Anda di halaman 1dari 15

Analisis Hukum Islam Terhadap Nikah Di Bawah Tangan Melalui Media

Online
Abdul Wakhid
PR Ansor Wonorejo
dulwakhid@gmail.com

Abstract
The legal umbrella of marriage in Indonesia is legally only two,
namely Law No.1 of 1974 and the articles on marriage in the
Compilation of Islamic Law. However, at the beginning of 2015
around March, the media in the country raised a lot of news about the
phenomenon of marriage under the hand through online media. In
fact, there are those who offer services through online media at a
certain rate to marry the two pairs of people, without having to
include the presence of a marriage guardian. The practice of
marriage should be examined by its legal status in the perspective of
Islamic law, bearing in mind there is no requirement for the presence
Keywords of a guardian or even a prospective bride. This study qualitatively
Underhand Marriage, uses a juridical-normative approach. And the type of study is
Online Media, Islamic literature study. The data used in this study were obtained by
Law. documentation techniques from online marriage service provider sites
as primary data. And also use related references as secondary data
Nikah Bawah Tangan,
sources. The results of this study indicate that the legal status of the
Media Online, Hukum
marriage is invalid both from the perspective of religious law and
Islam.
legislation.
Abstrak
Payung hukum perkawinan di Indonesia secara legal hanya ada dua
yaitu UU No.1 tahun 1974 dan pasal-pasal tentang perkawinan dalam
Kompilasi Hukum Islam. Namun, pada awal tahun 2015 sekitar bulan
Maret, media tanah air marak mengangkat pemberitaan tentang
fenomena nikah di bawah tangan melalui media online. Faktanya, ada
pihak yang menawarkan jasa melalui media online dengan tarif
tertentu untuk menikahkan kedua pasang manusia, tanpa harus
menyertakan kehadiran wali nikah. Praktik pernikahan tersebut sudah
seharusnya ditelisik status hukumnya dalam perspektif hukum Islam,
mengingat tidak ada persyaratan kehadiran wali bahkan calon
pengantin. Kajian ini secara kualitatif menggunakan pendekatan
yuridis-normatif. Dan jenis kajiannya adalah kajian pustaka. Data
yang digunakan dalam kajian ini diperoleh dengan teknik
dokumentasi dari situs-situs penyedia jasa pernikahan online sebagai
data primer. Dan juga menggunakan referensi terkait sebagai sumber
data sekunder. Hasil dari kajian ini bahwa status hukum pernikahan
tersebut tidak sah baik dalam sudut pandang hukum agama maupun
perundang-undangan.

64
Abdul Wakhid, Analisis Hukum Islam Terhadap Nikah Di Bawah Tangan
65

PENDAHULUAN
Hukum Islam Pasal 14). Syarat-syarat
Islam mengatur hukum tentang perkawinan dijelaskan dalam Undang-undang
perkawinan dengan sedemikian rupa. Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Perkawinan dalam Islam mempunyai aturan dalam bab tersendiri yakni bab dua yang
tersendiri yakni ada rukun dan syarat yang menyebutkan syarat-syarat perkawinan dalam
harus dipenuhi, agar perkawinan tersebut sah beberapa pasal (UU Perkawinan No.1 Tahun
menurut ketentuan hukum Islam. Rukun 1974).
perkawinan merupakan faktor penentu bagi
Selain daripada itu, aturan perkawinan
sah atau tidak sahnya suatu perkawinan.
secara detail dijelaskan dalam undang-undang
Adapun syarat perkawinan adalah faktor -
dalam sebuah pernyataan, “Tiap-tiap
faktor yang harus dipenuhi oleh para subjek
perkawinan dicatat menurut peraturan
hukum yang merupakan unsur atau bagian dari
perundang-undangan yang berlaku” (UU
akad perkawinan (Djubaidah, 2010:107).
Perkawinan No.1 Tahun 1974). Kalimat dalam
Mayoritas ulama sepakat bahwa rukun
Undang- undang Perkawinan mengenai
perkawinan yaitu; adanya calon suami dan istri
keharusan mencatat perkawinan mungkin
yang akan melakukan perkawinan, adanya
kurang tegas. Namun dalam Kompilasi Hukum
wali dari pihak calon pengantin wanita, adanya
Islam aturan pencatatan perkawinan
dua orang saksi, dan shigat akad nikah
kalimatnya lebih dipertegas lagi
(Abidin, 2009:63). Dalam masalah syarat yakni menyebutkan,“Perkawinan yang
pernikahan menurut mazhab Hanafi bahwa dilakukan di luar pengawasan Pegawai
pernikahan memiliki syarat dalam shigat, Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan
kedua belah pihak yang melakukan akad dan
hukum” (Kompilasi Hukum Islam Pasal 14).
para saksi. Menurut mazhab Syafi’i
Dengan kata lain, KHI mempertegas bahwa
mensyaratkan pernikahan beberapa syarat
perkawinan yang tidak dicatatkan maka tidak
dalam shigat, dua mempelai dan para saksi (Al
sah menurut hukum perundang-undangan di
Zuhaili, 2011:91).
Indonesia.
Dalam hukum perundang-undangan di
Sebagian besar masyarakat Indonesia
Indonesia aturan mengenai sahnya perkawinan
lebih memahami definisi nikah di bawah
disebutkan, “Perkawinan adalah sah, apabila
tangan adalah pernikahan yang sah menurut
dilakukan menurut hukum masing-masing
agama namun tidak sah menurut hukum
agamanya dan kepercayaan itu (UU
perundang-undangan. Dengan kata lain bahwa
Perkawinan No.1 Tahun 1974). Hukum
nikah di bawah tangan adalah pernikahan yang
masing-masing agamanya dan kepercayaannya
tidak dicatatkan di KUA namun secara rukun
itu termasuk ketentuan-ketentuan yang
dan syarat pernikahan terpenuhi. Pernikahan di
berlaku, sepanjang tidak bertentangan atau
bawah tangan memang merupakan salah satu
tidak ditentukan lain dalam undang-undang
problem pernikahan. Di satu sisi jika secara
ini. Jadi bagi orang Islam, sahnya perkawinan
agama syarat dan rukun terpenuhi maka
adalah apabila dilakukan menurut hukum
pernikahan itu bagaimanapun tetap sah. Di sisi
Islam (Djubaidah, 2010:214).
lain jika pernikahan itu tidak dicatatkan maka
Mengenai rukun perkawinan, dalam akan menimbulkan banyak persoalan-
KHI disebutkan juga rukun perkawinan persoalan di kemudian hari. Pencatatan tiap-
terdiri dari calon suami, calon istri, wali nikah, tiap perkawinan adalah sama halnya dengan
dua orang saksi, ijab dan kabul (Kompilasi pencatatan peristiwa-peristiwa penting dalam

