Anda di halaman 1dari 19

Nama : Apep Nuryaman

Kelas :A
NPM : 201002039
Mata Kuliah : Filsafat Islam

BAB I

SEBUAH STUDI TENTANG KEBENARAN BARAT DAN ISLAM

A. Kebenaran dan tingkatannya


Orang selalu berusaha menemukan kebenaran. Ketika orang memahami dan
memahami kebenaran, sifat dasar mereka di bagian terdalam dari pikiran dipaksa untuk
melaksanakan kebenaran.

Dalam perkembangan dunia filsafat, khususnya dunia filsafat pendidikan, hakikat


kebenaran sangat penting dan berperan dalam pencarian kebenaran. Semua kebenaran harus
diserap oleh kebenaran itu sendiri dan kepastian pengetahuannya, sifat kebenarannya, orang-
orangnya, terutama objek-objek yang masih dipelajari oleh para filosof. Karena sifat
kebenaran ini, orang rela mengalami konflik internal, atau konflik psikologis.

orang selalu mencari kebenaran. Ketika seseorang memahami dan memahami


kebenaran, sifatnya terdorong untuk menjalankan kebenaran ini.

B. Tipe Kebenaran Tipe


Kajian tentang filsafat pengetahuan yang membawa manusia kepada kebenaran
dapat dibagi menjadi tiga tipe. Menurut A.M.W., Planaka adalah tiga jenis kebenaran:

1. Kebenaran epistemologis (berkaitan dengan pengetahuan), kebenaran epistemologis


adalah kebenaran yang berkaitan dengan pengetahuan manusia.
2. Kebenaran ontologis yang lahir (berkaitan dengan apa yang ada/dipertahankan),
kebenaran dalam pengertian ontologis, adalah kebenaran sebagai ciri dasar yang
melekat pada segala sesuatu yang ada atau dipertahankan.
3. Kebenaran semantik (bahasa dan terkait dengan bahasa), kebenaran semantik adalah
kebenaran yang ditemukan dan tertanam dalam bahasa dan bahasa. Kebenaran
semantik disebut juga kebenaran moral.
4. Kebenaran agama secara keseluruhan, terutama yang ditangkap oleh hati nurani,
adalah puncak kesadaran manusia. Ini bukan hanya karena sumber kebenaran
berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang supernatural, tetapi karena siapa pun
yang menerima kebenaran ini adalah subjek dari integritas pribadi. Nilai kebenaran
agama sangat penting, karena bentuk kebenaran ini ditangkap oleh integritas
kepribadian. Semua tingkat pengalaman, ilmiah dan filosofis, dikumpulkan pada
puncak kesadaran religius. Artinya kebenaran ini memiliki arti kehidupan manusia
dan sangat berarti bagi manusia.

C. Hakikat Kebenaran
Kebenaran memiliki ciri-ciri tertentu jika dilihat dari kualitas pengetahuannya. Ada
empat jenis pengetahuan tentang kualitas:

1. Pengetahuan normal, pengetahuan ini bersifat subjektif. Itu berarti itu sangat terkait
dengan topik yang sudah dikenal. Sifatnya selalu benar kecuali sarana untuk
memperoleh pengetahuan itu normal atau menyimpang.
2. pengetahuan ini bersifat relatif. Artinya kebenaran penemuan-penemuan ilmiah
terus-menerus direvisi, yaitu selalu ditingkatkan dengan penemuan-penemuan
mutakhir.
3. pengetahuan filosofis. Ini adalah jenis pengetahuan yang didekati dengan
metodologi berpikir filosofis, yang pada dasarnya lebih mendasar dan komprehensif
dengan model berpikir analitis, kritis, dan spekulatif. Kebenaran ini bersifat mutlak
dan inter-subyektif.
4. Pengetahuan agama. Pengetahuan agama memiliki karakter dogmatis. Dengan kata
lain, pernyataan dalam agama selalu disertai dengan keyakinan.

D. Teori Kebenaran Islam


1. Teori Korespondensi

Teori ini sering digunakan oleh kaum realis. Menurut kelompok ini, kebenaran adalah
kesetiaan pada realitas objektif, dan kebenaran adalah kesesuaian antara fakta dan fakta itu
sendiri. Kebenaran dalam kasus ini adalah sama. Pernyataan Soejono Dirdjosisworo memiliki
refleksi yang sesuai dengan kenyataan bahwa pengetahuan tentang realitas dan pengetahuan
tentang realitas berada dalam keselarasan dan kesatuan, dan sistem pendapat yang terkandung
secara rinci persis sejajar.

Teori korespondensi kebenaran adalah benar atau Jika ada kesesuaian antara maksud
yang dimaksudkan dari suatu pernyataan atau pendapat dengan maksud yang dimaksudkan
dari pernyataan atau pendapat tersebut, maka sesuatu itu benar. Oleh karena itu, kita perlu
mengetahui lima faktor berikut ini.

a) Pernyataan
b) Kontrak
c) Situasi
d) Realitas
e) Keputusan
2. Teori Konsistensi

Teori Kebenaran yang Koheren ini juga dikenal sebagai Teori Konsistensi.
Pengertian koherentisme kebenaran ini adalah teori kebenaran yang mendasarkan
kebenarannya pada kesesuaian pernyataan dengan pernyataan lain yang sudah
diketahui, diterima, dan diakui kebenarannya. Kesederhanaan teori ini adalah bahwa
suatu pernyataan dianggap benar jika konsisten atau konsisten dengan pernyataan
sebelum dianggap benar.

