persidangan) J J : (Uraikan jawaban yang
dikemukakan saat persidangan)
2. T : Dst.
J : Dst.
Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
Mengetahui: Kasubdit/Kabid Investigasi,
................. (nama kota), ..............2012
Pemberi Keterangan Ahli,
NIP. ..........................
NIP.
Pendamping
NIP. ...……………………

Anda mungkin juga menyukai