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 6 No. 1 Januari-Juni 2019. ISSN: 2356-0150
66 Abdul Wakhid, Analisis Hukum Islam Terhadap Nikah Di Bawah Tangan

kehidupan seseorang, misalnya kelahiran, Abu Hanifah. Saksipun juga disiapkan oleh
kematian yang dinyatakan dalam surat-surat penyedia jasa tersebut. Saksi yang diminta
keterangan, suatu akta yang juga dimuat dalam pun juga asal menjadi saksi tanpa
daftar pencatatan (Thalib, 2006:157). mempertimbangkan apakah saksi tersebut
Pernikahan di bawah tangan memang memang memenuhi syarat-syarat dan saksi itu
banyak menimbulkan permasalahan. Selain sebelumnya tidak mengenal calon pengantin
tidak diakui secara undang-undang, tetapi yang akan menikah di bawah tangan. Penyedia
masih banyak diminati. Terlebih ketika sarat jasa juga tidak mempermasalahkan jika pihak
motif dalam pelaksanaannya. Nikah di bawah laki-laki yang akan menikah statusnya sudah
tangan tidak ada pemeriksaan wali, saksi, beristri, tidak mengharuskan ijin terlebih
status calon mempelai terlebih dahulu seperti dahulu dengan istrinya. Setelah proses
halnya yang dilakukan terhadap pernikahan pernikahan berlangsung, pengantin mendapat
yang dicatatkan. Hal tersebut memungkinkan selembar kertas yang bagi penyedia jasa
terjadinya penyimpangan karena tanpa adanya tersebut semacam akta nikah. Pengantin
pemeriksaan yang ketat, bahkan menjadi bahkan bebas menulis tanggal pernikannya di
peluang bagi orang-orang untuk menawarkan akta tersebut
jasa nikah di bawah tangan. Perkembangan (https://www.youtube.com/watch/v=CgJiZv6O
teknologi dimanfaatkan penyedia jasa nikah di ewY, akses 17 Juni 2016).
bawah tangan tersebut untuk menawarkan Dari kesekian banyak syarat-syarat dan
jasanya melalui media online. Jasa nikah siri rukun-rukun untuk sahnya perkawinan,
yang ditawarkan melalui media online sempat menurut hukum Islam, wali nikah adalah hal
menjadi perbincangan yang hangat di awal yang sangat penting dan menentukan. Menurut
tahun 2015 serta menimbulkan reaksi-reaksi Imam Syafi’i wali bagi pihak pengantin
yang keras dari beberapa kalangan. Sekitar perempuan, sedangkan bagi calon pengantin
bulan Maret tahun 2015 media gencar laki- laki tidak diperlukan wali nikah untuk
memberitakan persoalan jasa nikah di bawah
sahnya nikah tersebut (Ramulyo, 2009:215).
tangan ini.
Permasalahan mengenai perwalian memang
Jika ditelusuri melalui pencarian di merupakan hal terpenting untuk dicermati
internet banyak kita jumpai jasa-jasa nikah di dalam pernikahan. Hukum Islam ataupun
bawah tangan yang ditawarkan melalui undang-undang mengatur tentang perwalian
website yang mereka buat sendiri ataupun nikah secara terperinci. Pendapat Imam
mereka iklankan jasa mereka di alamat website mazhab yang membolehkan nikah tanpa
tertentu. Dalam salah satu tayangan di televisi, adanya wali tidak bisa langsung ditarik
mencoba menelusuri salah satu praktik kesimpulan begitu saja. Terlebih lagi
penyedia jasa nikah di bawah tangan tersebut mayoritas ulama berpendapat bahwa wali
yang ditawarkan lewat media online. Dalam termasuk rukun nikah, KHI pun juga
penelusurannya ada calon pengantin laki-laki memasukkan wali sebagai rukun nikah.
dan calon pengantin perempuan yang
Paparan di atas menjadi pertimbangan penulis
mendatangi penyedia jasa tersebut serta
untuk melakukan kajian lebih dalam terkait
mengutarakan niatnya ingin menikah.
fenomena di atas. Oleh karena itu kajian
Penyedia jasa mematok tarif tertentu kepada
dimaksudkan untuk menjawab persoalan
calon pengantin. Ketika berbicara masalah
terkait pelaksanaan pernikahan di bawah
wali, penyedia jasa tersebut tidak
tangan dan alasan yang digunakan dalam
mengharuskan wali dari Imam Malik dan
menawarkan jasanya melalui media online.

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 6 No. 1 Januari-Juni 2019. ISSN: 2356-0150
Abdul Wakhid, Analisis Hukum Islam Terhadap Nikah Di Bawah Tangan
67

Landasan Teori (Muktiarto, 1993:47).


Pernikahan adalah sunatullah yang Metode Penelitian
berlaku bagi semua umat manusia guna Kajian ini menggunakan pendekatan
melangsungkan hidupnya dan memperoleh kualitatif-deskriptif. Dan jenis kajian ini
keturunan. Islam menganjurkan untuk termasuk dalam kajian pustaka (Mardalis,
melaksanakan pernikahan sebagaimana yang 2008:24). Maksudnya adalah bahwa kajian ini
dinyatakan dalam berbagai ungkapan dalam mendasarkan pada penelaahan pada data yang
al-Qur’an dan Sunnah. Hal ini sesuai dengan bersumber dari media secara online yang
Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang memberikan informasi mengenai jasa nikah di
menyatakan bahwa "pernikahan menurut Islam bawah tangan sebagai sumber primer. Adapun
adalah pernikahan, yaitu suatu akad yang data sekunder yang digunakan adalah karya-
sangat kuat atau mitsaqaan ghalidzan untuk karya yang relevan antara lain: Pencatatan
mentaati perintah Allah dan melaksanakannya Perkawinan dan Perkawinan Tidak Dicatat
merupakan ibadah" (Kompilasi Hukum Islam Menurut Hukum Tertulis di Indonesia dan
Pasal 2). Pernikahan pada prinsipnya adalah Hukum Islam karya Neng Djubaidah, Hukum
akad yang menghalalkan hubungan, Perkawinan Islam: Suatu Analisis dari
membatasi hak dan kewajiban, serta tolong- Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan
menolong antara laki-laki dan perempuan yang Kompilasi Hukum Islam karya Mohd. Idris
Ramulyo, Hukum Perkawinan I karya
bukan muhrim (Sudarsono, 1992:188).
Khoiruddin Nasution dan lain-lain.
Bahwa tali pernikahan itu merupakan Kemudian data yang terkumpul
suatu ikatan yang kuat (mitsaqon gholidhon) dianalisis secara kualitatif dengan cara berfikir
antara suami isteri. Allah Swt berfirman dalam deduktif, yakni analisis yang berpijak dari
surat an-Nisa ayat 21: pengertian-pengertian atau fakta-fakta yang
“Dan bagaimana kamu akan mengambilnya bersifat umum, kemudian diteliti dan hasilnya
kembali, padahal kamu telah bergaul satu
sama lain (sebagai suami-istri). Dan mereka dapat memecahkan persoalan khusus.
(istri-istrimu) telah mengambil perjanjian HASIL DAN PEMBAHASAN
yang kuat (ikatan pernikahan) dari kamu”.
Dalam pengimplementasiannya menjadi Menurut bahasa, pernikahan di bawah
dasar pentingnya pencatatan pernikahan, tangan berarti pernikahan yang dilakukan
karena pada dasarnya, pencatatan pernikahan secara sembunyi-sembunyi atau pernikahan
bertujuan pada terwujudnya kepastian hukum, yang dirahasiakan. Sedangkan menurut istilah,
maksudnya adalah pada adanya keterlibatan pernikahan di bawah tangan adalah pernikahan
hukum dan perlindungan hukum atas yang bisa dinyatakan sah secara agama
pernikahan itu sendiri. Oleh karena itu, (apabila syarat dan rukunya terpenuhi) namun
pencatatan pernikahan merupakan persyaratan tidak berkekuatan hokum (al-Zuhaili,
formil sahnya pernikahan. Persyaratan formil 1989:81).
ini bersifat prosedural dan administratif. Pada dasarnya dalam kajian Fiqh,
Menyempurnakan akad nikah adalah pernikahan di bawah tangan termasuk dalam
wajib, tetapi ia tidak sempurna tanpa adanya praktik yang diperdebatkan oleh para ulama,
pencatatan. Oleh sebab itu mencatatkan antara lain dapat dijelaskan bahwa Imam
pernikahanpun hukumnya wajib. Dengan Malik menyatakan pernikahan tersebut adalah
adanya pencatatan pernikahan maka eksistensi batal, sebab pernikahan itu wajib diumumkan
pernikahan secara yuridis formal diakui