Teori koheren menggunakan logika deduktif. Artinya dari yang umum ke yang
khusus, atau cara berpikir yang dimulai dengan pola ini, sering disebut dengan
silogisme. Misalnya, seluruh mahasiswa IAIN Jember diwajibkan mengikuti kegiatan
TASKA. Mudzakir merupakan mahasiswa IAIN Jember dan wajib mengikuti
kegiatan TASKA. Contoh lain dari kebenaran ini adalah

a) Setiap orang perlu mati (persyaratan utama).


b) Socrates adalah manusia (premis kecil).
c) Socrates harus mati (kesimpulan).

3. Teori pragmatis

Teori Kebenaran Praktis menganggap suatu pernyataan, teori, atau pernyataan


itu benar jika ada gunanya dalam kehidupan manusia. Praktisi menggunakan standar
kebenaran dengan kegunaan, kepraktisan, dan hasil yang memuaskan. Oleh karena
itu, tidak ada yang namanya kebenaran mutlak/tetap, kebenaran itu tergantung pada
usaha, keuntungan dan hasil. Hasil/hasil yang memuaskan bagi praktisi adalah:

a. Sesuai dengan keinginan dan tujuan.


b. Sesuai dan teruji dengan suatu eksperimen.
c. Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada).
Pelopor teori ini adalah Charles S. Pierce, yang dikembangkan lebih lanjut
oleh William James dan John Dewey. Menurut James, konkrit, personal, dan konkrit
adalah benar. Di sisi lain, menurut Dewey, kebenaran praktis adalah kebenaran
praktis. Misalnya, Yadi ingin bekerja di perusahaan minyak karena gajinya tinggi.
Yadi praktis. Singkatnya, dia ingin bekerja di perusahaan karena dia memiliki
keuntungan dari gaji yang tinggi18. Contoh lain: Budi ingin kuliah di IAIN pada
bulan Desember, tetapi berniat berteman tanpa mereka. saya mau minta ilmu. Sobat
praktis. Artinya, dia ingin belajar, tetapi dia ingin mendapatkan pasangan untuk
dirinya sendiri.
4. Teori Kebenaran Religius (Agama sebagai Teori Kebenaran)

Tiga teori kebenaran sebelumnya didasarkan pada alasan, alasan, fakta, realitas,
dan kegunaan. Dalam teori kebenaran agama, wahyu berasal dari Tuhan. Orang
mencari, sebagai makhluk yang mencari kebenaran.

5. Kebenaran performatif

Menurut teori ini, pernyataan kebenaran adalah tindakan (eksekutif), bukan ciri
atau ciri sesuatu. Untuk mengatakan sesuatu itu benar, cukup dengan mengakui
(setuju / menerima / membenarkan) ide-ide yang disajikan. Teori ini diadopsi oleh
filsuf Frank Ramsey, John Austin, dan Peter Strawson. Para filsuf ini ingin menantang
teori klasik bahwa "benar" dan "salah" hanyalah ekspresi dari apa yang mereka
katakan. Kalimat yang benar berarti mengatakan sesuatu yang dianggap benar.
Menurut teori ini, jika suatu proposisi menghasilkan realitas, itu dianggap benar. Oleh
karena itu, pernyataan yang benar bukanlah pernyataan yang mewakili realitas, tetapi
pernyataan menciptakan realitas seperti yang diwakili oleh pernyataan ini.

Teori ini menyatakan bahwa kebenaran ditentukan atau dikemukakan oleh


otoritas tertentu. Contoh pertama penentuan satu Syawal. Beberapa fatwa Indonesia
mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sementara yang lain mengikuti
fatwa ulama atau organisasi tertentu.

E. Teori Kebenaran Barat


1. Rasionalisme
Rasionalisme adalah pendekatan filosofis yang melihat pikiran sebagai sumber
kebenaran21. Ini berarti bahwa alasan lebih kuat dari pengalaman indrawi. Menurut
teori rasionalis, hal ini tidak mungkin jika kebenaran diperoleh hanya melalui fakta
dan empiris. Plato merupakan tokoh dalam teori ini pada masa klasik, namun pada
zaman modern dipelopori oleh Descartes dan Leibniz.
Pada dasarnya, menurut mazhab ini, rasionalisme tidak mengingkari penggunaan
sensasi, tetapi sensasi hanyalah stimulus penalaran dengan memberikan laporan
materi yang dapat dicerna oleh pikiran. Intelek mengatur materi untuk membentuk
kebenaran yang valid. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa teori lebih
mengutamakan akal daripada sensasi.
2. Empirisme
Empirisme adalah doktrin bahwa semua sumber kebenaran harus dicari melalui
pengalaman indriawi, yang merupakan satu-satunya sumber kebenaran, bukan
akal/hubungan. Pada masa klasik, empirisme dipisahkan oleh Aristoteles, tetapi pada
zaman modern John Locke, John Stuart, Bacon, T. Dipisahkan oleh Hobbes.
Menurut Aristoteles, pengetahuan indrawi adalah dasar dari semua kebenaran. Tidak
ada ide alami yang mendahuluinya. Demikian pula pendapat Thomas Hobs bahwa
kebenaran pengalaman indrawi adalah awal dari segala pengetahuan.
3. Kritik
Ada kontradiksi yang sangat jelas antara rasionalisme dan imperialisme, yaitu
antara akal dan pengalaman sebagai sumber kebenaran. Untuk mendamaikan konflik,
filsuf Jerman Immanuel Kant mengajukan Immanuel Kant yang mengubah konflik
dengan menggabungkan teori rasionalisme dan empirisme dengan teori kritik sebagai
sumber kebenaran manusia.
BAGIAN III