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 6 No. 1 Januari-Juni 2019. ISSN: 2356-0150
68 Abdul Wakhid, Analisis Hukum Islam Terhadap Nikah Di Bawah Tangan

kepada masyarakat luas. Sedangkan Imam dilakukan di bawah tangan dan tanpa
Syafi‟i dan Abu Hanifah menyatakan nikah di pencatatan negara. Perbedaannya hanya
bawah tangan hukumnya sah, tapi makruh masalah teknis dalam mengatur kesepakatan
dilakukan (al-Zuhaili, 1989: 71). melakukan akad nikah dalam satu majlis.
Sementara itu, dalam tinjauan Undang- Kedua, perpaduan iklan maupun
undang terdapat aturan untuk hidup bersama pelaksanaannya dilakukan secara online
yaitu seperti yang telah dijelaskan di dalam (http://news.metrotvnews.com/read/2015/03/1
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang 9/373553/pengertian-nikah-sionline Diakses
Perkawinan bahwa “Perkawinan adalah suatu pada hari Kamis, 13 Juli 2017, pukul 11.00).
ikatan lahir antara seorang pria dengan seorang Berbagai jasa nikah siri diiklankan
wanita sebagai suami istri dengan tujuan secara terbuka di dunia maya. Ongkos jasa
membentuk keluarga yang bahagia dan kekal pernikahan pun bervariasi, mulai dari Rp.
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. 1.000.000 (satu juta rupiah) sampai 4.000.000
Pertimbangannya adalah sebagai negara (empat juta rupiah). Pernikahan di bawah
yang berdasarkan Pancasila di mana sila tangan ini bisa dilakukan melalui sambungan
pertamanya ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, telepon atau video call dengan skype.
maka perkawinan bukan saja mempunyai Bahkan wali bagi mempelai perempuan bisa
unsur lahir maupun yang keduanya sekaligus diwakilkan oleh penghulunya sendiri
mempunyai peran yang penting. Perkawinan atau dapat memilih untuk disediakan oleh
juga bertujuan untuk membentuk perjanjian penghulu atas persetujuan kedua mempelai
anatara pria dan seorang wanita, yang dari jasa nikah di bawah tangan online
mempunyai segi-segi perdata di antaranya: tersebut.
kesukarelaan, persetujuan kedua belah pihak, Nikah di bawah tangan
kebebasan memilih, dan darurat (Tihami, online yang belakangan ini
Sahrani, 2013:16). menjadi perbincangan hangat di
Adapun dalam Kompilasi Hukum Islam media, memiliki modus operandi
(KHI) yaitu pada pasal 2, di dalamnya yang bervariasi, antara lain:
menegaskan bahwa perkawinan itu adalah a. Ada kemiripan dengan nikah di bawah
sebuah akad yang sangat kuat atau mȋtsâqan tangan biasa
ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan Model ini, yang online hanyalah iklan
melaksanakannya merupakan ibadah promosinya. Yakni jasa nikah di bawah
tangan yang mencarikan penghulu dan wali
(Syarifudin, 2013:40). Jadi, perkawinan bagi
hakim kemudian mengiklankannya secara
umat Islam merupakan peristiwa agama dan
online. Nama akad nikahnya tetap secara
orang yang melaksanakannya telah
offline alias tatap muka. Menjadi soal
melakukan perbuatan ibadah. Maka
adalah, walinya belum tentu sah secara
pengertian perkawinan dalam ajaran agama
agama. Sebab, wanita yang masih memiliki
Islam mempunyai nilai ibadah.
orang tua atau wali nasab, ia tidak berhak
Kemudian, terkait dengan praktik nikah
menggunakan wali hakim.
di bawah tangan, bahwa pernikahan tersebut
b. Akad nikah melalui media online
memiliki dua pengertian: pertama adalah
Akad nikah dapat dilakukan secara tatap
dipromosikan melalui media online dan
muka atau secara online dengan
pelaksanaannya dilakukan secara sembunyi-
menggunakan media seperti skype, sesuai
sembunyi tanpa legalitas dari negara. Hal ini
dengan kesepakatan. Kedua pihak
sama seperti nikah siri pada umumnya karena
mempelai yang ingin menyudahi status

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 6 No. 1 Januari-Juni 2019. ISSN: 2356-0150
Abdul Wakhid, Analisis Hukum Islam Terhadap Nikah Di Bawah Tangan
69

single mereka tidak cukup berpikir panjang dimana saja, termasuk di dalam
untuk melakukan macam pernikahan di sebuah ruangan tempat ia bertemu
bawah tangan online ini. Hal itu, hanya dengan orang yang siap ingin
cukup menghubungi jasa nikah di bawah dinikahkan.
tangan online dan pihak penyedia jasa telah Sudah puluhan pasangan yang ia
menyediakan penghulu, wali dan saksi yang nikahkan, kebanyakan pernikahannya memang
siap secara online menikahkan mereka. rahasia. Alasannya tidak dapat restu istri bagi
c. Nikah di bawah tangan online lelaki atau tidak mendapat restu dari orang tua.
Jenis kedua mungkin pernikahannya dapat Mekanisme pernikahan (UA) ini sangat
bertahan lama, meskipun tidak jelas juga sederhana. Ada mempelai yang berikrar janji,
penghulu dan walinya, nikah ketiga ini lalu ada sedikit khotbah di dalam pelaksanaan
hanya untuk jangka waktu tertentu. Sama akad pernikahan oleh (UA). Prosesi juga tak
seperti mut‘ah ala syi’ah, bisa dikatakan perlu dihadiri dua mempelai, apabila
hanya kedok untuk menyembunyikan berhalangan, salah satu bisa lewat telepon
prostitusi terselubung. maka pernikahan sudah diangap sah. “Asal saat
Dari paparan variasi nikah di ditanya apakah mempelai pria atau wanita
bawah tangan di atas dapat serius menikahi pasangannya, maka itu sudah
diilustrasikan dengan praktik sah”. Soal buku keaslian buku nikah pun ia
sebagaimana halnya ada seseorang tidak bisa menjanjikan apa-apa.
yang menawarkan jasa penghulu Sama halnya dengan (UA), jasa peghulu
nikah berinisial (UA), yang nikah di bawah tangan online dilakukan pula
mengiklankan jasanya. Penghulu oleh (UR) yang berlokasi di Jakarta-
itu beroperasi di Bandung, Jawa Timur, dia mengatakan secara singkat
Barat. Ia mengemukakan mekanisme yakni hanya datang bersama
pernikahan di bawah tangan tidak pasangan, lalu membawa mahar yang sudah
melanggar aturan agama sebab disepakati antara pasangan. Sedangkan, untuk
tujuannya mulia. Dia menegaskan biaya nikah di bawah tangan sebesar 2 juta
pula bahwa pernikahan di bawah diperuntukkan bagi dua orang saksi dan wali
tangan merupakan cara halal untuk hakim.
menghindari zina. Disini ada Berdasar pada paparan penelusuran dari
ikatan sehidup semati yang telah sumber-sumber data terkait variabel penelitian,
diucapkan oleh dua insan. selanjutnya perlu dilakukan analisis terhadap
Penghulu itu, mengklaim praktik nikah di bawah tangan. Namun,
siap memfasilitasi pasangan yang sebelumnya harus dipahami dulu tentang nikah
akan melakukan pernikahan di online sehingga dengan memahami terlebih
bawah tangan lengkap dengan dahulu konteksnya, maka dapatlah kita
penghulu, saksi dan keterangan menggali hukum dan menetapkan hukum
menikah. Dan persiapan dengan sebenar-benarnya agar dapatlah kita
pernikahan hanya diperlukan uang, terhindar dari kemungkinan menetapkan
pernikahan bisa saja berlangsung. hukum yang jauh dari kebenaran. Karena
Uang yang dimaksud (UA) adalah permasalahan ini sangatlah kompleks.
uang jasa untuk dirinya sebagai Nikah online adalah suatu bentuk pernikahan
penghulu dadakan. Pernikahan yang transaksi ijab qabulnya dilakukan melalui
menurutnya dapat dilakukan keadaan konektivitas atau kegiatan yang

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 6 No. 1 Januari-Juni 2019. ISSN: 2356-0150
70 Abdul Wakhid, Analisis Hukum Islam Terhadap Nikah Di Bawah Tangan

terhubung dengan suatu jaringan atau sistem melakukan interaksi (teleconference)


internet (via online), jadi antara mempelai sebagaimana mestinya. Teknologi video
lelaki dengan mempelai perempuan, wali dan teleconference lebih mutakhir dari telepon,
saksi itu tidak saling bertemu dan berkumpul karena selain menyampaikan suara, teknologi
dalam satu tempat. Yang ada dan ditampilkan ini dapat menampilkan gambar atau citra
hanyalah bentuk visualisasi dari kedua belah secara realtime melalui jaringan internet.
pihak melalui bantuan alat elektronik seperti Nikah via online ini sendiri dapat
telekonference, webcame atau yang lainnya difasilitasi dengan menggunakan proyektor
yang masih berkaitan dengan internet. (alat tembak) ke layar besar untuk
Nikah online dalam pengertian umum, menampilkan masing- masing pihak dan unsur-
ialah pernikahan yang komunikasinya unsur yang ingin melangsungkan akad nikah.
dilakukan dengan bantuan komputer di kedua Hal ini untuk membuktikan dan membuat
tempat, yang masing-masingnya dapat semua orang dapat melihat akad sebagaimana
terhubung kepada file server atau network dan bertemu, berjumpa, bertatap muka secara
menggunakan media online sebagai alat langsung dan khususnya agar sebagaimana
bantunya. Media online sendiri ialah sebuah mestinya, serta disertakan juga alat pengeras
media yang berbasis telekomunikasi dan suara sehingga semua orang dapat mendengar
multimedia (komputer dan internet). secara jelas sebagaimana yang dikehendaki
Didalamnya terdapat portal, website (situs pada nikah umumnya.
web), radio-online, TV-online, pers online, Adapun unsur pokok yang mendukung
mail-online, dan lain- lain, dengan karakteristik dan memperkuat pelaksanaan akad ini ialah ia
masing-masing sesuai dengan fasilitas yang menggunakan basis internet atau server sebagai
memungkinkan user memanfaatkannya yang alat kerjanya, yang dibantu dengan webcame,
tentunya bersumber pada cacha server dan aplikasi-aplikasi TIK, seperti aplikasi otomatis
jaringan internet (Nugroho, 2012: 29). perkantoran, surat elektronik, SMS, forum,
Nikah online sendiri jika dibandingkan knowledge, website, melauili fasilitas
dengan nikah biasa kalau dari penjelasan komunikasi telepon, internet maupun global
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak internet dan sebagainya dalam hal
terdapat perbedaan secara substansional penerapannya.
terhadap ritual pernikahan antara ritual Dari penjelasan di atas, maka dapat diambil
pernikahan via online dengan ritual pernikahan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan
seperti biasanya. Hal yang membedakan nikah mengenai adanya pergeseran kebudayaan
online dengan nikah biasa adalah pada esensi dalam hal melakukan akad. Dimana dalam
yang erat kaitannya dengan tempat (makan) nikah biasa akad dilakukan dengan muwājahah
pada implementasi atau pelaksanaan akadnya, bil ma'rūf (berhadap-hadapan secara langsung)
namun selebihnya semuanya sama. pada satu tempat. Namun untuk nikah online
Pelaksanaan pernikahan biasanya antara pihak ini muwājahah bil ma'rūf sama-sama
laki- laki dan perempuan dapat bertemu, dilakukan, tapi tidak dengan satu tempat,
bertatap muka dan berbicara secara langsung, dimana nikah online dilakukan dengan
begitupun dengan nikah online. Pada terpisahnya jarak antara yang melangsungkan
penerapan atau pelaksanaannya nikah online akad.
ini menggunakan kekuatan dari perkembangan Ada beberapa faktor dan alasan yang menjadi
teknologi untuk membantu dalam landasan utama bagi mereka kenapa harus
terlaksananya nikah agar dapat menyampaikan melakukan nikah di bawah tangan online,
gambar kondisi individu yang sedang antara lain :