POLA PIKIR FILOSOF ISLAM

A. Al-Ghazali

1. Biografi Al-Ghazali

Imam Nama asli Algazaly adalah Abuhamid Muhammad Ibn Muhammad Ibn
Muhammad Altusia Al Ghazari. Lahir dari keluarga sederhana, beragama yang taat, di
wilayah Krasan Iran (sekarang Iran) pada 450 H (1058 M), ia dikenal sebagai seorang
sufi yang berpengaruh. Alga Zari memulai pendidikan di wilayah Soviet. Alga Zaly
belajar hukum Islam di daerahnya dari Ahmad Bin Muhammad Al Rajza Kaniartushi.
Pada usia 25, Alga Zari belajar di bawah cendekiawan Tus terkenal Arina Sul Aluis
Mile. Dengan AD473. Ia pergi ke Neyshabur untuk tinggal di Madrasah Nizamiya 36
yang dipimpin oleh Al Haramain Al Juwaini. Dari sosok tersebut, Al-Ghazali
memperoleh pengetahuan tentang Kalam, dialektika, sains, filsafat, dan logika.
Setelah itu, Al Juwaini meminta Al Ghazari untuk mengajar di sana sampai
kematiannya. 478H. Al Ghazali diperkenalkan kepada Nizam al-Mulk (Perdana
Menteri Seljuk Sultan Malik Sha) oleh gurunya Al Juwaini. Al Ghazali kemudian
diangkat sebagai guru di Madrasah Nizamiya cabang Baghdad, yang didominasi oleh
ideologi Asy'ari.

Biografi atau otobiografinya, Al Mungkid Min Al Daral, menimbulkan keraguan


karena tidak ada satu pun ilmu yang dipelajarinya yang memuaskan kegelisahan
intelektual dan mentalnya. Kalam, filsafat, dan yurisprudensi Islam yang
dipelajarinya tidak dapat memuaskan dahaga intelektualnya. Akhirnya ia mempelajari
tasawuf seperti Al Muhashibi, Al Junaidi, Al Sibri, dan Al Bustomi. Argazarley
meninggalkan posisinya yang bergengsi di Bagdad pada tahun 1095 dan pindah ke
Mekah. Dia melakukan ini karena dia diliputi ketakutan dan kecurigaan akan
kegunaan pekerjaannya dan terkena penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh Aviv
saja. Kemudian, pada suatu saat, Al-Ghazali menetap di Damaskus selama sekitar dua
tahun dengan mengasingkan diri ("paus"), berpikir, membaca, menulis, dan
memandang sebagai seorang sufi. Di puncak menara Masjid Jami di Damaskus, ia
mencapai kesempurnaan tasawufnya. Al-Ghazali telah sampai pada kesimpulan
bahwa satu-satunya harapan untuk keamanan dan kegembiraan hidup terletak di jalan
tasawuf. Dan dalam tasawuf ini, Al-Ghazali menjadi mapan.

2. Karya Al Ghazaali
Tulisan Al Ghazali telah mencapai sekitar 300 eksemplar, dan dia mulai menulis
buku pada usia 25 tahun, ketika dia masih di Nizaburu. Saya punya waktu 30 tahun
untuk menulis. Artinya, setiap tahun ia menghasilkan lebih dari 10 karya besar dan
kecil (buku atau kitab) dalam berbagai disiplin ilmu, antara lain:

1) Ilmu Kalam dan Filsafat


a) Al-Munqid min ad-Dhalal
b) Maqasid al-Falasifah
c) Tahafut al-Falasifah
d) Al-Iqtishad fi Al-I‟tiqad
e) Maqasid Asma fi Al-Ma‟ani, Asma al-Husna
f) Faishal at-Tafriqat
g) Qisthas al-Mustaqim
h) Al-Musthaziri
i) Hujjat al-Haq
j) Munfashil al-Khilaf fi Ushul ad-Din
k) Al-Muntahal fi ilm al-Jadal
l) Al-Madinum bin al-Ghair Ahlihi
m) Mahkum an-Nadhar
n) Ara ilmu ad-Din
o) Arba‟in fi Ushul ad-Din
p) Iljam al-awam „an ilm al-Kat
q) Mi‟yar al-„Ilm
r) Al-Intishar
s) Isbat an-Nadhar