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 6 No. 1 Januari-Juni 2019. ISSN: 2356-0150
Abdul Wakhid, Analisis Hukum Islam Terhadap Nikah Di Bawah Tangan
71

1. Menghindarkan mereka dari jurang dilaksanakan melalui online dengan skype


kemaksiatan yaitu perbuatan zina karena video call (panggilan video melalui skype).
sudah melangsungkan akad pernikahan. Kebanyakan yang melakukan praktik
2. Proses nikahnya mudah dilaksanakan nikah semacam ini adalah para wanita yang
3. Menurut mereka praktek nikah semacam bekerja di tempat hiburan malam ataupun
ini telah memenuhi syarat dan rukun dalam tempat-tempat karaoke yang terdapat di kota-
pernikahan. kota besar. Yang sangat bebas pergaulannya
4. Tidak adanya tujuan untuk memiliki dan sangat memprihatinkan cara bergaulnya
keturunan. serta siap untuk melayani para lelaki yang siap
5. Setelah itu mereka dapat melakukan untuk memerlukan pelayanan para wanita-
hubungan seksual dengan bebas layaknya wanita tersebut. Sedangkan para lelaki yang
suami istri yang sah pada umumnya. melakukan praktik nikah semacam ini
Banyak kalangan dari mereka yang kebanyakan adalah para lelaki hidung belang
melakukan praktik nikah semacam ini yang haus akan kenikmatan seksual dan suka
menganggap bahwa pernikahan di bawah menuruti hawa nafsunya. Dan juga
tangan online ini sama sekali tidak menyalahi kebanyakan para lelaki itu sudah beristeri dan
aturan syariat dalam Islam. Sementara itu, mempunyai anak.
melihat dari tata cara pelaksanaannya nikah di Setelah itu ketika sudah melakukan
bawah tangan online ini termasuk praktik yang pernikahan semacam ini, pasangan suami isteri
sangat mudah dilakukan. Hanya dengan berhak melakukan kegiatan atau pekerjaan
memanggil atau menghubungi jasa yang sebelum mereka menikah. Isteri diperbolehkan
menyediakan sarana pernikahan melalui online oleh suaminya untuk bekerja seperti biasanya
saja, calon mempelai yang akan melaksanakan di tempat hiburan malam untuk melayani
pernikahan ini tidak perlu repot-repot untuk tamu-tamu yang datang seperti sediakala
memenuhi persyaratan yang ada dalam meskipun tidak sampai berhubungan seksual
pernikahan pada umumnya, yaitu wali ataupun kepada tamu-tamu yang ia layani selepas
saksi. Karena penyedia jasa nikah di bawah menikah. Karena mereka hanya mau
tangan online ini sudah menyediakan apa yang berhubungan kepada suami yang telah
dibutuhkan oleh calon pasangan yang akan menikahinya secara online. Dan mereka
melakukan pernikahan. sepakat untuk tidak memiliki anak setelah
Penyedia jasa nikah di bawah tangan menikah.
online sudah menyiapkan wali bagi pihak Menurut penulis dengan hanya melihat
perempuan meskipun bukan wali pada alasan di atas tersebut masih belum cukup
ketentuan aslinya. Mereka beranggapan bahwa untuk memperbolehkan melakukan pernikahan
yang penting sudah ada wali yang menikahkan di bawah tangan secara online. Hal ini
meskipun bukan wali asli. Saksinya juga menunjukkan bahwa tidak cukup hanya
disediakan dan penghulunya juga pintar melihat terpenuhinya syarat dan rukun
masalah agama, menurut pengakuan mereka. meskipun syarat dan rukun dalam nikah di
Cukup hanya dengan membayar sebesar Rp. bawah tangan online diatas oleh mereka
2.000.000 sampai Rp. 2.500.000, para calon dianggap sah untuk menghalalkan atau
sudah dapat melangsungkan pernikahannya. memperbolehkan suatu perbuatan. Akan tetapi
Pelaksanaan akad nikahnya juga sangat tetap saja tidak sesuai dengan tujuan
mudah, para calon mempelai tidak harus perkawinan yang telah disyariatkan oleh
datang menemui penghulu akan tetapi bisa agama Islam yang menuntun bagi pasangan

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 6 No. 1 Januari-Juni 2019. ISSN: 2356-0150
72 Abdul Wakhid, Analisis Hukum Islam Terhadap Nikah Di Bawah Tangan