2) Kelompok Fiqh dan Ilmu Fiqh


a) Al-Basith
b) Al-Wasith
c) Al-Wajiz
d) Al-Khulashah al-Mukhtasar
e) Al-Mustashfa
f) Al-Mankul
g) Syifakh al-„Alil fi Qiyas wa Ta‟lil
h) Adz-Dzariyah Ila Makarim al-Syari‟ah
3) Kelompok Tafsir
a) Yaqul at-Ta‟wil fi Tafsir at-Tanzil
b) Zawahir al-Quran
4) Kelompok Ilmu Tawasuf dan Akhlak (secara integral bahasanya ialah kalam,
Fiqih dan tasawuf)
a) Ihya‟ Ulum ad-Din
b) Mizan al-Manah
c) Kimya as-Sa‟adah
d) Misyikat al-Anwar
e) Muhasyafat al-Qulub
f) Minhaj al-Abidin
g) Ad-Dar Fiqhiratfi Kasyf “Ulum
h) Al-Aini fi al- Wahdah\
i) Al-Qurbat Ila Allah Azza wa Jalla
j) Akhlaq al-Abrar wa Najat min al-Asrar
k) Bidayatul al-Hidayat
l) Al-Mabadi wa al-Hidayah
m) Nashihat al-Mulk
n) Talbis al-Iblis
o) Al-„Ilm al-Ladinniyyah
p) Ar-Risalat al-Ladunniyyah
q) Al-Ma‟khadz
r) Al-„Amali
s) Al-Ma‟rij al-Quds
3. Gagasan Al-Ghazali
a. Spiritualitas Keagamaan Al-Ghazali
Ghazali dikenal sebagai anak yang cerdas sejak usia dini, dan
kecerdasannya mendorongnya untuk mencari ilmu dan mencari esensi
kebenaran, tetapi dia sedih dan sengsara. Menurut pengakuannya, ia skeptis
dan kritis sejak muda dan terpaksa belajar di berbagai kota untuk
menemukan denominasi dan ideologi yang tersebar luas di Netherable.
Sejarah melaporkan bahwa pada masa Al-Ghazali, muncul berbagai
fiqih Islam, kalam, filsafat, dan ide-ide mistik, masing-masing mengklaim
sebagai pemegang hak paten yang dia yakini. Saat itu, ada empat kelompok
pencari kebenaran, yaitu Kalam, Filsafat, Talimiya Batinya, dan Tasawuf.
Dari semua Taqlid, Al Ghazari menolak sikap Taqlid karena ia mencurigai
mereka semua dan menolak untuk melakukan Ijtihad ilmiah Taqlid Al
Ghazari sendiri untuk menemukan "sifat kasus".
b. Pandangan Al-Ghazali tentang Filsafat
Mengenai pandangan Al Ghazary, para ulama mengklaim bahwa dia
bukan seorang filsuf karena dia menolak, menentang, dan menolak filsafat.
Penentangan yang dimunculkan oleh Al Ghazali tercermin dalam bukunya
yang berjudul Tahaft al-Farashifa, yang menyatakan: Plato, Teologi
Aristoteles ..., para filsuf ini menyangkal semua Syariah dan agama dan tidak
percaya pada doktrin agama dari dimensi. Para filosof percaya bahwa agama
adalah doktrin keindahan yang tertata rapi dan tidak dihias dengan baik ... "
Melihat ungkapan di atas, Al-Ghazali lebih tepat religius berdasarkan
cara berpikir. Tampaknya termasuk dalam kelompok perkembangan. Ajaran
Islam yaitu Al-Qur'an, Ann, Al-Hadis. Jika sumber-sumber Islam lain
digunakan, sumber-sumber ini akan menghidupkan kembali ajaran agama
dan menuju kepada Allah SWT. Digunakan hanya sebagai alat untuk
menerangi jalan
c. . Pandangan Al-Ghazali tentang Agama
Ilmu adalah sumber segala kebutuhan manusia, karena tanpa ilmu
manusia bodoh dan tidak tahu arah kehidupan. Sebagai ilmuwan besar, Al-
Ghazali berupaya menciptakan karya tulis yang memotivasi masyarakat
untuk senantiasa mencari ilmu, khususnya ilmu agama. Dalam karyanya,
Arugazari berjudul Ihya Ulum Ad Din, yang artinya menghidupkan kembali
kajian agama. Inilah karya Ghazali yang digunakan oleh para ulama Kalam
sebagai kajian amal shaleh manusia. Karena buku ini banyak menjelaskan
tentang ilmu agama Islam, keesaan Allah, dan ilmu yang berhubungan
dengan hukum syariat. Karyanya yang terkenal di masyarakat lainnya,
berjudul Al Munqiz min Ad Dhalal Al Ghazali, berpendapat:
“Ilmu hati merupakan hasil alamiah dari ilmu manusia karena
memiliki dua wilayah, wilayah luar dan wilayah dalam. Jika sains
(pengetahuan) mendominasi sains eksternal dengan analisis dan informasi,
harus ada pengetahuan khusus untuk menjelaskan sains internal. Ada dua
jenis pengetahuan: sensasi dan sufi (eksternal dan internal). Sarana untuk
memperoleh pengetahuan luar adalah panca indera, tetapi cara untuk
memperoleh pengetahuan batin adalah kesederhanaan, pertapaan, dan
perilaku praktis, bagaimana memahami realitas tersembunyi dan inspirasi di
luar melihat dan mendengar. Saya harus kembali ke mereka yang
mengatakan bahwa ( sufi). Oleh karena itu, Ma'rifa merupakan tujuan mulia
tasawuf. Al-Ghazali menentang kesatuan manusia dan Tuhan (teori Ijtihad)
karena melanggar ajaran agama. "