suami isteri untuk membina keluarga yang kalangan mazhab Maliki, Syafi‘i, dan Hanbali.
sakinah mawaddah wa rahmah. Maka Sedangkan menurut pendapat yang sahih
pernikahan ini tidak boleh dilakukan. dari mazhab Syafi‘i, ijab qabul tidak boleh
Tidak dipungkiri bahwa pernikahan di dilakukan melalui surat menyurat, baik ijab
bawah tangan online ini hanya bertujuan untuk qabul dalam transaksi muamalat terlebih
memenuhi kebutuhan biologis semata dan dalam melakukan suatu akad pernikahan.
menuruti hawa nafsu demi mendapatkan Mereka berpendapat bahwa ijab qabul adalah
kesenangan semata. Hal ini dibuktikan dengan suatu sarana untuk menunjukkan kedua belah
para pelaku nikah di bawah tangan online ini pihak saling ridla akan adanya transaksi, dan
melaksanakn pernikahan tidak melihat dari ridla tidak bisa diyakinkan hanya dengan
aturan hukum Islam yang tidak melalui sepucuk surat. Solusi yang ditawarkan
memperdulikan keharusan memenuhi syarat oleh mazhab Syafi‘i adalah dengan
rukun yang sah dalam pernikahan. Dalam arti mewakilkan akad kepada seseorang dan
walinya bukan wali yang semestinya, saksinya kemudian wakil tersebut hadir dalam akad
bukan saksi yang diperintahkan dalam Islam, pernikahan, jika demikian maka para ulama
penghulunya juga belum tentu seorang yang sepakat bahwa transaksi yang diwakilkan
alim dalam agama Islam, kesemuanya ini hukumnya sah. Oleh karena itu menurut
termasuk abal-abal semata. Serta tidak ada pandangan dalam mazhab Syafi‘i ijab qabul
tujuan untuk membina rumah tangga yang melalui surat tanpa mewakilkan tidak sah
sakinah mawaddah warahmah dalam hukumnya.
pernikahannya dan suami isteri sepakat untuk Sedangakan menurut ulama dari mazhab
tidak memiliki anak. Hanafi, mereka berpendapat bahwa pengertian
Proses akad pernikahan di bawah tangan dari akad satu majelis bukan hanya dilihat dari
online ini, bisa dikatakan dengan akad nikah kehadiran pihak secara fisik saja akan tetapi
yang dilaksanakan dalam majelis yang ijab dan qabul harus dilakukan dalam satu
berbeda( tidak satu tempat) dalam artian tidak tempat dan secara kontinu serta saling
bertatap muka secara fisik. Sehingga Menurut berkesinambungan. Dalam hal ini ulama
pendapat dari kalangan mazhab Syafi‘i, Maliki mazhab Hanafi membolehkan akad nikah
dan Hanbali, pernikahan di bawah tangan melalui surat asalkan surat tersebut dibacakan
secara online tidak diperbolehkan. Sedangkan di depan para saksi dan langsung di jawab hal
menurut kalangan mazhab Hanafi tersebut di katakan sebagai ijab dan qabul.
memperbolehkan akad nikah yang tidak Adapun menurut pendapat para ulama
dilakukan dalam satu majelis secara fisik. kontemporer mengenai hukum nikah di bawah
Pengertian satu majelis oleh mayoritas tangan online sebagai berikut:
ulama difahamkan dengan kehadiran mereka (http://www.nu.or.id/18/03/2016/LBMNU/
dalam satu tempat secara fisik, oleh karena itu nikah-di bawah tangan-online-jadi-ajang-
apabila suatu akad pernikahan tidak perzinahan diakses pada tanggal 8 Juli 2017)
dilaksanankan dalam satu tempat maka 1. Menurut pandangan KH. Khaizun
pernikahan tersebut tidak sah. Demikian juga Tafdlila wakil ketua lembaga Bahtsul
apabila calon mempelai pria tidak dapat hadir Masail mengatakan bahwa jika nikah di
dalam satu majelis pada waktu akad bawah tangan online itu akadnya abal-abal,
pernikahan dilangsungkan namun pria tersebut jelas haram hukumnya. Dan juga apabila
mengirimkan surat sebagai qabulnya maka melakukan hubungan senggama maka
pernikahannya tetap tidak sah. Pendapat termasuk perbuatan zina karena syarat dan
tersebut dikemukakan oleh ulama dari rukun nikahnya itu hanya abal-abal.

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 6 No. 1 Januari-Juni 2019. ISSN: 2356-0150
Abdul Wakhid, Analisis Hukum Islam Terhadap Nikah Di Bawah Tangan
73

2. Menurut pandangan KH. Mahmudi akadnya pun dapat dilangsungkan meskipun


salah satu tokoh ulama Nahdlatul Ulama calon mempelai dengan penghulunya tidak
di kecamatan Pakis Aji Kabupaten berada dalam satu tempat. Dari sini jelas
Jepara mengatakan bahwa pernikahan di bahwa praktik nikah di bawah tangan online
bawah tangan online yang marak terjadi ini tidak sah untuk dilaksanankan karena
saat ini termasuk salah satu praktek semua unsur yang ada dalam pernikahan ini
perzinahan. Karena dalam akadnya si tidak jelas mulai dari yang menikahkan serta
perempuan menggunakan wali yang tidak wali dan saksinya pun juga tidak jelas dapat
jelas, saksi yang tidak jelas, penghulunya diartikan bahwa wali dan saksinya bukan dari
hanya seorang yang berkedok sebagai orang pihak perempuan.
yang mengaku alim pintar agama serta Menurut penulis praktik nikah di bawah
dalam melaksanakan ijab qabul tidak tangan online ini merupakan suatu alasan bagi
berada dalam keadaan satu majelis secara para pelaku untuk menghalalkan perzinahan
langsung dengan bertatap muka. Menurut dengan berkedok telah melaksanankan akad
beliau akad satu majelis itu belum nikah, supaya dapat dengan bebas melakukan
dikatakan sah apabila dilakukan hanya hubungan biologis dengan lawan jenisnya.
melalui video internet karena mengandung Akad dalam nikah di bawah tangan online ini
ketidakpastian serta tidak dapat bertatapan dapat dikatakan tidak sesuai atau tidak ada
langsung secara fisik dalam satu tempat. keterkaitan dalam pemikiran para ulama salaf
3. Menurut KH. Fahrur Rozi salah satu mengenai akad yang harus dilaksanakan dalam
Tokoh ulama Muhammadiyah di satu majelis. Begitu juga dikuatkan oleh
Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara penjelasan dari beberapa fatwa yang
mengatakan bahwa praktek nikah di bawah dikeluarkan oleh para ulama kontemporer
tangan online itu hukumnya haram, karena yang menganggap bahwa akad yang dilakukan
semua unsur dalam pernikahan itu hanyalah dalam nikah di bawah tangan online
palsu bukan aslinya yang sesuai hukumnya haram karena pelakunya tidak
diperintahkan oleh Agama. berada dalam satu tempat serta rukun dalam
Berdasar pada penjelasan para ulama pernikahannya hanyalah rekayasa atau abal-
salaf serta ulama kontemporer yang diuraikan abal.
di atas dapat menjadi alasan untuk menyatakan Disamping itu, dapat diartikan bahwa
bahwa praktik nikah tersebut hukumnya tidak akad dalam nikah di bawah tangan online ini
sah. Praktik nikah di bawah tangan online hanya merupakan rekayasa atau akad yang
terjadi karena adanya penawaran jasa nikah tidak jelas dalam artian hanya sebuah abal-abal
dari para oknum yang ingin meraup saja karena semua rukun tidak terpenuhi juga
keuntungan kepada masyarakat awam dengan dilakukan tidak dalam satu majelis oleh para
memfasilitasi nikah secara di bawah tangan penyalur jasa dan calon mempelai, dengan
dengan menggunakan media online. mengatasnamakan sebagai sebuah pernikahan
Tata cara pelaksanaanya juga sangat yang dianggap sah menurut agama supaya
mudah karena calon mempelai pria dan wanita dapat melakukan hubungan biologis dengan
tidak harus datang untuk menemui si penghulu bebas kepada lawan jenisnya.
karena cukup menggunakan media online Kemudian, perlu kiranya dipaparkan
skype sudah dapat melangsungkan akad pula analisis dari perspektif perundang-
pernikahan, wali dan saksinya pun sudah undangan Republik Indonesia. Sebagai Negara
disediakan oleh pihak penawar jasa. Dan hukum, Indonesia selalu berpijak pada UU

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 6 No. 1 Januari-Juni 2019. ISSN: 2356-0150
74 Abdul Wakhid, Analisis Hukum Islam Terhadap Nikah Di Bawah Tangan

sebagai konstitusi tertinggi, dan konstitusi Dari bunyi pasal-pasal tersebut


tertinggi pada Negara Indonesia ialah Undang- menegaskan Negara dalam hal ini Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia undang mengatakan bahwa tiap-tiap
Tahun 1945.selanjutnya dalam hal munakahat perkawinan dicatat menurut peraturan
(perkawinan) barulah kita bersandar pada UU perundang-undangan yang berlaku, dan hal ini
No. 1/1974 Tentang Perkawinan. sudah menjadi jelas, bahwa kita sebagai
Berbicara nikah di bawah tangan online, masyarakat hukum terikat pada tata aturan
di dalam hukum Islam dan Undang-Undang yang dibuat oleh hukum. Negara kita adalah
Perkawinan sendiri tidak ada aturan yang Negara hukum, dengan demikian dapat kita
secara eksplisit menjelaskan dan mengatur pahami bahwa, segala urusan di Negara
tentang hal ini. Sama halnya dalam konteks Indonesia ini wajib berjalan berdasarkan
keabsahan nikah di bawah tangan onlinenya, norma- norma atau aturan-aturan hukum yang
atau bahkan dalam penerapan pencatatan berlaku. Demikian juga bagi pencatatan nikah
nikahnya bagi mereka pelaku nikah online. Dalam UU Perkawinan sebagaimana
Dengan demikian dapat dipastikan bahwa dijelaskan di atas, ia menjadi prasyarat bagi
dalam hal ini terdapat kekosongan hukum mereka yang ingin mendapatkan pengakuan di
yang berlaku di Indonesia saat ini, entah di mata perundang-undangan atau hukum
dalam hukum Islam ataupun juga di dalam Indonesia. Terkait dalam hal pencatatan nikah
hukum positif di Indonesia. terhadap nikah online, hal ini tak bisa terlepas
Dalam penerapan pencatatan nikah bagi dengan peraturan perundang-undangan sendiri,
nikah online, pada dasarnya hal ini erat dimana ia menuntut dan menjamin bahwa
kaitannya dengan keabsahan suatu akad nikah perkawinan adalah sah, apabila dikakukan
online, yang pada pembahasan sebelumnya menurut hukum masing- masing agamanya
sudah penulis uraikan tentang keabsahan nikah dan keperayaannya itu (Undang-undang
online, dan dengan uraian- uraian tersebut Perkawinan No 1 Tahun 1974).
pembahasan penerapan pencatatan nikah bagi Dimana ketika nikah di bawah tangan
nikah online ini menjadi bersinergi dan online ini tidak diterima dan dianggap tiak sah
menjadi pembahasan yang kompleks. oleh agama, maka mutlak hukum Negara tidak
Penerapan pencatatan nikah bagi mereka menerima dan memfasilitasi penerapan
yang melangsungkan nikah online ini erat pencatatan nikahnya, hal ini sebagai impact
kaitannya dengan peristiwa penting lainnya atau implikasi dari hukum nikah di bawah
dalam hal ini nikah biasa yang pada umumnya tangan online sebagaimana terkait dalam bunyi
berlaku di Indonesia. yakni terkait legalitas KHI Pasal 4 perkawinan adalah sah, apabila
dan pengakuan secara administratif dari dilakukakan menurut hukum Islam sesuai
Negara terhadap mereka yang melangsungkan dengan UU No. 1/1974 Pasal 2 (1), bahwa
pernikahan lewat media online. Dimana dalam perkawinan adalah sah, apabila dilakukan
UU No. 1/1974 dalam bunyi Pasal 2 Ayat 2 menurut hukum masing- masing agamanya
menyebutkan bahwa tiap-tiap perkawinan di dan keperayaannya itu.
catat menurut peraturan perundang-undangan Kenyataan dalam masyarakat seperti ini
yang berlaku (Undang-undang Perkawinan No merupakan hambatan Undang Undang
1 Tahun 1974). Dan pada KHI Pasal 5 ayat (1) Perkawinan dalam KHI pasal 5 dan 6,
dijelaskan bahwa agar terjamin ketertiban diantarannya adalah agar terjamin ketertiban
perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan bagi masyarakat Islam setiap
perkawinan harus dicatat (Kompilasi Hukum perkawinan harus dicatat. Pencatatan
Islam). perkawinan tersebut, sebagaimana yang

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 6 No. 1 Januari-Juni 2019. ISSN: 2356-0150
Abdul Wakhid, Analisis Hukum Islam Terhadap Nikah Di Bawah Tangan
75