B Kerangka Teoritis Al-Farabi

1. Biografi Al-Farabi
Dia adalah Abnasrum Muhammad Al-farabi, lahir di Wasuji, desa Farab
(Transoxania) pada tahun 870 M. Dia keturunan Persia. Ayahnya, Muhammad
Auzlag, adalah seorang komandan militer Persia yang kemudian menetap di
Damaskus. Ibunya berasal dari Turki. Oleh karena itu, sering disebut sebagai Persia
atau Turki. Sebagai pengembang sistem filsafat
ia menulis karya politik monometal, tetapi terbangun untuk kontemplasi dan
menjauhkan diri dari dunia politik. Filosofinya telah menjadi model pemikiran
keagamaan di dunia barat dan timur. Alfala hidup di tengah gejolak masyarakat dan
politik Islam. Pemerintah pusat Abbasiyah di Baghdad bingung di bawah khalifah
Radri, Muttaqi dan Mustakfi. Saat itu, muncul negara di wilayah yang mengambil
alih perusahaan.
2. Karya Farabi
Al-Farrabi telah mewariskan banyak karya penting. Karya Farabi dapat dibagi
menjadi dua bagian, satu tentang logika dan yang lainnya tentang topik. Mengenai
logika, Al Farabi menyatakan bahwa filsafat pada umumnya dan pada umumnya
dalam arti penggunaan akal, mendahului keberadaan agama, baik dari segi waktu
(temporal) maupun logika. Farrabi percaya bahwa waktu adalah awal dari filsafat,
sehingga dikatakan "awal" dalam hal waktu. Di sisi lain, dalam hal penggunaan akal
secara umum, itu dimulai di Mesir kuno dan Babel, jauh sebelum Nabi Ibrahim dan
Nabi Musa AS. Karena sebelum Nabi menerima kebenaran, ia harus terlebih dahulu
memahami dan mengungkapkan kebenaran agama secara rasional.

Karya-karya Farravi lainnya membahas berbagai pengetahuan dalam filsafat,


matematika, fisika, dan ilmu politik. Sebagian besar ide yang dikembangkan oleh
Farravi terkait erat dengan sistem berpikir

3. Pikiran Farabi
a. Agama dan Filsafat
Bagi Farabi, tujuan filsafat dan agama adalah sama. Dengan kata lain,
untuk mengetahui semua makhluk. Filsafat menggunakan pernyataan yang
diyakini ditujukan kepada kelompok tertentu, sedangkan agama hanya
menggunakan metode iqna'iy dan petunjuk serta gambaran kepada setiap
orang. Pemahaman ini didasarkan pada pemahaman filsafat Farrabi sebagai
upaya untuk mengetahui segala sesuatu yang ada menjadi ada (alilm bil
maujudat bima hiya maujudah).
Dalam Anadariya, atau Filsafat Teoritis (istilah yang digunakan oleh
Al-Farabi untuk membedakannya dari Filsafat Terapan atau Al-Farabi
Alamaria), Al-Farabi sangat berhati-hati ketika wacana filosofis ada di
tangan masyarakat umum. orang-orang yang membayar. Dia ingin sang filsuf
menuliskan pendapat dan filosofinya dalam bahasa gaya gelap sehingga tidak
ada yang tahu dan mengacaukan keyakinan dan keyakinannya. Divergensi
Lahir dan Filsafat Ketuhanan Al-Farabi
b. Emanasi dan Filsafat Ketuhanan Al-Farabi
1. Emanasi
Emanasi ialah teori tentang keluarnya sesuatu wujud yang
mumkin (alam makhluk) dari Zat yangwajibul wujud (Zat yang mesti
adanya: Tuhan). Teori emanasi disebut juga dengan nama “teori urut-
urutan wujud”. Menurut al-Farabi, Tuhan adalah pikiran yang bukan
berupa benda.
2. Sifat Tuhan
Dalam metafisikanya tentang ketuhanan Al-Farabi hendak
menunjukkan keesaan Tuhan dan ketunggalan-Nya. Juga dijelaskan
pula mengenai kesatuan antara sifat dan zat (substansi) Tuhan. Sifat
Tuhan tidak berbeda dari zat-Nya. Karena Tuhan adalah tunggal. Juga
zat Tuhan menjadi obyek pemikiran sendri (ma‟qul), karena yang
mengahalang-halangi sesuatu untuk menjadi obyek pemikiran ialah
benda itu pula. Jadi ia adalah obyek pemikiran, karena ia adalah akal
pikiran. Ia tidak membutuhkan sesuatu yang lain untuk memikirkan
Zat-Nya sendiri tetapi cukup dengan Zat-Nya itu sendiri pula untuk
menjadi obyek pikiran
3. Pembuktian Adanya Tuhan
Dalam membuktikan adanya Tuhan ada beberapa dalil yang dapat
digunakan sebagai dalil ontologi, dalil teologi dan kosmologi. Para
pemikir Yunani menggunakan dalil-dalil tersebut(ontologi, teologi dan
kosmologi) untuk samapai kepada kesimpulan adanya Tuhan. Hal
seperti itu diikuti pula oleh para pemikir Islam. Diantar dalil yang
banyak dipakai adalah dalil ciptaan atau dalil kosmologi menurut
istilah metofisika