disebutkan pada ayat (1) dilakukan oleh bawah tangan menawarkan jasanya melalui
Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana yang media online yaitu anggapan bahwa nikah di
diatur dalam Undang- undang No.22 Tahun bawah tangan menjadi salah satu cara untuk
1946 jo. Undang-undang Nomor 23 Tahun mencegah terjadinya perzinaan memang
1954. Untuk memenuhi ketentuan dalam pasal menjadi dasar yang melatar belakangi
(5), setiap perkawinan harus dilangsungkan di munculnya penyedia jasa nikah di bawah
hadapan dan di bawah pengawasan Pegawai tangan yang ditawarkan lewat media online
Pencatat Nikah. Perkawinan yang dilakukan di untuk mendukung pernikahan di bawah
luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tangan dengan menggunakan jasanya
tidak mempunyai kekuatan hukum. tersebut. Fenomena nikah di bawah tangan
Dari perspektif yuridis formal, nikah siri yang ditawarkan melalui media online
dilarang oleh Undang Undang, baik UU No.1 memang menjadi perbincangan oleh beberapa
tahun 1974 maupun Kompilasi Hukum Islam pihak. Tidak hanya jasa nikah di bawah tangan
(KHI). Maka perkawinan di bawah tangan yang ia tawarkan, namun alasan jasa tersebut
melalui media online yang dilakukan dengan membantu nikah di bawah tangan maka akan
tidak memenuhi kriteria kedua hukum positif mencegah terjadinya perzinaan juga
itu, dianggap tidak sah atau sama saja mengundang reaksi dari beberapa pihak.
dikatakan pernikahan tersebut dianggap tidak DAFTAR PUSTAKA
ada
Kesimpulan A. Rahman, Asjmuni. 1976. Qaidah Qaidah
Berdasarkan pada kajian di atas dapat Fiqih (Qowaidul Fiqhiyah), Jakarta:
diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan Bulan Bintang.
pernikahan di bawah tangan yang disediakan Abidin, Slamet., Aminudin. 2009. Fiqh
jasa nikah di bawah tangan, prosesi ijab Munakahat I, Bandung: Pustaka Setia.
qabulnya sama seperti pernikahan pada Abduh, Muhammad. 2012. “Pemikiran
umumnya. Adapun yang membedakan yaitu Muhammad Quraish Shihab tentang
adanya sebagian penyedia jasa nikah di bawah Nikah Sirri” Skripsi tidak diterbitkan,
tangan yang bersedia menikahkan tanpa Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
adanya wali. Salah satu penyedia jasa tersebut Sunan Kalijaga Yogyakarta.
bahkan dengan jelas menyebutkan alas an Abu Bakar, Imam Taqiyudin bin Muhammad
bersedia menikahkan dengan menggunakan al-Husaini al-Hism ad-Damasyqiasy-
versi Imam Malik dan Abu Hanifah. Calon Syafi‟i. Kifayatul Akhyar, Juz 2,
pengantin yang tidak membawa saksi penyedia Semarang: Toha Putra.
jasa tersebut sudah menyediakan saksi dalam Adi. 2010. Metodologi Sosial dan Hukum, cet.
pernikahan di bawah tangan tersebut. Calan 3, Jakarta: Granit.
pengantin cukup datang dengan membawa Aini, Farhatul. 2009. “Tinjauan Hukum Islam
foto 3x4 tanpa menyerahkan surat-surat. Terhadap Nikah Sirri dan Dampaknya
Bahkan ada juga penyedia jasa yang tidak Pada Masyarakat di Desa Pakong
menanyakan identitas calon pengantin. Setelah Kecamatan Pakong Kabupaten
proses pernikahan, pasangan suami istri Pamekasan”, Skripsi tidak diterbitkan,
mendapatkan surat yang menurut penyedia Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
jasa bertugas sebagai bukti telah dilakukan Sunan Kalijaga Yogyakarta.
pernikahan. Albani Nasution, Muhammad. Filsafat Hukum
Adapun alasan penyedia jasa nikah di Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 6 No. 1 Januari-Juni 2019. ISSN: 2356-0150
76 Abdul Wakhid, Analisis Hukum Islam Terhadap Nikah Di Bawah Tangan

Al-Jazîri, Abdurrahman. 1990. Al-Fiqh ala T.th. Subul al-Salam, Bandung :


Madzâhib al-Arba’ah, Jus IV, Dahlan.
Bairut :Dâr al-Kutub al-Ilmiyah. Muktiarto, A. 1993. Masalah Pencatatan
Al Hamdani, H.S. 2002. Risalah Nikah, Pernikahan dan Sahnya Pernikahan,
Hukum Pernikahan Islam, dalam Mimbar Hukum, Jakarta:Inter
Jakarta :Pustaka Amani. Masa.
As-Subki, Tajudin. 1991. Editor Adil Ahmad Mukhtar, Kamal. 1974. Asas-asas Hukum
Abdul Maujud, al-Asybah wa al- Islam Tentang Pernikahan, Jakarta.
Nazair, Beirut: Darul Kutub llmiyah, Nasution, Harun. 2004. Islam Ditinjau dari
1991. Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press.
As'ad, Abd. 1993. Risalah Nikah Penuntun Nur, Djamaan.1993. Fiqih Munakahat,
Pernikahan, Surabaya : BulanTerang. Semarang: Dina Utama Semarang.
Az-Zuhaili, Wahbah.2011. Fiqih Islam wa Pujiyati. 2010. Aspek Hukum Nikah Sirri,
Adillatuhu, alih bahasa Abdul Hayyie Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas
al-Kattani, Jakarta: Gema Insani. Syari’ah dan Hukum UIN Sunan
Budiono. 2013. Dampak Sosial Nikah Sirri, Kalijaga Yogyakarta.
Surabaya: UIN Sunan Ampel. Ramulyo, Mohd. Idris. 2009. Hukum
Departemen Agama RI, Al-Qur’an al-Karim Perkawinan Islam : Suatu Analisis dari
dan Terjemahnya. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974
Departemen Agama RI, Bahan Penyuluhan dan Kompilasi Hukum Islam, Jakarta:
Hukum. Bumi Aksara.
Djubaidah, Neng. 2010. Pencatatan Rofiq, Ahmad. 1995. Hukum Islam di
Perkawinan dan Perkawinan Tidak Indonesia, Jakarta : Raja Grafindo
Dicatat Menurut Hukum Tertulis di Persada.
Indonesia dan Hukum Islam, Jakarta: Soehadha, Moh. 2008. Metodologi Penelitian
Sinar Grafika. Sosiologi Agama, Yogyakarta: Bidang
Djazuli, A. 2011. Kaidah Kaidah Fiqih : Akademik UIN Sunan Kalijaga.
Kaidah Kaidah Hukum Islam dalam Sudarsono. 1992. Pokok-pokok Hukum Islam,
Menyelesaikan Masalah Masalah yang Jakarta: Rineka Cipta
Praktis, Jakarta: Kencana. Syarifuddin, Amir. 2006. Hukum Perkawinan
Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada
Jilid 1, Yogyakarta: Andi. Media.
Jaya Bakri, Asafri. 2006. Konsep Maqasid al- Thalib, Sayuti. 2006. Hukum Kekeluargaan
Syari’ah menurut al-Syatibi, Jakarta: Indonesia, Jakarta: UI Press.
Raja Grafindo Persada. Tihami. Sahrani, Sohari. 2010. Fikih
Jumali, R. Abdul. 1999. Hukum Islam, Munakahat: Kajian Fikih Nikah
Bandung : CV. Mandar Maju. Lengkap, Jakarta: Raja Grafindo
Latif, Nasarudin. 2001. Ilmu Pernikahan : Persada.
Problematika Seputar Keluarga dan Undang-undang Perkawinan Tahun 1974
Rumah Tangga, Jakarta: Pustaka Wahid, Abdul. 2013. Wawan Gunawan,
Hidayah. Pandangan Majlis Tarjih dan Tajdid
Mardalis. 2008. Metode Penelitian: Suatu Muhammadiyah Tentang Nikah Sirri
Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi dan Itsbat Nikah, Yogyakarta: UIN
Aksara. Press.
Muhammad, Sayyid bin Ismail al-Kahlani.

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 6 No. 1 Januari-Juni 2019. ISSN: 2356-0150
Abdul Wakhid, Analisis Hukum Islam Terhadap Nikah Di Bawah Tangan
77

Zaini, Muhammad. 2011. “Nikah Sirri dalam


Pandangan NU dan Muhamadiyah”,
Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas
Syari’ah dan Hukum, UNISNU, Jepara.

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 6 No. 1 Januari-Juni 2019. ISSN: 2356-0150

Anda mungkin juga menyukai