c. Filsafat Jiwa
Pada umumnya para filosof Muslim mengikuti aliran Aristoteles dalam
hal jiwa manusia, yaitu berupa daya makan, daya indra, dan daya pikir. Al-
Farabi membagi jiwa menjadi tiga bagian:
1) Jiwa tumbuh-tumbuhan yang mempunyai daya makan, tumbuh dan
berkembang biak.
2) Jiwa binatang yang mempunyai daya gerak, pindah dari satu tempat
ke tempat, dan daya menangkap dengan panca indra, yang terbagi
dua:
a) Indra luar, yaitu pendengaran, penglihatan, rasa dan raba. Dan
b) Indra dalam yang berada di otak dan terdiri dari:
 Indra bersama yang menerima kesan-kesan yang diperoleh
pancaindra;
 Indra penggambar yang melepaskan gambar-gambar dari
materi;
 Indra pereka yang mengatur gambar-gambar ini;
 Indra penganggap yang menangkap arti-arti yang
terlindung dalam gambar-gambar tersebut;
 Indra pengingat yang menyimpan artiarti.
3) Jiwa manusia, yang mempunyai hanya satu daya, yaitu berfikir
yang disebut akal. Akal terbagi dua:
a) Akal praktis, yang menerima arti-arti yang berasal dari materi
melalui indra pengingat yang ada dalam jiwa binatang.
b) Akal teoritis, yang menangkap arti-arti murni, yang tak pernah
ada dalam materi seperti Tuhan, roh dan malaikat.
d. Filsafat Kenabian
Farrabi telah diidentifikasi sebagai filsuf pertama yang sepenuhnya
membahas nubuatan. Farrabi sampai pada kesimpulan bahwa para nabi/rasul
dan filosof dapat berkomunikasi secara setara dengan ruh Faal, ruh kesepuluh
(malaikat). Perbedaannya adalah bahwa komunikasi antara Nabi/Rasul dan
Pikiran Kesepuluh berlangsung melalui media imajinasi yang sangat kuat
(Al mutakhayyilah), sedangkan filosof adalah Mustafad akal yang kompeten.
Yaitu untuk berkomunikasi dengan pikiran kesepuluh melalui pikiran.
Mengambil inspirasi dari kesepuluh hati di luar manusia.
e. Filsafat Politik
Teori politik ini erat kaitannya dengan filsafat profetik yang dikemukakan
sebelumnya oleh Farravi. Kota sebagai tubuh manusia memiliki bagian-
bagian yang berkaitan erat dan memiliki fungsi tertentu yang harus
dijalankan untuk kepentingan seluruh tubuh. Di kota, setiap anggota
masyarakat harus diberi pekerjaan yang sesuai dengan keahlian mereka.

C. Kerangka Teori Suhrowardi

1. Biografi
Syekh Syihab AlDin Abu Alfutuh Yahya bin Habasy bin Amirak
alSuhrawardi lahir pada 549 H / 1154 M di Suhraward, barat laut Iran, dekat
Zanjan. , AlSyahid (syahid) dan AlMaqtul (dibunuh). Julukan Al Maqtul
mengacu pada kematiannya yang dieksekusi terhadapnya oleh Salahuddinal
Ayyubi karena ketidaksetiaan Fuqaha.
2. Karya
Berisi pengajaran dan kaedah teosofi yang merupakan penapsiran dan
modifikasi terhadap filsafat Paripatetis
a. Karangan pendek tentang Filsafat, ditulis dalam bahasa Arab dan Persia
dengan gaya bahasa yang disederhanakan
b. Karangan pendek yang bermuatan dan berlambang mistis, pada umumnya
dibahas dalam bahasa Persia
c. Komentar dan terjemahan dari filsafat terdahulu dan ajaran-ajaran
keagamaan
d. Doa-doa yang lebih dikenal dengan Al-Waridat wa Al-Taqdisat (Doa dan
pensucian)
3. Pikiran
a. Latar belakang pemikirannya
Bersumber pada pemikiran sufisme, Pemikiran Peripatetik Islam,
khususnya filsafat Ibn Sina, Pemikiran Sebelum Islam, Pemikiran-Pemikiran
Iran Kuno, Bersandar pada ajaran zoroaster dalam menggunakan
lambanglambang cahaya dan kegelapan, khususnya dalam ilmu malaikat,
yang kemudian di tambah dengan istilah-istilah sendiri.
b. Metafisika dan cahaya
Inti ajaran falsafah illuminasinya (Isyraqi) adalah cahaya, dari sifat dan
penyebaran cahaya. Tuhan adalah Cahaya yang ia sebut sebagai Nur al-
Anwar. Cahaya sebagai penggerak utama alam semesta, sedangkan alam
semesta merupakan sebuah proses penyinaran raksasa, di mana semua
wujud bermula dan berasal dari Prinsip Utama.
c. Epistomologi Kita harus membebaskan sepenuhnya pikiran kita dari
prasangka dan dosa, sehingga pikiran kita secara bertahap mampu
mengembangkan indera batin kita, yang mampu mengoreksi apa yang
dimengerti oleh pikiran hanya sebagai teori
4. Kosmologi mengembangkan prinsip emanasi menjadi teori pancaran
(iluminasi, isyraqi). Menurutnya, pancaran cahaya bersumber dari
sumber pertama yang ia sebut Nur al-Anwar. Pancaran dari sumber
pertama akan berjalan terus sepanjang sumbernya tetap eksis.
Konsekuensinya alam semesta akan selalu ada selama Tuhan ada.
Namun menurut Suhrawardi, Tuhan sangat berbeda dengan alam.Ia
mengumpamakan hubungan antara lampu dan sinarnya, lampu sebagai
sumber cahaya jelas berbeda dengan sinar yang dihasilkannya

D. kerangka teori Abid Al-Jabiri

1. Biografi Muhammad Al-Jabiri


lahir pada tahun 1936 di Figig, Maroko selatan. Pendidikannya dimulai pada
tingkat Ibtidia di Madrasabrawatania, sebuah sekolah agama swasta yang didirikan
oleh oposisi terhadap kemerdekaan. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya di
Grammar School di Casablanca dari tahun 1951 hingga 1953, dan setelah
kemerdekaan Maroko, ia memperoleh diploma di Arab Grammar School. Aljabili
belajar filsafat dengan antusias sejak awal.
2. Karya
Al-Jabiri menulis puluhan karya dalam bentuk artikel surat kabar, majalah,
atau buku. Tema konstannya berkisar dari masalah sosial dan politik hingga filsafat
dan teologi. Karir intelektualnya dimulai dengan terbitnya bukunya Nahwu wa al-
Turast, dua tahun kemudian disusul oleh Sir Dirasah Naqdiyyah Tahliyyah dari al-
Khitab al-Arabial-Mua, dua buku yang sengaja dibuat sebagai pengantar untuknya. di
dalam. Proyek intelektual skala besar Naqdal-Aql al-Arabi (kritik Arab).
3. Pemikiran
a. Turats dan Modernitas Jabiri memulai dengan mendifinisikan turats (tradisi).
Tradisi dalam pengertiannya yang sekarang tidak dikenal di masa Arab
klasik. Kata “tradisi” diambil dari bahasa Arab “turats”, tetapi di dalam
alQuran tidak dikenal turast dalam pengertian tradisi kecuali dalam arti
peninggalan orang yang telah meninggal.
b. Akal Arab dan Titik Awalnya Akal Arab dalam triloginya, yaitu kumpulan
prinsip dan kaidah yang diberikan oleh peradaban Arab kepada para
pengikutnya sebagai landasan memperoleh pengetahuan, atau aturan
epistemologis, yakni sebagai kumpulan konsep dan prosedur yang menjadi
struktur bawah sadar dari pengetahuan dalam fase sejarah tertentu.
c. Epistemologi; Burhani, Bayani, dan ‘Irfani
Jabiri sangat menekankan epistemologi pemikiran Arab kontemporer sebagai
jalan untuk menghadapi modernitas. Jabiri memetakan perbedaan prosedural
antara pemikiran yang bermuatan ideologis dengan epistemologis filsafat
Arab.
d. Akal Politik Arab
Jabiri melihat aktivitas politik Arab mempunyai motif-motif (al-
muhaddidat) dan pengejawantahan (al-tajalliyat). Adapun motif-motif
tersebut, Jabiri melihat tiga motif yang dominan dalam praktik politik
Arab. Motif ideologis (al-„aqidah), motif ikatan ingroup sedarah (al-
qabilah) dan motif materi (al-ghanimah)
BAGIAN IV
PEMIKIRAN FILSUF BARAT

1. Kerangka Teoritis Karl Popper

1. Biografi
biografi Karl Popper lahir pada tanggal 28 Juli 1902 di wilayah Himmelhof.
Lahir di Wina (Wina) Astrien. Dia adalah anak ketiga dan dua kakak laki-lakinya
perempuan. Ayahnya, Simon Siegmundkar Popper, adalah seorang Yahudi
dengan gelar PhD di bidang hukum dari Universitas Wina. Ibunya, Jenny Asif,
adalah seorang ahli musik. Ia lulus dari sekolah menengah atas pada usia 16 tahun
dan lulus dari diploma guru sekolah dasar pada usia 22 tahun. Dia belajar fisika
dan matematika di sekolah menengah.
2. Pemikiran
Epistemologi adalah pengetahuan yang mencari jawaban atas pertanyaan
seperti apa pengetahuan itu, bagaimana orang memperoleh dan memahaminya,
dan jenis pengetahuan apa yang mereka miliki. Menebak, di sisi lain, berarti
bahwa hipotesis menebak dapat dipahami sebagai hipotesis berbasis tebakan.

B. Kerangka Teoritis Thomas Kuhn

1. Biografi
Thomas S. Kuhn lahir pada tanggal 18 Juli 1922 di Cincinnati, Ohio, AS. Pada
tahun 1949 ia menerima gelar PhD di bidang Fisika dari Universitas Harvard. Di
posisi yang sama, ia kemudian bekerja sebagai dosen di bidang pendidikan umum
dan ilmu sejarah. Pada tahun 1956, Kuhn menerima posisinya sebagai dosen sejarah
sains di University of California, Berkeley. Pada tahun 1964 ia menerima gelar
Profesor Sejarah Filsafat dan Sains di Universitas Princeton. Pada tahun 1983 ia
dianugerahi gelar profesor ke-14 oleh University of Massachusetts Institute. Thomas
Kuhn menderita kanker selama beberapa tahun hingga akhir hayatnya dan akhirnya
meninggal dunia pada hari Senin, 17 Juni 1996 dalam usia 73 tahun.
2. Pemikiran
Menurut Kuhn, paradigma ilmiah adalah kerangka teori atau metode untuk
melihat dan memahami alam yang digunakan sekelompok ilmuwan sebagai
pandangan dunia. Paradigma ilmiah bertindak sebagai lensa bagi para ilmuwan untuk
mengamati dan memahami masalah ilmiah di bidangnya masing-masing dan jawaban
ilmiah untuk masalah tersebut.
C. Kerangka teori Imre Lakatos

1. Biografi
Imre Lacatos lahir pada tanggal 9 November 1922 di Hongaria. Lulus dari
Matematika, Fisika dan Filsafat di Universitas Debreceni. Karirnya dimulai dengan
jabatan Menteri Pendidikan, tetapi gagasannya dianggap sebagai kekacauan politik
dan dia dipenjara selama tiga tahun pada tahun 1950, menerjemahkan buku
matematika ke dalam bahasa Hongaria.
2. Pemikiran
Imre Lakatos lebih tertarik untuk menengahi antara pergeseran paradigma
Kuhn dan pemalsuan popper. Pemikiran Lacatos dalam kaitannya dengan struktur
teori. Gagasan ini berpendapat bahwa teori memiliki teori inti yang tidak dapat
dibandingkan satu sama lain. Inilah yang disebut landasan ilmu (hardcore) dan tidak
bisa diutak-atik. Paradigma ini menggunakan istilah program penelitian (program
research). Ide Lacatos cukup rumit sehingga lebih baik fokus pada pemahaman
bagaimana Lacatos menyelesaikan masalah limit. Hal terpenting dalam serangkaian
teori adalah bahwa mereka dicirikan oleh kontinuitas tertentu. Kontinuitas berangkat
dari program riset yang murni. Keilmiahan sebuah program riset dinilai dari dua
syarat, yaitu:
a. Harus memenuhi derajat koherensi yang mengandung perencanaan yang
pasti untuk program riset selanjutnya.
b. Harus dapat menghasilkan penemuan baru.

D. Kerangka Teoritis AgusteComte

1. Biografi
Isidore Marie Auguste François Xavier Comte atau yang biasa kita kenal Aguste
Comte lahir di Montpelier, Prancis pada tanggal 19 Januari 1798.161 Heibron
(1995) menggambarkan bahwa Comte bertubuh pendek, tingginya sekitar 5 kaki,
2 inci, dengan mata juling. Orang tuanya berasal dari kelas menengah yang mana
sang ayah adalah petugas resmi pengumpul pajak lokal. Comte adalah seorang
mahasiswa yang cerdas, namun Comte tidak pernah mendapatkan ijazah sarjana.di
karenakan ia dan seluruh mahasiswa seangkatannya dikeluarkan dari Ecole
Politehnique karena gagasan politik dan pembangkangannya. sehingga berdampak
buruk pada karir akademis Comte.
2. Pemikiran
a. Latar Belakang Yang Mempengaruhi Pemikiran Aguste Comte
1) Revolusi perancis dan juga Restorasi Dinasti Bourbon di Perancis yaitu
pada masa timbulnya krisis sosial yang maha hebat dimasa itu.
2) Filsafat sosial yang berkembang di Perancis pada abad ke-18. Khususnya
filsafat yang dikembangkan oleh para penganut paham encyclopedist.
3) Aliran reaksioner dalam pemikiran Katolik Roma adalah aliran yang
menganggap bahwa abad pertengahan kekuasaan gereja sangat besar.
4) umber terakhir yang melatarbelakangi pemikiran Comte adalah lahirnya
aliran yang dikembangkan oleh para pemikir sosialistik, terutama yang
diprakarsai oleh Sain– Simont.
b. Bapak Positivisme Dengan “filsafat” dia mengartikan bagai sistem umum
tentang konsep-konsep manusia”. Sedangkan positif di artikannya sebagai
teori yang bertujuan untuk penyusunan fakta-fakta yang teramati. Dengan
kata lain,” positif sama dengan aktual, atau apa yang berdasarkan fakta-fakta.
Dalam hal ini positivisme menegaskan bahwa pengetahuan hendaknya tidak
melampaui fakta-fakta
c. Pokok ajaran Comte Pokok ajaran comte yang terkenal adalah tanggapan
bahwa perkebagan pengetahuan manusia, baik manusia perorangan maupun
umat manusisa secara keseluruhan. Bagi comte perkembangan menurut tiga
jaman ini merupakan suathukum yang tetap. Ketigazaman ini meliputi jaman
teologis, jaman metafisis dan jaman ilmiah atau positif.

E.Kerangka Teori John Stuart Mill

1. Biografi

John Stuart Mill lahir pada tahun 1806 di Rodney Street di wilayah London,
Pentonville, putra sulung dari filsuf, sejarawan dan imperialis Skotlandia James Mill
dan Harriet Burrow. Mill tidak pernah bersekolah, tetapi ayahnya memberinya
pendidikan yang bagus. Rupanya dia diajari bahasa Yunani pada usia 3 tahun, bahasa
Latin pada usia 8 tahun, dan ekonomi politik dan logika (termasuk karya asli
Aristoteles) pada usia 12 tahun, dan berdiskusi dengan ayahnya. Next Mill
mempelajari ilmu ekonomi, Demonthenes, dan Plato, terutama pada metode dan
penalaran. Sebuah biografi singkat dari Mill.

2. Pemikiran

Ide Mill percaya bahwa ada dua sumber pemikiran utilitarian. Pertama, landasan
normatif berarti bahwa tindakan yang bertujuan mencari kebahagiaan atau
menghindari rasa sakit dianggap benar. Kedua, landasan psikologi berarti fitrah
manusia berasal dari keyakinan bahwa mayoritas manusia memiliki keinginan dasar
untuk bersatu dan hidup rukun dengan orang lain. .. Prinsip utilitarianisme adalah
bahwa "perilaku dapat dibenarkan secara moral jika konsekuensinya mendukung
kesejahteraan semua yang terlibat dengan cara terbaik."

Anda mungkin juga menyukai